NIM : 212190031
UTS : METODE PENELITIAN TESIS
HARI/TGL. : SENIN, 16 MARET 2020
2. Penelitian dapat berjalan dengan baik apabila segala sesuatunya dirumuskan secara
komperhenshif di dalam proposal. Hal yang paling fundamental untuk mengetahui
kerangka berfikir penelitian ialah dengan membuat metodologi penelitian. Coba Anda
terangkan perbedaan antara metodologi penelitian dengan tahapan penelitian?
Metodologi Penelitian adalah cara untuk melakukan sesuatu dengan
menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu tujuan dalam
kegiatan pencarian, pencatatan, perumusan, serta menganalisis sampai
menyusun laporanya.
Tahapan Penelitian adalah mencakup suatu langkah-langkah penelitian dari awal
hingga akhir yang diawali dengan perumusan masalah, menentukan lokasi
penelitian, survey untuk memperoleh data primer, melakukan kompilasi dan
analisis terhadap data yang sudah di peroleh, dan menarik kesimpulan dari
seluruh proses tersebut.
3. Jelaskan tentang konsep experimental design! Tunjukkan dengan contoh berdasar pada
rencana penelitian Anda!
Menurut Solso & MacLin (2002), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian
yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk
mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat
kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh,
hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang dikenakan
perlakuan.
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam. Di Indonesia
keberadaan bahan galian tambang tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Sulawesi
Tenggara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keterdapatan endapan bahan
galian yang beraneka ragam, baik berupa bahan galian logam maupun non logam.
Keanekaragaman bahan galian tambang di Sulawesi Tenggara sangat di pengaruhi oleh kondisi
diketahui.
Kelimpahan bahan galian mineral yang ada di Sulawesi Tenggara, salah satunya
dipengaruhi oleh keberagaman formasi batuan. Menurut Simandjuntak dkk. (1993) formasi
batuan penyusun Lengan Tenggara Sulawesi terdiri dari aluvium, Formasi Alangga, Formasi
Formasi Matano, Kompleks Ultramafik, Formasi Meluhu, Formasi Laonti, dan Kompleks
Mekongga. Diantara formasi batuan tersebut, Komplek Ultramafik adalah salah satu formasi
batuan yang penyebaranya cukup luas dan memungkinkan membawa beberapa jenis golongan
nikel laterit, dimana endapan nikel laterit di Sulawesi Tenggara terbagi atas beberapa horizon,
yaitu horizon tanah penutup (overburden), horizon limonit, horizon saprolit, dan batuan dasar
(bedrock). Horizon limonit ini terletak di bawah lapisan tanah penutup, ukuran butir halus,
berwarna merah-cokelat atau kuning, sedikit lunak, berkadar air anatara 30%-40%, mengandung
kadar Ni 1.5%, Fe 44%, MgO 3%, SiO2 2%, lapisan kaya besi dari tanah limonit menyelimuti seluruh
area dengan ketebalan rata-rata 3 meter (Adi Maulana, 2017). Jenis litologi daerah Kolaka
disusun oleh hazburgit, lezhorlit, dunit, serpentinit, dan konglmerat. Pola penyebaran unsur Ni
pada zona laterit, dimana pada zona limonit kadar Ni berkisar 0.3%-1.2% dan pada zona saprolite
unsur Ni mengalami peningkatan yaitu berkisar antara 0.8%-2.1%, sedangkan pada (bedrock)
Bahan galian nikel laterit tepatnya horizon limonit terjadi subtitusi dimana proses
pembentukan bijih UTJ terutama Scandium (Sc) juga dapat terbentuk melalui proses subtitusi
Fe2+ dari mineral-mineral mafik seperti geotit, piroksin, dan amfibol pada saat proses laterisasi di
optimal.
semakin dibutuhkan, dan umumnya pada industri teknologi tinggi. Di Indonesia mineral
mengandung unsur tanah jarang terdapat sebagai mineral ikutan pada komoditas utama
terutama emas, timah aluvial dan nikel laterit, yang mempunyai peluang untuk diusahakan
sebagai produk sampingan yang dapat memberikan nilai tambah dari seluruh potensi bahan
laterit khususnya lapisan limonit yang tertambang dijadikan sebagai produk sampingan yang tidak
bernilai ekonomis, dimana material ini hanya dijadikan sebagai bahan penimbun jalan tambang
atau ditumpuk dan dibiarkan begitu saja tanpa adanya penanganan yang lebih lanjut.
