Anda di halaman 1dari 27

NAMA : MUH. JAGAD SIROLLAHI L.

NIM : 212190031
UTS : METODE PENELITIAN TESIS
HARI/TGL. : SENIN, 16 MARET 2020

2. Penelitian dapat berjalan dengan baik apabila segala sesuatunya dirumuskan secara
komperhenshif di dalam proposal. Hal yang paling fundamental untuk mengetahui
kerangka berfikir penelitian ialah dengan membuat metodologi penelitian. Coba Anda
terangkan perbedaan antara metodologi penelitian dengan tahapan penelitian?
 Metodologi Penelitian adalah cara untuk melakukan sesuatu dengan
menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu tujuan dalam
kegiatan pencarian, pencatatan, perumusan, serta menganalisis sampai
menyusun laporanya.
 Tahapan Penelitian adalah mencakup suatu langkah-langkah penelitian dari awal
hingga akhir yang diawali dengan perumusan masalah, menentukan lokasi
penelitian, survey untuk memperoleh data primer, melakukan kompilasi dan
analisis terhadap data yang sudah di peroleh, dan menarik kesimpulan dari
seluruh proses tersebut.

3. Jelaskan tentang konsep experimental design! Tunjukkan dengan contoh berdasar pada
rencana penelitian Anda!
 Menurut Solso & MacLin (2002), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian
yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk
mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat
kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh,
hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang dikenakan
perlakuan.

Menurut Sukardi, (2003) pada umumnya, penelitian eksperirnental dilakukan


dengan Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan
yang hendak dipecahkan, mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah,
melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan
hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional
dan definisi istilah.
 Contoh rencana pada penelitian saya yaitu Anlisis Kandungan REE pada lapisan
limonit di tambang nikel daerah Huko-Huko Kec. Pomalaa Kab. Kolaka Prov.
Sulawesi Tenggara.

A. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam. Di Indonesia

keberadaan bahan galian tambang tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Sulawesi

Tenggara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keterdapatan endapan bahan

galian yang beraneka ragam, baik berupa bahan galian logam maupun non logam.

Keanekaragaman bahan galian tambang di Sulawesi Tenggara sangat di pengaruhi oleh kondisi

geologinya, yang memungkinkan adanya potensi mineral-mineral berharga yang belum

diketahui.

Kelimpahan bahan galian mineral yang ada di Sulawesi Tenggara, salah satunya

dipengaruhi oleh keberagaman formasi batuan. Menurut Simandjuntak dkk. (1993) formasi

batuan penyusun Lengan Tenggara Sulawesi terdiri dari aluvium, Formasi Alangga, Formasi

Buara, Formasi Boepinang, Formasi Emoiko, Formasi Langkowala, Kompleks Pompangeo,

Formasi Matano, Kompleks Ultramafik, Formasi Meluhu, Formasi Laonti, dan Kompleks

Mekongga. Diantara formasi batuan tersebut, Komplek Ultramafik adalah salah satu formasi

batuan yang penyebaranya cukup luas dan memungkinkan membawa beberapa jenis golongan

bahan galian mineral.


Salah satu bahan galian di Sulawesi Tenggara yang cukup melimpah adalah bahan galian

nikel laterit, dimana endapan nikel laterit di Sulawesi Tenggara terbagi atas beberapa horizon,

yaitu horizon tanah penutup (overburden), horizon limonit, horizon saprolit, dan batuan dasar

(bedrock). Horizon limonit ini terletak di bawah lapisan tanah penutup, ukuran butir halus,

berwarna merah-cokelat atau kuning, sedikit lunak, berkadar air anatara 30%-40%, mengandung

kadar Ni 1.5%, Fe 44%, MgO 3%, SiO2 2%, lapisan kaya besi dari tanah limonit menyelimuti seluruh

area dengan ketebalan rata-rata 3 meter (Adi Maulana, 2017). Jenis litologi daerah Kolaka

disusun oleh hazburgit, lezhorlit, dunit, serpentinit, dan konglmerat. Pola penyebaran unsur Ni

pada zona laterit, dimana pada zona limonit kadar Ni berkisar 0.3%-1.2% dan pada zona saprolite

unsur Ni mengalami peningkatan yaitu berkisar antara 0.8%-2.1%, sedangkan pada (bedrock)

kadar Ni semakin kecil berkisar antara 02%-0.8% (Ernita Nukdin, 2012).

Bahan galian nikel laterit tepatnya horizon limonit terjadi subtitusi dimana proses

pembentukan bijih UTJ terutama Scandium (Sc) juga dapat terbentuk melalui proses subtitusi

Fe2+ dari mineral-mineral mafik seperti geotit, piroksin, dan amfibol pada saat proses laterisasi di

profil hasil pelapukan batuan ultrabasa. Maulana,dkk.(2017), yang pemanfaatanya belum

optimal.

Seiring dengan perkembangan teknologi pengolahan material, unsur tanah jarang

semakin dibutuhkan, dan umumnya pada industri teknologi tinggi. Di Indonesia mineral

mengandung unsur tanah jarang terdapat sebagai mineral ikutan pada komoditas utama

terutama emas, timah aluvial dan nikel laterit, yang mempunyai peluang untuk diusahakan

sebagai produk sampingan yang dapat memberikan nilai tambah dari seluruh potensi bahan

galian. (Sabtanto Joko Suprapto, 2008).


