Anda di halaman 1dari 14

SKENARIO 1 :

Seorang perempuan berusia 65 tahun dibawa ke Puskesmas oleh anaknya dengan keluhan
nyeri pada pangkal paha kanan sehingga tidak dapat berjalan. Keadaan ini dialami sejak 5
hari yang lalu setelah jatuh terduduk di kamar mandi pada saat penderita berjalan tertatih-
tatih. Sejak 27: tahun terakhir ini penderita mengkonsumsi obat-obat kencing manis,
SKENARIO
tekanan darah tinggi, jantung, dan rematik. Penderita pernah mengalami serangan stroke
3Tn.
tahun lalu.
Amir berusia 68 tahun dibawa ke dokter oleh anaknya dengan keluhan sering lupa
sejak 1,5 tahun terakhir. Pasien sering lupa meletakkan benda, ketinggalan belanjaan di
toko, dan lupa jalan pulang. Pasien juga lupa waktu makan dan mandi sejak 6 bulan
terakhir serta mudah marah dan tersinggung. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi,
DM tipe 2, dan stroke 3 tahun lalu. Pada pemeriksaan laboratorium: GDS 240mg/dL,
kolesterol total 260mg, LDL 180 mg. Pada pemeriksaan CT scan kepala didapatkan
Infark lakunar di lobus temporalis kiri. Pada pemeriksaan Kognitif didapatkan : MMSE
15/30
SKENARIO 1 skenario! telinga, dapat terjadi tuli konduksi dan sindroma
KATA SULIT 9. Jelaskan langkah diagnosis dari skenario! Meniere (keseimbangan).
• Rematik : Beragam Keluhan nyeri pada sendi (William 10. Bagaimana pencegahan terhaap kasus tersebut?  Sistem kardiovaskuler
Heberden) ; berbagai kelainan yg ditandai oleh 11. Apa komplikasi yang bisa timbul? Meskipun tanpa disertai adanya penyakit, pada
peradangan, degenerasi, atau kekacauan metabolik 12. Bagaimana prognosis dari kasus tsb? usia lanjut jantung sudah menunjukkan penurunan
struktur jaringan ikat terutama sendi dan struktur yg kekuatan kontraksi, kecepatan kontraksi dan isi
berhubungan, dan disertai oleh rasa nyeri, kekakuan atau Jawab : sekuncup. Terjadi pula penurunan yang signifikan dari
pembatasan gerak 1. cadangan jantung dan kemampuan untuk meningkatkan

2. Dengan makin bertambahnya usia seseorang, maka kekuatan curah jantung, misalnya pada keadaan latihan/
KALIMAT KUNCI kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan exercise. Golongan lansia sering kali kurang merasakan
• Wanita, 65 tahun fungsional atas organ-organ tubuhnya makin besar. nyeri dibandingkan usia muda dan gejala awal infark
• Keluhan : nyeri pangkal paha kanan hingga tidak dapat Peneliti Andres dan Tobin, mengintroduksi hukum 1 % miokard akut seringkali adalah gagal jantung, embolus,
berjalan yang menyatakan bahwa fungsi organ akan menurun hipotensi atau konfusio.
• 5 hari lalu jatuh terduduk dikamar mandi saat berjalan sebanyak 1 % setiap tahunnya setelah usia 30 tahun. Pada usia lanjut juga terjadi perubahan pada
tertatih-tatih. Walaupun penelitian Svanborg et al. menyatakan bahwa pembuluh darah. Terjadi penebalan intima (akibat
• 7 tahun terakhir konsumsi obat DM, hipertensi, jantung, penurunan tersebut tidak sedramatis seperti diatas, tetapi proses aterosklerosis) atau tunika media (akibat proses
reumatik. memang terdapat penurunan fungsional yang nyata menua) yang pada akhirnya menyebabkan kelenturan
• Riwayat stroke 3 tahun yang lalu. setelah usia 70 tahun. Penurunan anatomik dan pembuluh darah tepi meningkat. Hal ini akan

