Anda di halaman 1dari 8

6.

Apa saja macam-macam alat kontrasepsi

Jawab:

1) Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat atau Obat


a. Sanggama Terputus (Koitus interruptus)
Sanggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum
terjadinya ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya
ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian besar laki-laki, dan setelah itu
masih ada waktu kira-kira "detik" sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang
singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina.
Keuntungan, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat,-alat.ataupun persiapan,
tetapi kekurangannya adalah untuk mensukseskan cara ini dibutuhkan
pengendalian diri yang besar dari pihak laki-laki. Beberapa laki-laki karena
faktor jasmani dan emosional tidak dapat memeprgunakan cara ini.
Selanjutnya, penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni.
Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh (1) adanya
pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejacwlatory fluid), yakni dapat
mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang (repeate coitus); (2)
terlambatnya pengeluaran penis dari vagina, dan (3) pengeluaran semen dekat
pada vulva (petting), oleh karena adanya hubungan antara vulva dan kanalis
servikalis uteri melalui benang lendir serviks uteri yang pada masa ovulasi
mempunyai spinnbarkeit yang tinggi.
b. Pembilasan Pascasanggama (Postcoital douch)
Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan
larutan obat (cuka atau obat lain) segera setelah koitus merupakan suaru cara
yang telah lama sekali dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah
untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka
ialah untuk memperoleh efek spermisida serta menjaga asiditas vagina.
Efektivitas cara ini mengurangi kemungkinan terjadinya konsepsi hanya dalam
batas-batas tertentu karena sebelum dilakukannya pembilasan spermatozoa
dalam jumlah besar sudah memasuki serviks uteri.
c. Perpanjangan Masa Menyusi Anak (Prolonged Lactation)
Efektivitas menyusui anak dapat mencegah ovulasi dan
memperpanjang amenorea postpartum. Akan tetapi, ovulasi pada suatu saat
akan terjadi lagi dan akan mendahului haid pertama setelah partus. Bila hal ini
terjadi, konsepsi dapat terjadi selagi perempuan tersebut masih dalam keadaan
amenorea dan terjadilah kehamilan kembali setelah melahirkan sebelum
mendapatkan haid.
d. Pantang Berkala (Rhytm Method)
Masa subur yang juga disebut "fase ovulasi" mulai 48 jam sebelum
ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu,
perempuan tersebut berada dalam masa tidak subur.
Kesulitan cara ini ialah sulit untuk menentukan waktu yang tepat dari
ovulasi. Ovulasi umumnya terjadi 14 + 2 hari sebelum hari pertama haid yang
akan datang. Dengan demikian, pada perempuan dengan haid yang tidak
teratur, sangat sulit atau sama sekali tidak dapat diperhitungkan saar terjadinya
ovulasi. Selain itu, pada perempuan dengan haid teratur pun ada kemungkinan
hamil, oleh salah satu sebab (misalnya karena sakit) ovulasi tidak datang pada
waktunya atau sudah datang sebelum saat semestinya. Untuk memudahkan
pemakaian cara ini, di bawah ini disajikan satu tabel untuk menentukan masa
subur dan masa tidak subur.

Efektivitas cara ini akan lebih tepat jika dibarengi dengan cara
pengukuran suhu basal badan (SBB); dengan pengukuran ini dapat ditentukan
dengan tepat saat terladinya ovulasi. Menjelang ovulasi suhu basal badan
turun, kurang dari 24 jam sesudah ovulasi suhu basal badan naik lagi sampai
tingkat lebih tinggi daripada tingkat suhu sebelum ovulasi, dan tetap tinggi
sampai akan terjadinya haid. Dengan demikian bentuk grafik suhu basal badan
adalah bifasis, dengan dataran pertama lebih rendah daripada dataran kedua,
dengan saat ovulasi di antaranya. Saat menjelang ovulasi terjadi peningkatan
sekresi lendir dari mulut rahim karena peningkatan esterogen, nyeri ringan
hingga berat pada perut atau satu baian punggung, dan adanya perasaan lebih
bergairah.

