Anda di halaman 1dari 30

BUKU PEDOMAN

ETIKA DAN MEDIKO LEGAL


RSUD Dr. R. SOEDJONO SELONG

Disusun Oleh :
Komite Etika dan Mediko Legal
RSUD Dr. R. Soedjono Selong
2010
SAMBUTAN

KETUA KOMITE ETIKA DAN MEDIKO LEGAL


RSUD Dr. R. SOEDJONO SELONG

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas suksesnya menyusun
Buku Pedoman Etika dan Mediko Legal RSUD Dr. R. Soedjono Selong. Dengan perubahan
teknologi di abad 21 ini, masalah etika dan mediko legal menjadi tugas yang sangat penting dan
berat bagi pelaksanaan di Rumah Sakit.
Tugas bagi segenap petugas Rumah Sakit menjadi semakin komplek dan rumit.

Buku ini dapat memberikan :


1. Sebagai sumber informasi yang relevan untuk menyelesaikan masalah etik dan mediko legal
di RSUD Dr. R. Soedjono Selong.
2. Mengidentifikasi masalah pelanggaran etik dan mediko legal serta memberikan pendapat
untuk penyelesaian.
3. Sebagai pedoman dan membantu para Dokter, Paramedis dan Anggota Tim Kesehatan
Rumah Sakit dalam menghadapi masalah-masalah pelanggaran etik dan mediko legal
maupun pemantapan pengalaman etik masing-masing profesi.

Akhirnya kami berharap semoga buku ini bermanfaat bagi yang menggunakan.

Ketua,

Dr. H. ENDRO PRANOTO, SpM.


SAMBUTAN
KETUA KOMITE ETIKA DAN MEDIKO LEGAL
RSUD Dr. R. SOEDJONO SELONG

Komite Medik RSUD Dr. R. Soedjono Selong sangat berterima kasih atas terbitnya buku
pedoman etika dan mediko legal RSUD Dr. R. Soedjono Selong yang disusun oleh Komite Etika
dan Mediko Legal. Komite Etika dan Mediko Legal ikut bertanggung jawab tentang pelaksanaan
etika profesi sebagai Rumah Sakit Rujukan.

Etika dan Mediko Legal merupakan hal yang penting dan menentukan keberhasilan dalam
kehidupan bermasyarakat. Demikian pula dalam pelayanan kesehatan di RSUD Dr. R. Soedjono
Selong norma-norma etik hendaknya dijunjung tinggi. Norma etik akan mendukung adanya
komunikasi yang sehat antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya maupun antara
petugas kesehatan sendiri akan memberikan suasana yang nyaman pada pelaksanaan tugas yang
akhirnya sangat besar sumbangsihnya pada keberhasilan kesembuhan pasien.

Komite Medik berharap agar aturan-aturan yang disusun dapat diketahui dan diikuti dengan
baik oleh para petugas kesehatan dilingkungan RSUD Dr. R. Soedjono Selong khususnya para
Dokter.

Buku ini hendaknya dapat disosialisasikan secara efektif sehingga dapat dimengerti
dengan baik.

Ketua,

Dr. H. ISDONO WISNU TJAHJA, SpOG


SAMBUTAN
DIREKTUR RSUD Dr. R. SOEDJONO SELONG

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. bahwa kita dikaruniai kesehatan dan
kesempatan untuk beramal ibadah antara lain melalui penerbitan buku pedoman etika dan mediko
legal RSUD Dr. R. Soedjono Selong.

Kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada seluruh Tim
penyusun buku pedoman ini. Dalam kondisi negara kita yang memprihatinkan ini kita justru harus
berkarya dan meningkatkan pengabdian kita agar segera terbebas dari kesulitan dan krisis di
berbagai bidang. Sebagaimana kita ketahui dan rasakan bersama krisis yang melanda negara kita
meliputi berbagai aspek termasuk aspek etika.

Di kalangan Rumah Sakit, apalagi RSUD Dr. R. Soedjono Selong sebagai Rumah Sakit
Rujukan sudah sewajarnya bila kita harus selalu menjadi panutan Rumah Sakit lain.
Rumah Sakit mempunyai 2 ( dua ) tanggung jawab umum dan khusus. Tanggung jawab umum
Rumah Sakit merupakan kewajiban pimpinan menjawab mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang
permasalahan-permasalahan, peristiwa, kejadian dan keadaan di Rumah Sakit. Tanggung jawab
muncul jika ada anggapan bahwa Rumah Sakit telah melanggar kaidah-kaidah, baik dalam bidang
hukum, etika maupun tata tertib atau disiplin.

Dengan diterbitkannya Buku Pedoman Etika dan Mediko Legal RSUD Dr. R. Soedjono
Selong diharapkan mampu mewujudkan Visi Rumah Sakit yaitu : Rumah Sakit bermutu untuk
seluruh lapisan masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010.

Semoga langkah-langkah kita selalu mendapat ridho dari Allah SWT.


Sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Direktur RSUD Dr. R. Soedjono Selong

Dr. H. M. Hasbi Santoso, M.Kes


PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
RSUD Dr. R. SOEDJONO SELONG
Jln. Prof. M. Yamin, SH. No. 55 Selong
Telepon No. ( 0376 ) 21118, 21599, 21415 Fax. (0376) 21415

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD Dr. R. SOEDJONO SELONG


NOMOR : 445 / / RSUD / 2010

TENTANG

PEMBERLAKUAN BUKU PEDOMAN ETIKA DAN MEDIKO LEGAL


PADA RSUD Dr. R. SOEDJONO SELONG

DIREKTUR RSUD Dr. R. SOEDJONO SELONG

Menimbang : a. bahwa dalam menunjang peningkatan mutu pelayanan RSUD Dr. R.


Soedjono Selong perlu adanya pedoman Etika dan Mediko Legal Rumah
Sakit;
b. bahwa untuk mencapai maksud tersebut pada huruf a diatas, maka
dipandang perlu memberlakukan Buku pedoman Etika dan Mediko Legal
RSUD Dr. R. Soedjono Selong yang ditetapkan dengan Keputusan
Direktur.

Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 1992


tentang Kesehatan;
2. Undang - Undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok - Pokok Kepegawaian;
3. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2005;
4. Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987
tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang
Kesehatan kepada Daerah;
6. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur
Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur
Nomor 15 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kab.
Lombok Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Lombok Timur.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Memberlakukan Buku Pedoman Etika dan Mediko Legal RSUD Dr. R.
Soedjono Selong.

KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Selong
Pada tanggal :
Plt. Direktur RSUD Dr. R. Soedjono Selong

Dr. H. M. Hasbi Santoso, M.Kes.


Nip. 19660429 199703 1 001
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kata Bioetika pertama-tama digagas oleh Rosselaer Polter untuk menggambarkan usulan
penelitiannya yang membutuhkan etika yang menyatu dalam kewajiban kita tidak saja kepada
sesama manusia, tetapi juga kepada lingkungan hidup secara keseluruhan ( bisphere ).
Bioetika ini tadinya digunakan untuk etika ekologi, tetapi sekarang dimanfaatkan pada
penelitian-penelitian biologi dan kedokteran. Bahkan sekarang berkembang lagi ke masalah
yang berhubungan dengan pelayanan, penelitian dan pendidikan kedokteran dan kesehatan.
Penggunaan istilah diberbagai buku ajaran misalnya Bioethic, Biomedical, Medical Ethic, pada
dasarnya mempunyai pengertian yang sama antara yang satu dengan lainnya.