fungsional dari organ-organ pada lansia akan menyebabkan peningkatan tekanan darah terutama
PERTANYAAN mempermudah timbulnya penyakit pada organ tersebut. tekanan darah sistolik, walaupun tekanan diastolik juga
1. Jelaskan proses penuaan! Berbagai perubahan tersebut antara lain : sering meningkat sebagai akibat banyak faktor lain
2. Perubahan fisiologis apa yang terjadi pada usia lanjut?  Sistem panca indra termasuk genetik.
3. Bagaimana analisis terhedap usia nya? Terdapat perubahan morfologik pada panca  Sistem respirasi
4. Bagaimana hubungan jatuh dengan rasa nyeri dan indra. Perubahan fungsional yang bersifat degeneratif Sistem respirasi sudah mencapai kematangan
ketidakmampuan berjalan ? ini, memberi manifestasi pada morfologi berbagai organ pertumbuhan pada usia 20-25 tahun, setelah itu mulai
5. Apa penyebab dan faktor resiko jatuh? panca indra tersebut baik pada fungsi melihat, menurun fungsinya. Elastisitas paru menurun, kekakuan
6. Bagaimana hubungan riwayat konsumsi obat dengan mendengar, keseimbangan ataupun perasa dan perabaan. dinding dada meningkat, kekuatan otot dada menurun.
perubahan fisiologis dan riwayat jatuh? Pada keadaan yang ekstrim dapat bersifat patologik, Semua ini mengakibatkan turunnya rasio ventilasi-
7. Bagaimana hubungan riwayat penyakit terdahulu misalnya terjadi ekstropion/entropion, ulkus kornea, perfusi di bagian paru yang tak bebas dan pelebaran
dengan keluhan! glaukoma, dan katarak pada mata, sampai keadaan gradien alveolar arteri untuk oksigen. Disamping itu,
8. Jelaskan Penanganan awal dari skala prioritas pada konfusio akibat penglihatan yang terganggu. Pada pada sistem respirasi juga terjadi penurunan gerak silia
di dinding sistem respirasi, penurunan refleks batuk dan
refleks fisiologik lain, yang menyebabkan peningkatan  Sistem persendian berkurang kedalamannya. Akan tetapi kelainan ini tidak
kemungkinan terjadinya infeksi akut pada saluran nafas Pada sinovial sendi terjadi perubahan berupa menimbulkan kelainan patologik yang berarti. Pada
bawah. Berbagai penurunan morfologik dan fungsional tidak ratanya permukaan sendi, fibrilasi, dan semua sitoplasma sel juga terjadi deposit lipofusin yang
tersebut, akan mempermudah terjadinya berbagai pembentukan celah dan lekukan di permukaan tulang sering disebut sebagai pigmen wear and tear. Yang
keadaan patologik diantaranya PPOK (penyakit paru rawan. Erosi tulang rawan hialin menyebabkan eburnasi bersifat patologis adalah adanya degenerasi pigmen
obstruktif kronis), penyakit infeksi paru akut/ kronis, tulang dan pembentukan kista di rongga subkondra dan substansia nigra, kekusutan neurofibriler dan
dan keganasan pada paru-bronkus. sumsum tulang. Semua perubahan ini serupa dengan pembentukan badan-badan Hirano. Keadaan ini sesuai
 Sistem endokrinologik yang terdapat pada osteoartrosis. Keadaan tersebut baru dengan proses terjadinya patologi pada sindrom
Pada sekitar 50% lansia menunjukkan bisa dikatakan patologik bila terdapat stres tambahan, Parkinson dan demensia tipe Alzeimer. Pada pembuluh
intoleransi glukosa, dengan kadar glukosa puasa normal. misalnya bila terjadi trauma atau pada sendi penanggung darah terjadi penebalan tunika intima dan tunika media
Pada lansia juga terjadi penurunan tingkat produksi beban. Diantara penyakit sendi yang sering terdapat sehingga sering terjadi gangguan vaskularisasi otak yang
hormon tiroid dan tingkat bersihan metabolik tiroid. pada usia lanjut adalah osteoartritis, rematoid artritis, berakibat terjadinya TIA, stroke, dan demensia vaskuler.
Pada lansia pria terjadi penurunan respon RSH terhadap gout dan pseudogout, artritis monoartikuler senilis dan Vaskularisasi yang menurun pada daerah hipotalamus
TRH. Pada wanita, terjadi penurunan hormon estrogen rematika polimialgia. menyebabkan terjadinya gangguan saraf otonom,
pasca menopause sehingga bisa menimbulkan  Sistem urogenital disamping mungkin sebagai akibat pengaruh
osteoporosis. Pada usia lebih tua, kejadian osteoporosis Pada usia lanjut ginjal mengalami perubahan, berkurangnya berbagai neurotransmiter. Penyakit
pada pria juga meningkat karena faktor-faktor antara lain penebalan kapsula bowman dan gangguan metabolik seperti diabetes, hipotiroid, dan hipertiroid
inaktivitas, asupan kalsium kurang, pembuatan vitamin permeabilitas terhadap solut yang akan difiltrasi, nefron dapat menyebabkan gangguan pada susunan saraf tepi,
D melalui kulit menurun, dan juga faktor hormonal. mengalami penurunan jumlah dan mulai terlihat atrofi. baik yang bersifat otonom atau tidak.
 Sistem hematologik Akan tetapi, fungsi ginjal secara keseluruhan dalam  Otot dan tulang
Pola pertumbuhan sel darah merah (SDM) dan keadaan istirahat tidak terlihat menurun. Bila terjadi Otot-otot mengalami atrofi karena
sel darah putih (SDP) secara kualitatif tidak berubah stres fisik (latihan berat, infeksi, gagal jantung, dan lain- berkurangnya aktivitas, gangguan metabolik, atau
pada penuaan, akan tetapi sumsum tulang secara nyata lain) ginjal tidak dapat mengatasi peningkatan denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, proses
mengandung lebih sedikit sel hemopoitik dengan respon kebutuhan tesebut dan mudah terjadi gagal ginjal. Pada berpasangan (coupling) penulangan yaitu perusakan dan
terhadap stimuli buatan agak menurun. Respon usia lanjut, kreatinin juga tidak menggambarkan pembentukan tulang melambat, terutama
regeneratif terhadap hilang darah atau terapi anemia keadaan fungsi ginjal karena jumlah protein tubuh pembentukannya. Hal ini selain akibat menurunnya
pernisiosa agak kurang dibanding waktu muda. Rentang dalam massa otot (yang merupakan kontributor kadar aktivitas tubuh, juga akibat penurunan hormon estrogen
hidup SDM tidak berubah akibat proses menua, juga kreatinin darah) sudah menurun. (pada wanita), vitamin D (terutama orang yang kurang
morfologi tidak menunjukkan perubahan penting.  Sistem saraf pusat dan otonom terkena sinar matahari) dan beberapa hormon lain
Berbagai jenis anemia yang sering didapatkan pada usia Terjadi penurunan berat otak sekitar 10 % seperti kalsitonin dan parathormon. Tulang-tulang
lanjut antara lain anemia defisiensi besi, anemia pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun. terutama trabekulae menjadi lebih berongga-rongga,
megaloblastik, dan anemia akibat penyakit kronis. Disamping meningen menebal, giri dan sulci otak mikroarsitektur berubah dan sering berakibat patah
tulang baik akibat benturan ringan maupun spontan. serabut otot, baik dalam jumlah maupun ukurannya disebabkan menandakan bahwa telah terjadi gangguan berjalan pada pasien
 Badan Menyeluruh oleh gangguan metabolic dan denervasi fungsional. Perubahan yang mungkin terjadi akibat penurunan massa tulang akibat usia,
Pada lansia terjadi penurunan tinggi badan fisiologik yang terjadi berupa penurunan kekuatan fisik, pengaruh obat-obatan maupun riwayat penyakit sebelumnya. Saat
(postur bungkuk karena kifosis), berat badan menurun, disabilitas, keterbatasan jangkauan dan kecepatan gerak, sebagai pasien jatuh terduduk, maka kemungkinan yang akan terjadi
rasio lemak atau BB bersih meningkat, dan air tubuh gangguan dari kelemahan otot , kaku sendi dan mekanisme sentral adalah fraktur vertebra terutama segmen lumbal dan sacral.
total juga menurun. penampilan sensori-motorik. Perubahan ini menimbulkan keadaan Sehingga akan dapat menyebabkan kompresi pada nervus yang
H. Hadi Martono (2015), Buku ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI. patologik seperti pengecilan otot, terutama ekstremitas distal. keluar dari columna vertebralis yang dapat bermanifestasi nyeri.
Jakarta : Penerbit : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Dengan Bertambahnya usia proses coupling penulangan Selain itu, adanya trauma di columna vertebralis juga dapat
Universitas Indonesia. Halaman : 61 – 71
yaitu proses perusaakn pembentukan tulang melambat terutama menyebabkan kompresi pada ramus-ramus saraf di cornu anterior