2) Kontrasepsi Sederhana
a. Kontrasepsi sederhana untuk laki-laki
a) Kondom
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu
melakukan koitus, dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina.
Bentuk kondom adalah silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang
terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung sperma.
Biasanya diameternya kira-kira 31 - 36,5 mm dan panjangnya lebih kurang
19 cm.
Keuntungan kondom, selain untuk memberi perlindungan terhadap
penyakit kelamin, juga dapat digunakan untuk tujuan kontrasepsi.
Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan yang mempergunakannya
merasakan selaput karet tersebut sebagai penghalang dalam kenikmatan
sewaktu melakukan koitus. Ada pula pasangan yang tidak menyukai
kondom oleh karena asosiasi pelacuran. Sebab-sebab kegagalan memakai
kondom ialah bocor atau koyaknya alat itu atau tumpahnya sperma yang
disebabkan oleh tidak dikeluarkannya penis segera setelah teriadinya
ejakulasi. Efek samping kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap
bahan kondom itu sendiri.
b. Kontrasepsi sederhana untuk perempuan
a) Diafragma vaginal
Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga
jangan sampai sperma masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat
diafragma, obat spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan
pada pinggirnya. Diafragma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam
hal-hal seperti berikut.
1. keadaan di mana tidak tersedia carayang lebih baik;
2. jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan
perlindungan yang terus-menerus;
3. jika pemakaian pil, IUD, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara
waktu oleh karena sesuatu sebab.
Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat
dibenarkan, misalnya pada (1) sistokel yang berat; (2) prolapsus uteri; (3)
fistula vagina; (4) hiperantefleksio atau hiperetrofleksio dan uterus.
Diafragma paling cocok dipakai perempuan dengan dasar panggul
yang tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik. Umumnya
diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek samping. Efek samping
mungkin disebabkan oleh reaksi alergik terhadap obat-obat spermatisida
yang dipergunakan, atau oleh karena terjadinya perkembang biakan bakteri
yang berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama
terpasang di situ.
Kelemahan diafragma vaginal ini ialah (1) diperlukannya motivasi
yang cukup kuat; (2) umumnya hanya cocok untuk perempuan yang
terpelajar dan tidak untuk dipergunakan secara massal; (3) pemakaian yang
tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan; (4) tingkat kegagalan lebih
tinggi daripada pil atau IUD.
Keuntungan dari cara ini ialah (1) hampir tidak ada efek samping; (2)
dengan motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup
memuaskan; (3) dapat dipakai sebagai pengganti pil, IUD atau pada
perempuan yang tidak boleh mempergunakan pil atau IUD oleh karena
sesuatu sebab.
b) Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida
Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2
komponen,yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatozoon, dan
vehikulum yang nonaktif dan yang diperlukan untuk membuat tablet atau
cream/jelly. Makin erat hubungan antara zat kimia dan sperma, makin
tinggi efektivitas obat. Oleh sebab itu, obat yang paling baik adalah yang
dapat membuat busa setelah dimasukkan ke dalam vagina, sehingga kelak
busanya dapat mengelilingi serviks uteri dan menutup ostium uteri
eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat spermatisida umumnya digunakan
bersama-sama dengan cara lain (diafragma vaginal), atau apabila ada
kontraindikasi terhadap cara lain. Efek samping jarang terjadi dan
umumnya berupa reaksi alergi.
3) Kontrasepsi Hormonal
a. Pil Kontrasepsi
a) Pil kontrasepsi kombinasi
Umumnya dapat dikatakan bahwa komponen estrogen dalam pil
menekan sekresi FSH menghalangi maturasi folikel dalam ovarium. Karena
