MAKALAH Hesy
MAKALAH Hesy
Kelompok 10 :
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemampuan kepada kami,
sehingga dapat menyusun makalah dengan baik tentang Akad-Akad Pada Bank
Syariah. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan dan tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Sebagai Uswatun Hasanah bagi umat semesta alam.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pengampu
Mata Kuliah Hukum Ekonomi Syariah, Drs. Dri Santoso, M.H. yang telah
membimbing serta memberi arahan kepada kami dalam menyusun dan
menyelesaikan makalah ini. Dan kepada semua pihak yang terlibat dalam makalah
ini hingga selesai.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 2
A. Latar Belakang.................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Konsep Akad....................................................................................... 3
B. Macam- macam akad pada Bank Syariah............................................ 4
A. Kesimpulan......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP AKAD
3
3. Akad yang digunakan Bank Syariah
Akad atau transaksi yang digunakan bank syariah dalam
operasinay terutama diturunkan dari kegiatan mencari
keuntungan (tijarah) dan sebagian dari kegiatan tolong-
menolong (tabarru’)3
4
Akad berpola titipan (Wadi'ah) ada dua, yaitu Wadi’yad Amanah
dan Wadi’ah yad Dhamanah. pada awalnya,bentuk yad al-
amanah `tangan amanah,' yang kernudian dalam
perkembangannya memunculkan yadh-dharnanah `tangan
penanggung: Aia Wadi' ah yad Dharnanah ini akhirnya banyak
dipergunakan dalam aplikasi perbankan syariah dalam produk-
produk pendanaan.
5
berarti bahwa pihak penyimpan bertanggung jawab atas segala
kerusakan atau kehilangan yang terjadi pada barang/aset titipan.
Hal ini berarti bahwa pihak penyimpan sekaligus penjamin
keamanan barang/aset yang dititipkan. Ini juga berarti bahwa
pihak penyimpan telah mendapatkan izin dari pihak penitip
untuk mempergunakan barang/aset yang dititipkan tersebut
untuk aktivitas perekonomian tertentu, dengan catatan bahwa
pihak penyimpan akan mengembalikan barang/aset yang
dititipkan secara utuh pada saat penyimpan menghendaki. Hal
ini sesuai dengan anjuran dalam Islam agar aset selalu
diusahakan untuk tujuan produktif (tidak idle didiamkan saja).
Rukun dari akad titipan Wadi'ah yad Amanah. maupun yad
Dhamanah) yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa
hal berikut.
a. Pelaku akad, yaitu penitip (mudr’/muwaddi) dan
penyimpan penerima titipan (muda’/mustawda');
b. Objek akad, yaitu barang yang dititipkan; dan
c. Shighat, yaitu Ijab dan Qabul
Sementara itu, syarat Wadi'ah. yang harus dipenuhi adalah
syarat bonus sebagai berikut:
1) bonus merupakan kebijakan penyimpan; dan
bonus tidak disyaratkan sebelumnya.
2. Akad Pola Pinjaman
Satu-satunya akad berbentuk pinjaman yang diterapkan
dalam perbankan syariah adalah Qardh dan turunannya Qardhul
Hasan. Karna bunga dilarang dalam Islam, maka pinjaman Qardh
maupun Qardhul Hasan merupakan pinjaman tanpa bunga. Lebih
khusus Piniaman Qardhul Hasan merupakan pinjaman kebajikan
yang tidak bersifat komersial, tetapi bersifat sosial.
1) Pinjaman Qardh
6
Qardh merupakan pinjaman kebajikan tanpa imbalan,
biasanya untuk pembelian barang-barang fungible (yaitu Barang
yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran, dan
jumlahnya). Objek dan pinjaman qardh biasanya adalah uang
atau alat tukar lainnya (Saleh, 1992), yang merupakan transaksi
pinjaman murni tanpa bunga ketika peminjam mendapatkan
uang tunai dari pemilik dana (dalam hal ini bank) dan
hanyamengembalikan pokok utang pada waktu tertentu di masa
yang akan datang. Peminjam atas prakarsa sendiri dapat
mengembalikan lebih besar sebagai ucapan terima kasih.
Rukun dari akad Qardh atau Qardhul Hasan dalam transaksi ada
beberapa:
a. pelaku akad, yaitu muqtaridh (peminjam), pihak yang
membutuhkan pihak yang memiliki dana, dan muqridh
(pemberi pinjaman),
b. objek akad, yaitu gardh (dana);
c. tujuan, yaitu ‘iwad berupa pinjaman tanpa imbalan (pinjam
Rp.X,- dikembalikan Rp.X,-); dan
d. shighat, yaitu Ijab dan Qabul.
Sedangkan syarat dari akad Qardh atau Qardhtul Hasan yang
harus dipenuhi dalam transaksi, yaitu:
a. kerelaan kedua belah pihak; dan
b. dana digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat dan halal.