3. Perempuan Umur 65 tahun pembentukannya. Tulang-tulang terutama trabekulae menjadi segmen lumbosacral yang berfungsi sebagai saraf motorik pada
lebih berongga-rongga dan sering berakibat patah tulang. Adanya kedua tungkai yang mengakibatkan tungkai tidak dapat
Umur 65 tahun termasuk golongan lanjut usia. Berbagai
perubahan pada struktur tulang menyebabkan hambatan pada digerakkan.
perubahan degeneratif terjadi dengan frekuensi meningkat pada
pergerakan pada pasien geriatrik.
individu >60 tahun, tapi tidak berhubungan satu sama lain. 5. Penyebab
Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan
Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan sistem sensorik
Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan
gerak, langkah pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan
yang mempengaruhi visus, pendengaran, fungsi vestibuler, dan
gabungan beberapa faktor, antara lain (Kane, 1994; Reuben, 1996;
basal. Kaki tidak dapat menopak dengan kuat dan lebih cenderung
proprioseptif. Kemudian terjadi pula perubahan pada sistem saraf
Tinetti,1992; Campbell 1987; Brocklehurst, 1987).
gampang goyah. Perlambatan reaksi menyebabkan seorang lansia
pusat, perubahan kognitif berupa dementia, serta perubahan
1. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang aman (30-
susah atau terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti
musculoskeletal.
50% kasus jatuh lansia).
terpeleset, tersandung, kejadian tiba-tiba, sehingga memudahkan
Keseimbangan tubuh dipertahankan oleh kerjasama otot
a. Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung.
jatuh.
dan sendi tubuh (sistem muskuloskeletal), kulit (sistem
b. Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan
somatosensoris), mata (sistem visual), dan labirin (sistem
kelainan-kelainan akibat proses menua misalnya karena
vestibular). Ketiganya membawa informasi mengenai 4. Hubungan Jatuh Dengan Rasa Nyeri Dan mata kurang awas, benda-benda yang berada di rumah
keseimbangan ke otak (sistem serebellar) untuk koordinasi dan Ketidakmampuan Berjalan tertabrak, lalu jatuh
persepsi korteks serebellar.
Berbagai faktor berperan untuk terjadinya gangguan 2. Nyeri kepala dan atau vertigo
Perubahan vaskuler dapat menyebabkan fibrosis intima
keseimbangan dan jatuh terutama untuk usia lanjut. Pasien dengan 3. Hipotensi Orthostatik
dan media siderosis, degenerasi amiloid dan hialin. Perubaan
usia lanjut dikaitkan dengan input propioseptif yang berkurang, a. Hipovolemi/curah jantung rendah
vaskuler tersebut dapat menyebabkan gangguan sensorik, tampilan
proses degeneratif pada sistem vestibular, refleks posisi yang b. Disfungsi otonom
sensori-motorik lambat, gangguan keseimbangan postur dan
melambat dan melemahnya kekuatan otot yang amat penting c. Penurunan kembalinya darah vena ke jantung
gerakan. Hal ini dapat menyebabkan perubahan patologik berupa
dalam memelihara postur. d. Terlalu lama berbaring
dementia multiinfark, iskemik otak, dan stroke.
Berdasarkan skenario, dikatakan bahwa sebelum jatuh e. Pengaruh obat-obat hipertensi
Selain itu, sistem lokomotorik/otot terjadi atropi pada
pasien wanita berumur 65 tahun ini berjalan tertatih-tatih yang f. Hipotensi sesudah makan
4. Obat-obatan 3. Kognitif aktivitas biasa seperti berjalan, naik turun tangga, mengganti
a. Diuretic/ antihipertensi Pada beberapa penelitian, dementia diasosiasikan dengan posisi. Hanya sedikit sekali jatuh terjadi pada saat lansia
b. Antidepresan trisiklik meningkatnya resiko jatuh. melakukan aktivitas berbahaya sperti mendaki gunung atau
c. Sedative 4. Muskuloskeletal olahraga berat. Jatuh juga sering terjadi pada lansia dengan banyak
d. Obat-obat hipoglikemik Faktor ini disebutkan oleh beberapa peneliti merupakan kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh kelelahan atau
e. Alkohol faktor yang benar-benar murni milik lansia yang berberan besar terpapar bahaya yang lebih banyak. Jatuh juga sering terjadi pada
5. Proses penyakit yang spesifik terhadap terjadinya jatuh. Gangguan muskuloskeletal lansia yang imobil (jarang bergerak) ketika tiba-tiba dia ingin
Penyakit-penyakit akut seperti : menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan.
a. Kardiovaskuler : aritmia, stenosi aorta, sinkope sinus dengan proses menua yang fisiologis. Kaki tidak dapat menapak
carotis dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah. Perlambatan 2. Lingkungan
b. Neurologi : stroke, serangan kejang, Parkinson, reaksi menagkibatkan seorang lansia susah/terlambat Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah. 10% terjadi di
penyakit cerebellum dll mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset, tetangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak
6. Idiopatik (tidak jelas penyebabnya) tersandung, kejadian tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh. disbanding saat naik, yang lainnya terjadi karena tersandung,
7. Sinkpoe : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba Faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan menabrak benda perlengkapan rumah tangga, lantai yang licin
H. Hadi Martono (2015). Jatuh. Dalam : Boedhi- pada lansia: atau tak rata, penerangan ruang yang kurang.
Darmojo.Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4. 1. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah 3. Penyakit akut
Jakarta:Balai Penerbit FKUI. Halaman 182-183 tua, tidak stabil, atau tergeletak di bawah. Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh.
2. Tempat tidur atau WC yang rendah/jongkok Eksaserbasi akut dari penyakit kronik yang diderita lansia juga
Faktor resiko 3. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak nafas akut pada

Ada beberapa hal yang berperan dalam stabilitas badan, yaitu: dipegang penderita penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada tiba-tiba

1. Sistem sensorik a. Lantai yang tidak datar pada penyakit jantung iskemik, dan lain-lain.

Yang berperan di dalamnya adalah visus, pendengaran, b. Karpet yang tidak dilem dengan baik. Keset yang tebal, Secara singkat faktor risiko jatuh pada lansia dibagi dalam dua

fungsi vestibuler, dan proprioseptif. Semua gangguan sensorik dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah golongan besar, yaitu:

tersebut menyebabkan hamper sepertiga penedrita lansia tergeser 1. Faktor-faktor intrinsik (faktor dari dalam)

mengalami sensasi abnormal pada saat uji klinik. c. Lantai licin atau basah a. Kondisi fisik dan neuropsikiatrik

2. Sistem Saraf Pusat d. Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan) b. Penurunan visus dan pendengaran

SSP akan memberikan respon motoric untuk mengantisipasi e. Alat bantu lain yang tidak tepat ukuran, berat, maupun c. Perubahan neuromuskuler, gaya berjalan, dan reflek postural

input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, Parkinson, cara penggunaannya. karena proses menua.

hidrosefalus tekanan normal sering diderita oleh lansia dan Faktor-faktor situasional yang mungkin mempresipitasi jatuh 2. Faktor-faktor ekstrinsik (faktor dari luar)

menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik antara lain: a. Obat-obatan yang diminum