Penggunaan logam tanah jarang sangat luas dan erat kaitannya dengan produk industri
teknologi tinggi, seperti industri komputer, telekomunikasi, nuklir, dan ruang angkasa. Di masa
mendatang diperkirakan penggunaan tanah jarang akan meluas, terutama unsur tanah jarang
tunggal, seperti neodymium, samarium, europium, gadolinium, dan yttrium. Potensi besar dapat
dihasilkan oleh komoditas unsur/logam tanah jarang khususnya dalam jangka panjang dimana
teknologi terus berekembang pesat, memerlukan ketersediaan bahan galian tersebut (Sabtanto
Oleh karena itu pengelolaanya memerlukan berbagai pertimbangan yang tidak semata-
mata keekonomisanya semata, peluang jangka panjang untuk pemenuhan bahan industri yang
mengandug unsur logam tanah jarang tersebut dapat dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan
nasional yang disimpan untuk alternatif pengunaan pada masa yang akan datang pada industri
Analisa kandungan unsur yang terkandung dalam sampel material dapat dilakukan dengan
beberapa metode analisis yaitu metode analisis XRD (X-Ray Diffraction), XRF (X-Ray Fluoresence),
ICP-MS (Inductively Coupled Plasma - Mass Spectrometry), dan SEM-EDX (Scanning Electron
menganalisa sampal padat. Metode ini memiliki sensitivitas yang tinggi, sehingga mampu untuk
menganalisis komponen-komponen unsur yang terdapat dalam sampel material. Namun metode
ini tidak digunakan dalam penelitian ini karena pertimbangan ketersediaan alat analisis yang
Metode XRD digunakan untuk menganalisis struktur kristal dan dimensi pada sampel
material sehingga metode ini tidak dapat digunakan dalam menganalisis kandungan unsur yang
Metode XRF bertujuan untuk menganalisis kandungan unsur-unsur atau jejak unsur-unsur
dalam sampel material dengan sensitivitas yang sangat tinggi, namun metode ini tidak bias
melihat ciri-ciri permukaan dan teksturnya (Obi, 1990). Sehingga metode ini tidak dapat
digunakan dalam penelitian ini kerena tidak dapat memberikan informasi kristalografi secara
Berdasarkan pertimbangan dari beberapa metode diatas, maka penelitian ini akan
menggunakan metode analisis SEM-EDX. Metode SEM-EDX merupakan metode analisis yang
digunakan untuk melihat topografi yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya, morfologi yaitu
bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek, komposisi yaitu data semi kuantitatif unsur dan
senyawa yang terkandung di dalam objek, serta informasi kristalografi yaitu informasi mengenai
bagaimana susunan dari butir-butir di dalam objek yang diamati. Selain itu, digunakannya
metode SEM-EDX karena ketersedian alat analis ini yang dimiliki oleh Laboratorium Fisika
tanah jarang pada sisa buangan hasil penambangan (waste) di Desa Huko-Huko Kecamatan
Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara dengan menggunakan metode SEM-EDX.
Sehingga dari penelitian ini dapat diketahui keterdapatan unsur logam tanah jarang, yang dapat
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang muncul dalam
1) Bagaimana kandungan unsur logam tanah jarang di front pertambangan nikel pada lapisan
Tenggara?
2) Bagaimana sebaran unsur logam tanah jarang di front pertambangan nikel pada lapisan
Tenggara?
C. Tujuan Penelitian
1) Menentukan kandungan unsur logam tanah jarang di front pertambangan nikel pada lapisan
Tenggara.
2) Menentukan sebaran unsur logam tanah jarang di front pertambangan nikel pada lapisan
Tenggara.
D. Manfaat Penelitian
1) Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai. sebaran
unsur logam tanah jarang di Desa Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kebupaten Kolaka Provinsi
Sulawesi Tenggara.
2) Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk data potensi sumber daya alam yang ada
di Sulawesi Tenggara.