Permasalahan yang muncul pada lokasi penelitian adalah sebagian besar endapan nikel

laterit khususnya lapisan limonit yang tertambang dijadikan sebagai produk sampingan yang tidak

bernilai ekonomis, dimana material ini hanya dijadikan sebagai bahan penimbun jalan tambang

atau ditumpuk dan dibiarkan begitu saja tanpa adanya penanganan yang lebih lanjut.

Penggunaan logam tanah jarang sangat luas dan erat kaitannya dengan produk industri

teknologi tinggi, seperti industri komputer, telekomunikasi, nuklir, dan ruang angkasa. Di masa

mendatang diperkirakan penggunaan tanah jarang akan meluas, terutama unsur tanah jarang

tunggal, seperti neodymium, samarium, europium, gadolinium, dan yttrium. Potensi besar dapat

dihasilkan oleh komoditas unsur/logam tanah jarang khususnya dalam jangka panjang dimana

teknologi terus berekembang pesat, memerlukan ketersediaan bahan galian tersebut (Sabtanto

Joko Suprapto, 2008)

Oleh karena itu pengelolaanya memerlukan berbagai pertimbangan yang tidak semata-

mata keekonomisanya semata, peluang jangka panjang untuk pemenuhan bahan industri yang

akan dikembangkan di Indonesia maka produk sampingan berupa mineral-mineral yang

mengandug unsur logam tanah jarang tersebut dapat dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan

nasional yang disimpan untuk alternatif pengunaan pada masa yang akan datang pada industri

strategis di dalam negeri (Sabtanto Joko Suprapto, 2008).

Analisa kandungan unsur yang terkandung dalam sampel material dapat dilakukan dengan

beberapa metode analisis yaitu metode analisis XRD (X-Ray Diffraction), XRF (X-Ray Fluoresence),

ICP-MS (Inductively Coupled Plasma - Mass Spectrometry), dan SEM-EDX (Scanning Electron

Microscope - Energy Dispersive X-Ray). Metode-metode tersebut memiliki kelebihan dan

kekurangan masing-masing, sehingga perlu adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam


pemilihan metode analisa ini. Metode ICP-MS merupakan metode yang sangat efisien dalam

menganalisa sampal padat. Metode ini memiliki sensitivitas yang tinggi, sehingga mampu untuk

menganalisis komponen-komponen unsur yang terdapat dalam sampel material. Namun metode

ini tidak digunakan dalam penelitian ini karena pertimbangan ketersediaan alat analisis yang

masih kurang dan membutuhkan biaya yang cukup mahal.

Metode XRD digunakan untuk menganalisis struktur kristal dan dimensi pada sampel

material sehingga metode ini tidak dapat digunakan dalam menganalisis kandungan unsur yang

terdapat dalam sampel material.

Metode XRF bertujuan untuk menganalisis kandungan unsur-unsur atau jejak unsur-unsur

dalam sampel material dengan sensitivitas yang sangat tinggi, namun metode ini tidak bias

melihat ciri-ciri permukaan dan teksturnya (Obi, 1990). Sehingga metode ini tidak dapat

digunakan dalam penelitian ini kerena tidak dapat memberikan informasi kristalografi secara

lengkap yaitu susunan butir-butir dari sampel yang diamati.

Berdasarkan pertimbangan dari beberapa metode diatas, maka penelitian ini akan

menggunakan metode analisis SEM-EDX. Metode SEM-EDX merupakan metode analisis yang

digunakan untuk melihat topografi yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya, morfologi yaitu

bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek, komposisi yaitu data semi kuantitatif unsur dan

senyawa yang terkandung di dalam objek, serta informasi kristalografi yaitu informasi mengenai

bagaimana susunan dari butir-butir di dalam objek yang diamati. Selain itu, digunakannya

metode SEM-EDX karena ketersedian alat analis ini yang dimiliki oleh Laboratorium Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo.


Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian mengenai analisa keterdapatan unsur logam

tanah jarang pada sisa buangan hasil penambangan (waste) di Desa Huko-Huko Kecamatan

Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara dengan menggunakan metode SEM-EDX.

Sehingga dari penelitian ini dapat diketahui keterdapatan unsur logam tanah jarang, yang dapat

dimanfaatkan dalam bidang industri teknologi masa depan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang muncul dalam

penelitian ini adalah:

1) Bagaimana kandungan unsur logam tanah jarang di front pertambangan nikel pada lapisan

liomonit di Desa Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi

Tenggara?

2) Bagaimana sebaran unsur logam tanah jarang di front pertambangan nikel pada lapisan

liomonit di Desa Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi

Tenggara?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai penulis adalah:

1) Menentukan kandungan unsur logam tanah jarang di front pertambangan nikel pada lapisan

liomonit di Desa Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kebupaten Kolaka Provinsi Sulawesi

Tenggara.

