Anda di halaman 1dari 15

NAMA-NAMA KELOMPOK

K3 DAN UU PERTAMBANGAN

• MUH. JAGAD SIROLLAHI L. (F1B2 14 028)


• ANDI ARWAN (F1B2 14 004)
• LA ODE RAFSAN MUHAMAD ( F1B2 14 100)
• MUH. AL FANDI ( F1B2 14 071)
BAB 16
USAHA JASA PERTAMBANGAN

• Pemegang IUP dan IUPK wajib menggunakan jasa


perusahaan pertambangan lokal atau nasional, serta
perusahaan tersebut berbadan hukum INDONESIA.
• Dalam usaha pertambangan pemegang IUP dan IUPK yang
bertanggung jawab dalam usaha pertambangan tetap
pemegang IUP dan IUPK
• Pelaksana usaha jasa pertambangan baik berupa badan
usaha perseorangan, koperasi sesuai dengan klasifikasi dan
kualifikasi oleh mentri.
• Pelaku usaha jasa pertambangan wajib menggunakan
kontraktor dan tenaga kerja lokal.
• Pemberian izin mentri tidak terdapat perusahaan jasa
pertambangan atau sejenisnya di wilayah tersebut.
• Tidak ada perusahaan yang berminat dan mampu di wilayah
pemberian izin tersebut.
BAB 17
PENDAPATAN NEGARA DAN DAERAH

• Pemegang IUP dan IUPK wajib membayar pendapatan negara


dan daerah, pendapatan tersebut adalah pendapatan pajak
dan bukan pajak.
• Penerimaan tersebut adalah pajak yang sesuai ketentuan
undang-undang dan bea masuk dan cukai,
• Penerimaan tersebut berupa iuran tetap, iuran eksplorasi,
iuran produksi dan data informasi
• Pendapatan daerah berupa Pajak daerah, retribusi daerah,
pendapatan daerah yang sah sesuai undang-undang.
• Besarnya pajak dan penerimaan bukan pajak yang dipungut
dari pemegang IUP, IPR, dan IUPK Ditetapkan berdasarkan
ketentuan undang-undang.
• Besar tarif iuran produksi ditetapkan berdasarkan tingkat
pengusahaan, produksi, dan harga komoditas tambang
• Penerimaan daerah di setor langsung ke daerah dan di setor
kembali ke Negara setiap 3 bulan sekali.
BAB 18
PENGGUNAAN TANAH UNTUK KEGIATAN USAHA
PERTAMBANGAN
• Pemegan IUP eksplorasi dan IUPK eksplorasi telah
melaksanakan penyelesaian terhadap bidang-bidang tanah
yang diberikan hak atas tanah sesuai dengan ketentuan
undang-undang.
• Hak atas IUP, IPR, dan IUPK bukan merupkan pemilihan atas
hak tanah.
BAB 19
PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

• Mentri melakukan pembinaan terhadap penyelenggraan,


pengelolaan usaha pertambangan yang yang dilaksanakan
oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten kota.
• Mentri melakukan pengawasan terhadap penyelenggraan
kewenangan pengelolaan di bidang usaha pertambangan
• Gubernur/ wali kota wajib melaporkan pelaksanaan usaha
pertambangan di wilyahnya masing-masing sekurang-
kurangnya sekali dalam 6 bulan
• Pemerintah dapat memberikan teguran kepada pemerintah
daerah apabila dalam pengawasan tidak sesuai dengan
ketentuan undang-undang.
• Masyarakat yang terkena langsung dampak negatif terhadap
kegiatan pertambangan berhak memperoleh ganti rugi yang
layak/ melakukan gugatan ke pengadilan terhadap kerugian
dari kegiatan pertambangan.
BAB 20
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SERTA PENDIDIKAN DAN
PELATIAHN

• Pemerintah dan Pemerintah daerah wajib melaksanakan dan


memfasilitasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan
mineral dan batubara.
BAB 21
PENYIDIKAN

• Selain pejabat Polisi negara RI, pegawai negeri sipil juga dapat
di berikan wewenang sebagai penyidik sesuai dengan
ketentuan undang-undang
• Penyidik pegawai negeri sipil menyerahkan hsil hasil
penyelidikanya kepada pejabat polisi negara RI.
BAB 22
SANKSI ADMINISTRATIF

• Sanksi yang dimaksud adalah peringatan tertulis, penghentian


smentara, dan pencabutan IUP, IPR, dan IUPK.
• Pemerintah daerah apabila berkeberatan terhadap
pencabutan IUPK dapat mengajukan keberatansesuai undang-
undang.
• Setiap sengketa yang muncul pelaksanaan IUP, IPR dan IUPK
diselesaikan melalui pengadilan dan arbitrase dalam negeri
sesuai dengan undang-undang .
BAB 23
KETENTUAN PIDANA

• Setiap orang yang melakukan usaha pertambangan tanpa IUP,


IPR, dan IUPK dapat dipidana penjara paling lama 10 tahun
dan denda maksimal Rp. 10.000.000.000.00 (sepuuh miliyar
rupiah.
• Setiap orang yang melakukan kegiatan eksplorasi tanpa IUP
eksplorasi dapat dipidana paling lama lima tahun penjara dan
denda sepuluh milyar rupiah.
• Setiap orang yang merintangi dan mengganggu kegiatan
uasaha pertambangan dari pemegang IUP, dan IUPK yang
telahmemenuhi syarat-syarat dapat dipidana paling lama satu
tahun penjara dan denda seratus juta rupiah.
BAB 24
KETENTUAN LAIN-LAIN

• Setiap masalah yang timbul terhadap pelaksanaan IUP, dan


IUPK yang berkaitan dengan dampak lingkungan diselesaikan
dengan ketentuan perundang-undangan.
• WP dikelola oleh Mentri dalam suatu sistem informasi WP
yang terintegrasi secara nasional untuk melakukan
penyeragaman mengenaisistem koordinat dan peta dasar
penerbitan WIUP, WIUPK, WPR, dan WPN.
• Untuk melakukan investasi di bidang pertambangan
pemerintah dapat memberikan keringanan dan fasilitas
perpajakan sesuai undang-undang kecuali dintentukan lain
dalam IUP, dan IUPK.
BAB 25
KETENTUAN PERALIHAN

• Pemegang kontrak karya pengusahaan pertambangan batubara


yang telah melakukan tahapan eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, atau produksi paling lambat satu tahun sejak
berlakunya undang-undang ini harus menyampaikan seluruh
kegiatan pada seluruh wilayah kontrak sampai dengan jangka
waktu berakhirnya kontrak perjanjian untuk mendapatkan
persetujuan pemerintah.
• Permohonan kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan
pertambangan batubara yang telah diajukan kepada mentri
paling lambat satu tahun sebelum beralkunya undang-undang ini
sudah mendapatkan persetujuan dan surat izin penyelidikan
pendahuluan dan dapat diproses perizinanya tanpa melalui lelang
BAB 26
KETENTUAN PENUTUP

• Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, undang-undang


nomor 11 tahun 1967 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
• Pada saat UU ini mulai berlaku semua peraturan UU no. 11 th.
Tentang ketentuan pokok pertambangan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam UU
ini.

Anda mungkin juga menyukai