terhadap input sensorik. 1. Aktivitas b. Alat-alat bantu berjalan


Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan c. Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya)
H. Hadi Martono (2015). Jatuh. Dalam : Boedhi- tidak mudah dikenali pada oarang tua karena timbul perlahan menutupi gejala hipoglikemia dan dapat menyebabkan
3,7
Darmojo.Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4. tanpa tanda akut (akibat tidak ada refleks simpatis) dan dapat bronkospasme pada orang tua.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI. 2011. Halaman 180-182 menimbulkan disfungsi otak sampai koma. Gejala susunan saraf Obat anti hipertensi lainnya adalah vasodilator seperti
pusat yang lain berupa vertigo, konfusio / bingung, ataksia dan hidralasin dan prasosin, ACE-I sperti kaptopril, golongan
6. Hubungan riwayat konsumsi obat dengan sebagainya. Antagonis kalsium seperti Nifedipin, Ditialisem, Verapamil,
Pada penderita DM, Diuretik golongan tiazid juga dapat penghambat resptor Angiotensin II seperti valsartan, yang
perubahan fisiologis dan riwayat jatuh
menyebabkan hiperglikemia karena mengurangi sekresi insulin. memiliki efek samping yaitu : adalah pusing dan sakit kepala.
a. Diabetes mellitus
b. Hipertensi c. Jantung
Komplikasi DM pada usia lanjut ada yang akut dan ada
Yang penting untuk diketahui pada golngan lanjut usia Keadaan fisiologis jantung pasien lansia sudah dalam
pula yang kronik. Komplikasi DM akut antara lain ketoasidosis,
ialah kecendrungan labiltas tekanan darah, serta mudahnya terjadi keadaan menurun. Apalagi ditambah dengan kelainan yang ada
koma diabetikum, dan sebagainya. Sedangkan komplikasi DM
hipotensi postural. Maka dari itu dianjurkan untuk selalu pada jantungnya sehingga pasien harus mengkonsumsi obat
kronik antara lain makroangiopati, mikroangiopati dan neuropati.
mengukur tekanan darah pada posis tidur maupun tegak. Apa bila penyakit jantung. Dalam keadaan ini pasien penyakit jantung lebih
Komplikasi akibat makroangiopati terutama akan meningkatkan
hipertensi ini tidak terkontrol maka akan dapat menyebabkan mudah untuk kelelahan, sesak bahkan sinkope, yang dapat
mortalitas, sedangkan komplikasi mikroangiopati akan
penyakit jantung hipertensif dan komplikais pada target organ menyebabkan ia jatuh ketika sedang melakukan aktifitas rutinnya.
meningkatkan morbiditas. Komplikasi mikroangiopati antara lain
lainnya. Pada orang hipetensi, pasien sering mengeluh sakit kepala Betabloker
retinopati diabetik dan nefropati diabetik; komplikasi
atau pusing. Gejala-gelaja tersebut dapat menyebabkan pasien Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui
makroangiopati antara lain terjadinya atherosklerosis yang
jatuh. penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan
menimbulkan komplikasi lebih lanjut pada serebrovaskular;
Obat-obat hipertensi seperti : Diuretik seperti furosemid pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan
sedangkan komplikasi berupa neuropati, disebut juga neuropati
dapat menyebabkan hipotensi ortotastatik, ada juga jenis diuretic pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obat-obatan yang
diabetik, yang tersering adalah neuropati perifer. Berbagai
tiazida dapat menyebabkan mual, muntah dan sakit kepala. Obat- termasuk dalam golongan betabloker adalah : Metoprolol,
komplikasi yang disebutkan di atas dapat menyebabkan jatuh pada
obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus
usia lanjut. Selain itu, kesalahan dalam mengkonsumsi obat
tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi
antidiabetik oral oleh karena kelebihan/kekurangan dosis dan
yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang
ketidakseimbangan antara asupan makanan dan obat antidiabetik
Contoh obat-obatan yang termasuk golongan diuretik adalah bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat
oral dengan aktivitas sehari-hari yang menyebabkan hipoglikemi
Hidroklorotiazid. Efek samping yang sering dijumpai adalah : gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga
atau hiperglikemi juga dapat membuat jatuh pada usia lanjut.
hipokalemia dan hiponatremia (kekurang natrium dalam darah) pemberian obat harus hati-hati.
Sulfonilurea
yang dapat mengakibatkan gejala lemas, hiperurisemia d. Reumatik
Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien yang tidak
(peningkatan asam urat dalam darah) dan gangguan lainnya Adanya penyakit reumatik pada pasien ini dapat
mendapat dosis tepat, tidak makan cukup atau dengan gangguan
seperti kelemahan otot, muntah dan pusing. memenpengaruhi gaya berjalannya yang merupakan salah satu
fungsi hepar dan atau ginjal. Kecenderungan hipoglikemia pada
Obat anti hipertensi lainnya adalah dari golongan factor ekstrinsik yang dapat membuat pasien mudah terjatuh.
orang tua disebabkan oleh mekanisme kompensasi berkurang dan
betabloker misalnya atenolol, metanolol,propanolol, obat-obat ini Penyakit reumatik yang sering diderita oleh lansia terutama pada
asupan makanan yang cenderung kurang. Selain itu, hipoglikemia
pada penderita DM harus hati-hati diberikan karena dapat wanita adalah osteoarthritis, osteoporosis, reumatik arthritis, gout
dan lain-lain. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, Kardiovaskuler Secara Rasional.FK-UI.2011. Halaman 75-95 c. kurangi konsumsi obat-obatan yang menyebabkan instabilitas
hingga fungsinya menurun bila otot pada bagian tersebut tidak Farmakologi Dan Terapi FKUI Edisi 5. Halaman 231, 343-354, d. memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara
dilatih guna mengakifkan fungsi otot lagi. Ciri khas dari penyakit 490 berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang
ini adalah nyeri pada sendi yang terkena, misal coxae ataupun sesuai
genu maka dapat mempengaruhi cara berjalannya pasien, 7. Hubungan riwayat penyakit terdahulu e. merubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan
sehingga pasien berjalan seperti tertatih-tatih. Jalan yang tertatih- yang cukup
dengan keluhan
tatih ini yang merupakan factor predisposisi terjadinya jatuh pada f. pegangan
Riwayat Stroke
pasien. g. lantai yang tidak licin, dan sebagainya.
Stabilitas tubuh seseorang ditentukan oleh system saraf
Alopurinol Latihan fisik (penguatan otot, fleksibilitas sendi, dan
sensorik dan system saraf pusat. Sistem saraf pusat akan
adalah obat penyakit pirai (gout) yang dapat keseimbangan), adaptasi perilaku (bangun dari duduk perlahan-
memberikan respon motoric untuk mengansitipasi input sensorik.
menurunkan kadar asam urat dalam darah. Alopurinol bekerja lahan, menggunakan pegangan atau perabot untuk keseimbangan,
Pada penderita stroke akan terjadi gangguan pada system saraf
dengan menghambat xantin oksidase yaitu enzim yang dapat dan teknik bangun setelah jatuh) perlu dilakukan untuk mencegah
pusat yang menyebabkan tidak berespon baik terhadap input
mengubah hipoxantin menjadi xantin, selanjutnya mengubah morbiditas akibat instabilitas dan jatuh berikutnya.
sensorik. Gangguan pada system saraf berupa perlambatan
xantin menjadi asam urat. Dalam tubuh Alopurinol mengalami Perubahan lingkungan acap kali penting dilakukan untuk
konduksi syaraf akan menyebabkan terjadinya gangguan pada
metabolisme menjadi oksipurinol (alozantin) yang juga bekerja mencegah jatuh berulang. Lingkungan tempat orang usia lanjut
system muskuloskletal berupa gangguan gait (berjalan).
sebagai penghambat enzim xantin oksidase. Mekanisme kerja tinggal seringkali tidak aman sehingga upaya perbaikan
Semua perubahan tesebut mengakibatkan kelambanan
senyawa ini berdasarkan katabolisme purin dan mengurangi diperlukan untuk memperbaiki keamanan mereka agar kejadian
gerak, langkah pendek, penurunan irama dan pelebaran bentuk
produksi asam urat, tanpa mengganggu biosintesa purin. Efek jatuh dapat dihindari.
basal. Kaki tidak menapak dengan kuat dan lebih cenderung
sampingnya yaitu Reaksi hipersensitivitas :ruam makulopapular Setiati siti, Purwita W. Laksmi. Gangguan Keseimbangan, Jatuh,
gampang goyah. Perlambatan reaksi mengakibatkan seseorang
didahului pruritus, urtikaria, eksfoliatif dan lesi purpura, dan Fraktur. Buku Ajar Penyakit Dalam (Sudoyo Aru w, Idrus
lansia susah mengansitipasi bila terjadi gangguan seperti
dermatitis, nefritis, faskulitis dan sindrome poliartritis. Demam, Alwi) Jilid I Edisi V. Jakarta. 2009. Halaman: 817-824.
terpeleset, tersandung, kejadian tiba-tiba sehingga memudahkan
eosinofilia, kegagalan hati dan ginjal, mual, muntah, diare, rasa Penatalaksanaan awal
jatuh.
mengantuk, sakit kepala dan rasa logam. Pemberian Alopurinol Skala Prioritas
H. Hadi Martono (2015). Jatuh. Dalam : Boedhi-
bersama dengan azatioprin, merkaptopurin atau siklotosfamid, 1. Nyeri
Darmojo.Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4.
dapat meningkatkan efek toksik dari obat tersebut. Jangan  paracetamol 500 mg/ hr dosis max 3000 mg
Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
diberikan bersama-sama dengan garam besi dan obat diuretik kodein 10 mg
8. Penanganan awal dari skala prioritas
golongan tiazida. Dengan warfarin dapat menghambat  Pantau perkembangan nyeri dengan VAS
Prinsip dasar tatalaknsana usia lanjut dengan masalah
metabolisme obat di hati. ( visual analgesik scale)
instabilitas dan riwayat jatuh :
Guyton, Arthur C., John E. Hall. Textbook of Medical Physiology  Tahapan pemberian anlgesik pada lansia :
th a. mengkaji dan mengobati trauma fisik akibat jatuh
11 edition. Pennsylvania: Elsevier Saunders. 2006; Halaman a. analgesik
b. mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan
693 b. analgesik + opioid tinggi
jatuh
Kabo, Peter. Bagaimana Menggunakan Obat-Obat c. analgesik + opioid tinggi + anti anxietas
2. Fraktur Difenalkilamin (Verapamil)
Terapi operatif pada FRAKTUR-nya. Terapi
operatif hampir selalu dilakukan pada penderita
PENGATURAN LATIHA e.
PENYULU
Central Sympatolitic
methyldopa,clonidine
:

MAKAN N HAN : Hydrolazine, Na-


1 2
fraktur leher femur baik orang dewasa muda f. Direct vasodilators
maupun pada orang tua karena : 3 Nitroprusside)
 Perlu reduksi yang akurat dan stabil g. Diuretics: Thiazide
 Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang (Hydrochlorothiazide,
tua untuk mencegah komplikasi Chlorthalidon,Indapamide), Loop
 Tindakan operatif : dilakukan pemasangan (Furosemide,Bumetadine), K sparing
prostesis Moore. (spirolactone, amilorita)
3. Osteoporosis 4 Rekomendasi untuk5 Hipertensi dengan
Untuk nyeri tulang yang disebabkan oleh komplikasi penyakit lain
osteoporosis, prinsip pengobatannya adalah:  DM: ACE-I
 Meningkatkan pembentukan tulang, obat-  Dislipidemia : α bloker
obat yang dapat meningkatkan pembentukan 
tulang adalah:Na-flurida dan steroid OBAT CANGKOK
antagonis
Isolated sistolik HT : Diuretik, Ca++

anabolic.
HIPOGLIKEMIK
Obat Diabetik Oral:
PANKREAS
 Osteoporosis: Thiazide
 Menghambat resorbsi tulang,obat-obat yang
dapat menghambat resorbsi tulang adalah; a. Biguanide : metformin
6. Rematik
kalsium, estrogen, kalsitonin dan difosfonat. b. Alpha- glucoside inhibitor
 Dukungan psikologis
Disamping itu juga diberikan obat anti nyeri. c. PPAR- gamma agonis/thiazolidinedions:
 Istirahat
pioglitazon
 Medika mentosa:
4. Diabetes d. Sulphonylureas
 Penggunaan asetaminofen (hingga 4
5. Hipertensi dan Jantung
g/hari).
 Diet Jantung I-IV ( 835 – 2023 kkal)
 NSAID oral selektif dan non-selektif
 Diet rendah garam (untuk hipertensi)
COX-2 yang digunakan dengan dosis
 Medika mentosa
terendah yang efektif untuk penanganan
a. ACE inhibitors : Catopril
OA, dan hindari penggunaannya dalam
b. Angiotensin II receptor blockers :
jangka panjang.
c. Beta-blockers: propanolol,asebutolol
 Preparat topikal NSAID dan capsaicin.
d. Calcium antagonists : Dihidropitridin
 Injeksi intraartikular kortikosteroid dan
(Nifedipin), Benzodtiazepin (Diltiazem),
hialuronat. berjalan, perubahan posisi badan, waktu mau  pemeriksaan status fungsional dan kognitif,
 Suplementasi berdiri dari jongkok atau sebaliknya, sedang memperhatikan apakah pasien menderita
menggunakan glucosamine dan chondroi buang air kecil atau besar, sedang batuk atau demensia terutama demensia vascular
tin sulfat untuk meringankan gejala- bersin, sedang menolwh tiba-tiba ataupun  pemeriksaan mobilitas pasien: status
gejala simtomatik. aktivitas lainnya. fungsional cara berlajan
 Structure-modifying effects dengan  Gejala yang menyertai : seperti nyeri dada, 3. Pemeriksaan Penunjang
penggunaan glucosamine sulfat, chondro berdebar-debar, nyeri kepala tiba-tiba, vertigo,  pemeriksaan laboratorium tergantung dari sifat
itin sulfat dan diacerein. pingsan, lemas, konfusio, inkontinens, sesak permasalahan dan keadaannya.
 Indikasi penggunaan golongan opioid dan nafas.  Pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah,
analgesik narkotik lemah untuk  Kondisi komorbid yang relevan : pernah kadar kalsium, elektroforesis protein serum
penanganan nyeri yang refrakter. menderita hipertensi, diabetes mellitus, stroke,  Mengukur kadar alkali fosfatase serum, bone-
 Garam emas dan penisilamin parkinsonisme, osteoporosis, sering kejang, Gla-protein plasma (osteocalcin),untuk
 Injeksi hidrokortison intraartikular penyakit jantung, rematik, depresi, deficit mengetahui adanya pembentukan tulang pada
rematik dll osteoporosis.
7. Stroke  Review obat-obatan yang diminum : anti  Pemeriksaan foto roentgen bagian panggul
 Rehabilitasi. : hipertensi ( alfa inhibitor non spesifik), dalam bidang anteroposterior, lateral, dan
a. Fisioterapi sejak Hari-I * posisi diuretic, autonomic bloker, anti depresan, oblique, harus dilakukan pada setiap pasien
* hipnotik, anxiolitik, analgetik, psikotropik, yang menderita nyeri pada pangkal paha dan
gerakan Pasif  Aktif ACE inhibitor dll juga pada sendi lutut.
b. Bina Wicara  Review keadaan lingkungan : tempat jatuh 4. Assasement Fungsional
c. Psikoterapi & Sosialisasi apakah licin/bertingkat-tingkat dan tidak datar, Seyogyanya dilakukan untuk mengetahui lebih
d. Terapi Kerja pencahayaannya dll lanjut tentang kebiasaan pasien dan aspek
 Preventif : * ASA : 80 - 300 mg/hari 2. Pemeriksaan Fisik fungsionalnya dalam lingkungannya, ini sangat
* Terapi F.Risiko  Kesadaran pasien (bisa dengan GCS) bermanfaat untuk mencegah terjadinya jatuh
9. Langkah diagnosis  tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, ulangan. Pada assesmen fungsional dilakukan

1. Anamnesa riwayat penyakit (jatuhnya) pernapasan) observasi atau pencarian terhadap :

Anamnesa dibuat baik terhadap penderita ataupun  tanda nyeri dan fraktur serta pemeriksaan  Fungsi gait dan keseimbangan : observasi

saksi mata jatuh atau keluarganya. Anamnesis ini ekstremitas(edema dan sebagainya) pasien ketika bangkit dari duduk dikursi,

meliputi  keadaan jantung: apakah ada pembesaran dan ketika berjalan, ketika membelok atau