2) Menentukan sebaran unsur logam tanah jarang di front pertambangan nikel pada lapisan

liomonit di Desa Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kebupaten Kolaka Provinsi Sulawesi

Tenggara.
D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai. sebaran

unsur logam tanah jarang di Desa Huko-Huko Kecamatan Pomalaa Kebupaten Kolaka Provinsi

Sulawesi Tenggara.

2) Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk data potensi sumber daya alam yang ada

di Sulawesi Tenggara.

3) Menginformasikan kepada masyarakat bahwa terdapat bahan galian unsur logam tanah

jarang di wilayah Sulawesi Tenggara, khususnya Kabupaten Kolaka.

.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Geologi Regional

Geologi regional untuk daerah Kabupaten Kolaka menurut (Simanjuntak, 1993) dan di

lokasi penelitian hanya termasuk pada kompleks ultrabasa.

Gambar 1. Peta geologi Kabupaten Kolaka (Simanjuntak,1993)

1. Geomorfologi Daerah Penelitian

Menurut Simanjuntak, dkk. (1993) lengan tenggara Sulawesi terdiri dari 5 satuan morfologi,

yaitu morfologi pegunungan, morfologi perbukitan tinggi, morfologi perbukitan rendah,

morfologi pedataran, serta morfologi karst. Daerah penelitian termasuk dalam satuan morfologi

pegunungan.

Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas di kawasan ini, terdiri atas

Pegunungan Mekongga, Pegunungan Tangkelemboke, Pegunungan Mendoke dan Pegunungan

Rumbia yang terpisah di ujung selatan Lengan Tenggara. Puncak tertinggi pada rangkaian

pegunungan Mekongga adalah Gunung Mekongga yang mempunyai ketinggian 2790 mdpl.
Pegunungan Tangkelamboke mempunyai puncak Gunung Tangkelamboke dengan ketinggian

1500 mdpl. Satuan morfologi ini mempunyai topografi yang kasar dengan kemiringan lereng

tinggi. Rangkaian pegunungan dalam satuan ini mempunyai pola yang hampir sejajar berarah

barat laut–tenggara. Arah ini sejajar dengan pola struktur sesar regional di kawasan ini. Pola ini

mengindikasikan bahwa pembentukan morfologi pegunungan itu erat hubungannya dengan

sesar regional (Simanjuntak, dkk. 1993).

Satuan pegunungan terutama dibentuk oleh batuan malihan dan setempat oleh batuan

ofiolit. Ada perbedaan yang khas di antara kedua penyusun batuan itu. Pegunungan yang disusun

oleh batuan ofiolit mempunyai punggung gunung yang panjang dan lurus dengan lereng relatif

lebih rata, serta kemiringan yang tajam. Sementara itu, pegunungan yang dibentuk oleh batuan

malihan, punggung gunungnya terputus pendek-pendek dengan lereng yang tidak rata walaupun

bersudut tajam (Simanjuntak, dkk. 1993).

2. Stratigrafi Daerah Penelitian

Formasi batuan penyusun pada daerah penelitian adalah kompleks Mekongga (Pzm) yang

terdiri atas sekis, gneiss kuarsit. Gneiss berwarna kelabu sampai kelabu kehijauan; bertekstur

heteroblas, xenomorf sama butiran, terdiri dari mineral granoblas berbutir halus sampai sedang

(Simanjuntak, dkk. 1993).

Berdasarkan himpunan batuan, struktur dan umur, secara regional di Lembar Kolaka

terdapat dua mandala (terrane) geologi sangat berbeda yang sering bersentuhan yaitu Mandala

Geologi Sulawesi Timur dan Anjungan Tukang Besi Buton. Mandala Geologi Sulawesi Timur

dicirikaan oleh gabungan batuan ultramafik, mafik dan malihan, sedangkan Anjungan Tukang

Besi dicirikan oleh kelompok batuan sediman pinggiran benua yang beralaskan batuan malihan
Tabel 1. Kolom stratigrafi Kolaka (Ernita Nukdin, 2012)

3. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Pada Lengan Tenggara Sulawesi, struktur utama yang terbentuk setelah tumbukan adalah

sesar geser mengiri, termasuk sesar matarombeo, sistem sesar Lawanopo, sistem sesar konawe,

sesar kolaka, juga banyak sesar lainnya serta liniasi. Adanya mata air panas di Desa Toreo, sebelah

Tenggara Tinobu serta pergeseran pada bangunan dinding rumah maupun jalan sepanjang sesar

ini menunjukan bahwa sistem sesar lawanopo masih aktif sampai sekarang. Lengan Sulawesi

Tenggara juga merupakan kawasan pertemuan lempeng, yakni lempeng benua berasal dari

Australia dan lempeng samudra dari Pasifik. Kedua lempeng dari jenis yang berbeda ini

bertabrakan, kemudian ditindih oleh endapan Molasa Sulawesi (Simanjuntak, dkk. 1993).

Sebagai akibat subduksi dan tumbukan lempeng pada Oligosen Akhir-Miosen Awal,

kompleks ofiolit tersesar–naikkan ke atas mintakat benua. Molasa Sulawesi yang terdiri atas

batuan sedimen klastik dan karbonat terendapkan selama akhir dan sesudah tumbukan, sehingga

molasa ini menindih tak selaras Mintakat Benua Sulawesi Tenggara dan Kompleks Ofiolit
tersebut. Pada akhir kenozoikum Lengan ini di koyak oleh Sesar Lawanopo dan beberapa

pasanganya termasuk Sesar Kolaka (Simanjuntak, dkk. 1993).