3) Menginformasikan kepada masyarakat bahwa terdapat bahan galian unsur logam tanah
.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Geologi Regional
Geologi regional untuk daerah Kabupaten Kolaka menurut (Simanjuntak, 1993) dan di
Menurut Simanjuntak, dkk. (1993) lengan tenggara Sulawesi terdiri dari 5 satuan morfologi,
morfologi pedataran, serta morfologi karst. Daerah penelitian termasuk dalam satuan morfologi
pegunungan.
Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas di kawasan ini, terdiri atas
Rumbia yang terpisah di ujung selatan Lengan Tenggara. Puncak tertinggi pada rangkaian
pegunungan Mekongga adalah Gunung Mekongga yang mempunyai ketinggian 2790 mdpl.
Pegunungan Tangkelamboke mempunyai puncak Gunung Tangkelamboke dengan ketinggian
1500 mdpl. Satuan morfologi ini mempunyai topografi yang kasar dengan kemiringan lereng
tinggi. Rangkaian pegunungan dalam satuan ini mempunyai pola yang hampir sejajar berarah
barat laut–tenggara. Arah ini sejajar dengan pola struktur sesar regional di kawasan ini. Pola ini
Satuan pegunungan terutama dibentuk oleh batuan malihan dan setempat oleh batuan
ofiolit. Ada perbedaan yang khas di antara kedua penyusun batuan itu. Pegunungan yang disusun
oleh batuan ofiolit mempunyai punggung gunung yang panjang dan lurus dengan lereng relatif
lebih rata, serta kemiringan yang tajam. Sementara itu, pegunungan yang dibentuk oleh batuan
malihan, punggung gunungnya terputus pendek-pendek dengan lereng yang tidak rata walaupun
Formasi batuan penyusun pada daerah penelitian adalah kompleks Mekongga (Pzm) yang
terdiri atas sekis, gneiss kuarsit. Gneiss berwarna kelabu sampai kelabu kehijauan; bertekstur
heteroblas, xenomorf sama butiran, terdiri dari mineral granoblas berbutir halus sampai sedang
Berdasarkan himpunan batuan, struktur dan umur, secara regional di Lembar Kolaka
terdapat dua mandala (terrane) geologi sangat berbeda yang sering bersentuhan yaitu Mandala
Geologi Sulawesi Timur dan Anjungan Tukang Besi Buton. Mandala Geologi Sulawesi Timur
dicirikaan oleh gabungan batuan ultramafik, mafik dan malihan, sedangkan Anjungan Tukang
Besi dicirikan oleh kelompok batuan sediman pinggiran benua yang beralaskan batuan malihan
Tabel 1. Kolom stratigrafi Kolaka (Ernita Nukdin, 2012)
Pada Lengan Tenggara Sulawesi, struktur utama yang terbentuk setelah tumbukan adalah
sesar geser mengiri, termasuk sesar matarombeo, sistem sesar Lawanopo, sistem sesar konawe,
sesar kolaka, juga banyak sesar lainnya serta liniasi. Adanya mata air panas di Desa Toreo, sebelah
Tenggara Tinobu serta pergeseran pada bangunan dinding rumah maupun jalan sepanjang sesar
ini menunjukan bahwa sistem sesar lawanopo masih aktif sampai sekarang. Lengan Sulawesi
Tenggara juga merupakan kawasan pertemuan lempeng, yakni lempeng benua berasal dari
Australia dan lempeng samudra dari Pasifik. Kedua lempeng dari jenis yang berbeda ini
bertabrakan, kemudian ditindih oleh endapan Molasa Sulawesi (Simanjuntak, dkk. 1993).