Rumah Sakit merupakan bagian dalam satu sistem pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelayanan medis. Asuhan Keperawatan di Poliklinik maupun di Ruang
Perawatan dan di Kamar Operasi. Pelayanan penunjang lain yang juga dilaksanakan di
Rumah Sakit antara lain Radiologi, Patologi Klinik, Rehabilitasi Medik, juga pelayanan
Administrasi dan Keuangan. Oleh karena itu prilaku Dokter, Perawat, Bidan dan semua
karyawan lainnya di Rumah Sakit perlu memiliki, menjaga dan mengembangkan etika, baik
etika kerumahsakitan secara umum, etika kedokteran dan keperawatan maupun etika
pelayanan administrasi dan keuangan. Begitu luasnya permasalahan etika Rumah Sakit,
penggunaan istilah Bioetika di Rumah Sakit dipandang cukup memadai dan dapat diterima.

Ada 2 ( dua ) contoh keberhasilan etika medis dalam membuka tabir ketertutupan praktek
kedokteran, yaitu yang pertama terjadi pada abad 18 dengan nilai integritas intelektual dan
moral praktek kedokteran. Penilaian ini tidak saja kepada dokter-dokternya tetapi juga kepada
institusinya seperti Rumah Sakit dan tempat-tempat pelayanan kedokteran lainnya.
Gregory, seorang dokter sekaligus philasopher dari skotlandia, memberikan kritik yang tajam
kepada praktek kedokteran, waktu itu berciri “ entre prenunerial, self interest and lagerly
unscientific practice of medicine “. Di Amerika Serikat, lebih dari dua abad berikutnya “
managed practice ‘. Membuka hal yang sama bahkan di Amerika Serikat praktek kedokteran
masih melakukan hal yang hampir sama yaitu “ Intre Oreneural, Still Self Interest, but more
scientific “. Managed Practice yang mengembangkan apa yang disebut “ population based
medicine “ sebagai dasar praktek kedokteran semua spesialis dan mendorong paradigma
kedokteran yang baru, yaitu “ melecular medicine dan population based medicine “.
Tujuan tulisan ini adalah menyegarkan kembali ingatan kita akan pentingnya etika medis
atau bioetika di Rumah Sakit dalam rangka menuju pelayanan prima. Beberapa prinsip dasar
etika medis berbagai masalah yang berhubungan dengan bioetika di Rumah Sakit, kontroversi
etika penelitian dan lain sebagainya akan dibahas secara singkat pada tulisan ini.
B. PRINSIP-PRINSIP DASAR ETIKA

Ada beberapa prinsip etika mendasari etika kerumah sakitan antara lain :
1. Prinsip Dasar
Bahwa satu intervensi klinik yang dibenarkan ( Is Justfied ) adalah kalau keuntungan-
keuntungan yang diperoleh lebih besar dari kemungkinan-kemungkinan yang memberikan
beban ( kerugian ) kepada pasien.

2. Pembuatan Keputusan Bersama antara pasien dan Dokter


Pembuatan keputusan bersama antara pasien dan dokter ada beberapa pendekatan :
a. Dua pendekatan yang dianggap banyak kekurangan atau kelemahannya adalah :
1) Paternalisme yaitu : kalau dalam mengambil keputusan dokter menentukan
segalanya tentang apa yang terbaik untuk pasien.
2) Otonomi Pasien Sepenuhnya yaitu : kalau dokter memberikan keterangan yang
diperlukan, tetapi pasien atau wali ( yang ditentukan ) yang memutuskan segalanya.

b. Pendekatan yang dipilih, yaitu :


Pembuatan keputusan bersama adalah yang terbaik, dengan menggunakan “ premis “
bahwa keputusan klinis yang terbaik akan melibatkan dua komponen ( pihak ) :
Pertama : Pasien ( walinya ) umumnya adalah pihak yang secara tepat mengetahui
dan memiliki otoritas untuk menentukan tujuan atau nilai yang akan
dicapai.
Kedua : Dokter adalah pihak yang tepat ( ahli ) untuk menentukan intervensi medis
apa yang sebenarnya, kalau ada yang dapat dilakukan untuk mencapai
tujuan.

Ada dua aturan yang berlaku secara umum, bahwa seorang pasien yang mampu
(competent patient) mempunyai hak untuk menolak setiap upaya tindakan medis misalnya
pengobatan ( treatment ) walaupun pengobatan tersebut merupakan sesuatu yang
diperlukan untuk menyelamatkan jiwanya. Kalau seorang pasien tidak mampu ( is not
compotent ) sesuai dengan hukum yang berlaku dapat dirujuk perwaliannya yang tepat
untuk mewakilinya.

C. LANDASAN HUKUM ( MEDICO LEGAL PERSPECTIVE )

Rumah Sakit seperti halnya dengan kegiatan-kegiatan dibidang yang lain tidak dapat lepas
dari peraturan-peraturan dan hukum yang berlaku. Masyarakat tidak menyadari hak dan
kewajiban, begitu juga dengan norma dan pandangan hidupnya, terutama dibidang
kedokteran kesehatan.
Ada beberapa pengertian mengenai hak-hak hukum seseorang dalam menerima atau
menolak suatu tindakan medis ( pemeriksaan, pengobatan dll ) sebagai berikut :
1. Seorang dewasa yang mampu ( compotent ) memiliki hak hukum untuk menerima atau
menolak tindakan medis, walaupun masih harus memperhatikan berbagai kepentingan
hukum yang berlaku, misalnya menghindari bunuh diri, mempertahankan hidup, melindungi
kepentingan-kepentingan mereka yang hidupnya tergantung pada keadaan-keadaan
tertentu dan mempertahankan integritas etika dalam profesi kedokteran, keperawatan dan
kesehatan lain.
2. Seorang dewasa yang tidak mampu ( in compotent ) memiliki hak hukum yang sama untuk
menerima atau menolak tindakan medis yang dapat dilakukan oleh seorang wali yang
sudah ditentukan sesuai dengan standar hukum yang berlaku.
3. Dalam beberapa keadaan, dimana wali telah ditentukan oleh pasien sebelumnya, ia ( wali )
mempunyai otoritas yang sama untuk membuat keputusan pelayanan kesehatan yang
dikehendaki oleh pasien dan hal ini mungkin dapat berbeda satu daerah dengan daerah
lainnya.
4. Ada beberapa hal yang memerlukan tuntunan hukum dalam menentukan suatu keputusan
wali yang telah ditunjuk, antara lain :
a. Keputusan untuk tidak meneruskan resusitasi.
b. Keputusan untuk meneruskan atau menghentikan suatu pengobatan.
c. Mempertimbangkan pemberian nutrisi atau cairan.
d. Keputusan penolakan transfusi darah oleh kelompok-kelompok populasi tertentu
misalnya “ Jehowah’s Witnesses “.
5. Menentukan kriteria mati batang otak ( Brain Death ) yang sesuai dengan prosedur standar
yang berlaku.

Dalam mengambil keputusan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Beberapa
pendekatan umum yang sistematis pada setiap menghadapi masalah etika klinis, yaitu bahwa
keputusan-keputusan tersebut didukung dengan fakta-fakta yang telah di rekonformasi, nilai-
nilai atau pilihan-pilihan atau pertimbangan-pertimbangan tindakan medis yang diambil
memerlukan cek ulang ( evidence-based medicine ).

