Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kompetensi merupakan kemampuan dan pemahaman yang harus dimiliki

setiap guru dalam mengajar, karena kompetensi berhubungan dengan kemampuan

guru untuk terus mengembangkan diri dalam meningkatkan penguasaan konten

pengetahuan secara terus menerus sehingga pengetahuan yang dimiliki senantiasa

berkembang dan berinovatif. Kompetensi juga berhubungan dengan kemampuan

dalam memahami kurikulum yang berlaku sehingga proses pembelajaran yang

dilaksanakan benar-benar berorientasi pada kurikulum terbaru. Jadi kompetensi

bagian dari perpaduan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam

kebiasaan berfikir dan bertindak.1 Artinya, setiap pikiran dan tindakan merupakan

nilai atau standar dari seorang guru.

Kompetensi erat kaitannya dengan kemampuan untuk senantiasa berpikir

kritis memaknai setiap materi ajar dan mampu merestrukturisasikan pengetahuan

agar sejalan dengan potensi dan kebutuhan siswa. Proses pembelajaran dapat

dilaksanakan secara efektif dan efisien serta mencapai hasil yang diharapkan,

apabila seorang guru memiliki kompetensi yang mampu membimbing dan

mengarahkan pengembangan kurikulum dan pembelajaran serta sekaligus menjadi

seorang manager dalam pembelajaran yang bertanggungjawab untuk

merencanakan, melaksanakan dan menilai perubahan atau perbaikan program

1
Rofa’ah, Pentingnya Kompetensi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran dalam perspektif
Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), h. 30
2

pembelajaran.2 Melalui pembangunan kompetensi jelaslah sosok guru yang

berkualitas bukanlah sebuah impian belaka.

Sebagai guru yang berkompeten dan profesional, seorang guru mata

pelajaran Al-Qur’an Hadits juga dituntut memiliki kemampuan yang meliputi

penguasaan materi pembelajaran, strategi, penguasaan metode, mampu

membimbing dan memberikan penyuluhan serta dapat mengevaluasi

pembelajaran. Selain itu, guru mata pelajaran al-Qur’an Hadits juga harus mampu

meningkatkan kompetensi dan mampu menerapkan kreatifitas dalam setiap

pembelajaran agar peserta didik dapat memahami materi yang diajarkan dengan

mudah.

Salah satu materi yang harus dikuasi oleh guru dalam pelajaran Al-Qur’an

Hadits adalah ilmu tajwid. Tajwid merupakan cabang ilmu yang telah diterapkan

sejak Al-Qur’an diturunkan. Membaca Al-Qur’an dengan menggunakan hukum

tajwid merupakan hasil taufiqi (ketentuan) yang diambil melalui riwayat dari

sumbernya yaitu sesuai bacaan Rasulullah SAW., sehingga dalam

perkembangannya ilmu tajwid dikenal sebagai suatu cabang ilmu yang dapat

berdiri sendiri karena memiliki syarat ilmiah yaitu adanya tujuan, fungsi dan

objek serta sistematika tersendiri.3 Ilmu tajwid yang diajarkan di sekolah

sepatutnya dipraktekkan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an dengan baik

termasuk kejelasan huruf, wakaf dan sebagainya.

2
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 78.
3
Abdul Mujib Ismail dan Maria Ulfa Nawawi, Pedoman Ilmu Tajwid (Surabaya: Karya
Abditama, 1995), h. 17
3

Untuk membantu siswa dalam memahami ilmmu tajwid, seorang guru

khususnya guru Al-Quran Hadits juga harus mampu menguasai ilmu tajwid

dengan baik dan benar. Guru harus mampu memperkenalkan ilmu tajwid kepada

siswa sebagai bagian dari tata cara membaca Al-Quran. Namun, kenyataan yang

kita lihat saat ini, tidak semua guru Al-Quran hadits sendiri mampu menguasai

ilmu tajwid dengan baik. Ada sebagian guru yang masih belum mampu membaca

Al-Quran sesuai dengan ilmu tajwid yang ada.