Sebagai akibat subduksi dan tumbukan lempeng pada Oligosen Akhir-Miosen Awal,
kompleks ofiolit tersesar–naikkan ke atas mintakat benua. Molasa Sulawesi yang terdiri atas
batuan sedimen klastik dan karbonat terendapkan selama akhir dan sesudah tumbukan, sehingga
molasa ini menindih tak selaras Mintakat Benua Sulawesi Tenggara dan Kompleks Ofiolit
tersebut. Pada akhir kenozoikum Lengan ini di koyak oleh Sesar Lawanopo dan beberapa
Gambar 2. Peta struktur geologi Pulau Sulawesi (Hall dan Wilson, 2000)
Kelompok unsur logam tanah jarang pertama kali ditemukan pada tahun 1787 oleh
seorang letnan angkatan bersenjata Swedia bernama Karl Axel Arrhenius, yang mengumpulkan
mineral ytteribite dari tambang feldspar dan kuarsa di dekat Desa Ytterby, Swedia. Mineral
tersebut berhasil dipisahkan oleh J. Gadoli pada tahun 1794. Tahun 1804 Klaproth dan timnya
menemukan ceria yang merupakan bentuk oksida dari cerium. Tahun 1828, Belzerius
menemukan thoria dari mineral thorit. Tahun 1842 Mosander memisahkan senyawa bernama
yttria menjadi tiga macam unsur melalui pengendapan fraksional menggunakan asam oksalat
dan hidroksida, unsur-unsur tersebut yttria, terbia, dan erbia. Pada tahun 1878 Boisbaudran
menemukan samarium. Tahun 1885, Welsbach memisahkan praseodymium dan neodymium
yang terdapat pada samarium. Boisbaudran tahun 1886 mendapatkan gadolinium dari mineral
ytterbia yang diperoleh J.C.G de Marignac tahun 1880. Ytterbia yang diperoleh Marignac, pada
tahun 1907 mampu dipisahkan oleh L de Boisbaudran menjadi neoytterium dan lutecium. P.T.
Cleve memisahkan tiga unsur dari erbia dan terbia yang dimiliki Marignac, diperoleh erbium,
holminium dan thalium, sementara L de Boisbaudran memperoleh unsur lain dinamai dysporsia
(http://minerals.usgs.gov.)
Tabel 2. Nama simbol Unsur Logam Tanah Jarang (Sabtanto JS, 2008)
Y Yttrium Gd Gadolinium
Sc Scandium Tb Terbium
La Lanthanum Dy Dysprosium
Ce Cerium Ho Holmium
Pr Praseodymiu Er Erbium
Nd Neodymium
m Tm Thulium
Pm Promethium Yb Ytterbium
Sm Samarium Lu Lutetium
Eu Europium Th Thorium
Unsur tanah jarang tersebar luas dalam konsentrasi rendah (10 – 300 ppm) pada banyak
formasi batuan. Kandungan unsur tanah jarang yang tinggi lebih banyak dijumpai pada batuan
granitik dibandingkan dengan pada batuan basa. Konsentrasi unsur tanah jarang tinggi dijumpai
pada batuan beku alkalin dan karbonatit. Berdasarkan proses pembentukan, cebakan mineral
tanah jarang dibagi dalam dua tipe, yaitu cebakan primer sebagai hasil proses magmatik dan
hidrotermal, serta cebakan sekunder tipe letakan sebagai hasil proses rombakan dan sedimentasi
dan cebakan tipe lateritik. Pembentukan mineral tanah jarang primer dalam batuan karbonatit
menghasilkan mineral bastnaesit dan monasit (http://minerals.usgs.gov). Karbonatit sangat kaya
kandungan unsur tanah jarang, dan merupakan batuan yang mengandung UTJ paling banyak
Dalam berbagai batuan, mineral tanah jarang pada umumnya merupakan mineral ikutan
(mineral aksesoris), bukan sebagai mineral utama pembentuk batuan. Pada zonasi pegmatit,
unsur tanah jarang terdapat pada zona inti, yang terdiri dari kuarsa dan mineral tanah jarang.
Cebakan primer terutama berupa mineral bastnaesit, produksi terbesar dunia dari China yang
merupakan produk sampingan dari tambang bijih besi. Cebakan yang lebih umum dikenal dan
diusahakan adalah cebakan sekunder, sebagian besar berupa mineral monasit yang merupakan
rombakan dari batuan asalnya serta telah diendapkan kembali sebagai endapan sungai, danau,
delta, pantai, dan lepas pantai. (http://minerals.usgs.gov). Batuan Granit pembawa oksida unsur
tanah jarang, Sn, W, Be, Nb, Ta, dan Th terdiri dari Granit tipe S atau seri ilmenit. Iklim tropis yang
panas dan lembab menghasilkan pelapukan kimia yang kuat pada granit. Pelapukan ini
menyebabkan alterasi mineral tertentu, seperti feldspar, yang berubah menjadi mineral
lempung. Mineral-mineral lempung seperti kaolinit, montmorillonit dan illit, merupakan tempat
kedudukan unsur tanah jarang tipe adsorpsi ion. Cebakan tanah jarang tipe adsorpsi ion lateritik
hasil dari lapukan batuan granitik dan sienitik di wilayah beriklim tropis bagian selatan China
merupakan penyumbang cadangan tanah jarang terbesar kedua di China (Haxel, 2005).