 Seputar jatuhnya : mencari penyebab jatuhnya bunyi jantung abnormal berputar badan, ketika mau duduk dibawah

misalnya apa karena terpeleset, tersandung,  pemeriksaan neurologis untuk menetukan lesi dll.
pada otak atau juga sensorik dan motorik  Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa
bantuan, menggunakan alat Bantu ( kursi roda, dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah
tripod, tongkat dll) atau dibantu berjalan oleh hartus cukup tapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak dengan mengusahakan perbaikan lingkungan seperti tersebut
keluarganya. licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat. Peralatan diatas. Faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat diatasi
Aktifitas kehidupan sehari-hari : mandi, berpakaian, rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat bergeser sesuai dengan kondisi kesehatan penderita. Perlu diberitahukan
berpergian, kontinens. Terutama kehidupannya dalam sendiri) sebaiknya diganti, peralatan rumah ini sebaikknya pada penderita aktivitas fisik seberapa jauh yang aman bagi
keluarga dan lingkungan sekitar ( untuk mendeteksi juga diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu penderita, aktivitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang
apakah terdapat depresi dll. jalan/tempat aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin, diperbolehkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Bila
H. Hadi Martono (2015). Jatuh. Dalam : Boedhi- sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah lansia sehat dan tidak ada batasan aktifitas fisik, maka dianjurkan
Darmojo.Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4. dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan lansia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau
Jakarta:Balai Penerbit FKUI.Halaman 190-191 di dinding. beresiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
Banyak obat-obatan yang berperan terhadap jatuh. H. Hadi Martono (2015). Jatuh. Dalam : Boedhi-
10. Pencegahan
Mekanisme tersering termasuk sedasi, hipotensi ortostatik, efek Darmojo.Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4.
Jatuh bukan merupakan konsekuensi dari lanjutnya usia,
ekstrapiramidal, miopati dan gangguan adaptasi visual. Alat bantu Jakarta:Balai Penerbit FKUI.Halaman 185-189
oleh karena itu dapat dilakukan pencegahan (king, 2004).
berjalan yang dipakai lansia baik berupa tongkat, tripod, kruk atau
Berdasarkan guideline dari American Geriatric Society, British
walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan, aman tidak 11. Komplikasi
Geriatric Society dan American Academy of Orthopedic Surgeon
mudah bergeser serta sesuai dengan ukuran tinggi badan lansia. Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi
Panel on Fall Prevention merekomendasikan bahwa pasien lanjut
2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan seperti tersebut : (Kane, 1994; Van Der Cammen, 1991)
usia harus dilakukan skrening jatuh setiap tahun dengan evaluasi
Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana 1. Perlukaan (injury)
yang mendalam pada individu yang pernah mengalami kejadian
keseimabangan badannya dalam melakukan gerakan pindah - Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat
jatuh baik sekali atau berulang. Pada pasien lansia yang baru
tempat, pindah posisi. Penilaian postural sway sangat diperlukan sakit berupa robek atau tertariknya jaringan
pertama kali jatuh harus dilakukan pemeriksaan gaya berjalan dan
untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Bila goyangan badan otot, robeknya arteri/vena
fungsi keseimbangan dan kemudian evaluasi.
pada saat berjalan sangat beresiko jatuh, maka diperlukan bantuan - Patah tulang (fraktur) :
Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus
latihan oleh rehabilitasi medik. Penilaian gaya berjalan(gait) juga o Pelvis
dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi,
harus dilakukan dengan cermat, apakah penderita menapakkan
meskipun ringan tetap memberatkan. o Femur
kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita
Ada 3 usaha pokjok untuk pencegahan ini, antara lain: o Humerus
mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah
1. Identifikasi faktor resiko o Lengan bawah
kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan
Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan o Tungkai bawah
tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat
untuk mencari adanya faktor intrinsik resiko jatuh, perlu dilakukan o Kista
kelainan/penurunan.
assesmen keadaan sensorik, neurologik, muskuloskeletal dan - Hematom subdural
3. Mengatur/mengatasi fakor situsional
penyakit sistemik yang sering mendasari/menyebabkan jatuh. 2. Perawatan rumah sakit
Faktor situasional yang bersifat serangan
Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan - Komplikasi akibat tidak dapat bergerak
akut/eksaserbasi akut penyakit yang diderita lansia secara
(imobilisasi) keadaan pasien diperparah oleh penyakit-penyakit degeneratif adalah perlukaan/kerusakan pada jaringan lunak (otot),
- Risiko penyakit-penyakit iatrogenik seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung. Jika pasien tulang & syaraf. Pada skenario, keluhan penderita
3. Disabilitas ditangani dengan baik, dapat memperbaiki kualitas hidup pasien. adalah nyeri pada pangkal paha kanan dan tidak dapat
- Penurunan mobilitas yang berhubungan Akan tetapi jika tidak mendapat penanganan yang baik pada berjalan. Maka beberapa kemungkinan yang dapat
dengan perlukaan fisik pasien ini ditambah dengan penyakit-penyakit degeneratif yang ditegakkan :
- Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan diderita pasien, maka kualitas hidupnya semakin jelek. - Daerah kaki kanan pasien masih bisa
kepercayaan dini, dan pembatasan gerak. Setiati siti, Purwita W. Laksmi. Gangguan Keseimbangan, Jatuh, digerakkan, namun karena adanya
5. Risiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan dan Fraktur. Buku Ajar Penyakit Dalam (Sudoyo Aru w, Idrus sensasi nyeri yang hebat (seperti
(nursing home) Alwi) Jilid I Edisi V. Jakarta. 2009. fraktur/dislokasi pada tulang) sehingga
6. Mati H. Hadi Martono (2015). Jatuh. Dalam : Boedhi- pasien sulit untuk berjalan.
H. Hadi Martono (2015). Jatuh. Dalam : Boedhi- Darmojo.Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4. - Sistem saraf sensorik dan motorik pada pasien
Darmojo.Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4. Jakarta:Balai Penerbit FKUI. belum mengalami kerusakan
Jakarta:Balai Penerbit FKUI.Halaman 183 A. KESIMPULAN yang parah, namun adanya sensasi nyeri bisa
1. Berdasarkan analisis skenario, pada pasien kemungkinan diakibatkan karena syaraf yang
12. Prognosis terjadi kompresi pada columna vertebra segmen lumbal terjepit, memar pada otot dan fraktur pada
Dengan bertambahnya usia pasien akan dan sacral sehingga terjadi penjepitan nervus yang tulang
mengalami berbagai perubahan pada tubuhnya baik secara berakibat nyeri dan trauma di columna vertebralis juga
anatomis maupun fisiologis. Seperti pada sistem musculoskeletal, dapat menyebabkan kompresi pada ramus-ramus saraf di