Perlu juga diingat hal-hal sebagai berikut :


1. Keputusan yang baik membutuhkan data atau bukti yang baik pula.
Sebagai contoh kalau pengetahuan dokter tentang kondisi biologi dan riwayat penyakit
seorang pasien dapat diketahui dengan baik, maka banyak kesukaran-kesukaran akan
menjadi lebih dimudahkan.
2. Carilah solusi “ win-win “ dan kreatif.
Suatu pilihan keputusan yang terbaik tidak jarang hanya suatu ilusi atau angan-angan saja,
sehingga perlu dikemukakan nilai-nilai penting dengan alasan-alasan yang rasional. Suatu
tindakan yang dapat memperpanjang hidup dan mempertahankan kualitas hidup atau
respek pada otonomi pasien dan yakin bahwa pasien menerima tindakan medis atau
pengobatan yang efektif adalah lebih baik daripada hanya dengan satu, dua pilihan
diantaranya.
3. Dipikirkan juga siapa yang harus mengambil keputusan , seperti halnya apa yang harus
diputuskan yang terbaik. Tidak jarang satu keputusan dan siapa yang memutuskan
keduanya tidak jelas.

D. MENYIAPKAN, MENYUSUN DAN MENINGKATKAN ETIKA PELAYANAN MEDIS

Ada beberapa hal yang perlu dicermati dalam melaksanakan pelayanan medik atau asuhan
keperawatan, antara lain mengenai fakta-fakta, nilai-nilai, konflik, beberapa kemungkinan
langkah tindakan medis, keputusan dan pembenarannya, ketidaksepakatan dan etika
pencegahan :
1. Fakta-fakta yang penting dari satu kasus dapat berasal dari riwayat penyakit, diagnosis,
kondisi klinis, berbagai kemungkinan bentuk-bentuk intervensi termasuk ( doing nothing )
dan prognosis untuk masing-masing fakta subyektif. Misalnya rasa tajut, harapan, pilihan
pasien tersebut. Fakta lain yang berhubungan dengan keluarga, lingkungan / masyarakat,
kondisi ekonomi, sumber-sumber yang tersedia serta masalah legalitas.

2. Nilai apa yang paling penting dari masing-masing “stakeholders” ( pasien, keluarga,
anggota tim pelayanan kesehatan, institusi ( misalnya; Rumah Sakit ) “society” dan pihak
ketiga. Sebagai contoh, misalnya; kesehatan pribadi, kesamaan atau keterbukaan,
kebenaran, integritas profesional, nilai-nilai agama dan kebudayaan.

3. Konflik nilai-nilai atau fakta-fakta apa saja, kalau ada yang menimbulkan perbedaan-
perbedaan pandangan, persepsi dan keputusan yang di ambil.

4. Berbagai langkah tindakan yang akan di ambil, semua dengan mempertimbangkan


berbagai faktor dan nilai yang ada.

5. Keputusan langkah tindakan yang ditetapkan dengan membandingkan berbagai


kemampuan yang dimiliki dengan nilai-nilai yang paling penting, memilih langkah yang baik
dan meningkatkan kualitas pilihan. Kalau mungkin dengan tidak meninggalkan nilai-nilai
yang penting.

6. Ada lima kemungkinan ketidak sepakatan etika klinik :


a) Tentang fakta ( diagnosis, pragnosis, dll. )
b) Tentang nilai-nilai apa yang harus dipertimbangkan
c) Tentang bagaimana menimbang perbedaan-perbedaan nilai
d) Tentang apa yang terjadi kalau langkah yang diusulkan telah dilaksanakan
e) Tentang hak otoritas pembuatan keputusan.
Kalau perbedaan-perbedaan atau ketidak sepakatan ini belum ditemukan jalan keluar, kita
sebaiknya dapat menerima bahkan mengusulkan untuk mendapatkan “ second or third
clinical opinion “ yang dapat membantu menyelesaikan perbedaan atau ketidaksepakatan
ini.

7. Satu dilema dalam etika klinik sering dapat diduga sebelumnya, oleh karena itu ada
dua hal yang perlu diperhatikan :
1) Kembangkan hubungan ( partnership ) dengan pasien dan keluarganya dengan sebaik-
baiknya ( trust wortly ).
2) Komunikasikan tujuan dan hasil se-awal dan sesering mungkin realistik.

E. KASUS-KASUS ETIKA MEDIS

Sangat banyak kasus etika medis yang ditemukan dalam berbagai variasi jenis dan tingkat
atau berat ringannya permasalahan yang didapat dari berbagai kegiatan pelayanan medik,
asuhan keperawatan, pelayanan administrasi dan keuangan di Rumah Sakit, antara lain :
1) Informed consent
2) Perbedaan bahasan
3) Ekonomi keuangan
4) Hubungan pasien dengan dokter / perawat
5) Pelanggaran disiplin kerja.
BAB II
ETIKA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT

A. ETIKA RUMAH SAKIT SECARA UMUM

Kode Etik Kedokteran ( KODEKI ) yang telah dirumuskan beberapa tahun yang lalu dan
telah mendapatkan penyempurnaan pada tahun-tahun berikutnya diterbitkan kembali sebagai
hasil musyawarah kerja etika kedokteran II tahun 1981.

Kode Etik Kedokteran ini mutlak perlu sebagai panduan bagi setiap dokter dalam
melaksanakan tugas profesinya sehari-hari. Dengan adanya KODEKI maka kita bersyukur
karena kita telah mempunyai semacam rambu-rambu tentang bagaimana seharusnya seorang
dokter bertindak dan apa yang tidak patut dilakukan oleh dokter dalam melaksanakan tugas.

Rumah Sakit dipihak lain, yang merupakan tempat bekerja sebagian besar para dokter
tersebut, juga sangatlah perlu memiliki rambu-rambu serupa yang memberi pedoman bagi
semua tenaga kesehatan yang bekerja disana termasuk para dokter.

Demikian pulalah halnya dengan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia yang telah disarikan
dalam bentuk Kode Etik Rumah Sakit Indonesia merupakan landasan sikap dan tindakan
tanduk Rumah Sakit di seluruh Indonesia termasuk RSUD Dr. R. Soedjono Selong.

Menurut hemat kami, secara umum pokok-pokok etika yang ada pada KODEKI dan Kode
Etik Rumah Sakit Indonesia dapat sebagai landasan sebagai pelaksana etika Rumah Sakit itu,
disamping hal-hal lain yang bersifat khusus.

1) Kewajiban Rumah Sakit :


1. Rumah Sakit sebagai suatu instansi harus :
a. Mentaati Kode Etik Rumah sakit Indonesia
b. Mampu mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua kewajiban di Rumah
Sakit.
c. Memberikan pelayanan yang terbaik
d. Memberikan pertolongan gawat darurat tanpa menghapuskan pembayaran uang
muka terlebih dahulu
e. Memelihara rekam medik dengan baik
f. Memelihara peralatan dengan baik selalu dalam keadaan siap pakai
g. Merujuk kepada Rumah Sakit lain bila tidak tersedia peralatan atau tenaga spesialis
yang dibutuhkan penderita
h. Selalu berusaha meningkatkan mutu pelayanan.