Gambar 2. Peta struktur geologi Pulau Sulawesi (Hall dan Wilson, 2000)

B. Sejarah Penemuan Unsur Logam Tanah Jarang

Kelompok unsur logam tanah jarang pertama kali ditemukan pada tahun 1787 oleh

seorang letnan angkatan bersenjata Swedia bernama Karl Axel Arrhenius, yang mengumpulkan

mineral ytteribite dari tambang feldspar dan kuarsa di dekat Desa Ytterby, Swedia. Mineral

tersebut berhasil dipisahkan oleh J. Gadoli pada tahun 1794. Tahun 1804 Klaproth dan timnya

menemukan ceria yang merupakan bentuk oksida dari cerium. Tahun 1828, Belzerius

menemukan thoria dari mineral thorit. Tahun 1842 Mosander memisahkan senyawa bernama

yttria menjadi tiga macam unsur melalui pengendapan fraksional menggunakan asam oksalat

dan hidroksida, unsur-unsur tersebut yttria, terbia, dan erbia. Pada tahun 1878 Boisbaudran
menemukan samarium. Tahun 1885, Welsbach memisahkan praseodymium dan neodymium

yang terdapat pada samarium. Boisbaudran tahun 1886 mendapatkan gadolinium dari mineral

ytterbia yang diperoleh J.C.G de Marignac tahun 1880. Ytterbia yang diperoleh Marignac, pada

tahun 1907 mampu dipisahkan oleh L de Boisbaudran menjadi neoytterium dan lutecium. P.T.

Cleve memisahkan tiga unsur dari erbia dan terbia yang dimiliki Marignac, diperoleh erbium,

holminium dan thalium, sementara L de Boisbaudran memperoleh unsur lain dinamai dysporsia

(http://minerals.usgs.gov.)

Tabel 2. Nama simbol Unsur Logam Tanah Jarang (Sabtanto JS, 2008)

Simbol Nama Unsur Simbol Nama Unsur

Y Yttrium Gd Gadolinium
Sc Scandium Tb Terbium
La Lanthanum Dy Dysprosium
Ce Cerium Ho Holmium
Pr Praseodymiu Er Erbium
Nd Neodymium
m Tm Thulium
Pm Promethium Yb Ytterbium
Sm Samarium Lu Lutetium
Eu Europium Th Thorium

C. Genesa Pembentukan Unsur Logam Tanah Jarang

Unsur tanah jarang tersebar luas dalam konsentrasi rendah (10 – 300 ppm) pada banyak

formasi batuan. Kandungan unsur tanah jarang yang tinggi lebih banyak dijumpai pada batuan

granitik dibandingkan dengan pada batuan basa. Konsentrasi unsur tanah jarang tinggi dijumpai

pada batuan beku alkalin dan karbonatit. Berdasarkan proses pembentukan, cebakan mineral

tanah jarang dibagi dalam dua tipe, yaitu cebakan primer sebagai hasil proses magmatik dan

hidrotermal, serta cebakan sekunder tipe letakan sebagai hasil proses rombakan dan sedimentasi

dan cebakan tipe lateritik. Pembentukan mineral tanah jarang primer dalam batuan karbonatit
menghasilkan mineral bastnaesit dan monasit (http://minerals.usgs.gov). Karbonatit sangat kaya

kandungan unsur tanah jarang, dan merupakan batuan yang mengandung UTJ paling banyak

dibanding batuan beku lainnya

Dalam berbagai batuan, mineral tanah jarang pada umumnya merupakan mineral ikutan

(mineral aksesoris), bukan sebagai mineral utama pembentuk batuan. Pada zonasi pegmatit,

unsur tanah jarang terdapat pada zona inti, yang terdiri dari kuarsa dan mineral tanah jarang.

Cebakan primer terutama berupa mineral bastnaesit, produksi terbesar dunia dari China yang

merupakan produk sampingan dari tambang bijih besi. Cebakan yang lebih umum dikenal dan

diusahakan adalah cebakan sekunder, sebagian besar berupa mineral monasit yang merupakan

rombakan dari batuan asalnya serta telah diendapkan kembali sebagai endapan sungai, danau,

delta, pantai, dan lepas pantai. (http://minerals.usgs.gov). Batuan Granit pembawa oksida unsur

tanah jarang, Sn, W, Be, Nb, Ta, dan Th terdiri dari Granit tipe S atau seri ilmenit. Iklim tropis yang

panas dan lembab menghasilkan pelapukan kimia yang kuat pada granit. Pelapukan ini

menyebabkan alterasi mineral tertentu, seperti feldspar, yang berubah menjadi mineral

lempung. Mineral-mineral lempung seperti kaolinit, montmorillonit dan illit, merupakan tempat

kedudukan unsur tanah jarang tipe adsorpsi ion. Cebakan tanah jarang tipe adsorpsi ion lateritik

hasil dari lapukan batuan granitik dan sienitik di wilayah beriklim tropis bagian selatan China

merupakan penyumbang cadangan tanah jarang terbesar kedua di China (Haxel, 2005).