Permasalahan di atas juga penulis temui di Madrasah Tsanawiyah yang

ada di Aceh Utara. Madrasah Tsanawiyah di Aceh Utara yang berstatus Swasta

maupun Negeri merupakan sekolah-sekolah lanjutan pertama yang telah

mengajarkan ilmu tajwid dalam pembelajaran kepada peserta didiknya. Namun,

menurut hasil observasi awal yang peneliti lakukan ke sekolah-sekolah Madrasah

Tsanawiyah di Aceh Utara, masih banyak peserta didik yang bisa membaca Al-

Qur’an namun belum mampu atau paham untuk membaca Al-Qur’an secara

hukum ilmu tajwid, baik dalam membaca huruf secara jelas (makhrajil huruf),

wakaf dan sebagainya. Masalah tersebut dapat timbul dari berbagai faktor; faktor

guru, materi, strategi atau metode yang digunakan, media ataupun peserta didik

dan kemungkinan lainnya.

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk

mengadakan penelusuran lebih dalam terhadap permasalahan di atas. Akhrinya

peneliti merangkainya dalam sebuah kajian ilmiah yang berjudul: “Kompetensi

Guru Al-Qur’an Hadits dalam Menerapkan Ilmu Tajwid di Madrasah

Tsanawiyah Aceh Utara”


4

B. Rumusan Masalah

Banyak hal yang bisa dikaji dalam permasalahan penelitian ini. Namun

supaya penelitian lebih terarah maka peneliti membuat fokus penelitian, yaitu

lebih menitikberatkan pada kompetensi guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadits

dalam menerapkan pelajaran ilmu tajwid kepada peserta didik. Akhirnya, kajian

tersebut akan ditelusuri dengan rumusan masalah berikut:

1. Bagaimana kompetensi guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dalam

menerapkan ilmu tajwid di Madrasah Tsanawiyah Aceh Utara?

2. Apa saja kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan ilmu tajwid di

Madrasah Tsanawiyah Aceh Utara?

3. Manfaat apa yang didapat oleh peserta didik dalam memperdalam ilmu

tajwid?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kompetensi guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadits

dalam menerapkan ilmu tajwid di Madrasah Tsanawiyah Aceh Utara.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru Al-Qur’an Hadits dalam

menerapkan ilmu tajwid di Madrasah Tsanawiyah Aceh Utara.

3. Untuk mengkaji manfaat yang diperoleh peserta didik dalam

memperdalam ilmu tajwid.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu

pengetahuan, wawasan dan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat

umum, terutama bagi umat Islam yang ingin mengetahui tentang

bagaimana pentingnya ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur’an.

2. Kegunaan Praktis

Melalui kajian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi semua

pihak yang berkompeten dalam bidang pendidikan, khususnya tenaga

pendidik di tingkat Madrasah Tsanawiyah guru Al-Qur’an Hadits terkait

strategi maupun metode yang akan digunakan dalam pembelajaran ilmu

tajwid guna meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an peserta didik.

E. Definisi Operasional

Definisi dari istilah, bertujuan untuk menghindari interprestasi yang

berbeda dalam memahami judul penelitian, maka perlu dijelaskan beberapa istilah

penting dari variabel judul, yakni;

1. Kompetensi

Kompetensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan guru

mata pelajaran al-Qur’an Hadits dalam mendalami dan menguasai serta

mengajarkan ilmu tajwid kepada siswa di sekolah-sekolah tingkat

Madrasah Tsanawiyah Aceh Utara.


6

2. Ilmu Tajwid

Ilmu tajwid yang dimaksud dalam penelitian ini adalah materi pelajaran

yang diajarkan oleh guru Al-Qur’an Hadits kepada peserta didik di sekolah

tingkat Madrasah Tsanawiyah Aceh Utara. Ilmu tajwid yang merupakan

suatu ilmu dasar yang harus dimengerti dan dipelajari oleh setiap umat

Islam untuk bisa membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf, wakaf dan

hukum-hukum bacaan Al-Qur’an secara benar dan baik.