2. Terhadap Masyarakat, Rumah Sakit harus :


a. Berlaku jujur dan terbuka
b. Dengan terbuka menerima saran dan kritik masyarakat sebagai masukan untuk
perbaikan pelayanan Rumah Sakit pada umumnya.
c. Berusaha menjangkau penderita diluar dinding Rumah Sakit ( ekstramural ).

3. Terhadap Penderita, Rumah Sakit harus :


a. Mengindahkan hak-hak penderita
b. Memberikan penjelasan apa yang diderita dan tindakan apa yang hendak dilakukan
kepada penderita
c. Meminta persetujuan penderita sebelum melakukan suatu tindakan ( informed
consent )
d. Mengindahkan hak pribadi dan menjaga rahasia penderita.

4. Tenaga Staf, Rumah Sakit harus :


a. Mengadakan seleksi penerimaan staf secara jujur dan terbuka
b. Mengadakan koordinasi dan membina hubungan baik antar seluruh tenaga di
Rumah Sakit
c. Mengawasi dan mengupayakan agar segala sesuatu dilakukan sesuai standar
profesi yang berlaku
d. Berlaku adil terhadap semua tenaga Rumah Sakit tanpa pilih kasih.

5. Rumah Sakit juga harus :


a. Mengikuti perkembangan dunia perumah sakitan
b. Memelihara hubungan baik antara Rumah Sakit dan menghindarkan persaingan
yang tidak sehat
c. Menggalang kerjasama yang baik dengan instansi atau badan lain yang bergerak
dibidang kesehatan
d. Membantu upaya penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran
e. Dalam melakukan pemasaran hendaknya bersifat informatif dan selalu
berlandaskan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia.

2) Tenaga Dokter
1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter
2. Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang tertinggi
3. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi
oleh keuntungan pribadi
4. Tidaklah etis seorang dokter :
a. Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri
b. Melaksanakan secara sendiri atau bersama-sama penerapan pengetahuan dan
ketrampilan kedokteran dalam segala bentuk tanpa kebebasan profesi
5. Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk insani,
baik jasmani ataupun rohani hanya dilakukan untuk kepentingan penderita
6. Seorang dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya
7. Seorang dokter hendaknya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya
8. Dalam mengerjakan pekerjaannya seorang dokter harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang paripurna
serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya
9. Setiap dokter dalam bekerjasama dengan teman sejawatnya di Rumah Sakit atau
pejabat lain harus memelihara saling pengertian sebaik-baiknya
10. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup insani
11. Setiap dokter wajib bersikap tulus, ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan maka ia wajib melakukan konsultasi kepada
dokter yang lebih senior atau kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam
penyakit tersebut
12. Setiap dokter harus memberikan satu kesempatan kepada setiap satu penderita agar
senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadah
dan atau dalam masalah lain
13. Setiap dokter IRD wajib melakukan pertolongan darurat dengan semata-mata
mendahulukan keselamatan penderita daripada pertimbangan-pertimbangan lain
14. Setiap dokter hendaklah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, tetap setia pada
cita-citanya yang luhur
15. Setiap dokter wajib menyimpan semua rahasia kedokteran yang diketahuinya termasuk
data hasil pemeriksaan laboratorium, data dalam rekam medis secara keseluruhan
16. Dalam memeriksa pasien seorang wanita, disamping menerapkan tata sopan santun
secara umum, pemeriksaan didalam kamar pemeriksaan sebaiknya dokter didampingi
perawat wanita
17. Terhadap jenazah, baik untuk kepentingan pendidikan mahasiswa kedokteran maupun
untuk kepentingan Visum et Repertum setiap dokter, mahasiswa kedokteran dan
semua tenaga kesehatan lainnya haruslah bersikap hormat layaknya menghadapi
orang yang masih hidup.

B. ETIKA PELAYANAN KEPERAWATAN RSUD Dr. R. SOEDJONO SELONG


1. Pendahuluan
Sebagai profesi yang turut serta mengusahakan tercapainya kesejahteraan fisik,
mental, spiritual dan materil untuk setiap makhluk insani, maka kehidupan profesi
keperawatan di RSUD Dr. R. Soedjono Selong selalu berpedoman kepada kebutuhan
masyarakat akan pelayanan dan asuhan keperawatan.

Tenaga keperawatan di RSUD Dr. R. Soedjono Selong menyadari bahwa


kebutuhan akan keperawatan bersifat universal bagi individu, keluarga, masyarakat. Oleh
karenanya pelayanan yang diberikan oleh tenaga keperawatan adalah selalu berdasarkan
kepada cita-cita yang luhur dan niat yang murni untuk keselematan dan kesejahteraan
umat tanpa membedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran
politik dan serta agama yang dianut serta kedudukan sosial.

Dalam melaksanakan tugas pelayanan keperawatan kepada pasien, keluarga dan


masyarakat, cukup tanggung jawab tenaga keperawatan adalah meningkatkan derajat
kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengurangi dan menghilangkan penderitaan
serta memulihkan kesehatan yang kesemuanya ini dilaksanakan atas pelayanan dan
asuhan yang paripurna.

Dalam melaksanakan tugas yang profesional yang berdaya guna dan berhasil
guna, tenaga keperawatan dan RSUD Dr. R. Soedjono Selong mampu dan ikhlas
memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan memelihara
dan meningkatkan integritas sifat-sifat pribadi yang luhur dengan ilmu dan ketrampilan
yang memadai serta dengan kesadaran bahwa pelayanan dan asuhan yang diberikan
adalah merupakan bagian dari upaya kesehatan secara menyeluruh.

Dengan bimbingan Tuhan YME dalam melaksanakan tugas pengabdian untuk


kepentingan kemanusiaan, bangsa dan tanah air, tenaga keperawatan RSUD Dr. R.
Soedjono Selong merasa terpanggil untuk menunaikan karyanya dalam bidang
keperawatan dengan penuh tanggung jawab berpedoman kepada dasar-dasar seperti
tertera berikut ini :

PERAWAT DAN KLIEN

1. Perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan menghargai harkat dan


martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukaan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang
dianut serta kedudukan sosial.
2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari klien.
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan.
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
PERAWAT DAN MASYARAKAT

Perawat tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung


berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.

PERAWAT DAN TEMAN SEJAWAT

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan perawat maupun dengan


tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan secara tidak kompoten, tidak
etis dan ilegal.

PERAWAT DAN PROFESI

1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan


pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan.
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam berupaya profesi untuk membangun dan memelihara
kondisi kerja dan kondusif demi terwujudnya asuhan yang bermutu tinggi.