gangguan keseimbangan, jatuh, dan fraktur merupakan masalah cornu anterior segmen lumbosacral sehingga pasien tidak
besar pada usia lanjut. Terdapat berbagai faktor yang menjadi dapat bergerak.
faktor risiko dan penyebab instabilitas dan jatuh. 2. Diperberat oleh :
Keluhan nyeri pada pangkal paha sehingga a. Usia
tidak dapat berjalan dapat diakibatkan karena adanya atrofi dari b. Riwayat stroke
otot-otot sebagai akibat berkurangnya aktifitas dan juga dapat c. Penyakit yang diderita dan pemakaian obat
disebabkan karena gangguan metabolik atau denervasi syaraf.
Dengan Bertambahnya usia proses coupling penulangan yaitu TAMBAHAN
maka salah satu pernyataan yang bisa kita dapatkan
proses perusaakn pembentukan tulang melambat terutama Komplikasi apa yang dapat terjadi jika jatuh dalam
adalah adanya keluhan nyeri dan tidak dapat berjalan
pembentukannya. Tulang-tulang terutama trabekula menjadi lebih keadaan terduduk?
dapat disebabkan karena faktor trauma yang terjadi
berongga-rongga dan sering berakibat patah tulang. Adanya Jatuh dapat didefinisikan sebagai kejadian yang
pada pasien. Trauma (jatuh terduduk) yang terjadi
perubahan pada struktur tulang menyebabkan hambatan pada menyebabkan orang tergeletak tanpa disengaja pada
menyebabkan kerusakan pada jaringan tulang pada
pergerakan pada pasien geriatrik. tanah atau tempat yang lebih rendah. Salah satu
pangkal paha, yang selanjutnya dapat mengarah
Selain dari keluhan nyeri pada pangkal paha, komplikasi jatuh yang berhubungan dengan skenario
pada komplikasi fraktur pada femur. Fraktur femur disebabkan oleh trauma yang tidak berat (energi ringan), tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur
dapat menyebabkan sensasi nyeri yang sangat hebat seperti akibat terpeleset. Akan tetapi, pada orang-orang muda, yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan
yang mengakibatkan pasien sulit untuk patah tulang pinggul intrakapsular biasanya disebabkan oleh lunak ikut mengalami kerusakan.
menggerakkan kakinya. Kemungkinan yang lain trauma yang hebat (energi besar), dan seringkali disertai oleh  Trauma Tidak Langsung
adalah trauma yang menyebabkan robekan pada cedera pada daerah yang lainnya serta meningkatkan Apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh
otot-otot di daerah pangkal paha sehingga kaki kemungkinan terjadinya avaskular nekrosis dan nonunion. dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan
pasien sulit digerakkan. Namun melihat dari kondisi Walaupun penatalaksanaan di bidang orthopaedi dan geriatri ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada clavicula.
lingkungan dan tempat jatuh pasien, maka telah berkembang, akan tetapi mortalitas dalam satu tahun Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
kemungkinan robekan pada paha bisa dibilang kecil pasca trauma masih tetap tinggi, berkisar antara 10 sampai 20
sekali. Karena trauma yang terjadi bersifat trauma persen. Sehingga keinginan untuk mengembangkan Sedangkan dari segi fraktur, klasifikasi etiologis :
tumpul yang komplikasinya hanya dapat penanganan fraktur ini masih tetap tinggi. Reduksi anatomis 1. Fraktur traumatik : terjadi karena trauma yang tiba-
menyebabkan memar dan perdarahan pada otot-otot dini, kompresi fraktur dan fiksasi internal yang kaku tiba
paha. Sedangkan jika yang mengalami kerusakan digunakan untuk membantu meningkatkan proses 2. Fraktur patologis : terjadi karena kelemahan tulang
adalah sistem persyarafan, khususnya daerah penyembuhan fraktur, akan tetapi jika suplai darah ke kaput yang sebelumnya akibat kelainan patologis di
sensorik, hingga seharusnya sensasi nyeri sudah femur tidak dikontrol dengan baik, dapat menyebabkan dalam tulang
tidak dapat dirasakan. Maka kepastian yang paling peningkatan kemungkinan terjadinya avaskular nekrosis. 3. Fraktur stress : terjadi karena adanaya trauma yang
mungkin terjadi adalah fraktur femur yang terus menerus pada suatu tempat tertentu
disebabkan oleh jatuh terduduk. ETIOLOGI
Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang Segi Klasifikasi klinis
FRAKTUR FEMUR mengalami kepatahan, kita harus mengetahui kondisi fisik  Fraktur tertutup (simple fracture)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang Adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai
sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat hubungan dengan dunia luar.
macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan menahan kompresi dan tekanan memuntir (shearing).  Fraktur terbuka (compound fracture)
persarafan. Kebanyakan fraktur terjadi akibat truma yang disebabkan Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan
Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi oleh kegagalan tulang menahan tekanan membengkok, dunia luar melalui lika pada kulit dan jaringan lunak,
yang penting. Dengan bertambahnya usia, angka kejadian memutar dan tarikan. Trauma yang dapat menyebabkan dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from
fraktur femur meningkat secara eksponensial. Meskipun dapat fraktur dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak without (dari luar)
dipulihkan dengan operasi, fraktur femur menyebabkan langsung.  Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
peningkatan biaya kesehatan.
adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi,
Sampai saat ini, fraktur femur makin sering dilaporkan  Trauma Langsung misalnya malunion, delayed union, nonunion,
dan masih tetap menjadi tantangan bagi ahli orthopaedi. Pada
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada infeksi tulang.
orang-orang tua, patah tulang pinggul intrakapsular sering
keluhan nyeri pada pangkal paha, maka kemungkinan fraktur atau jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi seperti
PATOFISIOLOGI adalah pada daerah leher dan trokanterik. terpeleset dikamar mandi dimana panggul dalam keadaan
Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga FRAKTUR LEHER FEMUR fleksi dan rotasi
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan Fraktur leher femur merupakan jenis fraktur yang sering Gambaran Klinis
tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan ditemukan pada orang tus terutama wanita umur 60 tahun ke Riwayat jatuh dari ketinggian disertai nyeri pada daerah
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atu tidak lengkap. atas disertai tulang osteoporosis. Tingkat kejadian tersering panggul terutama daerah inguinal depan. Nyeri dan
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, pada wanita dan berusia lanjut dikarenakan berkurangnya pemendekan anggota gerak bawah dalam posisi rotasi lateral
sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan kepadatan tulang.
seluruh ketebalan tulang. Semua fraktur di daerah ini umumnya tidak stabil sehingga FRAKTUR DAERAH TROKANTER
Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tidak ada cara reposisi tertutup terhadap fraktur ini kecuali Fraktur daerah trokanter biasa juga disebut fraktur trokanterik
tulang, dimana trauma tersebut kekuatannya melebihi jenis fraktur yang impaksi, baik yang subservikal maupun adalah semua fraktur yamg terjadi antara trokanter mayor dan