7
1) Musyarakah
Musyarakah merupakan istilah yang sering dipakai dalam
konteks skim pembiayaan Syariah. Istilah ini berkonotasi lebih
terbatas dari pada istilah syirkah yang lebih umum digunakan
dalam fikih Islam (Usmani, 1999).
Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih
pengusaha pemilik dana/modal bekerja sama sebagai mitra
usaha, rnembiayai investasi usaha baru atau yang sudah
berjaian. Mitra usaha pemilik modal berhak ikut serta dalam
manajemen perusahaan, tetapi itu tidak merupakan keharusan.
Para pihak dapat membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai
kesepakatan dan mereka juga dapat meminta gaji/upah untuk
tenaga dan keahlian yang mereka curahkan untuk usaha
tersebut.
Musyarakah pada umumnya merupakan perjanjian yang
berjalan terus sepanjang usaha yang dibiayai bersama terus
beroperasi. Meskipun demikian, perjanjian musyarakah dapat
diakhiri dengan atau tanpa menutup usaha. Apabila usaha
ditutup dan dilikuidasi, maka masing-masing mitra usaha
mendapat basil likuidasi aset sesuai nisbah penyertaannya.
Apabila usaha terus berjalan, maka mitra usaha yang ingin
mengakhiri perjanjian dapat menjual sahamnya ke mitra usaha
yang lain dengan harga yang disepakati bersama.
Rukun dari akad musyarakah yang harus dipenuhi dalam
transaksi ada beberapa, yaitu:
a. pelaku akad, yaitu para mitra usaha;
b. objek akad, yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan
keuntungan (ribh);
c. shighat, yaitu Ijab dan Qabul.
8
Syarat dari akad musyarakah yaitu :
Akad harus dilaksanakan atas persetujuan para pihak tanpa adanya
tekanan, penipuan, atau penggambaran yang keliru, dan sebagainya.
2) Mudharabah
Secara singkat mudharabah atau penanaman modal ialah
penyerahan modal uang kepada oarang yang beniaga sehingga
ia mendapatkan persentase keuntungan (Al-Mushlih dan Ash-
Shawi, 2004)
Sebagai suatu bentuk kontark, mudharabah merupakan akad
bagi hasil ketika pemilik dana/modal (pemodal), biasa di sebut
shahibul mal/rabbul mal, menyediakan modal (100 persen)
kepada pengusaha sebagai pengelola, biasa disebut mudharib,
untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa
keuntungan yang di hasilkan akan dibagi di antara mereka
menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad.
9
terdiri dari syarat modal dan kewuntungan. Syarat modal yaitu;
a. Modal harus berupa uang;
b. Modal harus jelas dan diketahui jumlahnya;
c. Modal harus tunai bukan hutang; dan
d. Modal ahrus diserahkan kepada mitar kerja.
10
dengan menambahkan tingkat keuntungan yang
diinginkan.
b. Tingkat keuntungan dalam murabahah dapat ditentukan
berdasarkan kesepakatan bersama dalam bentuk
persentase tertentu dari biaya.
c. Semua biaya yang dikeluarkan penjual dalam rangka
memperoleh barang, seperti biaya pengiriman, pajak, dan
sebagainya dimasukkan ke dalam biaya perolehan.akan
tetapi, pengeluaran yang timbul karena usaha, tidak boleh
dimasukkan dalam harga suatu transaksi.
d. Murabahah dikatakan sah hanya ketika biaya-biaya
perolehan barang dapat ditentukan secara pasti. Jika biaya-
biaya tidak dapat dipastikan, barang/komoditas tersebut
tidak dapat dijual.
2) Salam
Salam merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di
muka dan penyerahan barang di kemudian hari dengan harga,
spesifikasi, jumlah kualitas, tanggal dan tempat penyerahan
yang jelas, serta disepakati
sebelumnya dalam perjanjian.
Barang yang diperjualbelikan belum tersedia pada saat
transaksi dan harus diproduksi terlebih dahulu, seperti produk-
produk pertanian dan produk-produk fungible (barang yang
dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran, dan
jumlahnya) lainnya. Barang-barang non fungible seperti batu
mulia, lukisan berharga, dan lain-lain yang merupakan barang
langka tidak dapat dijadikan objek salam (Al-Omar clan Abdel-
Haq, 1996). Risiko terhadap barang yang diperjualbelikan masih
berada pada penjual sampai waktu penyerahan barang. Pihak
pembeli berhak untuk meneliti dan dapat menolak barang yang
11
akan diserahkan apabila tidak sesuai dengan spesifikasi awal
yang disepakati.
12
3) Istishna
Istishna adalah memesan kepada perusahaan untuk
memproduksi barang atau komidatas tertentu untuk
pembeli/pemesan. Istishna merupakan salah satu bentuk jual beli
dengan pemesanan yang mirip dengan salam.