2. Kewajiban Bidan
a. Kewajiban Bidan terhadap Klien dan Masyarakat
1. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong senantiasa menjunjung tinggi,
menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam menjalankan tugas
pengabdiannya.
2. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong dalam menjalankan tugas profesinya,
menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara
citra bidan.
3. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong dalam menjalankan tugasnya
senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong dalam menjalankan tugasnya
mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat.
5. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong dalam menjalankan tugasnya
senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan
identitas yang sama sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya.
6. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong senantiasa menciptakan suasana yang
serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.

b. Kewajiban Bidan terhadap tugasnya


1. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong senantiasa memberikan pelayanan
paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan
profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
2. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong berhak memberikan pertolongan dan
mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan dan tugasnya termasuk
keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
3. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong harus menjamin kerahasiaan
keterangan yang didapatkan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta
oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan keperluan klien.

c. Kewajiban Bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya


1. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong harus menjalani hubungan yang baik
dengan sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
2. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong dalam melaksanakan tugasnya harus
saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

d. Kewajiban Bidan terhadap profesinya


1. Citra bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong menjaga nama baik dan menjunjung
tinggi citra profesinya dengan menampilkan kepribadiannya yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
2. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong harus senantiasa mengembangkan diri
dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong senantiasa berperan serta dalam
kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan
citra profesinya.

e. Kewajiban Bidan terhadap diri sendiri


1. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong harus memelihara kesehatannya agar
dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
2. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong berusaha untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilannya sesuai dengan ilmu perkembangan dan
teknologi.

f. Kewajiban Bidan terhadap Pemerintah, Nusa Bangsa dan Tanah Air


1. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong dalam melaksanakan tugasnya,
senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan Pemerintah dalam bidang
kesehatan, khususnya dalam bidang pelayanan KIA / KB dan kesehatan keluarga.
2. Setiap bidan RSUD Dr. R. Soedjono Selong melalui profesinya berpartisipasi dan
menyumbangkan pemikirannya kepada Pemerintah untuk meningkatkan mutu
jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA / KB dan kesehatan
keluarga.

3. Penutup
Setiap tenaga keperawatan RSUD Dr. R. Soedjono Selong dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan kode etik dan standar profesi.

C. ETIKA DALAM PELAYANAN KESEHATAN PASIEN DEWASA


1. Kewajiban Umum
1. Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
2. Setiap dokter didalam melayani pasien harus didasari itikad / niat yang baik
3. Setiap dokter yang wajib melaksanakan tugas profesinya sesuai spesialisasi atau
kemampuannya seoptimal mungkin berdasarkan standar pelayanan medis.
4. Dalam melaksanakan tugas profesinya tugas seorang dokter tidak boleh dipengaruhi
oleh pertimbangan pribadi, suku, agama, golongan maupun ras
5. Apabila didalam melaksanakan tugas profesinya, menemui kesulitan yang menyangkut
spesialis lain, setiap dokter mengkonsultasikan kepada sejawat lain sesuai
spesialisasinya
6. Seorang dokter wajib memberi kebebasan kepada pasiennya untuk ganti dokter yang
merawat apabila pasien tersebut puas akan pelayanan
7. Perbuatan berikut dipandang tidak etik :
a. Memuji diri sendiri
b. Menyalahkan tindak sejawat yang merawat sebelumnya dihadapan pasien
c. Menerima imbalan luar diketentuan yang layak tanpa persetujuan atau keikhlasan
dari pasien
d. Menjadikan pasien sebagai subyek dalam penelitian kedokteran tanpa
sepengetahuan atau seijin pasien
e. Menerapkan pengetahuan dan ketrampilan kedokteran yang belum teruji
kebenarannya
f. Memandang pasien sebanyak obyek ekonomi untuk kepentingan pribadi.
8. Dalam memberikan keterangan atau pendapat harus didasari dengan kejujuran serta
pengetahuan yang sudah teruji kebenarannya
9. Setiap dokter wajib bekerjasama baik dengan sejawat, paramedis dan semua pihak
yang terkait didalam pelayanan pasien demi menciptakan pelayanan yang optimal.

2. Kewajiban Dokter terhadap pasien


1. Setiap dokter harus ingat kewajibannya melindungi makhluk insani
2. Setiap dokter hendaknya memperlakukan pasien sebagaimana memperlakukan
gurunya, sebab pasien pada hakekatnya juga merupakan guru yang baik bagi dokter
yang merawatnya
3. Setiap dokter merawat pasien harus dengan tulus ikhlas dan didasari niat ibadahnya
4. Apabila dalam melakukan pelayanan dokter tidak mampu melakukan pemeriksaan
maupun pengobatan terhadap pasiennya, maka ia wajib merujuk kepada sejawat lain
yang mempunyai keahlian dibidang penyakit tersebut
5. Setiap dokter wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk berhubungan
dengan keluarganya, orang lain yang dibutuhkan atau penasehat spiritualnya
6. Setiap dokter wajib menghormati hak pasien untuk menerima ataupun menolak
tindakan medis maupun pengobatan
7. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasiennya, bahkan setelah pasien meninggal
8. Setiap dokter wajiab melakukan pertolongan darurat tanpa diminta kecuali ada sejawat
lain yang sesuai dengan keahliannya.

3. Kewajiban Dokter terhadap teman sejawat


1. Setiap dokter hendaknya memperlakukan teman sejawat, sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan
2. Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien teman sejawat

4. Kewajiban Dokter terhadap Masyarakat


1. Setiap dokter wajib memperhatikan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan (kepentingan
masyarakat)
2. Setiap dokter wajib untuk selalu melakukan suatu tindakan medik / pengobatan yang
ada gunanya
3. Setiap dokter wajib berusaha mencegah sebanyak mungkin adanya penderitaan yang
bisa terjadi sebagai akibat dari suatu tindakan medis / meringankan penderitaan
4. Setiap dokter wajib memelihara nilai-nilai kebaikan yang universal ( common good )
5. Setiap dokter wajib memberikan bantuan untuk kepentingan hukum / keadilan.

5. Kewajiban Dokter terhadap diri sendiri


1. Setiap dokter memelihara kesehatan dan kebugarannya supaya dapat bekerja dengan
baik
2. Setiap dokter wajib mengikuti perkembangan ilmu kedokteran untuk meningkatkan
profesionalisme
3. Bertaqwa kepada Allah SWT. setelah melakukan pelayanan terhadap pasien.

D. ETIKA PELAYANAN DAN KEFARMASIAN


1. Pendahuluan
Pelayanan di Rumah Sakit dituntut melaksanakan pelayanan prima bagi masyarakat oleh
karena itu perlu adanya program Rumah Sakit untuk mengantisipasi hal tersebut dan
sudah sewajarnya dibidang kefarmasian tenaga yang menangani harus tenaga profesional
baik apoteker, asisten apoteker dan tenaga-tenaga yang mendukungnya. Koordinasi antara
tenaga profesi kesehatan ini perlu dijalin sebaik-baiknya.

2. Program
1. Turut mewujudkan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal
2. Meningkatkan dan mengembangkan ilmu farmasi dan profesi
kefarmasian. Program tersebut merupakan program jangka panjang yang
pelaksanaannya dilaksanakan secara bertahap melalui program jangka pendek dan
menengah
3. Menghormati harkat penderita sebagai manusia dan berjiwa “ altruistik “.

Bidang Farmasi Rumah Sakit


- Melaksanakan dan mengembangkan sistem pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
termasuk pengadaan, pendistribusian, penyimpanan yang disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku
- Surat pesanan pengadaan obat-obatan / alkes rutin ditulis oleh petugas yang
berwenang ( apotik yang mempunyai SIK ) dan ditunjuk oleh Rumah Sakit / Ka.
Instalasi Farmasi
- Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan sesuai protap dibidang farmasi Rumah
Sakit melalui penataran / pendidikan berkesinambungan
- Meningkatkan fungsi dan peran dalam panitia farmasi dan terapi di Rumah Sakit.