Kompleks ofiolit sebagian besar ditempati oleh batuan ultrabasa, sebuah divisi dari
batuan beku dengan MgO umumnya tinggi (lebih dari 18%) dan konten FeO, tetapi silika yang
sangat rendah (<45%) dan kalium. Kelompok ini terdiri mantel bumi dan dibangun lebih dari 90%
mafik, Mg tinggi dan Fe (mafik) mineral. Mayoritas dari batuan ultrabasa yang terkena di daerah
orogenik, dan mungkin berisi informasi yang berguna pada masa tektonik di mana kerak benua
awal terbentuk. Hal ini karena satuan batuan dari kompleks ofiolit yang dianggap mengadopsi
pengaturan tektonik subduksi di masa Fanerozoikum. Kromium, nikel, kobalt, mangan dan logam
terkait lainnya adalah sumber geologi yang berkaitan dengan batu ultramafic, laterit Ni yang
ultrabasa telah menjadi sumber penting dari Ni dan feronikel dengan sekitar 40% dari produksi
dunia Ni tahunan. Selain itu, unsur-unsur kelompok platinum (PGE: Ru, Rh, Pd, Os, Ir, Pt)
cenderung berkorelasi dengan kompleks ultrabasa dan telah menjadi topik yang menarik karena
Singkapan ofiolit terbesar di Sulawesi terletak di Lengan Tenggara bahkan lebih kecil dari
kejadian yang juga dijelaskan dalam Lengan Selatan. Batuan ultrabasa, urutan penting dari ofiolit,
didistribusikan di banyak lokasi di Indonesia timur yang juga sedang dieksplorasi dan dieksploitasi
Sebuah bijih sebagai bijih (mineral atau batuan) yang mengandung UTJ jika bijih tersebut
mengandung konsntrasi UTJ dalam jumlah yang sangat tinggi dan terkandung pada batuan yang
mudah untuk dijumpai atau pada material sedimen berupa pasir atau lempung. Mekanisme
konsentrasi tersebut membagi bijih UTJ menjadi dua kelompok yaitu bijih utama dan bijih
sekunder. Yang termasuk dalam bijih sekunder adalah bijih yang terkonsentrasi akibat proses
sedimentasi dan erosi, proses ion absorpsi dan subtitusi merupakan proses yang terjadi pada
endapan-endapan yang terbentuk akibat proses pelapukan seperti halnya endapan laterit (Adi
Maulana, 2017).
Subtitusi adalah proses pembentukan bijih UTJ terutama Scandium (Sc) juga dapat terbentuk
melalui proses subtitusi Fe2+ dari mineral-mineral mafik seperti geotit, piroksin, dan amfibol pada
saat proses laterisasi. Reaksi subtitusi ini terjadi pada lapisan limonit di profil hasil pelapukan
batuan ultrabasa. Maulana, dkk. (2016) melaorkan bahwa kandungan (Sc) pada endapan laterit
di Soroako, Chasse, dkk. (2017) melaporkan keterdapatan pengayaan unsur Scandium sebanyak
10 kali lipat pada endapan laterit dari batuan ultrabasa di Australia. Faktor yang menyebabkan
terjadinya konsentrasi (Sc) pada endapan laterit dapat dibagi menjadi 3 yaitu (a) batuan asal yang
mengandung (Sc) dalam jumlah yang besar, (b) lama proses laterisasi berlangsung dalam kondisi
lingkungan tektonik yang stabil dan (c) kondisi laterisasi selama proses pelapukan dimana (Sc)
Logam tanah jarang sudah banyak digunakan di berbagai macam produk. Penggunaan
logam tanah jarang ini memicu berkembangnya material baru. Material baru dengan
menggunakan logam tanah jarang memberikan perkembangan teknologi yang cukup signifikan
dalam ilmu material. Perkembangan material ini banyak diaplikasikan di dalam industri untuk
meningkatkan kualitas produk. Contoh perkembangan, yaitu yang terjadi pada magnet. Logam
tanah jarang mampu menghasilkan neomagnet, yaitu magnet yang memiliki medan magnet
yang lebih baik dari pada magnet biasa. Sehingga memungkinkan munculnya perkembangan
teknologi berupa penurunan berat dan volume speaker yang ada, memungkinkan munculnya
dynamo yang lebih kuat sehingga mampu menggerakkan mobil. Dengan adanya logam tanah
jarang, memungkinkan munculnya mobil bertenaga listrik yang dapat digunakan untuk
perjalanan jauh. Oleh karenanya mobil hybrid mulai marak dikembangkan. Penggunaan UTJ
yang lain lagi sangat bervariasi yaitu pada energi nuklir, kimia, kalatalis, elektronik, dan optik.