Jika perusahaan mengerjakan untuk memproduksi barang
yang dipesan dengan bahan baku dari perusahaan, maka
kontrak/akad istishna muncul. Agar akad istishna menjadi sah,
harga harus ditetapkan di awal sesuai kesepakatan dan barang
harus memiliki spesifikasi yang jelas yang telah disepakati
bersama. Dalam istishna pembayaran dapat di muka, di cicil
sampai selesai, atau di belakang.
4
Abdul Ghafur Anshori, Aspek Hukum Reksa Dana Syariah (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm
25.
13
Sewa atau ijarah dapat dipakai sebagai bentuk
pembiayaan, pada mulanya bukan merupakan bentuk
pembiayaan, tatapi merupakan aktivitas usaha seperti jual beli.
Individu yang membutuhkan pembiayaan untuk membiayai
pembelian aset produktif. Pemilik dana kemudian membeli
barnag dimaksud dan kemudian menyewakannya kepada yang
membutuhkan aset tersebut.
Rukun dari akad iajrah yanh harus dipenuhi dalam transaksi ada
beberapa:
a. Pelaku akad. Yaitu musta’jir (penyewa) dalah pihak yang
menyewaaset, dan mu’jir/muajir (pemilik) adalah pihak
pemilik yang menyewakan
b. Objek akd, yaitu ma’jur (aset yang disewakan), dan ujarah
9harga sewa); dan
c. Shighat, yaitu ijab dan qabul.
Syarat harus dipenuhi agar hukum syariha terpenuhi.
a) Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yng
disewakan tersebut harus tertentu dan diketahui dengan
jels oleh kedua belah pihak;
b) Kepemilikan aset tetap pada yang benyewakan yang
bertanggung jawab atas pemeliharaannya sehingga aset
tersebut teru dapat memberi manfaat kepada penyewa;
c) Akad ijarah dihentikan pada saat asett yang berasngkutan
berhanti membrikan manfaat kepada penyewa;
d) Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga
yang ditetapkan sebelumnya pada saat kontrak berakhir.
14
Ijarah muntahiya bittamlik adalah transaksi sewa dengan
perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa diakhir
periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih kepemilikan
objek sewa.5
6. Akad Pola Lainnya
1) Wakalah
Wakalah atau biasa disebut perwakilan, dalah perlimpahan
kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain.
5
Akad dan Produk Bank Syariah.
15
Sedangkan syaratnya yaitu:
a. Objek akad harus jelas dan dapat dijaminkan;dan
b. Tidak bertentangan dengan syariat islam.
3) Hawalah
Hawalah adalah pengalihan utang/piutang dari orang yang
berhutang/berpiutang kepada orang lain yang wajib
menanggungnya/menerimanya
4) Rahn
rahn adalah pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak
kepada pihak lain (bank) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.
Atas jasanya, maka penerima kekuasaan dapat meminta imbalan
tertentu dari pemberi amanah.
16
c. Shighat, yaitu ijab dan qabul.
5) Sahrf
Jaul beli valuta dengan valuta lain.
Rukun dari akad ini yaitu:
a. Pelaku akad, yaitu penjuual dalah pihak yang memiliki
valuta untuk dijual, dan pembeli adalah pihak yang
memerlukan dan akan membeli valuta
b. Objek akad, yaitu sharf (valuta) dan si’rus sharf (nilai
tukar); dan
c. Shighat, yaitu ijab dan qabul
Syaratnya yaitu:
a. Valuta (sejinis atau tidak sejenis). Apabila sejenis, harus
ditukarkan dengan jumalh yang sama. Apabila tidak
sejenis, pertukaran dilakukan sesuai dengan nilai tukar;
dan
b. Waktu penyerahan
6) Ujr
Imbalan yang diberikan atau yang diminta atas suatu
pekerjaan yang dilakukan. Akad ujr diaplikasikan dalam produk-
produk jasa keuangan bank syariah, seperti untuk penggajian,
penyewaan, penggunaan ATM, dan sebagainya6
6
hlm 96-107.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata “akad” berasal dari bahasa Arab al-aqdu dalam bentuk jamak disebut
al-uquud yang berarti ikatan atau simpul tali. Menurut ulama fiqh, kata akad di
definisikan sebagai hubungan antara ijab dan kabul sesuai dengan kehendak
syariat yang menetapkan adanya pengaruh (akibat) hukum dalam objek perikatan.
Terdapat perbedaan pendapat para ulama fiqh dalam menentukan rukun suatu
akad. Jumhur ulama fiqh menyatakan bahwa rukun akad terdiri atas :
1) Pernyataan untuk mengikatkan diri (shighat al-‘aqd)
2) Pihak-pihak yang berakad (al-muta’aqidain)
3) Obyek berakad (al-ma’qud’alaih)
18
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghafur Anshori. Aspek Hukum Reksa Dana Syariah. 150 vol. Bandung: Refika
Aditama, 2008.
ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah. 1 ed. Jakarta: Prenada Media Group, 2012.
Nizaruddin. Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Idea Press, 2013.
19