Kompleks ofiolit sebagian besar ditempati oleh batuan ultrabasa, sebuah divisi dari

batuan beku dengan MgO umumnya tinggi (lebih dari 18%) dan konten FeO, tetapi silika yang

sangat rendah (<45%) dan kalium. Kelompok ini terdiri mantel bumi dan dibangun lebih dari 90%

mafik, Mg tinggi dan Fe (mafik) mineral. Mayoritas dari batuan ultrabasa yang terkena di daerah
orogenik, dan mungkin berisi informasi yang berguna pada masa tektonik di mana kerak benua

awal terbentuk. Hal ini karena satuan batuan dari kompleks ofiolit yang dianggap mengadopsi

pengaturan tektonik subduksi di masa Fanerozoikum. Kromium, nikel, kobalt, mangan dan logam

terkait lainnya adalah sumber geologi yang berkaitan dengan batu ultramafic, laterit Ni yang

dihasilkan oleh pelapukan berkepanjangan dan mendalam dari Ni silikat-bantalan batuan

ultrabasa telah menjadi sumber penting dari Ni dan feronikel dengan sekitar 40% dari produksi

dunia Ni tahunan. Selain itu, unsur-unsur kelompok platinum (PGE: Ru, Rh, Pd, Os, Ir, Pt)

cenderung berkorelasi dengan kompleks ultrabasa dan telah menjadi topik yang menarik karena

nilai ekonomis dari PGE (Roaldo Irzon dan Bharauddin, 2016).

Singkapan ofiolit terbesar di Sulawesi terletak di Lengan Tenggara bahkan lebih kecil dari

kejadian yang juga dijelaskan dalam Lengan Selatan. Batuan ultrabasa, urutan penting dari ofiolit,

didistribusikan di banyak lokasi di Indonesia timur yang juga sedang dieksplorasi dan dieksploitasi

untuk kepentingan nasional (Roaldo Irzon dan Bharauddin, 2016).

Sebuah bijih sebagai bijih (mineral atau batuan) yang mengandung UTJ jika bijih tersebut

mengandung konsntrasi UTJ dalam jumlah yang sangat tinggi dan terkandung pada batuan yang

mudah untuk dijumpai atau pada material sedimen berupa pasir atau lempung. Mekanisme

konsentrasi tersebut membagi bijih UTJ menjadi dua kelompok yaitu bijih utama dan bijih

sekunder. Yang termasuk dalam bijih sekunder adalah bijih yang terkonsentrasi akibat proses

sedimentasi dan erosi, proses ion absorpsi dan subtitusi merupakan proses yang terjadi pada

endapan-endapan yang terbentuk akibat proses pelapukan seperti halnya endapan laterit (Adi

Maulana, 2017).
Subtitusi adalah proses pembentukan bijih UTJ terutama Scandium (Sc) juga dapat terbentuk

melalui proses subtitusi Fe2+ dari mineral-mineral mafik seperti geotit, piroksin, dan amfibol pada

saat proses laterisasi. Reaksi subtitusi ini terjadi pada lapisan limonit di profil hasil pelapukan

batuan ultrabasa. Maulana, dkk. (2016) melaorkan bahwa kandungan (Sc) pada endapan laterit

di Soroako, Chasse, dkk. (2017) melaporkan keterdapatan pengayaan unsur Scandium sebanyak

10 kali lipat pada endapan laterit dari batuan ultrabasa di Australia. Faktor yang menyebabkan

terjadinya konsentrasi (Sc) pada endapan laterit dapat dibagi menjadi 3 yaitu (a) batuan asal yang

mengandung (Sc) dalam jumlah yang besar, (b) lama proses laterisasi berlangsung dalam kondisi

lingkungan tektonik yang stabil dan (c) kondisi laterisasi selama proses pelapukan dimana (Sc)

akan mengganti oksida Fe (Adi Maulana, 2017)

D. Pemanfaatan Unsur Logam Tanah Jarang

Logam tanah jarang sudah banyak digunakan di berbagai macam produk. Penggunaan

logam tanah jarang ini memicu berkembangnya material baru. Material baru dengan

menggunakan logam tanah jarang memberikan perkembangan teknologi yang cukup signifikan

dalam ilmu material. Perkembangan material ini banyak diaplikasikan di dalam industri untuk

meningkatkan kualitas produk. Contoh perkembangan, yaitu yang terjadi pada magnet. Logam

tanah jarang mampu menghasilkan neomagnet, yaitu magnet yang memiliki medan magnet

yang lebih baik dari pada magnet biasa. Sehingga memungkinkan munculnya perkembangan

teknologi berupa penurunan berat dan volume speaker yang ada, memungkinkan munculnya

dynamo yang lebih kuat sehingga mampu menggerakkan mobil. Dengan adanya logam tanah

jarang, memungkinkan munculnya mobil bertenaga listrik yang dapat digunakan untuk

perjalanan jauh. Oleh karenanya mobil hybrid mulai marak dikembangkan. Penggunaan UTJ
yang lain lagi sangat bervariasi yaitu pada energi nuklir, kimia, kalatalis, elektronik, dan optik.