Bidang Apotik Rumah Sakit


- Menyiapkan sediaan obat sesuai permintaan Dokter, Dokter Gigi atau profesi lain yang
memiliki wewenang
- Menyiapkan sediaan obat atas permintaan penderita sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku
- Menetapkan keabsahan obat sebagai sediaan jadi atau bahan baku yang diperlukan
dalam pembuatan atau peracikan obat bagi penderita berdasarkan ilmu kefarmasian
yang dimiliki
- Menetapkan keamanan obat / campuran obat yang diberikan kepada pasien
berdasarkan keabsahan ilmu farmasi
- Memberikan informasi kepada pasien segala sesuatu tentang obat berdasarkan resep
dokter, dokter gigi sehingga menjamin efek farmakologi yang optimal
- Menyediakan obat atau bahan yang bermutu sesuai standar yang ada
- Menyiapkan sebagai sumber informasi bagi sejawat profesi kesehatan maupun
masyarakat dengan penuh tanggung jawab berdasarkan ilmu yang dimiliki.

3. Penutup
Dalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, semakin dibutuhkan
adanya pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit yang profesional dan fungsional untuk
dikembangkan suatu sistem pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit milik Pemerintah.
E. ETIKA PEMASARAN
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang tidak mencari laba ( nirlaba )
dimana pada dasarnya Rumah Sakit bergerak untuk pengabdian kepada masyarakat banyak.
Akan tetapi walaupun Rumah Sakit tidak mencari keuntungan semata, namun pemasaran
tetap diperlukan dan pemasaran seperti ini dibuat dengan pemasaran sosial. Pemasaran
(promosi) Rumah sakit ataupun tenaga dokter baik melalui media massa maupun yang lain-lain
secara etik tidak diperkenankan tetapi dapat dilakukan secara tersamar.

Pemasaran sosial yang dilakukan oleh Rumah Sakit diarahkan untuk mengatasi berbagai
masalah sosial yang timbul didalam proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit tersebut dan
juga berperan untuk mempengaruhi dan membuat image pada masyarakat.

Pemasaran sosial yang dilakukan oleh Rumah Sakit dimaksudkan untuk memotivasi dan
menggugah masyarakat dilingkungannya agar bersedia dan mau menggunakan jasa
pelayanan Rumah Sakit tersebut.

Agar perbedaan pendapat dapat ditekan seoptimal mungkin sekiranya sangat perlu dibuat
suatu ketentuan-ketentuan. Etika pemasaran yang membatasi dan menekan adanya
perselisihan antara pelayanan kesehatan dan yang dilayani ( pasien dan atau keluarga ).

1) Etika pemasaran tersebut dapat diartikan sebagai berikut :


1. Pemasaran secara umum
a. Dalam melakukan pemasaran Rumah Sakit maka tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila, norma-norma sosial dan Kode Etik Rumah Sakit
b. Pemasaran yang dilakukan harus mengedepankan fungsi sosial Rumah sakit

2. Pemasaran internal
a. Pemasaran yang dilakukan Rumah Sakit tidak boleh melanggar hak-hak pasien
b. Petugas kesehatan di Rumah Sakit berkewajiban melakukan pemasaran dengan
cara melayani pasien sebaik-baiknya sesuai dengan standar medis, dengan sopan
dan menghargai harkat martabat manusia ( pasien )
c. Untuk memperkenalkan produk pelayanan di Rumah Sakit, maka Rumah Sakit dapat
melakukan pemasangan ( media ) : spanduk, poster maupun lewat media internal
dilingkungan Rumah Sakit secara tersebut secara terang-terangan dan tegas
d. Didalam lingkungan Rumah Sakit tidak diperbolehkan memasang iklan produk
barang dan atau jasa apapun dan atau dalam bentuk apapun jasa secara terang-
terangan, terkecuali produk pelayanan yang ada di Rumah Sakit itu sendiri.

3. Pemasaran eksternal
a. Dalam melaksanakan pemasaran keluar lingkungan Rumah Sakit, maka Rumah
Sakit tidak boleh secara terang-terangan dan atau secara diam-diam menyinggung
institusi / lembaga kesehatan atau lembaga lainnya. Dalam menjalankan pemasaran
tersebut hendaknya dapat menjamin ditaatinya dan atau dihormatinya institusi /
lembaga masing-masing.
b. Rumah Sakit dalam melakukan pemasaran tidak diperbolehkan secara terang-
terangan memasang iklan di media massa baik media cetak maupun media
elektronik
c. Rumah Sakit dalam melakukan pemasaran diluar lingkungan Rumah sakit tidak
diperbolehkan secara terang-terangan memasang iklan, spanduk, iklan billboard dan
lain sebagainya di tempat-tempat umum
d. Pemasaran lewat iklan, spanduk maupun iklan billboard dan atau promosi tersebut
dilakukan secara diam-diam. Misal publikasi seminar, simposium. Untuk
mempromosikan produk baru keluar dapat dilakukan melalui simposium, seminar,
trainning dengan mengundang tenaga dokter dari Puskesmas, Rumah Sakit dan
Masyarakat
e. Dalam melaksanakan pemasarannya, Rumah Sakit harus tetap menjaga privacy
pasien
f. Pemasaran
g. Mengingat Rumah Sakit sebagai nir laba maka pemasaran yang dilakukan tidak
boleh secara berlebih-lebihan.

Kemudian jika dalam melaksanakan pemasaran di RSUD Dr. R. Soedjono Selong terdapat
pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh pemasaran dari RSUD Dr. R. Soedjono Selong maka
pihak-pihak yang merasa dirugikan tersebut dapat mengadukan hal tersebut melalui :
1. Sub Komite Kode Etik Rumah Sakit yang dibentuk oleh Direktur RSUD Dr. R. Soedjono
Selong
2. Jika lewat Sub Komite masalah tersebut tidak dapat terselesaikan, maka dapat diajukan ke
Komite Medik
3. Jika Komite Medik tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, maka dapat diajukan
ke Direktur RSUD Dr. R. Soedjono Selong
4. Jika tidak bisa diselesaikan secara musyawarah tersebut, maka pihak yang dirugikan atas
pemasaran tersebut dapat mengajukan masalahnya melalui pengadilan.

F. ETIKA PELAYANAN REKAM MEDIS


1. Pengertian, Tujuan dan Kegunaan
a. Pengertian
Rekam Medis ( RM ) adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada
pasien pada sarana pelayanan kesehatan.
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan baik untuk rawat jalan atau rawat inap yang dikelola oleh Pemerintah atau
swasta.

b. Tujuan
1. Menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
2. Untuk mendukung pelayanan medis.

c. Kegunaan
1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil
bagian didalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien
2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus
diberikan kepada pasien
3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindak pelayanan, perkembangan penyakit dan
pengobatan pasien selama pasien berkunjung atau dirawat inap
4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, evaluasi terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan kepada pasien
5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, Rumah Sakit maupun dokter dan
tenaga kesehatan lainnya
6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian
7. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien
8. Menjadi sumber hidup yang harus didokumentasikan erat sebagai dasar
pertanggung jawaban sebagai laporan.

2. Ketentuan Umum
a. Ketentuan Pengisian dan Pengembalian Rekam Medik
1. Berkas Rekam Medik ( RM ) pasien yang telah pulang perawatan, harus sudah
dikembalikan ke urusan Rekam Medik selambat-lambatnya 1x24 jam setelah
pasien pulang dan keadaan terisi lengkap
2. Rekam Medik pasien diisi dokter yang merawat pasien tersebut ( sebagai
penanggung jawab ) dan harus menanda tangani lembar “ Ringkasan Masuk dan
Keluar “ pada kolom yang tersedia serta pada lembar “ Ringkasan setelah penderita
keluar dari Rumah Sakit “ ( summary ), dilengkapi dan ditanda tangani setelah
diagnosa akhir ditegakkan ( ditulis pada from 1 ) baik pasien tersebut pindah ke unit
lain / pulang / selesai perawatan
3. Setiap kali dokter memberi pelayanan medis atau instruksi dan menandatangani
serta menyantumkan nama terang. Berkas Rekam Medik yang dikembalikan ke
urusan Rekam Medik dilakukan penataan berkas sesuai dengan urutan yang
berlaku, kemudian akan dilakukan kuantitatif dan kualitatif
4. Bila terjadi berkas Rekam Medik belum dilengkapi dan sudah dikembalikan ke
urusan Rekam Medik, maka berkas Rekam Medik tersebut akan dikembalikan ke
dokter atau perawat yang bersangkutan diminta untuk melengkapi form-form yang
belum diisi
5. Pengisian untuk melengkapi berkas Rekam Medik pasien tersebut dilakukan oleh
dokter yang bersangkutan diruang masing-maisng atau diruang urusan Rekam
Medik yang telah diisi. Berkas Rekam Medik tidak diperkenankan dibawa keluar
dari bagian Rekam Medik kecuali pasien itu dirawat ulang, maka berkas Rekam
Medik pasien ( yang lama atau terdahulu ) dapat dipinjam selama 1 hari ( 24 jam )
setelah itu harus dikembalikan ke urusan Rekam Medik
6. Berkas Rekam Medik pasien yang pindah perawatan dari unit ketentuan ke unit
lain, tetap menjadi tanggung jawab dokter yang merawat menjadi unit yang
terdahulu dan Rekam Medik yang pada unit berikutnya pula. Rekam Medik masing-
masing unit tersebut diatas harus dikembalikan ke urusan Rekam Medik oleh
petugas unitnya masing-masing. Bila dokter pada unitnya ditempat pasien yang
dipindahkan ke atas perlu meminjam berkas Rekam Medik yang bersangkutan
( ingin mereview informasi yang terdahulu ) maka yang bersangkutan dapat
meminjam berkas Rekam Medik pasien ke unit yang terdahulu merawatnya. Berkas
Rekam Medik dikembalikan lagi setelah selesai mereviewnya ke unit tempat
meminjam Rekam Medik tersebut.
7. Peminjam menulis bon peminjaman yang berisikan : nama, alamat, nama pasien,
nomor rekam medik, maksud tujuan peminjaman. Tanda tangan peminjam dan
menyerahkan ke petugas / penyaji rekam medik
8. Peminjam menandatangani buku peminjam yang telah ditulis oleh petugas rekam
medik tentang nama, alamat, nama pasien, nomor rekam medik, tujuan pinjaman
9. Pengguna informasi rekam medik yang berasal dari luar Rumah Sakit harus
menunjukkan surat resmi yang sudah disetujui ( disposisi ) oleh Direktur atau
komite medis atau ketua tim sub kimite rekam medik
10. Untuk keperluan riset sebaiknya dikerjakan di ruang rekam medik
11. Berkas Rekam Medik yang dipinjam, keluar dari ruangan rekam medik harus sudah
kembali pada hari itu juga sebelum jam kerja selesai
12. Bila berkas Rekam Medik masih dibutuhkan, sebaiknya disimpan di ruang rekam
medik yang terpisah dari rak arsip
13. Berkas rekam medik yang sudah selesai dipinjam dan dikembalikan ke ruang
rekam medik ( bagian arsip ) peminjaman harus menanda tangani buku
pengembalian rekam medik
14. Setiap pasien yang dirawat di RSUD Dr. R. Soedjono Selong yang waktu masuk
disertai “ surat pengantar “ dari dokter luar atau dokter RSUD Dr. R. Soedjono
Selong ataupun dari Rumah Sakit lain ( swasta atau luar daerah ), harus dibuatkan
jawaban oleh dokter yang merawat pasien tersebut setelah keluar dari bangsal
perawatan ( sembuh, tidak sembuh maupun meninggal dunia ). Jawaban tersebut
harus diketahui oleh dokter ahli
15. Setiap pemulangan pasien baik diijinkan atas permintaan sendiri ( APS ) maupun
meninggal dunia, dokter yang merawat wajib :
- Surat keterangan pulang dan pengobatan lanjutan bagi pasien yang pulang
hidup
- Surat keterangan meninggal dengan diagnosa akhir, untu pasien yang
meninggal
Diagnosa-diagnosa tersebut diatas diperlukan untuk menyediakan angka kompilasi
morbiditas dan mortalitas pasien rawat inap di RSUD Dr. R. Soedjono Selong
dalam jangka waktu tertentu.
Ketentuan-ketentuan tersebut diatas adalah untuk dapat melancarkan tugas
masing-masing yang bertanggung jawab atas rekam medis pasien yang dirawatnya
sehingga tidak ada masalah yang ditimbulkan pada unit kerja yang lain.

b. Cara Pengisian Rekam Medik


1. Yang terlibat dalam pengisian Rekam Medik adalah dokter yang
merawat pasien yang bersangkutan, perawat, petugas rekam medik
2. Setiap pelayanan pada pasien ( anamnesa, riwayat penyakit, hasil
pemeriksaan, pengobatan maupun konsultasi ), selambat-lambatnya 1 x 24 jam
harus sudah ditulis diberkas Rekam Medik
3. Laporan tindakan atau pembedahan segera dicatat diberkas
Rekam Medik setelah dilaksanakan, dan harus ada persetujuan tertulis dari pasien /
keluarga pasien, sebelum dilakukan tindakan tersebut
4. Untuk pencatatan informasi hal-hal yang khusus digunakan simbol
/ tanda singkatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di RSUD Dr. R. Soedjono
Selong
5. Dilarang ada penghapusan tulisan dengan cara apapun. Apabila
ada kesalahan penulisan, dokter yang merawat dapat memperbaiki kesalahan
penulisan dengan mencoret saat itu juga dan dibubuhi paraf
6. Semua catatan ditanda tangani oleh dokter atau tenaga kesehatan
yang terlibat serta diberi nama terang, tanggal dan jam
7. Dalam waktu selambat-lambatnya 1 x 24 jam, berkas Rekam
Medik pasien pulang perawatan harus segera dikembalikan ke urusan Rekam
Medik dengan lengkap
8. Semua rekam medik harus sudah dicantumkan code diagnosa
( ICD - X ) setiap pasien pulang harus ada “ ringkasan setelah penderita keluar dari
Rumah Sakit “ dan dibuat segera setelah pasien pulang perawatan atau
selambat - lambatnya 2 x 24 jam setelah pasien pulang perawatan dan dikerjakan
oleh dokter yang merawat
9. Identitas pasien diisi oleh petugas rekam medik dengan lengkap
dan jelas pada lembar pertama berkas rekam medis.

c. Pemilikan Rekam Medik


Rumah Sakit sebagai pemilik segala catatan yang ada di Rumah Sakit termasuk
Rekam Medik karena catatan yang terdapat didalamnya merupakan rangkaian kegiatan
pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit kepada pasien. Dokumen Rekam Medik
tersebut merupakan tanda bukti dari Rumah Sakit terhadap segala usaha dalam hal
penyembuhan pasien.
Mengingat akan pentingnya dokumen rekam medik bagi Rumah Sakit, perlu dibuat
ketentuan sebagai berikut :
1. Tidak diperkenankan membawa berkas rekam medis keluar
Rumah Sakit kecuali ada ijin dari Direktur RSUD Dr. R. Soedjono Selong
2. Berkas Rekam Medik harus disimpan secara teratur sehingga
dapat dengan cepat, tepat dan lengkap jika sewaktu-waktu diperlukan
3. Berkas Rekam Medik harus senantiasa dijaga dan ditata dengan
baik agar terhindar dari kemungkinan hilang atau kebocoran isinya
4. Agar dilakukan analisa Rekam Medik baik secara kuantitatif
maupun kualitatif agar setiap berkas rekam medik dapat memberikan perlindungan
hukum bagi Rumah Sakit, petugas pelayanan kesehatan maupun pasien.
Apabila dokter rujukan menghendaki informasi mengenai penyakit pasien, pihak
Rumah Sakit akan memberikan resume atau ringkasan riwayat penyakit, dibuat
oleh dokter yang merawat atau dokter penanggung jawab.

d. Kerahasiaan Rekam Medik


Berkas Rekam Medik adalah milik Rumah Sakit, sedang isi rekam medik adalah milik
pasien. Informasi didalam rekam medik bersifat rahasia karena berisi keterangan
-keterangan pribadi yang wajib dilindungi agar tidak sampai diketahui isinya oleh
siapapun yang tidak berhak, sekalipun pasiennya telah meninggal.

e. Persetujuan Tindakan Medik ( Informed Consent )


Setiap pasien yang datang ke Rumah Sakit wajib mematuhi peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit :
1. Pasien yang menjalani rawat inap, maka pasien atau keluarga pasien tersebut
wajib menandatangani persetujuan rawat inap yang disaksikan oleh pihak ketiga
2. Pasien yang akan dilakukan tindakan medis, setelah mendapat informasi tentang
apa yang akan dilakukan oleh tim medis, akibat yang akan terjadi bila suatu
tindakan akan diambil, pasien keluarga wajib menandatangani pseretujuan tersebut
dengan disaksikan oleh pihak ketiga, bila yang tanda tangan bukan suami / istri
atau orang tua kandung. Pemberian persetujuan atau penolakan tindakan yang
akan diambil tersebut menjadi bukti yang sah bagi Rumah Sakit, pasien maupun
dokter
3. Pasien sedang menjalani perawatan yang karena pertimbangan tertentu ( biaya
pindah Rumah Sakit dll ) sehingga pihak keluarga mengajukan permintaan pulang
paksa, maka keluarga dari pasien tersebut wajib menandatangani persetujuan
pulang paksa dengan disaksikan oleh pihak ketiga.
Dalam memberikan persetujuan ini pihak keluarga pasien menanggung segala
resiko yang terjadi dikemudian hari, serta tidak menggugat terhadap Rumah Sakit.

3. Sistem Penyimpanan Rekam Medik


Sistem penyimpanan berkas rekam medik adalah sistem penyimpanan dengan angka akhir
( terminal digit filling ).
Di RSUD Dr. R. Soedjono Selong digunakan nomor 6 digit yang dikelompokkan menjadi 3
kelompok masing-masing terdiri dari 2 angka.
Angka pertama adalah kelompok yang paling kiri, angka kedua adalah yang terletak
ditengah dan angka ketiga adalah kelompok yang paling kanan. Dalam satu penyimpanan
dalam sistem angka akhir 10 kelompok pertama yaitu 00 s/d 10. Pada waktu penyimpanan
petugas melihat angka pertama dan melihat catatan medik tersebut ke rak penyimpanan
untuk kelompok angka pertama ini, disesuaikan urutan letaknya dengan menurut angka
kedua dan catatan medik disimpan didalam urutan sesuai kelompok angka ketiga sehingga
penyimpanan nomor kelompok angka ketigalah yang selalu berlainan.
BAB III

MEKANISME MASALAH ETIK KEDOKTERAN DAN RUMAH SAKIT

INSTITUSI DIREKTUR KOMITE MEDIK


PENDIDIKAN RUMAH SAKIT

SMF, Instalasi, Perawat, SUB KOMITE


PKMRS, dsb. MEDIK

PENGADUAN UNIT KERJA

Keterangan :
1. Pengaduan pelanggaran etika dapat berasal darimana saja dan bisa dalam bentuk lisan dan
atau tulisan
2. Pengaduan bisa ditunjukkan kepada siapa saja yaitu langsung ke Direktur atau lewat SMF,
Instalasi, Perawat, PKMRS dan sebagainya
3. Untuk pengaduan yang ditunjukkan pada point 2b akan diteruskan ke Direktur
4. Direktur meneruskan masalah pengaduan tersebut ke Komite Medik
5. Komite Medik meneruskan masalah tersebut ke Sub Komite Medik
6. Sub Komite Etika meneruskan ke unit kerja teradu untuk meminta informasi dan penjelasan
terhadap masalah pengaduan tersebut dalam suatu rapat Sub Komite Etika
7. Sub Komite Etika memberikan pertimbangan ke Komite Medik untuk diteruskan ke Direktur
8. Direktur mengambil keputusan berdasarkan saran pertimbangan dari Sub Seksi Etika
9. Jika yang melakukan pelanggaran peserta didik, keputusan diteruskan ke lembaga pendidikan
yang bersangkutan untuk diproses dan diberikan sanksi sesuai aturan yang berlaku
10. Surat penetapan sanksi kepada Direktur / Rumah Sakit sebagai pemberitahuan penyelesaian
pelanggaran.
BAB IV

MEKANISME PEMBINAAN DAN PENANGANAN


ETIKA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

PEGAWAI KEPALA KASI ETIKA MUTU & AUDIT KLINIK


RUANGAN KEPERAWATAN

KASI KOMITE
SANKSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN

DIREKTUR KOMITE ETIKA & KABAG


MEDIKO LEGAL RS TU

Keterangan :
1. Setiap ada pelanggaran etika diruangan dikoordinasikan oleh Kepala Ruangan
2. Setiap kejadian dicatat oleh Kepala Ruangan dalam buku laporan kejadian
3. Kepala Ruangan melakukan klarifikasi kejadian kepada yang bersangkutan, setelah dilakukan
pembinaan selama tiga kali untuk pelanggaran ringan dan sedang, adapun pelanggaran berat
dilaporkan ke Kasi Keperawatan melalui Kasi Etika Mutu dan Audit Klinik Keperawatan untuk
ditindak lanjuti
4. Pembinaan dilakukan maksimal tiga kali oleh Kasi Keperawatan sesuai peraturan yang berlaku
5. Apabila masalah etika keperawatan tidak bisa diselesaikan ditingkat Kasi Keperawatan maka
dilaporkan kepada Komite Etika dan Mediko Legal Rumah Sakit melalui Kepala Bagian Tata
Usaha untuk ditindaklanjuti
6. Komite Etika dan Mediko Legal Rumah Sakit melakukan pembahasan / proses berupa
rekomendasi kepada Direktur untuk diterbitkan sanksi kepada yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai