Anda di halaman 1dari 14

HAK GUNA USAHA

UNTUK KEPASTIAN
HUKUM
MUH .MUSDAR. SH
Kepala Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri Soppeng
HAK GUNA USAHA
• Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 Peraturan Dasar Pokok
Pokok Agraria HAK GUNA USAHA “Hak untuk mengusahakan
tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka
waktu sebagaimana tersebut dalam pasal 29, guna
perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan”. (Pasal 28
ayat 1 UUPA)
Jangka Waktu : (Pasal 29 ayat 1 UUPA)

• Hak Guna Usaha untuk waktu paling lama 25 tahun , Hak Guna
Usaha dapat diberikan untuk waktu paling lama 35 tahun
(untuk perusahaan yang memerlukan jangka waktu lebih lama
dari 25 tahun) dan dapat diperpanjang dengan waktu paling
lama 25 tahun.(Pasal 29 ayat 1 UUPA)
• Hak Guna Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
diberikan untuk jangka waktu paling lama 35 tahun dan dapat
diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 25 tahun.
Sesudah jangka waktu Hak Guna Usaha dan perpanjangannya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berakhir, kepada
pemegang hak dapat diberikan pembaharuan Hak Guna Usaha
di atas tanah yang sama.(Pasal 8, PP No.40/1996)
KEWENANGAN PEMBERIAN HAK GUNA USAHA

• Kakanwil BPN Propinsi tidak lebih dari m2 (≤ 200 ha)


• Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Pemberian Hak Atas
Tanah yang tidak dilimpahkan kewenangannya kepada
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi.
Peraturan Ka. BPN Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pelimpahan
Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan
Pendaftaran Tanah Tertentu
Terjadinya Hak Guna Usaha
• Terjadinya Hak : Penetapan Pemerintah (beschikking)
• Lahirnya hak : sejak didaftarkan pada Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota dan dicatat pada buku tanah
Subyek Hak Guna Usaha
• Subyek Hak Guna Usaha (Pasal 30 ayat 1 UUPA jo. Pasal 2 PP
No. 40/1996 jo. Pasal 17 Permenag/Ka.BPN No. 9/1999) :
a. Warga Negara Indonesia
b. Badan Hukum didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia
Obyek Hak Guna Usaha
• Tanah kawasan hutan yang dapat dikonversi perlu
pelepasan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan
• Tanah Negara
• Tanah yang mempunyai hak harus dilepaskan kepada
Negara terlebih dahulu
• Di atas tanah yang dimohon terdapat tanaman atau
bangunan milik pihak lain yg keberadaannya berdasarkan
alas hak yg sah, maka pemilik tanaman atau bangunan
tsb harus mendapat ganti kerugian
Catatan : Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan Pasal 22 ayat (4) Pemohon dilarang
memindahtangankan persetujuan prinsip pelepasan kawasan hutan kepada pihak lain
tanpa persetujuan Menteri
Prinsip-prinsip Pemberian HGU

• Clear : Dokumen permohonan dan persyaratannya lengkap


dan layak diproses sesuai ketentuan dan peraturan
perundang-undangan
• Clean : Tidak ada sengketa, konflik dan perkara dengan pihak
lain, terhadap lahannya.
Permasalahan yang sering ditemui
• Pembebasan lahan / perolehan lahan belum tuntas.
• Pembebasan lahan di luar Ijin Lokasi dan atau di luar batas
waktu Ijin Lokasi
• Batas wilayah administratif pemerintahan tidak jelas (batas
desa, batas kecamatan, batas kabupaten).
• Plasma belum terbangun dan belum diserahkan kepada yang
berhak.
• Tumpang Tindih Perizinan (tumpang tindih antar ijin lokasi,
tumpang tindih IL dengan ijin pertambangan, tumpang tindih
IL vs IUP perusahaan lain, dsb).
• Tanah yang dimohon masuk dalam kawasan hutan.
• Masalah di luar pertanahan seperti Masalah ketenagakerjaan,
CSR yang tidak merata, dsb.
Pemecahan Masalah
• Bahwa apabila pembebasan tanah belum keseluruhan dapat
diselesai perusahaan, areal yang dapat diajukan untuk
permohonan Hak Guna Usaha hanya areal yang telah
dibebaskan saja dilengkapi dengan bukti bukti pembebasan
tanahnya
• Bahwa permasalahan sengketa batas antara desa, kecamatan
dan kabupaten, diselesaikan oleh Pemerintah Kabupaten dan
Pemerintah Provinsi, apabila telah ada penyelesaian, bukti
buktinya dapat disampaikan untuk mendukung proses
permohonan Hak Guna Usaha
Lanjutan Pemecahan Masalah
• Bahwa terhadap tumpang tindih perijinan, harus ada
penyelesaian terlebih dahulu sebelum diajukan permohonan
Hak Guna Usahanya
• Untuk masalah tumpang tindih izin perkebunan dengan izin
pertambangan , sesuai dengan Surat Edaran Kepala BPN RI No.
5/SE/VI/2014 tanggal 18 Juni 2014 maka apabila :
• > Izin pertambangan terbit setelah Izin Lokasi perkebunan
diterbitkan, permohonan h.a.t. dapat diproses tanpa
persetujuan pemegang izin usaha pertambangan.
• > Izin usaha pertambangan diterbitkan lebih dahulu dari izin
lokasi perkebunan, permohonan h.a.t. dapat diproses setelah
mendapat persetujuan dari pemegang izin usaha
pertambangan.
Lanjutan
• Apabila permohonan HGU tanahnya berasal dari pelepasan
kawasan hutan, perusahaan wajib membangun kebun untuk
masy sebesar 20 % dari total luas kawasan hutan yang
dilepaskan dan wajib memfasilitasi pembangunan kebun masy
tsb.
• Apabila dalam SK Pelepasan Kawasan Hutan tsb tidak
mensyaratkan membangun kebun masy sebesar 20 % dari
total luas kawasan hutan yang dilepaskan, perusahaan tetap
wajib membangun kebun masyarakat paling rendah 20 % dari
luas areal IUP-B (untuk budidaya) dan IUP Pengolahan.
BIAYA YANG DIKENAKAN
• Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2010 ttg. Jenis Dan Tarif
Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada
BPN, untuk pelayanan pendaftaran tanah pertama kali, tarif
antara lain :
• Biaya pengukuran
• Biaya pemeriksaan tanah
• Biaya pendaftaran tanah
SEKIAN DAN TERIMAKASI

Anda mungkin juga menyukai