Pemanfaatan UTJ untuk yang sederhana seperti lampu, pelapis gelas, untuk teknologi tinggi

seperti fospor, laser, magnet, baterai, dan teknologi masa depan seperti superkonduktor,

pengangkut hidrogen (Haxel, 2005).

Zirkonium dapat menggantikan paduan magnesium-thorium pada pesawat ruang

angkasa (http://usgs.gov). Dalam industri metalurgi, penambahan logam tanah jarang juga

digunakan untuk pembuatan Baja High Strength, low alloy (HSLA), baja karbon tinggi, superalloy,

dan stainless steel. Hal ini karena logam tanah jarang memiliki sifat dapat meningkatkan

kemampuan material berupa kekuatan, kekerasan dan peningkatan ketahanan terhadap panas.

Sebagai contoh pada penambahan logam tanah jarang dalam bentuk aditif atau alloy pada

paduan magnesiaum dan alumunium, maka kekuatan dan kekerasan paduan tersebut akan

meningkat. Tanah jarang dapat juga dimanfaatkan untuk katalis sebagai pengaktif, campuran

khlorida seperti halnya lanthanium, sedangkan neodymium dan praseodymium digunakan untuk

katalis pemurnian minyak dengan konsentrasi antara 1%-5%. Campuran khlorida logam tanah

jarang ini ditambahkan dalam katalis zeolit untuk menaikkan efisiensi perubahan minyak

mentah (crude oil) menjadi bahan-bahan hasil dari pengolahan minyak. Diperkirakan pemakaian

logam tanah jarang untuk katalis pada industri perminyakan akan lebih meningkat lagi di masa

mendatang (Aryanto, 2008).

Pemanfaatan logam tanah jarang yang lain berupa korek gas otomatis, lampu keamanan

di pertambangan, perhiasan, cat, dan lem. Untuk instalasi nuklir, logam tanah jarang digunakan

pada detektor nuklir, dan rod kontrol nuklir. Ytrium dapat digunakan sebagai bahan keramik

berwarna, sensor oksigen, lapisan pelindung karat dan panas. China merupakan produsen utama
logam tanah jarang di dunia. Tahun 2005 mampu memproduksi 43.000.000 ton. Kapasitas

produksi ini merupakan 50% dari produksi logam tanah jarang dunia. Selanjutnya, dengan

produksi logam tanah jarang yang besar tersebut, China mampu mendorong pertumbuhan

teknologi industrinya. Kemudian mulai mendirikan industri elektronik nasional yang dapat

bersaing dengan industri elektronik luar dengan kemampuannya menggunakan material

logam tanah jarang. Saat ini China tidak hanya menguasai pasar barang elektronik seperti

komponen komputer, televisi, monitor dan handycam, tetapi hampir semua jenis produk

industri dengan harga yang sangat kompetitif, seperti industri baja, otomotif dan

manufaktur lainnya (id.wikipedia.com)

Kebutuhan Amerika akan tanah jarang tidak tercukupi oleh produksi dalam negerinya,

sehingga masih memerlukan juga impor, dimana penggunaan logam tanah jarang meningkat

pada komponen untuk pertahanan seperti mesin jet pesawat tempur dan pesawat terbang

komersial, sistem senjata rudal, elektronik, pendeteksi bawah laut, pertahanan antirudal, alat

pelacak, pembangkit energi pada satelit, dan komunikasi. Penggunaan unsur tanah jarang di

Amerika untuk kepentingan katalis pada otomotif 25%, katalis pada pemurnian minyak 22%,

untuk imbuan dan paduan industri metalurgi 20%, pelapis gelas dan keramik 11%, fospor-tanah

jarang untuk lampu, televisi, monitor computer, radar dan film untuk X-ray 10%, magnet 3%,

laser untuk medis 3%, dan lain-lain 6% (http://usgs.gov, 2008).

Penggunaan mineral tanah jarang semakin selektif, hal ini terkait dengan aspek

lingkungan. Seperti monasit yang mengandung thorium, meskipun sifat radioaktif thorium

rendah, akan tetapi dengan disertai turunannya berupa radium yang mempunyai sifat

radioaktif lebih tinggi, dan akan terakumulasi selama proses pengolahan, maka dengan
pertimbangan aspek lingkungan, penggunaan monasit lebih terbatas dan lebih diutamakan yang

mengandung thorium rendah, seperti bastnaesit (Haxel, 2005)

Kemungkinan keterdapatan mineral tanah jarang sebagai mineral ikutan pada cebakan

bijih besi primer yang banyak dijumpai di sepanjang jalur timah seperti di Belitung, Bangka,

Singkep, dan Lingga perlu diungkap, agar bijih besi yang selama ini diekspor telah

memperhitungkan kandungan mineral ikutannya. Demikian juga prospek unsur tanah jarang

tipe adsorpsi ion lateritik pada komplek granitoid di sepanjang jalur timah, hanya sebatas

indikasi sebagaimana yang ditemukan di daerah Tanjung Pandan, Belitung hasil penyelidikan

Direktorat Sumberdaya Mineral (1996), sehingga data potensi cebakan UTJ tipe tersebut masih

sangat minim. Pemanfaatan tanah jarang sudah sangat beragam di dunia industri. Dari

berbagai macam pemanfaatan logam anah jarang, dapat disimpulkan bahwa material ini

merupakan material masa depan. Mengingat bahwa material tersebut menjadi pemicu lahirnya

teknologi baru yang masih akan terus berkembang seperti LCD, magnet, dan baterai hybrid. Hal

ini mengakibatkan permintaan logam tanah jarang yang akan terus meningkat (Haxel, 2005).