kekuatan tulang,ada 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya yang basal. Sering dapat dilihat pemendekan bila minor. Fraktur ini bersifat ekstra-artikuler dan sering terjadi
frakturya itu ekstrinsik (meliputi kecepatan, sedangkan durasi dibandingkan tungkai kiri dengan kanan. Jarak antara pada usia 60 tahun.
trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan), intrinsik trokanter mayor dan spina iliaka anterior superior lebih
meliputi kapasitas tulang mengabsorbsi energi trauma, pendek karena trokanter terletak lebih tinggi akibat pergeseran Mekanisme trauma
kelenturan, kekuatan adanya densitas tulang – tulang yang tungkai ke kranial. Penderita umumnya datang dengan fraktur trokanterik terjadi bila penderita jatuh dengan trauma
dapat menyebabkan terjadinya patah pada tulang bermacam- keluhan tidak bisa jalan setelah jatuh dan terasa nyeri. langsung pada trokanter mayor atau pada trauma yang bersifat
macam, antara lain trauma langsung dan tidak langsung, Umumnya penderita tidur dengan tungkai bawah dalam memuntir. Keretakan tulang terjadi antara trokanter mayor dan
akibat keadaan patologi serta secara spontan. keadaan sedikit fleksi dan eksorotasi serta memendek. minor dimana fragmen proksimal cenderung bergeser secara
Gambaran radiologis menunjukkan fraktur leher femur dengan varus. Fraktur dapat bersifat komunitif terutama pada korteks
HUBUNGAN ANTARA NYERI PANGKAL PAHA DAN dislokasi pergeseran ke kranial atau impaksi ke dalam kaput. bagian posteromedial.
KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR Penanganan fraktur leher femur yang bergeser dan tidak stabil
adalah reposisi tertutup dan fiksasi interna secepatnya dengan
Pada dassarnya, fraktur pada femur dapat diklasifikasikan pin yang dimasukkan dari lateral melalui kolum femur. Bila Gambaran Klinis
menjadi 6 jenis berdasarkan lokasi dan radiologisnya : tak dapat dilakukan operasi ini, cara konservatif terbaik adalah penderita lanjut usia dengan riwayat trauma pada daerah
1. Fraktur leher langsung mobilisasi dengan pemberian anestesi dalam sendi femur proksimal. Pada pemeriksaan didapatkan pemendekan
2. Fraktur trokanterik dan bantuan tongkat. Mobilisasi dilakukan agar terbentuk anggota gerak bawah rotasi eksterna. Penderita biasanya
3. Fraktur Subtrokantorik pseudoartrosis yang tidak nyeri sehingga penderita diharapkan datang dengan keluhan tidak dapat berjalan setelah jatuh
4. Fraktur diafisis bisa berjalan dengan sedikit rasa sakit yang dapat ditahan, disertai nyeri yang hebat. Penderita terlentang di tempat tidur
5. Fraktur Suprakondiler serta sedikit pemendekan. dengan tungkai bawah eksorotasi dan terdapat pemendekan
6. Fraktur Kondiler Mekanisme Trauma sampai 3 cm disertai nyeri pada setiap pergerakan. Pada
Adanya riwayat Jatuh terduduk dan Jatuh pada daerah trokanter baik karena kecelakaan lalu lintas bagian luar pangkal paha terlihat kebiruan akibat hematom
subkutan. Pada foto Rontgen terlihat fraktur daerah trokanter ditangani dengan acara memindahkan caput femur dan terjadinya penyakit ini. Pendekatan psikoterapi ini mencakup
dengan leher femur dalam posisi varus yang bisa mencapai 90 menempatkannya dengan metal prosthesis, seperti prosthesis psikoterapi kognitif dan psikoterapi tingkah laku :
Austin Moore. a. Psikoterapi kognitif – Penderita akan dibantu mengatasi
derajat.
masalah ini melalui saran dan perbincangan berdasarkan
Terapi Rehabilitasi medik pemikiran yang rasional.
8. Penanganan pada fraktur femur dari segi geriatri! Rehabilitasi medik dilakukan kepada penderita dengan atau tanpa b. Psikoterapi tingkah laku – Terapi ini lebih bercorak kepada
Pada dasarnya, kriteria penanganan pada pasien geriatri kecacatan. Rehabilitasi harus dimulai sejak awal yaiu sebelum pemaparan dan tindakan pencegahan yang bertahap.
mempunyai 3 kriteria. Yaitu penanganan dari sudut pandang ataupun sesudah tindakan operatif. Kriteria rehabilitasi medik Biasanya kombinasi dari psikoterapi dan obat-obatan merupakan
interna, rehabilitasi medik dan psikiatri. Penanganan tersebut adalah : pengobatan yang terbaik bagi penyakit obsesif-kompulsif.
adalah : -Tentukan masalah utama Bagaimanapun, sembuh atau tidaknya seorang penderita
-Pencegahan komplikasi bergantung kepada :
Terapi Operatif  Keseriusan masalah yang dihadapi
-Kembalikan fungsi yang hilang
Terapi operatif dianjurkan pada orang tua berupa penggantian  Kerjasama dan kepatuhan terhadap terapi yang diberikan
kaput femur dengan prosthesis atau eksisi kaput femur dengan -Ciptakan kemampuan adaptasi  Dukungan individu yang hampir seperti anggota
prosthesis atau eksisi kaput femur diikuti dengan mobilisasi dini keluarga atau teman.
-Ciptakan adaptasi lingkungan
pasca bedah.  Lamanya mengidap penyakit tersebut.
-Ciptakan adaptasi keluarga Penderita juga perlu dibantu mengatasi masalah yang mereka
a. Terapi Konservatif
Dilakukan apabila fraktur memiliki kemungkinan sebagai berikut : hadapi, baik masalah keuangan, perkawinan, hubungan sosial dan
· Gangguan peredaran darah pada fragmen proksimal sebagainya.
Beberapa terapi yang dapat dilakukan :
· Kesulitan mengamati fragmen proksimal
· Kurangnya penanganan hematom fraktur karena adanya cairan FISIOTERAPI
synovial. fisioterapi adalah suatu cara pengobatan dengan mempergunakan
Penanganan konservatif dapat dilakukan dengan skin traction, tenaga alam (fisik) sebagai modalitas terapi. Terdiri atas :
dengan buck extension. 1. Terapi mekanik :
b. Terapi Operatif Pijat (massage) : untuk memberikan relaksasi pada sirkulasi
Pada umumnya terapi yang dilakukan adalah terapi operasi, sehingga dapat menghilangkan rasa nyeri atau lelah
fraktur yang bergeser tidak akan menyatu tanpa fiksasi internal, Latihan-latihan, seperti latihan bebas, latihan aktif, latihan pasif
dan bagaimanapun juga manula harus bangun dan aktif tanpa dan latihan dengan tahanan
ditunda lagi kalau ingin mencegah komplikasi paru dan ulkus Manipulasi, adalah tindakan mengembalikan fungsi pergerakan
dekubitus. Fraktur terimpaksi dapat dibiarkan menyatu, tetapi ruang sendi dengan cara manipulasi baik secara perlahan-lahan
selalu ada resiko terjadinya pergeseran pada fraktur-fraktur itu, atau sekaligus dengan pemberian obat analgetika.
sekalipun ditempat tidur, jadi fiksasi internal lebih aman. Dua Traksi, dilakukan untuk melakukan peregangan tulang,
prinsip yang harus diikuti dalam melakukan terapi operasi reduksi melebarkan ruang diskus dan memisahkan sendi-sendi apofisial
anatomi yang sempurna dan fiksasi internal yang kaku. 2. Pengobatan panas, seperti inframerah dan lilin
Merode awal yang menstabilkan fraktur adalah fiksasi internal 3. pengobatan dingin
dengan Smith Petersen Tripin Nail. Fraktur dimanipulasi dengan 4. helioterapi
meja khusus orthopedi. Kemudian fraktur difiksasi internal 5. Aktinoterapi
6. Laser medis kekuatan rendah
dengan S.P. Nail dibawah pengawasan Radiologi. Metode terbaru
fiksasi internal adalah dengan menggunakan multiple compression
TERAPI PSIKIATRI
screws.
Terapi psikiatri/Psikoterapi dilakukan agar penderita lebih
Pada penderita dengan usia lanjut (60 tahun ke atas) fraktur
memahami pertentangan batin yang mungkin melatar-belakangi

Anda mungkin juga menyukai