pengaruh estrogen dari ovarium terhadap hipofisis tidak ada, maka tidak
terdapat perrgeluaran LH. Pada pertengahan siklus haid kadar FSH rendah
dan tidak terjadi peningkatan kadar LH, sehingga menyebabkan ovulasi
terganggu. Komponen progestagen dalam pil kombinasi memperkuat khasiat
estrogen untuk mencegah omlasi, sehingga dalam 95 – 98% tidak terjadi
ovulasi.
Tidak semua perempuan dapat menggunakan pil kombinasi untuk
kontrasepsi. Kontraindikasi terhadap penggunaannya dapat dibagi dalam
kontraindikasi mutlak dan relatif.
1. Kontraindikasi mutlak: termasuk adanya tumor-rumor yang dipengaruhi
estrogen, penyakit hati yang aktif, baik akut ataupun menahun; pernah
mengalami trombo-flebitis, trombo-emboli, kelainan serebro-vaskuler;
diabetes mellitus; dan kehamilan.
2. Kontraindikasi relatif: depresi; migrain; mioma uteri; hipertensi;
oligomenorea dan amenorea. Pemberian pil kombinasi kepada perempuan
yang mempunyai kelainan tersebut di atas harus diawasi secara teratur dan
terus-menerus, sekurang-kurangnya tiga bulan sekali.
Kelebihan pil kombinasi antara lain ialah:
1. Efektivitasnya dapat dipercaya (daya guna teoritis hampir 100%, daya
guna pemakaian 95 - 98%).
2. Frekuensi koitus tidak perlu diatur.
3. Siklus haid jadi teratur.
4. Keluhan-keluhan dismenorea yang primer menjadi berkurang atau hilang
sama sekali.
Kekurangan pil kombinasi antara lain ialah:
1. Pil harus diminum tiap hari, sehingga kadang-kadang merepotkan.
2. Motivasi harus kuat.
3. Adanya efek samping walaupun sifatnya sementara, seperti mual, sakit
kepala, dan muntah, nyeri buah dada.
4. Kadang-kadang setelah berhenti minum pil dapat timbul amenorea
persisten.
5. Untuk golongan penduduk tertentu harganya masih mahal.
b) Pil sekuensial
Di Indonesia pil sekuensial tidak diedarkan. Pil sekuensial itu tidak
seefektif pil kombinasi, dan pemakaiannya hanya dianjurkan pada hal-hal
tertentu saja. Pil diminum yang hanya mengandung estrogen saja untuk 14 -
16 hari, disusul dengan pil yang mengandung estrogen dan progestagen
untuk 5 - 7 hari.
b. Kontrasepsi Suntikan (Depo Provera)
a) Suntikan setiap 3 bulan (Depo Provera)
Depo Provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk
tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progestagen yang kuat dan
sangat efektif. obat ini termasuk obat depot. Noristerat juga termasuk dalam
golongan kontrasepsi suntikan.
Mekanisme kerja antara lain:
1. Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukan gonadotropin releasing hormone dari hipotalamus.
2. Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma
melalui serviks uteri.
3. Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi.
4. Mempengaruhi transpor ovum di tuba.
Keuntungan kontrasepsi suntikan berupa depo ialah: efektivitas tinggi;
pemakaiannya sederhana; cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya
4x setahun); reversibel; dan cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak.
Kekurangan metode depot ialah sering menimbulkan perdarahan yang
tidak teratur (spotting breaktbrowgh bleeding), dan lain-lain; dapat
menimbulkan amenorea. Obat suntikan cocok digunakan oleh ibu-ibu yang
baru saja melahirkan dan sedang menyusui anaknya.
b) Suntikan setiap bulan (Monthly Injectable)
Suntikan bulanan mengandung 2 macam hormon progestin dan
estrogen seperti hormon alami pada tubuh perempuan. Juga disebut sebagai
kontrasepsi suntikan kombinasi (combined injectable contraseptive).
Preparat. yang dipakai adalah medroxy progesterone acetate (MPA)/estradiol
caprionate atau norethisterone enanthare (NET-EN)/estradiol valerate.
Berbagai macam nama telah beredar antaralain Cyclofem, Cycloprooera,
Mesygna, dan Noigtnon. Mekanisme kerjanya adalah mencegah keluarnya
ovum dari ovarium (orulasi). Efektivitasnya tergantung saat kembalinya
untuk mendapatkan suntikan. Bila perempuan mendapatkan suntikan tepat
waktu, angka kehamilannya kurang dari 1 per 100 perempuan yang
menggunakan kontrasepsi bulanan dalam satu tahun pertama.
4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Devices (IUD)