Industri logam tanah jarang menjadi sebuah industri yang menjanjikan yang akan

berpotensi terus berkembang di masa depan Potensi besar dari logam tanah jarang tersebut

akan sangat menguntungkan jika Indonesia turut serta untuk mengembangkannya. Terlebih

lagi pasir mineral tanah jarang sebagai sumber logam tanah jarang, sebagian hanya dijadikan

sebagai sampah buangan tambang timah, atau pemanfaatan pasir darat dan laut untuk bahan

urug dari daerah jalur timah yang belum memperhitungkan kandungan mineral tanah jarang.

Pemanfaatan logam tanah jarang akan mampu membuka Indonesia terhadap penguasaan dan

pengembangan teknologi, terutama teknologi elektronik. Peningkatan kualitas industri


metalurgi di Indonesia, dan banyak manfaat yang dapat diperoleh Indonesia dari pengolahan

logam tanah jarang terutama meningkatkan perkembangan industry (Haxel, 2005).

E. Metode Analisis SEM-EDX

Scanning Electron Microscopy (SEM) adalah suatu jenis mikroskop elektron yang

menciptakan berbagai gambaran dengan memusatkan suatu berkas cahaya energi elektron tinggi

ke permukaan suatu sampel dan sinyal pendeteksian dari interaksi electron dengan permukaan

sampel. Jenis sinyal terkumpul dalam suatu SEM bervariasi dan dapat meliputi elektron sekunder,

karakteristik sinar-rontgen, dan hamburan balik electron. Pada penggunaan mikroskop elektron

merupakan berkas cahaya elektron yang dipusatkan untuk memperoleh perbesaran jauh lebih

tinggi dibanding suatu mikroskop cahaya konvensional. SEM dapat mengamati struktur maupun

bentuk permukaan yang berskala lebih halus, dilengkapi dengan EDX (Electron Dispersive X-ray)

dan dapat mendeteksi unsur-unsur dalam sampel dan juga permukaan yang diamati memalui

penghantar elektron. (Ailin, dkk. 2017)

Gambar 3. Alat Scanning Electron Microscope - Energy Dispersive X-Ray


(UPT LTSIT Universitas Lampung, 2016)
Sampel material yang akan dianalisis dihaluskan terlebih dahulu. Setelah dihaluskan

ditempelkan pada tempat sampel yang sudah dilekatkan cabon tape, sisa sampel yang tidak

melekat dibersihkan pada carbon tape. Kemudian dimasukkan kedalam holder sampel SEM.

Sistem kerja alat ini adalah dengan system vakum, Sebelum proses analisis berlangsung,

penghilangan molekul udara didalam alat akan dilakukan karena jika ada molekul udara yang lain,

elektron yang berjalan menuju sasaran akan terpencar oleh tumbukan sebelum mengenai

sasaran. Ini disebabkan karena elektron sangat kecil dan ringan (Julinawati, dkk. 2015)

Di dalam alat ini terdapat sebuah pistol elektron yang memproduksi sinar elektron dan

dipercepat dengan anoda, kemudian lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel

dan sinar elektron yang terfokus memindai (scan) 10 keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh

koil pemindai. Ketika sinar elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron

baru yang akan diterima oleh detektor dan akan terbaca ke monitor dan memperoleh hasil dalam

bentuk gambar permukaan sampel pada SEM dan bentuk grafik/diagram pada EDX yang

menunjukkan persentase unsur-unsur dari sampel yang di analisa (Julinawati, dkk. 2015)
III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 sampai selesai. Secara

administrasi daerah penelitian bertempat Desa Huko-Huko, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten

Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara yang disajikan dalam Gambar 5.

Gambar 4. Lokasi daerah penelitian (Modifikasi citra satelit, 2018)


B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif yang di lengkapi dengan

pendekatan kuantitatif dimana menurut (Sugiono, 2012) kegiatan penelitian ini meliputi

pengumpulan data, analisis data, dan kesimpulan yang mengacu pada analisis data tersebut.

C. Bahan atau Materi Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer maupun data sekunder. Data

primer yaitu berupa pengambilan titik koordinat dan sampel batuan/mineral di front

penambangan tepatnya di lapisan limonit diperoleh melalui survey langsung di lapangan dan

analisis laboratorium. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber-sumber lain seperti data

pendukung yang diambil dari jurnal, buku, serta laporan penelitian sebelumnya yang menyangkut

dari penelitian ini.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitan ini tercantum pada Tabel 2.