Pemanfaatan UTJ untuk yang sederhana seperti lampu, pelapis gelas, untuk teknologi tinggi
seperti fospor, laser, magnet, baterai, dan teknologi masa depan seperti superkonduktor,
angkasa (http://usgs.gov). Dalam industri metalurgi, penambahan logam tanah jarang juga
digunakan untuk pembuatan Baja High Strength, low alloy (HSLA), baja karbon tinggi, superalloy,
dan stainless steel. Hal ini karena logam tanah jarang memiliki sifat dapat meningkatkan
kemampuan material berupa kekuatan, kekerasan dan peningkatan ketahanan terhadap panas.
Sebagai contoh pada penambahan logam tanah jarang dalam bentuk aditif atau alloy pada
paduan magnesiaum dan alumunium, maka kekuatan dan kekerasan paduan tersebut akan
meningkat. Tanah jarang dapat juga dimanfaatkan untuk katalis sebagai pengaktif, campuran
khlorida seperti halnya lanthanium, sedangkan neodymium dan praseodymium digunakan untuk
katalis pemurnian minyak dengan konsentrasi antara 1%-5%. Campuran khlorida logam tanah
jarang ini ditambahkan dalam katalis zeolit untuk menaikkan efisiensi perubahan minyak
mentah (crude oil) menjadi bahan-bahan hasil dari pengolahan minyak. Diperkirakan pemakaian
logam tanah jarang untuk katalis pada industri perminyakan akan lebih meningkat lagi di masa
Pemanfaatan logam tanah jarang yang lain berupa korek gas otomatis, lampu keamanan
di pertambangan, perhiasan, cat, dan lem. Untuk instalasi nuklir, logam tanah jarang digunakan
pada detektor nuklir, dan rod kontrol nuklir. Ytrium dapat digunakan sebagai bahan keramik
berwarna, sensor oksigen, lapisan pelindung karat dan panas. China merupakan produsen utama
logam tanah jarang di dunia. Tahun 2005 mampu memproduksi 43.000.000 ton. Kapasitas
produksi ini merupakan 50% dari produksi logam tanah jarang dunia. Selanjutnya, dengan
produksi logam tanah jarang yang besar tersebut, China mampu mendorong pertumbuhan
teknologi industrinya. Kemudian mulai mendirikan industri elektronik nasional yang dapat
logam tanah jarang. Saat ini China tidak hanya menguasai pasar barang elektronik seperti
komponen komputer, televisi, monitor dan handycam, tetapi hampir semua jenis produk
industri dengan harga yang sangat kompetitif, seperti industri baja, otomotif dan
Kebutuhan Amerika akan tanah jarang tidak tercukupi oleh produksi dalam negerinya,
sehingga masih memerlukan juga impor, dimana penggunaan logam tanah jarang meningkat
pada komponen untuk pertahanan seperti mesin jet pesawat tempur dan pesawat terbang
komersial, sistem senjata rudal, elektronik, pendeteksi bawah laut, pertahanan antirudal, alat
pelacak, pembangkit energi pada satelit, dan komunikasi. Penggunaan unsur tanah jarang di
Amerika untuk kepentingan katalis pada otomotif 25%, katalis pada pemurnian minyak 22%,
untuk imbuan dan paduan industri metalurgi 20%, pelapis gelas dan keramik 11%, fospor-tanah
jarang untuk lampu, televisi, monitor computer, radar dan film untuk X-ray 10%, magnet 3%,
Penggunaan mineral tanah jarang semakin selektif, hal ini terkait dengan aspek
lingkungan. Seperti monasit yang mengandung thorium, meskipun sifat radioaktif thorium
rendah, akan tetapi dengan disertai turunannya berupa radium yang mempunyai sifat
radioaktif lebih tinggi, dan akan terakumulasi selama proses pengolahan, maka dengan
pertimbangan aspek lingkungan, penggunaan monasit lebih terbatas dan lebih diutamakan yang
Kemungkinan keterdapatan mineral tanah jarang sebagai mineral ikutan pada cebakan
bijih besi primer yang banyak dijumpai di sepanjang jalur timah seperti di Belitung, Bangka,
Singkep, dan Lingga perlu diungkap, agar bijih besi yang selama ini diekspor telah
memperhitungkan kandungan mineral ikutannya. Demikian juga prospek unsur tanah jarang
tipe adsorpsi ion lateritik pada komplek granitoid di sepanjang jalur timah, hanya sebatas
indikasi sebagaimana yang ditemukan di daerah Tanjung Pandan, Belitung hasil penyelidikan
Direktorat Sumberdaya Mineral (1996), sehingga data potensi cebakan UTJ tipe tersebut masih
sangat minim. Pemanfaatan tanah jarang sudah sangat beragam di dunia industri. Dari
berbagai macam pemanfaatan logam anah jarang, dapat disimpulkan bahwa material ini
merupakan material masa depan. Mengingat bahwa material tersebut menjadi pemicu lahirnya
teknologi baru yang masih akan terus berkembang seperti LCD, magnet, dan baterai hybrid. Hal
ini mengakibatkan permintaan logam tanah jarang yang akan terus meningkat (Haxel, 2005).
Industri logam tanah jarang menjadi sebuah industri yang menjanjikan yang akan
berpotensi terus berkembang di masa depan Potensi besar dari logam tanah jarang tersebut
akan sangat menguntungkan jika Indonesia turut serta untuk mengembangkannya. Terlebih
lagi pasir mineral tanah jarang sebagai sumber logam tanah jarang, sebagian hanya dijadikan
sebagai sampah buangan tambang timah, atau pemanfaatan pasir darat dan laut untuk bahan
urug dari daerah jalur timah yang belum memperhitungkan kandungan mineral tanah jarang.
Pemanfaatan logam tanah jarang akan mampu membuka Indonesia terhadap penguasaan dan
Scanning Electron Microscopy (SEM) adalah suatu jenis mikroskop elektron yang
menciptakan berbagai gambaran dengan memusatkan suatu berkas cahaya energi elektron tinggi
ke permukaan suatu sampel dan sinyal pendeteksian dari interaksi electron dengan permukaan
sampel. Jenis sinyal terkumpul dalam suatu SEM bervariasi dan dapat meliputi elektron sekunder,
karakteristik sinar-rontgen, dan hamburan balik electron. Pada penggunaan mikroskop elektron
merupakan berkas cahaya elektron yang dipusatkan untuk memperoleh perbesaran jauh lebih
tinggi dibanding suatu mikroskop cahaya konvensional. SEM dapat mengamati struktur maupun
bentuk permukaan yang berskala lebih halus, dilengkapi dengan EDX (Electron Dispersive X-ray)
dan dapat mendeteksi unsur-unsur dalam sampel dan juga permukaan yang diamati memalui
ditempelkan pada tempat sampel yang sudah dilekatkan cabon tape, sisa sampel yang tidak
melekat dibersihkan pada carbon tape. Kemudian dimasukkan kedalam holder sampel SEM.
Sistem kerja alat ini adalah dengan system vakum, Sebelum proses analisis berlangsung,
penghilangan molekul udara didalam alat akan dilakukan karena jika ada molekul udara yang lain,
elektron yang berjalan menuju sasaran akan terpencar oleh tumbukan sebelum mengenai
sasaran. Ini disebabkan karena elektron sangat kecil dan ringan (Julinawati, dkk. 2015)
Di dalam alat ini terdapat sebuah pistol elektron yang memproduksi sinar elektron dan
dipercepat dengan anoda, kemudian lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel
dan sinar elektron yang terfokus memindai (scan) 10 keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh
koil pemindai. Ketika sinar elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron
baru yang akan diterima oleh detektor dan akan terbaca ke monitor dan memperoleh hasil dalam
bentuk gambar permukaan sampel pada SEM dan bentuk grafik/diagram pada EDX yang
menunjukkan persentase unsur-unsur dari sampel yang di analisa (Julinawati, dkk. 2015)
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 sampai selesai. Secara
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif yang di lengkapi dengan
pendekatan kuantitatif dimana menurut (Sugiono, 2012) kegiatan penelitian ini meliputi
pengumpulan data, analisis data, dan kesimpulan yang mengacu pada analisis data tersebut.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer maupun data sekunder. Data
primer yaitu berupa pengambilan titik koordinat dan sampel batuan/mineral di front
penambangan tepatnya di lapisan limonit diperoleh melalui survey langsung di lapangan dan
analisis laboratorium. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber-sumber lain seperti data
pendukung yang diambil dari jurnal, buku, serta laporan penelitian sebelumnya yang menyangkut
D. Instrumen Penelitian
Menentukan posisi
GPS (Global Positioning
2 atau titik koordinat
Sistem)
di lapangan
Dokumentasi
3 Kamera
Penelitian
7 Sebagai tempat
Kantong sampel
menyimpan sampel
Sebagai peta
Peta Rupabumi
8 pendukung saat
Indonesia
penelitian
Sebagai Peta
9 Peta Citra Satelit Pendukung saat
penelitian
E. Prosedur Penelitian
1. Studi literatur
Studi literatur adalah studi kepustakaan guna mendapatkan dasar-dasar teori serta langkah-
langkah penelitian yang berkaitan dengan analisis keterdapatan unsur logam tanah jarang dan
2. Perizinan
penelitian dan pengujian sampel batuan di laboratorium. Surat izin yang dibutuhkan yaitu surat
pengantar dari Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas
Halu Oleo dan surat pengantar dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi
Sulawesi Tenggara.
3. Persiapan perlengkapan
Perlengkapan yang digunakan ketika akan melakukan kegiatan pengambilan data di lokasi
penelitian. Alat-alat yang dibutuhkan antara lain GPS (global Positioning System), kompas
geologi, palu geologi, kantung sampel, perlengkapan ATK (Alat Tulis Kantor), dan kamera.
4. Pengumpulan data
Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Pengambilan titik koordinat dilakukan
dengan GPS.
Titik koordinat yang telah diambil pada saat pengumpulan data akan diinput ke dalam
peta lokasi kegiatan, agar lokasi pengambilan data bisa tergambar langsung di dalam peta.
Sampel material yang diambil pada lokasi penelitian akan dideskripsi terlebih dahulu
dimana dari hasil deksripsi akan menggambarkan sifat fisik dari sampel material tersebut.
Tahap analisis data penelitian terdiri dari beberapa tahapan kegiatan yaitu:
Sampel batuan/mineral yang diambil di lokasi penelitian dan dilakukan proses preparasi sampel
menggunakan standar Japanese idustrial sampling yaitu material akan dihancurkan sampai
berbentuk serbuk selanjutnya akan di analisa di Laboratorium Fisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo dengan menggunakan SEM-EDX. Metode SEM-
EDX merupakan metode analisis yang digunakan untuk melihat unsur dan senyawa yang
terkandung di dalam objek berupa sampel batuan/mineral. Setelah sampel batuan di analisa,
maka akan diketahui persentase keterdapatan unsur logam tanah jarang yang terdapat dalam
Z / 2 .S 2
n( )
E
1,96 ×5,6 2
n= ( )
2
n = 30,11
Jadi, banyaknya sampel yang diambil 31
b) Cara pengambilan sampel :
- Simple random sampling : diambil secara acak, misalkan dengan undian 10
sampel dikolam pengendapan, 10 sampel dialiran menuju badan sungai dan 11
sampel badan sungai.
- Systematic random sampling : diambil secara sistematis misal setiap 1 hari
diambil 6 sampel sampai tercapai 31 sampel