IUD mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan cara kontrasepsi
lainnya seperti: .
1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu
kali motivasi.
2. Tidak menimbulkan efek sistemik.
3. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal.
4. Efektivitas cukup tinggi.
5. Reversibel.
Efek samping pemakaian IUD diantaranya sebagai berikut.
1. Perdarahan
2. Rasa nyeri dan kejang di perut
3. Gangguan pada suami
4. Ekspulsi (pengeluaran sendiri)
Komplikasi IUD diantaranya:
1. Infeksi
2. Perforasi
3. Kehamilan
5) Kontrasepsi Mantap
a. Kontrasepsi mantap pada perempuan
Sterilisasi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba Fallopii
perempuan atau kedua vas deferens laki-laki, yang mengakibatkan yang
bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi. Pada
perempuan disebut dengan tubektomi yaitu tindakan mengikat atau memotong
tabua Fallopii.
Keuntungan sterilisasi ialah
1. Motivasi hanya dilakukan satu kali saja, sehingga tidak diperlukan motivasi
yang berulang-ulang.
2. Efektivitas hampir 100%
3. Tidak mempengamhi libido seksualis.
4. Tidak adanya kegagalan dari pihak pasien (patient's failure).
b. Kontrasepsi mantap pada laki-laki
Vasektomi merupakan suatu operasi kecil dan dapat dilakukan oleh
seseorang yang telah mendapat latihan khusus. Vasektomi dilakukan dengan
mengikat atau memotong saluran vas deferens. Pada dasarnya indikasi untuk
melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan suami-isteri tidak menghendaki
kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan
pada dirinya. Sebetulnya tidak ada kontraindikasi untuk vasektomi; hanya
apabila ada kelainan lokal atau umum yang dapat mengganggu sembuhnya luka
operasi, kelainan itu harus disembuhkan dahulu.
Keuntungan vasektomi ialah:
1. Tidak menimbulkan kelainan baik fisik maupun mental.
2. Tidak mengganggu libido seksualis.
3. Dapat dikerjakan secara poliklinis.
Sumber :
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi ke-4. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Etiologi Ca Cervix?
Jawab:
Kanker serviks merupakan penyakit kanker perempuan yang menimbulkan kematian
terbanyak akibat penyakit kanker terutama di negara berkembang. Diperkirakan dijumpai
kanker serviks baru sebanyak 500.000 orang di seluruh dunia dan sebagian besar terjadi di
negara berkembang.1
Salah satu penyebabnya adalah karena infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang
merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Dalam perkembangan kemajuan di bidang
biologi molekuler dan epidemiologi tentang HPV, kanker serviks disebabkan oleh virus HPV.
Banyak penelitian dengan studi kasus kontrol dan kohort didapatkan Risiko Relatif (RR)
hubungan antara infeksi HPV dan kanker serviks antara 20 sampai 70. Infeksi hPV
merupakan penyakit menular seksual yang utama pada popuiasi, dan estimasi terjangkit
berkisar 14 - 20% pada negara-negara di Eropa sampai 70% di Amerika Serikat, atau 95% di
populasi di Afrika. Lebih dari 70% kanker serviks disebabkan oleh infeksi hPV tipe 16 dan
18.1
Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiannya
mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik, diantaranya yang penting
adalah jarang ditemukan pada perawan (virgo), insidensi lebih tinggi pada mereka yang
kawin daripada yang tidak kawin, terutama pada gadis yang koitus pertama (coitarche)
dialami pada usia amat muda (kurang dari 16 tahun), insidensi meningkat dengan tingginya
paritas, apalagi bila jarak persalinan terlampau dekat, mereka dari golongan sosial-ekonomi
rendah, hygiene seksual yang jelek, aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan
(promiskuitas), jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya disunat (sirkumsisi),
perempuan dengan kebiasaan merokok.2
Sumber:
1. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi ke-4. Jakarta: PT. Bina
Pustaka

2. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakkarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai