Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang bidan yang membuka praktik mandiri//Klinik dapat disebut
juga sebagai wirausahawan. Dimana wirausahawan adalah seorang yang
memiliki keahlian menjual, mulai menawarkan ide hinggá komoditas yakni
layanan jasa. Sebagai pelaku usaha mandiri dalam bentuk layanan jasa
kesehatan dituntut untuk mengetahui dengan baik manajemen usaha. Bidan
sebagai pelaku usaha mandiri dapat berhasil baik dituntut untuk mampu
sebagai manajerial dan pelaksana usaha, di dukung pula kemampuan
menyusun perencanaan berdasarkan visi yang diimplementasikan secara
strategis dan mempunyai ke mampuan personal selling yang baik guna
meraih sukses. Diharapkan bidan nantinya mampu memberikan pelayanan
kesehatan sesuai profesi dan mampu mengelola manajemen pelayanan secara
profesional, serta mempunyai jiwa entrepreneur.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui syarat mendirikan usaha.
2. Untuk mengetahui bidang usaha pelayanan kebidanan
3. Untuk mengetahui managemen SDM
4. Untuk mengetahui managemen pemasaran/promosi
5. Untuk mengetahui managemen keuangan, rancangan pembukuan dan
laporan keuangan
6. Untuk mengetahui managemen resiko/pengendalian
C. Manfaat
a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi usaha-usaha dibdiang praktek
pelayanan kebidanan
b. Mahasiswa dapat merancang rencana tempat praktek pelayanan
kebidanan
c. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib
sendiri
d. Memberi peluang melakukan perubahan
e. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya
f. Memiliki peluang untu meraih keuntungan seoptimal mungkin
g. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan
mendapatkan pengakuan atas usahanya
h. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan
menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakannya

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Syarat Mendirikan Usaha


Menurut PERMENKES RI NOMOR 9 Tahun 2014 Tentang Klinik. Klinik
dapat dimiliki oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau masyarakat yang
didirikan perorangan atau badan usaha dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Lokasi
a. Pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur persebaran Klinik yang
diselenggarakan masyarakat di wilayahnya dengan memperhatikan
kebutuhan pelayanan berdasarkan rasio jumlah penduduk.
b. Lokasi Klinik harus memenuhi ketentuan mengenai persyaratan
kesehatan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
c. Ketentuan mengenai persebaran Klinik sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak berlaku untuk Klinik perusahaan atau Klinik instansi
pemerintah tertentu yang hanya melayani karyawan perusahaan,
warga binaan, atau pegawai instansi tersebut.

2. Bagunan
a. Bangunan Klinik harus bersifat permanen dan tidak bergabung fisik
bangunannya dengan tempat tinggal perorangan.
b. Ketentuan tempat tinggal perorangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak termasuk apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah
susun, dan bangunan yang sejenis.
c. Bangunan Klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan,
kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta
perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.
d. Bangunan Klinik paling sedikit terdiri atas:

3
1) ruang pendaftaran/ruang tunggu;
2) ruang konsultasi;
3) ruang administrasi;
4) ruang obat dan bahan habis pakai untuk klinik yang
melaksanakan pelayanan farmasi;
5) ruang tindakan;
6) ruang/pojok ASI;
7) kamar mandi/wc;
8) ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan.
e. Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Klinik
rawat inap harus memiliki:
1) ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan;
2) ruang farmasi;
3) ruang laboratorium; dan
4) ruang dapur;
f. Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus
memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
g. Jumlah tempat tidur pasien pada Klinik rawat inap paling sedikit 5
(lima) buah dan paling banyak 10 (sepuluh) buah.

3. Prasarana
a. Prasarana Klinik meliputi:
1) instalasi sanitasi;
2) instalasi listrik;
3) pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
4) ambulans, khusus untuk Klinik yang menyelenggarakan rawat
inap;
5) sistem gas medis;
6) sistem tata udara;
7) sistem pencahayaan;

4
8) prasarana lainnya sesuai kebutuhan.
b. Sarana dan Prasarana Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik.

4. Ketenagaan
a. Penanggung jawab teknis Klinik harus seorang tenaga medis.
b. Penanggung jawab teknis Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di Klinik tersebut, dan
dapat merangkap sebagai pemberi pelayanan.
c. Tenaga Medis hanya dapat menjadi penanggung jawab teknis pada 1
(satu) Klinik.
d. Ketenagaan Klinik rawat jalan terdiri atas tenaga medis, tenaga
keperawatan, Tenaga Kesehatan lain, dan tenaga non kesehatan
sesuai dengan kebutuhan.
e. Ketenagaan Klinik rawat inap terdiri atas tenaga medis, tenaga
kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga analis
kesehatan, Tenaga Kesehatan lain dan tenaga non kesehatan sesuai
dengan kebutuhan.
f. Jenis, kualifikasi, dan jumlah Tenaga Kesehatan lain serta tenaga
non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelayanan yang diberikan
oleh Klinik.
g. Tenaga medis pada Klinik pratama yang memberikan pelayanan
kedokteran paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang dokter dan/atau
dokter gigi sebagai pemberi pelayanan.
h. Tenaga medis pada Klinik utama yang memberikan pelayanan
kedokteran paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang dokter spesialis
dan 1 (satu) orang dokter sebagai pemberi pelayanan.
i. Tenaga medis pada Klinik utama yang memberikan pelayanan
kedokteran gigi paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang dokter gigi
spesialis dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai pemberi pelayanan.

5
j. Setiap tenaga medis yang berpraktik di Klinik harus mempunyai
Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
k. Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di Klinik harus
mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR), dan Surat Izin Kerja
(SIK) atau Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
l. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Klinik harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar
pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien.
m. Pendayagunaan tenaga kesehatan warga negara asing di Klinik
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
n. Klinik yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 24 (dua puluh
empat) jam harus menyediakan dokter serta tenaga kesehatan lain
sesuai kebutuhan pelayanan dan setiap saat berada di tempat.

5. Peralatan
a. Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang
memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.
b. Peralatan medis dan nonmedis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan.
c. Selain memenuhi standar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
peralatan medis harus memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d. Peralatan medis yang digunakan di Klinik harus diuji dan dikalibrasi
secara berkala oleh institusi pengujian fasilitas kesehatan yang
berwenang.
e. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

6
Peralatan medis yang menggunakan sinar pengion harus mendapatkan izin
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Penggunaan peralatan medis di Klinik harus dilakukan berdasarkan
indikasi medis.

6. Kefarmasian
a. Klinik rawat jalan tidak wajib melaksanakan pelayanan farmasi.
b. Klinik rawat jalan yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian
wajib memiliki apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker
(SIPA) sebagai penanggung jawab atau pendamping.
c. Klinik rawat inap wajib memiliki instalasi farmasi yang
diselenggarakan apoteker.
d. Instalasi farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melayani
resep dari dokter Klinik yang bersangkutan, serta dapat melayani
resep dari dokter praktik perorangan maupun Klinik lain.
e. Klinik yang menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi medis
pecandu narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya wajib
memiliki instalasi farmasi yang diselenggarakan oleh apoteker.

7. Laboratorium
a. Klinik rawat inap wajib menyelenggarakan pengelolaan dan
pelayanan laboratorium klinik.
b. Klinik rawat jalan dapat menyelenggarakan pengelolaan dan
pelayanan laboratorium klinik.
c. Laboratorium Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) pada klinik pratama merupakan pelayanan laboratorium klinik
umum pratama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
d. Klinik utama dapat menyelenggarakan pelayanan laboratorium
klinik umum pratama atau laboratorium klinik umum madya.

7
e. Perizinan laboratorium klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan (4) terintegrasi dengan perizinan Klinik.
f. Dalam hal Klinik menyelenggarakan laboratorium klinik yang
memiliki sarana, prasarana, ketenagaan dan kemampuan pelayanan
melebihi kriteria dan persyaratan Klinik sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dan ayat (4), maka laboratorium klinik tersebut harus
memiliki izin tersendiri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

8. Perizinan
a. Setiap penyelenggaraan Klinik wajib memiliki izin mendirikan dan
izin operasional.
b. Izin mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota.
c. Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.
d. Untuk mendapatkan izin mendirikan, penyelenggara Klinik harus
melengkapi persyaratan:
1) identitas lengkap pemohon;
2) salinan/fotokopi pendirian badan hukum atau badan usaha,
kecuali untuk kepemilikan perorangan;
3) salinan/fotokopi yang sah sertifikat tanah, bukti kepemilikan
lain yang disahkan oleh notaris, atau bukti surat kontrak
minimal untuk jangka waktu 5 (lima) tahun;
4) dokumen SPPL untuk Klinik rawat jalan, atau dokumen UKL-
UPL untuk Klinik rawat inap sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan;
5) profil Klinik yang akan didirikan meliputi pengorganisasian,
lokasi, bangunan, prasarana, ketenagaan, peralatan, kefarmasian,
laboratorium, serta pelayanan yang diberikan;

8
6) persyaratan lainnya sesuai dengan peraturan daerah setempat.
(2) Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 6 (enam)
bulan, dan dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan
apabila belum dapat memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
e. Apabila batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) habis dan
pemohon tidak dapat memenuhi persyaratan, maka pemohon harus
mengajukan permohonan izin mendirikan yang baru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
f. Untuk mendapatkan izin operasional, penyelenggara Klinik harus
memenuhi persyaratan teknis dan administrasi.
g. Persyaratan teknis meliputi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,
ketenagaan, peralatan, kefarmasian, dan laboratorium sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 24.
h. Persyaratan administrasi meliputi izin mendirikan dan rekomendasi
dari dinas kesehatan kabupaten/kota.
i. Izin operasional diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.
j. Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota harus mengeluarkan keputusan atas permohonan izin
operasional, paling lama 1 (satu) bulan sejak diterima permohonan
izin.
k. Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
penerbitan izin, penolakan izin atau pemberitahuan untuk
kelengkapan berkas.
l. Apabila dalam permohonan izin operasional, pemohon dinyatakan
masih harus melengkapi persyaratan sesuai ketentuan Pasal 29 ayat
(3), maka Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota harus segera memberitahukan kepada
pemohon dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.

9
m. Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu
60 (enam puluh) hari sejak pemberitahuan disampaikan, harus segera
melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi.
n. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
pemohon tidak dapat memenuhi persyaratan, pemerintah daerah
kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
mengeluarkan surat penolakan atas permohonan izin operasional
dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari.
o. Perpanjangan izin operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 ayat (4) harus diajukan pemohon paling lama 3 (tiga) bulan
sebelum habis masa berlaku izin operasional.
p. Dalam waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan perpanjangan izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, pemerintah daerah
kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota harus
memberi keputusan berupa penerbitan izin atau penolakan izin.
q. Dalam hal permohonan perpanjangan izin sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditolak, pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota wajib memberikan alasan penolakan
secara tertulis.
r. Perubahan izin operasional Klinik harus dilakukan apabila terjadi:
1) perubahan nama;
2) perubahan jenis badan usaha; dan/atau
3) perubahan alamat dan tempat.
s. Perubahan izin operasional Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dan b dilakukan dengan mengajukan permohonan izin
operasional serta harus melampirkan:
1) surat pernyataan penggantian nama dan/atau jenis badan usaha
Klinik yang ditandatangani oleh pemilik;
2) perubahan Akta Notaris; dan
3) izin operasional Klinik yang asli, sebelum perubahan.

10
t. Perubahan izin operasional Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c dilakukan dengan mengajukan permohonan izin
mendirikan, izin operasional, serta harus melampirkan:
1) surat pernyataan penggantian alamat dan tempat Klinik yang
ditandatangani oleh pemilik; dan
2) izin operasional Klinik yang asli, sebelum perubahan.
u. Perubahan kepemilikan dan/atau penanggung jawab teknis Klinik
harus dilaporkan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota atau
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.

B. Bidang Usaha Pelayanan kesehatan Klinik


Berdasarkan jenis pelayanan, Klinik dibagi menjadi yaitu Klinik
pratama dan Klinik utama. Klinik Pratama merupakan Klinik yang
menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik umum maupun khusus.
Sedangkan Klinik utama merupakan Klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik.
Klinik dapat mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu
berdasarkan cabang/disiplin ilmu atau sistem organ. Ketentuan lebih lanjut
mengenai Klinik dengan kekhususan pelayanan diatur oleh Menteri.
Klinik dapat dimiliki oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau
masyarakat. Klinik yang dimiliki oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
harus didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan rawat jalan
dapat didirikan oleh perorangan atau badan usaha. Sedangkan Klinik yang
dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan rawat inap harus didirikan
oleh badan hukum.
Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan kesehatan
yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dilaksanakan dalam
bentuk rawat jalan, rawat inap, pelayanan satu hari (one day care) dan/atau
home care. Yang dimaksud denagan Pelayanan satu hari (one day care) yaitu

11
merupakan pelayanan yang dilakukan untuk pasien yang sudah ditegakkan
diagnosa secara definitif dan perlu mendapat tindakan atau perawatan semi
intensif (observasi) setelah 6 (enam) jam sampai dengan 24 (dua puluh
empat) jam. Sedangkan Home care merupakan bagian atau lanjutan dari
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang
diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang
bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan
atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan dampak
penyakit.
Klinik rawat inap hanya dapat memberikan pelayanan rawat inap
paling lama 5 (lima) hari. Apabila memerlukan rawat inap lebih dari 5 (lima)
hari, maka pasien harus secara terencana dirujuk ke rumah sakit sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Klinik pratama hanya dapat melakukan bedah kecil (minor) tanpa
anestesi umum dan/atau spinal. Sedangkan Klinik utama dapat melakukan
tindakan bedah, kecuali tindakan bedah yang menggunakan anestesi umum
dengan inhalasi dan/atau spinal, operasi sedang yang berisiko tinggi, dan
operasi besar. Untuk Klasifikasi bedah kecil, sedang, dan besar ditetapkan
oleh Organisasi Profesi yang bersangkutan.

C. Managemen SDM
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam suatu perusahaan disamping faktor lain seperti modal. Oleh
karena itu, SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan yang
dikenal dengan manajemen sumber daya manusia. (Hariandja, 2002: 2)
Manajemen SDM (Sumber Daya Manusia) merupakan suatu proses
menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh,
manajer dan tenaga-tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas
organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Unsur MSDM adalah manusia. Bagian atau unit yang mengurusi SDM adalah

12
HRD (Human Resource Department), manajemen sumber daya manusia
adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok
suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk
ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi
memerlukannya.
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bagian dari
manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber daya
manusia. Adalah tugas MSDM untuk mengelola unsur manusia secara baik
agar diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya. Dengan demikian
kita dapat mengelompokkan tugas MSDM atas tiga fungsi. (Umar, 1998: 3)
1. Fungsi manajerial : perencanaan. Pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian
2. Fungsi operasional : pengadaan, pengembangan, kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan dan  pemutusan hubungan kerja.
3. Kedudukan MSDM dalam pencapaian tujuan organisasi perusahaan
secara terpadu.
Dari penjelasan diatas serta pendapat ahli tentang definisi MSDM,
penulis mencoba mengartikan definisi MSDM sebagai suatu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan
hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan
secara terpadu. (Umar, 1998: 3)
Kegiatan dari tiap tahap proses di atas terlukis dalam tabel dibawah ini.

Proses Masuk ke Organisasi → Proses di Dalam Organisasi → Proses Keluar


Organisasi
Perencanaan SDM Produktivitas Pelatihan dan Pemberhentian
Analisis Pekerjaan Pengembangan Pekerjaan
Rekrutmen, Prestasi Kerja Kompensasi
Seleksi dan Perencanaan karier
Orientasi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja

13
Dari gambar tabel diatas jelas tampak bahwa proses untuk mendapatkan
pegawai dimulai dari menentukan kebutuhan pegawai, lalu menentukan
pekerjaan apa yang membutuhkan pegawai beserta syarat-syarat calon
pegawai yang dapat diterima beserta proses rekrutmen, seleksi dan jika
diterima akan dimulai dengan orientasi bagi pekerja untuk berkenalan dengan
tugas yang akan mereka kerjakan. Selama pegawai bekerja, hendaknya
perusahaan memperhatikan hak-hak pegawai seperti kompensasi,
perencanaan karier, keselamatan kerja dan kesehatan serta pelatihan dan
pengembangan. Dengan terpenuhinya hak-hak mereka, diharapkan
produktivitas dan prestasi kerja mereka akan menghasilkan laba bagi
perusahaan. Selanjutnya, setelah pegawai bekerja, mau tidak mau suatu saat
ia harus berhenti. Mekanisme pemberhentian sering disebut PHK. (Umar,
2000: 116)

D. Managemen Pemasaran
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan
pemasaran. Menurut Kotler dan Armstrong pemasaran adalah analisis,
perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-program yang
dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang
menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan.
Sedangkan manajemen adalah proses perencanaan (Planning),
pengorganisasian (organizing) penggerakan (Actuating) dan pengawasan. Jadi
dapat diartikan bahwa Manajemen Pemasaran adalah sebagai analisis,
perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang
menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan
– tujuan organisasi.
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan
pemasaran, yang meliputi:

14
1. Analisis
Analisis yaitu dengan membuat inventarisasi kelompok sasaran dan
mencari institusi yang dapat yang dapat membantu dan bekerja sama.
Contoh sasaran pemasaran jasa asuhan kebidanan adalah ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, bayi, balita, calon pengantin, pasangan usia subur,
wanita usia menopause, dan lanjut usia.
2. Melakukan riset
Tujuan melakukan riset yaitu untuk mengetahui tanggapan masyarakat
terutama kelompok sasaran terhadap jasa pelayanan yang akan diberikan.
3. Menyusun strategi pemasaran
Strategi yang digunakan disini merupakan serangkaian tindakan terpadu
menuju keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran adalah :
a. Faktor micro, yaitu perantara pemasaran, pesaing dan masyarakat.
b. Factor macro, yaitu demografi/ ekonomi, politik hukum,
teknologi/fisik dan sosial/ budaya.
c. Strategi pemasaran dari sudut pandang penjual :
1) Tempat yang strategis
2) Produk yang bermutu
3) Harga yang kompetitif
4) Promosi yang gencar
d. Strategi pemasaran dari sudut pandang pembeli/ pelanggan :
1) Kebutuhan dan keinginan pelanggan
2) Biaya
3) Kenyamanan
4) Komunikasi
e. Monitoring dan evaluasi
Kegiatan monitoring adalah proses untuk menemukan kekurangan
atau kesalahan pada strategi yang telah ditetapkan. Evaluasi
merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan dari strategi
pemasaran telah tercapai atau belum

15
f. Pelaksanaan proses pemasaran
Kegiatan ini menggunakan media yang telah dipersiapkan untuk
menunjang program melalui pesan- pesan sehingga mudah diingat
oleh masyarakat luas atau konsumen

E. Managemen Keuangan, Rancangan Pembukuan Dan Laporan


Keuangan
1. Definisi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan terdiri dari dua kata yang memiliki arti
masing-masing dan di satukan menjadi satu kesatuan yang komplit.
Menurut G.R.Terry, manajemen adalah “Suatu proses atau kerangka
kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasianal atau maksud-maksud
yang nyata”.
Beberapa definisi manajemen keuangan diberikan sebagai berikut:
a. Liefman mengatakan, manajemen keuangan adalah usaha untuk
menyediakan uang dan menggunakan uang untuk mendapat atau
memperoleh aktiva.
b. Suad Husnanmengatakan manajemen keuangan adalah  manajemen
terhadap fungsi-fungsi keuangan.
c. Grestenberg mengatakan, manajemen keuangan adalah ” how
business are organized to acquire funds, how they acquire funds,
how the use them and how the prof ts business are distributed.
d. James Van Horne mengatakan bahwa manajemen keuangan adalah 
segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan dan
pengelolaan aktiva dengan tujuan menyeluruh.
e. Bambang Riyantomengatakan bahwa manajemen keuangan adalah 
keseluruhan aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha
mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaaya yang minimal dan

16
syarat syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk
menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.
Jadi dapat di simpulkan, bahwa manajemen keuangan adalah suatu
kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan,
pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh
organisasi atau perusahaan.

2. Tujan Manajemen Keuangan


Tujuan Manajemen Keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai
perusahaan. Dengan demikian apabila suatu saat perusahaan dijual, maka
harganya dapat ditetapkan setinggi mungkin. Seorang manajemen  juga
harus mampu menekan arus peredaran uang agar terhindar dari tindakan
yang tidak diinginkan. Namun, Manajemen keuangan yang efisien
memenuhi adanya tujuan yang digunakan sebagai standar dalam
memberi penilaian keefisienan (Sartono: 2000, 3) yaitu, tujuan normatif
manajemen keuangan adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang
saham yaitu memaksimalkan nilai perusahaan, seperti :
a. Tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat
ditempuh dengan memaksimumkan nilai perusahaan.
b. Secara konseptual jelas sebagai pedoman dalam pengambilan
keputusan yang mempertimbangkan faktor risiko.
c. Manajemen harus mempertimbangkan kepentingan pemilik, kreditor
dan pihak lain yang berkaitan dengan perusahaan.
d. Memaksimalkan kemakmuran pemegang saham lebih menekankan
pada aliran kas dari pada laba bersih dalam pengertian akuntansi.
e. Tidak mengabaikan social objectives dan kewajiban sosial, seperti
lingkungan eksternal, keselamatan kerja, dan keamanan produk.
3. Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan sangat berperan
penting dalam menjalankan fingsinya dalam berbagai kegiatan keuangan,

17
berikut adalah penjelasan singkat dari fungsi-fungsi manajemen
keuanagan, yaitui :
a. Perencanaan Keuangan
Manajemen keuangan berfungsi untuk membuat rencana pemasukan
dan pengeluaraan serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode
tertentu.
b. Penganggaran Keuangan
Manajemen keuangan berfungsi menjadi tindak lanjut dari
perencanaan keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan
pemasukan.
c. Pengelolaan Keuangan
Dengan adanya manajemen keuangan maka perusahaan dapat
menggunakan dana untuk memaksimalkan dana yang ada dengan
berbagai cara.
d. Pencarian Keuangan
Dalam hal ini, manajemen keuangan berfungsi mencari dan
mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan
perusahaan.
e. Penyimpanan Keuangan
Manajemen keuangan berfungsi mengumpulkan dana perusahaan
serta menyimpan dana tersebut dengan aman.
f. Pengendalian Keuangan
Dalam hal ini manajemen keuangan berfungsi untuk melakukan
evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan pada
paerusahaan.
g. Pemeriksaan Keuangan
Manajemen keuangan berfungsi untuk melakukan audit internal atas
keuangan perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.

18
4. Fungsi Utama Manajemen Keuangan
a. Keputusan investasi (Investment decision)
Merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh
lembaga.
Aktiva = asset yang digunakan untuk menjalankan operasional.
Pasiva = sumber (hutang dan modal)
Aktiva didanai oleh pasiva
Yang temasuk Aktiva ialah Segala asset yang digunakan untuk
operasional, yang termasuk Pasiva ialah Modal + Hutang.
Keputusan investasi ini merupkan keputusan yang paling penting di
antara ketiga bidang keputusan karena akan berpengaruh langsung
terhadap:
 Besarnya rentabilitas investasi.
Rentabilitas: kemampuan untuk pengembalian investasi
 Aliran kas lembaga
Bahwa ternyata setiap keputusan investasi mempengaruhi arus
kas di waktu yang akan datang
b. Keputusan pendanaan (Financing Decision)
Financing decision adalah keputusan berkaitan dengan penetapan
sumber dana yang diperlukan dan penetapan perimbangan
pembelanjaan yang terbaik (struktur modal yang optimal).
c. Keputusan pengelolaan asset (Aset management decision)
Assets management decision adalah keputusan berkaitan
penggunaan dan pengelolaan aktiva (kata bijak: lebih mudah
membangun daripada mengelola.
Saat ini fungsi manajeen keuangan dapat dilakuakn dengan
status BLU/BLUD sedangkan dulu, masih awing-awang. Dan sering
bermasalah, karena terkadang tidak disetor seluruhnya, karena kalau
disetor semua akan menjadi masalah ketika kekurangan dana. Dan
Rumah sakit tidak mungkin menolak pasien. Sehingga sering ada
pendapatan yang dikelola sendiri dan diluar tarif.

19
5. Tugas Pokok Manajemen Keuangan
Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan
tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden
suatu perusahaan, dengan demikian tugas manajer keuangan adalah
merencanakan untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
Kegiatan penting lain yang harus dilakukan manajer keuangan
menyangkut empat aspek, yaitu:
a. Pertama, yaitu dalam perencanaan dan peramalan, dimana manajer
keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain yang ikut
bertanggung jawab atas perencanaan umum perusahaan.
b. Kedua, manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada
berbagai keputusan investasi dan pembiayaan, serta segala hal yang
berkaitan dengannya.
c. Ketiga, manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer
lain di perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien
mungkin.
d. Keempat, menyangkut penggunaan pasar uang dan pasar modal,
manajer keuangan menghubungkan perusahaan dengan pasar
keuangan, di mana dana dapat diperoleh dan surat berharga
perusahaan dapat diperdagangkan
Dari ke empat aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas pokok
manajer keuangan berkaitan dengan keputusan investasi dan
pembiayaannya. Dalam menjalankan fungsinya, tugas manajer keuangan
berkaitan langsung dengan keputusan pokok perusahaan dan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.

6. Tujuh Prinsip Manajemen Keuangan


Manajemen keuangan bukan hanya berkutat pada seputar
pencatatan akutansi. Dia merupakan bagian penting dari manajemen
program  dan tidak boleh dipandang sebagai suatu aktivitas tersendiri
yang  menjadi bagian dari pekerjaan orang keuangan.

20
Ada 7 Prinsip dari manajemen yang harus diperhatikan.
a. Konsistensi (consistency)
Sistem dan kebijakan keuangan dari organisasi harus konsisten dari
waktu ke waktu. Ini tidak berarti  bahwa sistem keuangan tidak
boleh disesuaikan apabila terjadi perubahan di organisasi.
Pendekatan yang tidak konsisten tehadap manajemen keuangan
merupakan suatu tanda bahwa manipulasi di pengelolaan keuangan.
b. Akuntabilitas(accountability)
Akuntabilitas adalah kewajiban ,moral atau hukum, yang melekat
pada individu, kelompok atau organisasi. Organisasi harus dapat
menjelaskan bagaimana dia menggunakan sumber dayanya dan apa
yang telah dia capai sebagai pertanggumg jawaban kepada
pemangku kepentingan dan penerima manfaat.
c. Transparansi (transparancy)
Organisasi harus terbuka berkenaan dengan
pekerjaannya,menyediakan informasi berkaitan dengan rencana dan
aktivitasnya kepada para pemangku kepentingan. Termasuk
didalamnya, menyiapkan laporan keuangan yang akurat, lengkap,
dan tepat waktu serta dapat dengan mudah dpat diakses oleh
pemangku kepentingan dan penerima manfaat. Apabila organisasi
tidak transparan, hal ini mengindikasikan ada sesuatu hal yang
disembunyikan.
d. Kelangsungan hidup (integrity)
Agar keuangan terjaga pengeluaran organisasi ditingkat stratejik
maupun operational harus sejalan /disesuaikan dengan dana yang
diterima. Kelangsungan hidup atau (viability)merupakan suatu
ukuran tingkat keamanan dan keberlanjutan keuangan organisasi.
e. Integritas (integrty)
Dalam melaksanankan kegiatan operationalnya ,  individu yang
terlibat harus mempunyai integritas yang baik. selain itu, laporan dan

21
catatan keuangan harus tetap dijaga integritasnya melalui
kelengkapan dan keakuratan pencatatan keuangan.
f. Pengelolaan (stewardship)
Organisasi harus dapat mengelola dengan baik dana yang telah
diperoleh  dan menjamin bahwa dana tersebut digunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
g. Standar akutansi (accounting standarts)
Sistem akuatansi dan keuangan yang diguanakn organisasi harus
sesuai dengan prinsip dan standart akutansi yang berlaku umum.

7. Aktivitas manajemen Keuangan


Manajemen keuangan berhubungan dengan 3 aktivitas, yaitu :
a. Aktivitas penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan
dana pada berbagai aktiva.  Alokasi dana berbentuk:
1) Financial assets (aktiva finansial) yaitu selembar kertas berharga
yang mempunyai nilai pasar karena mempunyai hak
memperoleh penghasilan, misalnya: saham, sertifikat deposito,
atau obligasi.
2) Real assets (aktiva riil) yaitu aktiva nyata: tanah, bangunan,
peralatan.
b. Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber
dana, baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal
perusahaan.
c. Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana diperoleh dan
dialokasikan dalam bentuk aktiva, dana harus dikelola seefisien
mungkin.

8. Analisis Sumber Dana dan Penggunaannya


Analisis sumber dana atau analisis dana merupakan hal yang sangat
penting bagi manajemen keuangan. Analisis ini bermanfaat untuk
mengetahui bagaimana dana digunakan dan asal perolehan dana tersebut.

22
Suatu laporan yang menggambarkan asal sumber dana dan penggunaan
dana. Alat analisis yang bisa digunakan untuk mengetahui kondisi dan
prestasi keuangan perusahaan adalah analisis rasio dan proporsional.
Langkah pertama dalam analisis sumber dan penggunaan dana
adalah laporan perubahan yang disusun atas dasar dua neraca untuk dua
waktu. Laporan tersebut menggambarkan perubahan dari masing-masing
elemen tersebut yang mencerminkan adanya sumber atau penggunaan
dana. Pada umumnya rasio keuangan yang dihitung bisa dikelompokkan
menjadi enam jenis yaitu :
a. Rasio Likuiditas, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.
b. Rasio Leverage, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa
banyak dana yang di-supply oleh pemilik perusahaan dalam
proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan.
c. Rasio Aktivitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas
manajemen dalam menggunakan sumber dayanya. Semua rasio
aktifitas melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan
investasi pada berbagai jenis harta.
d. Rasio Profitabilitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas
manajemen yang dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan
dan investasi perusahaan.
e. Rasio Pertumbuhan, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa
baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya pertumbuhan
ekonomi dan industri.
f. Rasio Penilaian, rasio ini merupakan ukuran prestasi perusahaan
yang paling lengkap oleh karena rasio tersebut mencemirkan
kombinasi pengaruh dari rasio risiko dengan rasio hasil
pengembalian.

23
9. Rancangan Pembukuan Dan Laporan Keuangan
a. Pembukuan
Pembukuan adalah hal yang sangat penting bagi kelangsungan
suatu bisnis. Bagi seorang wirausaha, kemampuan mencatat seluruh
transaksi keuangan, paling tidak dengan cara yang paling sederhana,
merupakan pengetahuan dasar yang harus dimiliki.
Pencatatan kegiatan keuangan tidak berarti harus menyewa
atau mempekerjakan tenaga ahli atau khusus untuk kegiatan tersebut.
Untuk para pemula (wirausaha baru), pencatatan transaksi keuangan
dapat dilakukan sendiri, karena dari kebiasaan inilah akan diperoleh
manfaat pengendalian usaha khususnya dari sisi finansial.
Beberapa kegunaan pembukuan adalah sebagai berikut:
1) Sebagai alat kontrol keuangan usaha
2) Sebagai alat pengambilan keputusan
3) Sebagai alat penghitungan pajak
4) Sebagai alat bila diperlukan hubungan dengan pihak ketiga
(pada saat usaha akan dijual, pada saat pengajuan kredit ke
bank, dll).
Dalam menjalankan usaha, kegiatan pencatatan keuangan yang
utama dilakukan antara lain adalah penyusunan aliran/arus kas (cash
flow) dan laporan rugi laba. Selanjutnya untuk melihat kondisi
keuangan pada suatu periode atau saat tertentu maka diperlukan
neraca. Beberapa trik menyusun pembukuan bagi wirausaha baru
adalah sebagai berikut:
Susunlah proyeksi cash flow sebelum memulai usaha. Hal ini
akan memudahkan Anda melihat prospek usaha yang akan
dijalankan. Dalam prakteknya,diperlukan persiapan cadangan modal
yang lebih besar dari yang diasumsikan dalam proyeksi arus kas
tersebut. Hal ini sangat diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal tak
terduga dalam menjalankan usaha tersebut.

24
Sekecil apapun bisnis yang dijalankan, jangan perlah lakukan
pencampuradukan keuangan usaha dan keuangan usaha lain. Hal ini
diperlukan disiplin tinggi, sehingga rekening di bank pun harus
dipisahkan.Jangan pernah lupa mencatat setiap transaksi keuangan
yang dilakukan. Secara sederhana, pisahkan dua buku catatan:
pemasukan dan pengeluaran. Buatlah arsip (file) yang rapi.Selalu
mengupayakan adanya bukti setiap transaksi.

b. Jenis Pembukuan Sederhana yang Wajib Dimiliki


1) Buku Pengeluaran.
Berisi catatan sehari-hari untuk setiap pengeluaran yang terjadi
di bisnis Anda. Mulai dari beli barang sekecil klip, hingga
memenuhi kembali stok barang jualan Anda di gudang.
2) Buku Pemasukan.
Setiap sen yang keluar dan masuk ke dalam bisnis Anda
HARUS dicatat ke dalam buku arus kas Anda. Buku pemasukan
berisi tentang catatan setiap uang yang masuk ke dalam bisnis
Anda sehari-harinya.
3) Buku Arus Kas.
Arus kas bisnis Anda harus terus menerus dikontrol agar Anda
tahu apakah perusahaan Anda masih punya cadangan biaya
untuk beroperasi, atau justru sudah lama pailit. Maka,
pencatatan dan pelaporan harus dilakukan dengan seksama dan
teliti.
4) Buku Catatan Stok.
Dengan catatan ini, Anda bisa mengawasi operasional sehari-
hari bisnis Anda. Anda bisa membandingkan antara pemasukan,
pengeluaran untuk stok, dan jumlah barang yang keluar dari
gudang. Apabila tidak sesuai, maka ada beberapa hal yang patut
Anda curigai.
5) Buku Inventaris Barang.

25
Dengan catatan ini, Anda bisa menjaga setiap aset yang Anda
miliki tetap ada di bawah kendali Anda. Caranya, catat setiap
barang yang Anda beli di sini, setelah Anda mencatatnya pada
buku pengeluaran. Secara berkala, bandingkan antara aset Anda
di buku inventaris dengan buku pengeluaran Anda. Buku ini
sangat efektif untuk bisnis restoran. Misalnya untuk mengetahui
dengan pasti jumlah peralatan masak dan peralatan makan yang
Anda miliki.
6) Buku Laba Rugi.
Buku laba rugi adalah pembukuan sederhana pada suatu periode
akuntansi yang di dalamnya terdiri dari unsur-unsur seperti
pendapatan dan beban perusahaan. Dari sini, Anda bisa
mengetahui laba (atau justru rugi) bersih yang dihasilkan bisnis
Anda.
c. Cara Membuat Pembukuan Sederhana
1) Membuat Catatan Khusus untuk Transaksi Pengeluaran
2) Membuat Catatan Khusus untuk Transaksi Pemasukan
3) Membuat Estimasi Arus Kas
4) Membuat Catatan Stok
5) Membuat Catatan Inventaris Barang
6) Membuat Buku Laba Rugi
7) Neraca

F. Manajemen Resiko/Pengendalian
1. Pengertian Manajement resiko
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa
manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu
rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian resiko, pengembangan
strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumber daya.  Strategi yang dapat diambil

26
antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari
resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau
semua konsekuensi resiko tertentu.  Manajemen resiko tradisional
terfokus pada resiko- resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal
(seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).
Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen
semua wirausaha. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai
metodenya dapat menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas
menuju keberhasilan di dalam masing-masing aktivitas dari semua
aktivitas.  Fokus dari manajemen resiko yang baik adalah identifikasi dan
cara mengatasi resiko.  Sasarannya untuk menambah nilai maksimum
berkesinambungan (sustainable) organisasi.  Tujuan utama untuk
memahami potensi upside dan downside dari semua faktor yang dapat
memberikan dampak bagi organisasi.  Manajemen resiko meningkatkan
kemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan kegagalan dan
ketidakpastian dalam memimpin keseluruhan sasaran organisasi.
Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan
mengembangkan proses yang bekerja dalam keseluruhan strategi
organisasi dan strategi dalam mengimplementasikan. Manajemen resiko
seharusnya ditujukan untuk menanggulangi suatu permasalahan sesuai
dengan metode yang digunakan dalam melaksanakan aktifitas dalam
suatu organisasi di masa lalu, masa kini dan masa depan.
Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi
dengan kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin
beberapa manajemen senior. Manajemen resiko harus diterjemahkan
sebagai suatu strategi dalam teknis dan sasaran operasional, pemberian
tugas dan tanggung jawab serta kemampuan merespon secara
menyeluruh pada suatu organisasi, di mana setiap manajer dan pekerja
memandang manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsi
kerja.Manajemen resiko mendukung akuntabilitas (keterbukaan), kinerja

27
pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi operasional dari
semua tingkatan.

2. Sasaran manajement resiko


Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk
mengurangi resiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang
yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat.  Hal
ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh
lingkungan, teknologi, manusia, organisasi, dan politik.  Di sisi lain,
pelaksanaan manajemen resiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi
manusia, khususnya entitas manajemen resiko (manusia, staff,
organisasi)

3. Kategori resiko
Resiko dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni :
a. Resiko nonsistematis, yakni resiko yang dapat dihilangkan atau
dikurangi melalui suatu diversifikasi atau tindakan pencegahan dan
penanggulangan resiko.
b. Resiko sistematis, resiko yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi
melalui diversifikasi, biasanya berhubungan dengan pasar atau
kejadian yang dapat secara sistematis akan mempengaruhi posisi
pasar (Iban Sofyan, 2004)
Selain itu, Kasidy (2010) membagi jenis resiko menjadi dua yakni :
a. Resiko spekulatif
Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan
yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan
kerugian.  Resiko spekulatif kadang-kadang dikenal dengan istilah
resiko bisnis (business risk). Seseorang yang menginvestasikan
dananya di suatu tempat menghadapi dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau malah

28
investasinya merugikan.  Resiko yang dihadapi seperti ini adalah
resiko spekulatif.
b. Resiko murni
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin
menguntungkan.  Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila
perusahaan menderita kebakaran, maka perusahaan tersebut akan
menderita kerugian.  Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi
kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya menimbulkan
kerugian, bukan menimbulkan keuntungan kecuali ada kesengajaan
untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu. Resiko murni
adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak
terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan.  Salah satu cara
menghindarkan resiko murni adalah dengan asuransi. Dengan
demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya resiko
murni kadang dikenal dengan istilah resiko yang dapat diasuransikan
( insurable risk ). Perbedaan utama antara resiko spekulatif dengan
resiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk
resiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung sedangkan
untuk resiko murni tidak dapat kemungkinan untung.
Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari
perkiraan.  Artinya ada kemungkinan penyimpangan yang
menguntungkan maupun merugikan.  Jika kedua kemungkinan itu
ada, maka dikatakan resiko itu bersifat spekulatif. Sebaliknya, lawan
dari risiko spekulatif adalah resiko murni, yaitu hanya ada
kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan
keuntungan.  Manajer resiko tugas utamanya menangani risiko murni
dan tidak menangani risiko spekulatif, kecuali jika adanya resiko
spekulatif memaksanya untuk menghadapi resiko murni tersebut.
Menentukan sumber resiko adalah penting karena
mempengaruhi cara penanganannya.  Sumber resiko dapat

29
diklasifikasikan sebagai resiko sosial, resiko fisik, dan resiko
ekonomi.
Biaya-biaya yang ditimbulkan karena menanggung resiko atau
ketidakpastian dapat dibagi sebagai berikut:
1) Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan
2) Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri

4. Mengidentifikasi resiko
Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk
menemukan secara sistematis dan berkesinambungan atas resiko
(kerugian yang potensial) yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu,
diperlukan checklist untuk pendekatan yang sistematis dalam
menentukan kerugian potensial.  Salah satu alternatif sistem
pengklasifikasian kerugian dalam suatu checklist adalah; kerugian hak
milik (property losses), kewajiban mengganti kerugian orang lain
(liability losses) dan kerugian personalia (personnel losses).  Checklist
yang dibangun sebelumnya untuk menemukan resiko dan menjelaskan
jenis-jenis kerugian yang dihadapi oleh suatu perusahaan.
Perusahaan yang sifat operasinya kompleks, berdiversifikasi dan
dinamis, maka diperlukan metode yang lebih sistematis untuk
mengeksplorasi semua segi. Metode yang dianjurkan adalah sebagai
berikut:
a. Questioner analisis resiko (risk analysis questionnaire)
b. Metode laporan Keuangan (financial statement method)
c. Metode peta aliran (flow-chart)
d. Inspeksi langsung pada objek
e. Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan
f. Catatan statistik dari kerugian masa lalu
g. Analisis lingkungan

30
5. Menganalisa resiko
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya
adalah pengukuran resiko dengan cara melihat seberapa besar potensi
terjadinya kerusakan (severity) dan probabilitas terjadinya resiko
tersebut.  Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah
subjektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman.  Beberapa resiko
memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan
probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi.  Sehingga, pada
tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik
supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen resiko.
Kesulitan dalam pengukuran resiko adalah menentukan
kemungkinan terjadi suatu resiko karena informasi statistik tidak selalu
tersedia untuk beberapa resiko tertentu.  Selain itu, mengevaluasi dampak
kerusakan (severity) sering kali cukup sulit untuk asset immaterial.

6. Monitoring resiko dan evaluasi


Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu resiko
merupakan bagian penting dalam perencanaan suatu proyek.  Namun,
manajemen resiko tidaklah berhenti sampai di sini saja.  Praktek,
pengalaman, dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu
perubahan dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu
resiko. Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari awal mulai
dari identifikasi resiko dan pengukuran resiko untuk mengetahui
keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya
resiko yang baru maupun berubah.  Sehingga, ketika suatu resiko terjadi
maka respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara
efektif.

31
7. Konsep resiko
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena
kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan
terjadi.  Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat
menguntungkan atau merugikan.  Istilah resiko memiliki beberapa
definisi.  Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian, atau keadaan
yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisas
Dengan mengamati langsung jalannya operasi, bekerjanya mesin,
peralatan, lingkungan kerja, kebiasaan pegawai dan seterusnya, manajer
resiko dapat mempelajari kemungkinan tentang hazard. Oleh karena itu,
keberhasilannya dalam mengidentifikasi resiko tergantung pada kerja
sama yang erat dengan bagian-bagian lain yang terkait dalam perusahaan.
Manajer resiko dapat menggunakan tenaga pihak luar untuk proses
mengidentifikasikan resiko, yaitu agen asuransi, broker, atau konsultan
manajemen resiko. Hal ini tentunya memiliki kelemahan, di mana
mereka membatasi proses hanya pada resiko yang diasuransikan
saja.  Dalam hal ini diperlukan strategi manajemen untuk menentukan
metode atau kombinasi metode yang cocok dengan situasi yang dihadapi
a. Faktor Penyebab Resiko
Dua faktor penyebab resiko adalah bencana (perils) dan bahaya
(hazards). Banjir, tanah longsor, gempa, gelombang laut tinggi
merupakan contoh-contoh bencana yang secara langsung dapat
menimbulkan kerugian. Sementara bahaya terbagi atas beberapa
jenis :
1) Bahaya fisik (physical hazard) misalnya berhubungan dengan
fasilitas bangunan suatu perusahaan,
2) Bahaya moral (moral hazard) misalnya sikap ketidakjujuran
atau ketidakdisiplinan.
3) Bahaya morale (morale hazard) misalnya sikap yang tidak hati-
hati ataupun kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait dalam
suatu perusahaan.

32
4) Bahaya karena hukum atau peraturan (legal hazard) misalnya
akibat mengabaikan undang-undang atau peraturan yang telah
ditetapkan.
Selain resiko yang di atas ada juga bahaya resiko lain yakni bahaya
resiko moral. Contohnya pada kasus akibat moral dari para pegawai
suatu badan/perusahaan misalnya yang terjadi pada kasus Citibank
Indonesia yang terlibat pada permasalahan penggelapan dana
nasabah. Akibatnya bank tersebut tidak hanya menderita kerugian
finansial, tapi juga resiko reputasi, bahkan kepatuhan. Resiko
reputasi dan kepatuhan lebih membahayakan keberlangsungan
perusahaan daripada resiko finansial. Ketidakpercayaan masyarakat
terhadap bank akan membuat bank tersebut kehilangan dana karena
masyarakat akan menarik kembali seluruh dana yang telah tertanam
di bank tersebut karena takut akan mengalami kerugian besar. Dana-
dana yang ditarik tersebut sebenarnya digunakan untuk menjalankan
kegiatan perbankan, namun kerena ada penarikan sejumlah dana dan
ketidakinginan masyarakat untuk menabung lagi maka bank tersebut
dapat terancam likuiditasnya. Pada fase ini pemerintah dapat
melakukan intervensi dengan menutup bank.
b. Sumber Penyebab Resiko   
Sumber resiko dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis :
1) Resiko Sosial, resiko ini berasal dari masyarakat. Artinya
tindakan orang-orang menciptakan penyimpangan yang dapat
merugikan. Misalnya : pencurian, huru-hara, peperangan.
2) Resiko Fisik, berasal dari fenomena alam dan sebagian tingkah
laku manusia. Kebakaran adalah penyebab utama cidera fisik,
kematian maupun kerusakan harta.
3) Resiko ekonomi, misalnya inflasi, resesi, fluktuasi dan harga.

33
8. Mengevaluasi Resiko
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka
disusunlah urutan prioritas resiko.  Mulai dari resiko dengan tingkat
resiko tertinggi, sampai dengan resiko terendah.  Resiko yang tidak
termasuk dalam resiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan
resiko yang menjadi prioritas untuk segera ditangani.  Setelah
diketahui besarnya tingkat resiko dan prioritas resiko, maka perlu
disusun peta resiko.

9. Menangani Resiko
Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan
rencana tindakan untuk meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya
resiko dan personel yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
rencana tindakan.  Cara menangani resiko berupa memindahkan resiko
melalui asuransi dan kontrak kerja kepada pihak ketiga, mengurangi
tingkat kemungkinan terjadinya resiko dengan cara
menambah/meningkatkan kecukupan pengendalian internal yang ada
pada proses bisnis perusahaan, dan mengeksploitasi resiko bila tingkat
resiko dinilai lebih rendah dibandingkan dengan peluang terjadinya
peristiwa yang akan terjadi. Pemilihan cara menangani resiko dilakukan
dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat, yaitu biaya yang
dikeluarkan untuk melaksanakan rencana tindakan lebih rendah daripada
manfaat yang diperoleh dari pengurangan dampak kerugian resiko.
Seluruh resiko yang diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan
ditangani dimasukkan ke dalam register resiko yang memuat informasi
mengenai nama resiko, uraian mengenai indikator resiko, faktor pencetus
terjadinya peristiwa yang merugikan, dampak kerugian bila resiko
terjadi, pengendalian resiko yang ada, ukuran tingkat
kemungkinan/dampak terjadinya resiko setelah mempertimbangkan
pengendalian yang ada, dan rencana tindakan untuk meminimalisir

34
tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, serta personil yang
bertanggung jawab melakukannya.

10. Memantau Resiko


Perubahan kondisi internal dan eksternal perusahaan menimbulkan
resiko baru bagi perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan/dampak
terjadinya resiko, dan cara penanganan resikonya.  Sehingga setiap resiko
yang teridentifikasi masuk dalam register resiko dan peta resiko perlu
dipantau perubahannya.

11. Mengkomunikasikan Resiko


Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan
penanganan resiko dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang
berkepentingan terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan
untuk memastikan bahwa tujuan manajemen resiko dapat tercapai sesuai
dengan keinginan pihak yang berkepentingan.  Pihak yang
berkepentingan berasal dari internal perusahaan (manajemen, karyawan)
dan eksternal perusahaan (pemasok, pemerintah daerah/pusat,
masyarakat sekitar lingkungan perusahaan, dan konsumen air bersih).

12. Cara pengendalian resiko


Ada beberapa cara yang dapat ditempuh perbankan dalam mengatasi
resiko ataupun mencegah terjadinya resiko yang sama ke depannya
a. Melakukan tata kelola resiko secara terpadu dengan
pengimplementasian tanggung jawab dan keseuaian kompetensi
masing-masing pihak yang terkait. Misalnya seperti Dewan
Komisaris, Direksi, Risk & Capital Committee (RCC), unit risk
managementdan unit business yang telah berinteraksi dan bersinerji
secara optimal.
b. Bank Mandiri menyusun profil resiko dalam suatu Laporan Profil
Resiko, dan digunakan sebagai laporan. Dengan demikian, dapat

35
memusatkan perhatiannya pada jenis-jenis resiko yang memiliki
tendensi memburuk atau melebihi kebijakan toleransi pada resiko
tertentu.
c. mempersiapkan tenaga profesionalnya di bidang resiko. Sekaligus
melakukan persiapan untuk mengimplementasikan Basel II Accord
yang menjadi penanggung jawab dari seluruh inisiatif strategis
terkait kepatuhan pegawai.
d. menetapkan kebijakan pengelolaan resiko likuiditas. Misalnya
dengan pemeliharaan cadangan likuiditas yang optimal, pengukuran
dan penetapan limit resiko likuiditas, merancang analisis scenario
dan contingency plan, penetapan strategi pendanaan dan
mempertahankan kapasitas dana yang cukup di pasar (Masyhud Ali,
2006).

36
BAB III
METODE
A. Metode
1. Metode yang digunakan adalah observasi dan Wawancara yaitu
mengamati bagaimana kewirausahaan dalam bentuk pelayanan kesehatan
seperti Klinik Pratama Al Wid Baroqah.
2. Obeservasi dan wawansara dilakukan selama 3 hari sejak tanggal
5-7 Maret 2020.

37
BAB IV
ANALISIS SITUASI RENCANA PEMBANGUNAN

A. Analisi Situasi (Rencana Usaha)


Klinik ini bernama Klinik Pratama Al WId Baroqah dengan Izin SK
Walikota Nomor 17 Tahun 2018 nama pemiliknya adalah Bidan Widiawati,
SST, SKM yang beralamat di Jl. Raya Raden Fatah, Kelurahan Pagar Dewa
Kota Bengkulu.

Awalnya sebelum membuka Klinik Pratama Al Wid Baroqah ini Bidan


hanya membuka BPM sejak tahun 2004 sampai 2019. Pada awal karirnya
bunda masih bekerja sama dengan bidan senior karena merasa belum
percayadiri untuk menangani pasien sendiri, namun setelah berjalannya waktu
dan Bertambahnya ilmu bunda mulai menjalankan BPM sendiri. Pada saat
itu BPM melayani pasien ANC, pasien berobat, suntik KB dan Persalinan.
Dengan berjalannya waktu melalui ketekunan dan kerja keras di sertai
dengan melihat bahwa di wilayah sekitar belum terdapat Klinik Pratama yang
memberikan pelayanan dasar kesehatan yang memadai selain dari puskesmas
Basuki Rahmad maka pada September tahun 2019 bunda memutuskan untuk
mengembangkan BPMnya menjadi Klinik Pratama Al Wid Baroqah.
Kemudian hal ini juga di dukung karena adanya saudara bunda yang
berprofesi seorang dokter sehingga dapat bekerja sama.

38
Syarat yang di penuhi untuk mendirikan usaha Klinik Pratama Al Wid
Baroqah ini mengacu pada PERMENKES RI NOMOR 9 Tahun 2014 yang
terdiri dari lokasi, bagunan, prasarana, ketenagaan, peralatan, kefarmasian,
laboratorium, serta perizinan. Jenis-jenis pelayanan yang ada di Kinik
Pratama Al Wid Baroqah saat ini yaitu Poli Umum, Poli Gigi, Poli KIA,
Apotik/Farmasi, dan Laboratorium.

B. Gedung/Bagunan Usaha
Bagunan Klinik Pratama Al Wid Baroqah memiliki gedung sendiri
awalnya gedung klinik hanya ada di bagian ruko depan saja karena saat itu
baru memberikan pelayanan Poli Umum, Poli KAI dan Apotek saja. Namun
setelah berjalannya waktu dan pelayanan yang di berikan juga bertambah
akhirnya rumah bunda yang lama di jadikan sebagai bagunan Klinik Saat ini
dan Bunda pindah kerumah yang baru.
Ruangan Klinik Pratama Al Wid Baroqah Terdiri dari Ruang
Pendaftaran, Ruang Tunggu, Ruang IGD, Ruang Poli Umum, Ruang Poli
KIA/Bersalin, Ruang Laboratorium, Ruang Poli Gigi, Apotik, serta Wc
Umum.

C. Struktur Organisasi Klinik Pratama Al Wid Baroqah


Saat ini Klinik Pratama Al Wid Baroqah memiliki tenaga kerja dokter
umum 2 orang, Dokter Gigi 1 orang, Bidan 3 Orang, Perawat 1 Orang,
Apoteker 1 orang, asisten Apoteker 1 orang, dan Analis 1 orang. Adapun
struktur Organisasi Klinik Pratama Al WId Baroqah sebagai berikut :

39
Penanggung
Jawab

Dokter Pelaksana Apoteker Kebidanan Analis


Laboratorium

Perawat Asisten
Apoteker

D. Managemen SDM/Tenaga yang dimiliki


Menurut hasil wawancara yang telah kami lakukan saat ini Klinik
Pratama Al Wid Baroqah memiliki tenaga kerja dokter umum 2 orang, Dokter
Gigi 1 orang, Bidan 3 Orang, Perawat 1 Orang, Apoteker 1 orang, asisten
Apoteker 1 orang, dan Analis 1 orang, dalam perekrutan tenaga kerja bunda
tidak melihat berdasarakan dari pengalaman kerja yang dimiliki, bunda hanya
menilai ada tidaknya kemauan yang keras dan disertai pendidikan atau ijazah.
Serta tenaga kesehatan harus memiliki STR baik Bidan, Perawat, Apoteker,
Analis maupun Dokter.

E. Managemen Pemasaran/Promosi
Hasil wawancara bidan mengatakan bahwa untuk mempromosikan
Klinik Pratama Al Wid Baroqah awalnya hanya dari mulut ke mulut dan dari
pasien yang sudah lama menjadi pasien bunda saat membuka BPM, atau dari
pasien yang pernah brobat ke warga yang lain, kemudian melalui grup RT di
wilayah setempat untuk memberitahu bahwa di wilayah tersebut sudah
terdapat klinik. Bunda juga memasang papan nama Klinik di depan Klini
sebagai sarana untuk memberitahu bahwa di situ terdapat klinik dan membuat
spanduk berisi apa saja pelayanan Poli Gigi yang ada di Klinik Pratama Al
Wid Baroqah dengan semenarik mungkin yang di letakkan di bagian depan

40
ruko agar mudah dilihat oleh warga yang meintas di jalan raya. Selain itu
dengan strategi pemasaran yaitu melaui service yang baik dan ramah kepada
masyarakat, karena dengan pelayanan terbaik maka pasien akan merasa puas
dan akhirnya akan datang lagi ke BPM atau Klinik yang kita buka.

F. Managemen Keuangan
Dalam proses managemen keuangan rata-rata penghasilan bersih Klinik
sekiar 10 juta/bulan berbeda dengan penghasilan yang di dapat oleh bidan
saat membuka BPM yaitu hanya mendapatkan kurang lebih 3 juta/bulan.
Managemen keuangan harian di catat oleh bendahara dalam sebuah buku
yang mencatat uang masuk dan uang keluar setiap harinya yang berasal dari
pasien yang berobat tanpa BPJS, kemudian uang ini akan di gunakan untuk
biaya operasional setiap hari apabila ada barang/obat-obatan yang harus di
beli dan uang harian inilah yang akan di olah setiap harinya, untuk uang dari
pasien yang melahirkan akan masuk ke tabungan Kinik begitu juga untuk
uang hasil kerjasama dengan BPJS akan langsung masuk ke tabungan dan di
catat pemukuannya oleh bidan sendiri. Untuk gaji karyawan/Tenaga
Kesehatan bunda langsung menggajinya dari uang hasil dari BPJS.
Gambar Buku Keuangan harian Klinik Al Wid Baroqah

G. Managemen Resiko/pengendalian
Selama mendirikan Klinik bidan mengatakan belum pernah mengalami
Resiko yang mengakibatkan kerugian, Klinik tidak pernah mendapati pasien
yang meninggal di Klinik, tidak ada komplen dari masyarakat sekitar

41
mengenai Klinik tersebut, Selama Bidan mendirikn Klini di wilayah
kelurahan Pagar Dewa tanggapan dari masyarakat atau aparat Desa sangat
positif dan mereka sangat senang karena dapat membantu masyarakat sekitar.
Untuk penanganan resiko pasien yang gawatdarurat maka pihak kinik
akan segera merujuk ke RS terdekat, untuk penaganan resiko kebakaran
sudah ada kerjasama dengan pihak APAR untuk alat pemadam kebakaran di
Klinik, kemudian untuk penanggulangan resiko Limbah Klinik menyiapkan
satu lobang untuk penyaringan limbah cairan sedangkan limbah ampul dan
spuit Klinik sudah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Bengkulu,
sedangkan untuk penanggulangan resiko yang dating dari masyarakat bunda
sudah mengantisipasnya dengan Membadan Hukumkan Usaha Klinik dengan
Notaris untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan yang berkaitan dengan
Hukum.

H. Rencana Anggaran Biaya

Klinik Pratama Al Wid Baroqah menghabiskan dana ±140 juta. Dimana


biaya ini tidak termasuk biaya bagunan klinik bagian belakang yang
merupakan bekas rumah bidan sendiri adapaun sebagian rincian anggaran
biaya saat mendirikan Klinik yaitu :

1. Penambahan gedung Ruko depan 1 pintu : ± Rp. 65.000.000


2. Bad 3 buah x Rp 1.200.000 : Rp. 3.600.000
3. Dental Care 1 unit : Rp. 60.000.000
4. Obat-obatan : Rp. 5.000.000
5. Perizinan : Rp. 7.000.000
6. Peralatan seperti Bidan Kids, Partus set, sterilisator menggunakan alat
yang sudah ada sejak membuka BPM.
Total : Rp. 140.000.000

42
BAB V

PEMBAHASAN

1. Analisi Situasi/Rencana usaha

Dalam mendirikan usaha selain menganalisa situasi melihat mangsa


pasar dan potensi yang ada juga di perlukan syarat-syarat dalam mendirikan
usaha. Syarat mendirikan Klinik mnurut PERMENKES RI NOMOR 9
Tahun 2014 Tentang Klinik. Klinik dapat dimiliki oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, atau masyarakat yang didirikan perorangan atau badan
usaha dengan persyaratan yaitu adanya Lokasi, bagunan, prasarana,
ketenagaan, peralatan, kefarmasian, laboratorium, serta perizinan.

Berdasarkan hasi kunjungan Klinik Pratama Al Wid Baroqah di dirikan


berdasarkan hasil analisa situasi di wilayah sekitar karena belum adanya
pelayanan kesehatan dasar seperti klinik dan syarat mndirikan usaha juga
telah mengacu pada PERMENKES RI NOMOR 9 Tahun 2014 yang terdiri
dari lokasi, bagunan, prasarana, ketenagaan, peralatan, kefarmasian,
laboratorium, serta perizinan. Dengan jenis-jenis pelayanan yang ada di Kinik
Pratama Al Wid Baroqah juga berdasarkan PERMENKES RI NOMOR 9
TAHUN 2014 yaitu Poli Umum, Poli Gigi, Apotik/Farmasi, dan
Laboratorium Sedangkan pelayanan Poli KIA merupakan pelayanan
Tambahan.

B. Gedung/Bagunan Usaha
Berdasarkan PERMENKES RI NOMOR 9 Tahun 2014 untuk syarat
gedung/bagunan usaha Klinik Pratama Al Wid Baroqah telah memenuhi
syarat dimana memiliki ruangan yang terdiri dari Ruangan Klinik Pratama Al
Wid Baroqah Terdiri dari Ruang Pendaftaran, Ruang Tunggu, Ruang IGD,
Ruang Poli Umum, Ruang Poli KIA/Bersalin, Ruang Laboratorium, Ruang
Poli Gigi, Apotik, Wc Umum serta terpisah dari rumah pribadi.

43
C. Management SDM dan Struktur Organisasi Klinik Pratama Al Wid
Baroqah
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam suatu perusahaan disamping faktor lain seperti modal. Oleh
karena itu, SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan yang
dikenal dengan manajemen sumber daya manusia. (Hariandja, 2002: 2)
Manajemen SDM (Sumber Daya Manusia) merupakan suatu proses
menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh,
manajer dan tenaga-tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas
organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Unsur MSDM adalah manusia.
Saat ini Klinik Pratama Al Wid Baroqah memiliki tenaga kerja dokter
umum 2 orang, Dokter Gigi 1 orang, Bidan 3 Orang, Perawat 1 Orang,
Apoteker 1 orang, asisten Apoteker 1 orang, dan Analis 1 orang.
Struktur Pengorganisasian sangat penting untuk managemen SDM.
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bagian dari
manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber daya
manusia Adalah tugas MSDM untuk mengelola unsur manusia secara baik
agar diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya.
Adapun struktur Organisasi Klinik Pratama Al WId Baroqah sebagai
berikut :

44
D. Management Keuangan

Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan,


penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan
penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.

Klinik Pratama Al Wid Barokah dalam proses managemen keuangan


Klinik mengelola keuangan harian dengan cara di catat oleh bendahara dalam
sebuah buku yang mencatat uang masuk dan uang keluar setiap harinya yang
berasal dari pasien yang berobat tanpa BPJS, kemudian uang ini akan di
gunakan untuk biaya operasional setiap hari apabila ada barang/obat-obatan
yang harus di beli dan uang harian inilah yang akan di olah setiap harinya,
untuk uang dari pasien yang melahirkan akan masuk ke tabungan Kinik
begitu juga untuk uang hasil kerjasama dengan BPJS akan langsung masuk ke
tabungan dan di catat pemukuannya oleh bidan sendiri.

E. Managemen Pemasaran/Promosi
Managemen pemasaran/promosi yang dilakukan klinik Pratama Alwid
Baroqah sudah memenuhi syarat jika di tinjau dari segi teori Management
pemasaran yaitu dimana klinik memperhatikan strategi pemasaran melalui
sudut pandang pedagang dan sudut pandang pembeli yaitu memperhatikan
pelayanan yang baik kepada pasien, kenyamanan pasien serta memasang tarif
pelayanan sesuai dengan kemampuan masyarakat sekitar bahkan bekerja
sama dengan BPJS dan serta juga melakukan promosi seperti melalui Papan
nama dan Sapanduk.
F. Managemen Pengendalian Resiko
manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi
dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu
rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian resiko, pengembangan
strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumber daya.

45
Staregi penanganan resiko yang telah di siapkan oleh Klinik Pratama Al
Wid Barokah yaitu seperti penaganan resiko kebakaran sudah ada kerjasama
dengan pihak APAR untuk alat pemadam kebakaran di Klinik, kemudian
untuk penanggulangan resiko Limbah Klinik menyiapkan satu lobang untuk
penyaringan limbah cairan agar tidak menganggu tetangga sekitar klinik dan
mencegah resiko kedepannya masalah limbah medis, sedangkan limbah
ampul dan spuit Klinik sudah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota
Bengkulu, sedangkan untuk penanggulangan resiko yang datang dari
masyarakat luar seperti pihak wartawan dan masyarakat yang akan
menjatuhkan nama baik klinik bunda sudah mengantisipasnya dengan
Membadan Hukumkan Usaha Klinik dengan Notaris untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan yang berkaitan dengan Hukum. Namun untuk
penanganan asuransi bagunian jika terjadi kebakaran Klinik Pratama Al Wid
Baroqah belum mengansuransikan bagunannya.

46
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa,  Klinik dibagi
menjadi yaitu Klinik pratama dan Klinik utama. Klinik Pratama merupakan
Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik umum maupun
khusus. Sedangkan Klinik utama merupakan Klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik.
Klinik dapat mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu
berdasarkan cabang/disiplin ilmu atau sistem organ. Ketentuan lebih lanjut
mengenai Klinik dengan kekhususan pelayanan diatur oleh Menteri.
Klinik dapat dimiliki oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau
masyarakat. Klinik yang dimiliki oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
harus didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan rawat jalan
dapat didirikan oleh perorangan atau badan usaha. Sedangkan Klinik yang
dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan rawat inap harus didirikan
oleh badan hukum. Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

B. Saran
Adapun saran kami untuk Bunda tetaplah menjadi bidan yang
profesional dan bertanggung jawab terhadap tugas yang telah dipercayai. dan
untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak,
Serta memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang Bidan Praktek
Mandiri dan Klinik sehingga mahasiswa menjadi lebih tahu dan bisa menjadi
calon bidan yang berguna juga kelaknya.

47

Anda mungkin juga menyukai