F. Kajian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan dunia pendidikan bukanlah peneltian

yang baru. Dunia pendidikan dengan segala pernak pernik dalam perjalanannya

merupakan kancah penelitian yang tidak pernah kering dengan ide-ide dan

fenomena-fenomena yang dikaji. Peneliti menelusuri beberapa tulisan yang

berkaitan dengan kajian ini, guna untuk memperoleh sumber-sumber informasi

dari penelitian-penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian terdahulu yang

dianggap relevan dengan permasalahan yang dibahas diantaranya:

Tesis, penelitian yang dilakukan Baharuddin berjudul “Metode

Pembelajaran Ilmu Tajwid dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca al-Qur’an

Santri Pondok Pesantren Tahfizh al-Qur’an Al-Imam ‘Ashim Makassar.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan

historis. Dari hasil penelitian menunjukkan beberapa poin; pertama, metode yang

digunakan dalam pembelajaran ilmu tajwid di Pondok Pesantren Tahfizh al-

qur’an al-Imam ‘Ashim adalah metode Jibril. Kedua, tingkat kemampuan


7

membaca al-Qur’an santri Pondok Pesantren Tahfizh al-Qur’an al-Imam ‘Ashim

Makassar sangat baik, karena santri mampu melafalkan huruf sesuai dengan

makhraj dan sifatnya. Penelitian yang dilakukan oleh Baharuddin lebih fokus

terhadap metode tajwid yang diajarkan pada santri,4 sedangkan penulis lebih

menitikberatkan pada kompetensi guru.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan Irsyadul Umam mahasiswa Prodi

Agama dan Filsafat konsentrasi Studi Al-Qur’an dan Hadits berjudul “Tradisi

Pengajaran Al-Qur’an dan Tajwid di Pondok Pesantren Al-Ihya “Ulumuddin

Cilacap” pada Tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan

pendekatan etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik pengajaran al-

Qur’an dan tajwid dilaksanakan setelah shalat Maghrib dan Subuh. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah pada pendekatan

penelitian yang digunakan.5

Kemudian, penelitian yang dilakukan Cucud Nurmawati Anggita Sari

mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Institut Agama Islam Negeri Surakarta dengan judul “Upaya guru Al-

Qur’an Hadits dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada siswa kelas VIII

di MTsN 5 Karanganyar Tahun Ajaran 2018/2019. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa upaya guru Al-Qur‟an Hadits dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

pada siswa kelas VIII MTs Negeri 5 Karanganyar tahun ajaran 2018/2019 adalah

Guru Al-Qur‟an Hadis kelas VIII sudah baik dalam mengelola pembelajaran yang

4
Baharuddin, Metode Pembelajaran Ilmu Tajwid dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca al-quran Santri Pondok Pesantren Tahfizh al-quran Al-Imam ‘Ashim Makassar, Tesis,
(Makassar: Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, 2012), h. 118
5
Irsyadul Umam, Tradisi Pengajaran Al-quran dan Tajwid di Pondok Pesantren Al-Ihya
“Ulumuddin Cilacap, Tesis, (Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2015), h. 116
8

mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta pemahaman terhadap

peserta didik. Perbedaan yang muncul dari penelitian ini yaitu Cucud memilih

ruang lingkup penelitian hanya pada satu sekolah saja.

Beberapa literatur yang telah diuraikan di atas, diharapkan dapat

memberikan gambaran kepada peneliti dalam penulisan dan penyelesaian tesis ini,

baik pada aspek metodologi, pengayaan dan pendalaman sumber teori. Tetapi

yang terlebih penting adalah uraian kajian di atas mempunyai sifat dan

permasalahan yang berbeda-beda maupun kondisi.

Anda mungkin juga menyukai