Tabel 3. Instrumen yang digunakan dalam penelitian


No Nama Alat Fungsi Gambar
Menyampling atau
1 Palu Geologi mengambil contoh
batuan

Menentukan posisi
GPS (Global Positioning
2 atau titik koordinat
Sistem)
di lapangan

Dokumentasi
3 Kamera
Penelitian

Personal Computer / Mengolah data-


4
Laptop data penelitian
Untuk menganalisa
kandungan unsur
5 SEM-EDX
yang terdapat pada
sampel batuan
Microsoft OfficeWord Tabulasi dan
6 2016, Microsof Office mengolah data-
Excel 2016 data penelitian

7 Sebagai tempat
Kantong sampel
menyimpan sampel

Sebagai peta
Peta Rupabumi
8 pendukung saat
Indonesia
penelitian
Sebagai Peta
9 Peta Citra Satelit Pendukung saat
penelitian

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dibagi manjadi beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

1. Studi literatur

Studi literatur adalah studi kepustakaan guna mendapatkan dasar-dasar teori serta langkah-

langkah penelitian yang berkaitan dengan analisis keterdapatan unsur logam tanah jarang dan

mencari referensi penelitian yang sejenis.

2. Perizinan

Perizinan dilakukan ketika akan melaksanakan kegiatan pengambilan data di lokasi

penelitian dan pengujian sampel batuan di laboratorium. Surat izin yang dibutuhkan yaitu surat

pengantar dari Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas

Halu Oleo dan surat pengantar dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi

Sulawesi Tenggara.
3. Persiapan perlengkapan

Perlengkapan yang digunakan ketika akan melakukan kegiatan pengambilan data di lokasi

penelitian. Alat-alat yang dibutuhkan antara lain GPS (global Positioning System), kompas

geologi, palu geologi, kantung sampel, perlengkapan ATK (Alat Tulis Kantor), dan kamera.

4. Pengumpulan data

Tahap pengumpulan data terdiri dari beberapa kegiatan yaitu:

a) Pengambilan titik koordinat

Pengambilan titik koordinat dilakukan di lokasi penelitian di Desa Huko-Huko Kecamatan

Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Pengambilan titik koordinat dilakukan

dengan GPS.

b) Pengambilan sampel material

Pengambilan sampel material dilakukan dengan menggunakan palu geologi. Kemudian

sampel material tersebut disimpan dikantung sampel yang telah disediakan.

F. Pengolahan Data dan Analisis Hasil Penelitian

Tahap pengolahan data terdiri dari beberapa kegiatan yaitu:

1. Penginputan titik koordinat

Titik koordinat yang telah diambil pada saat pengumpulan data akan diinput ke dalam

peta lokasi kegiatan, agar lokasi pengambilan data bisa tergambar langsung di dalam peta.

2. Deskripsi sampel material

Sampel material yang diambil pada lokasi penelitian akan dideskripsi terlebih dahulu

dimana dari hasil deksripsi akan menggambarkan sifat fisik dari sampel material tersebut.
Tahap analisis data penelitian terdiri dari beberapa tahapan kegiatan yaitu:

Sampel batuan/mineral yang diambil di lokasi penelitian dan dilakukan proses preparasi sampel

menggunakan standar Japanese idustrial sampling yaitu material akan dihancurkan sampai

berbentuk serbuk selanjutnya akan di analisa di Laboratorium Fisika Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo dengan menggunakan SEM-EDX. Metode SEM-

EDX merupakan metode analisis yang digunakan untuk melihat unsur dan senyawa yang

terkandung di dalam objek berupa sampel batuan/mineral. Setelah sampel batuan di analisa,

maka akan diketahui persentase keterdapatan unsur logam tanah jarang yang terdapat dalam

sampel batuan/mineral tersebut.


4. Komponen utama dalam metodologi penelitian berisi tentang fakta, masalah, rumusan,
data, analisis, kriteria, kesimpulan. Buat bagan alir metodologi penelitian sesuai dengan
rencana.
1. Dalam suatu topik penelitian tesis diperlukan pengambilan sampel (sampling) air limbah
yang akan dialirkan ke badan sungai, ditanyakan :
a) Banyak sampel (n) data pH yang diperlukan jika simpangan pH data sekunder
sebesar 5,6.
b) Bagaimana saudara merancang pengambilan sampel tersebut, sesuaikan dengan
lokasi pengambilan sampelnya.
c) Dari banyak sampel (n) : berikan perkiraan nilai data sampel dan uji apakah data
tersebut cukup, valid, dan reliabel.
d) Terhadap data yang tidak valid, uraikan analisisnya.
1. Digunakan Asumsi :
 Tingkat keyakinan 95% data mewakili populasinya, maka 1 – α = 95% atau α = 5%,
sehingga nilai table normal (Tabel Z), Z α/2 = 1,96
 Toleransi kesalahn yang diizinkan sebesar 2 data
 Populasi tidak terbatas
a) Banyaknya Sampel yang dibutuhkan :

Z / 2 .S 2
n( )
E
1,96 ×5,6 2
n= ( )
2

n = 30,11
Jadi, banyaknya sampel yang diambil 31
b) Cara pengambilan sampel :
- Simple random sampling : diambil secara acak, misalkan dengan undian 10
sampel dikolam pengendapan, 10 sampel dialiran menuju badan sungai dan 11
sampel badan sungai.
- Systematic random sampling : diambil secara sistematis misal setiap 1 hari
diambil 6 sampel sampai tercapai 31 sampel

Anda mungkin juga menyukai