OLEH :
MOHAMMAD SURIYAIDULMAN RIANSE
NPM : 212180013
KONSENTRASI GEOMEKANIKA
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN STUDI EKSKURSI
Oleh :
MOHAMMAD SURIYAIDULMAN RIANSE
NPM : 212180013
Tanggal : .....................................................
Menyetujui,
Ketua Program Studi
Magister Teknik Pertambangan
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................1
1.1. Maksud dan Tujuan.............................................................................................. 1
1.2. Pelaksanaan Kegiatan dan Obyek Kunjungan......................................................2
1.4. Manfaat kegiatan ..................................................................................................2
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................................47
iv
5.2 Saran.....................................................................................................................47
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 4.3. Lokasi pemetaan kekar CBT_951_XC10_STH.........................................32
Gambar 4.4. Lokasi pemetaan kekar CBT_Decline........................................................32
Gambar 4.4. Lokasi pemetaan kekar CBT_Decline........................................................32
Gambar 4.5. Pengujian kuat tekan...................................................................................33
Gambar 4.6. Stereonet bidang diskontinu CBT_996_XC8_STH....................................34
Gambar 4.7. Stereonet bidang diskontinu CBT_966_XC9_STH....................................35
Gambar 4.8. Stereonet bidang diskontinu CBT_951_XC10_STH..................................35
Gambar 4.9. Stereonet bidang diskontinu CBT_Decline................................................36
Gambar 4.10. Kondisi lubang bukaan CBT_996_XC8_STH.........................................42
Gambar 4.11. Kondisi lubang bukaan CBT_966_XC9_STH.........................................43
Gambar 4.12. Kondisi lubang bukaan CBT_951_XC10_STH.......................................43
Gambar 4.13. Kondisi lubang bukaan CBT_Decline......................................................43
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Mengenalkan secara langsung kepada mahasiswa tentang fenomena industri
pertambangan, sehingga mahasiswa mampu melakukan kajian apakah proses yang
berlangsung sudah sesuai atau perlu perbaikan atau peningkatan.
3. Sebagai salah satu syarat untuk mengambil mata kuliah tesis yang merupakan
mata kuliah wajib yang ditempuh oleh mahasiswa Magister Teknik
Pertambangan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
2
BAB II
TINJAUAN UMUM
3
November 2010 hingga 28 Juli 2016 atas kepemilikan saham PT Cibaliung
Sumberdaya oleh PT Aneka Tambang. Sesuai dengan Izin Usaha Pertambangan
(IUP) Eksplorasi Nomor 541/200BPPT/XII/2009. PT Cibaliung Sumberdaya
memiliki wilayah KP eksplorasi seluas 6.471 hektar dan luas KP eksploitasi seluas
1.340 hektar.
4
daerah IUP Eksplorasi Cibaliung terletak di Kecamatan Cimanggu, Kabupaten
Pandeglang, Provinsi Banten. Lokasi tambang PT Cibaliung Sumberdaya dapat
dicapai melalui jalur darat dengan kendaraan roda empat selama kurang lebih 6 jam
dari Jakarta atau dengan jarak kurang lebih 202 Km.
5
Gambar 2.3. Peta Geologi Regional Banten dan Jawa Barat
2.3.2. Fisiografi
Van Bemmelen (1949) membagi Jawa Barat menjadi lima zona fisiografi yang
terdiri dari Dataran Rendah Pantai Jakarta, zona Bandung, zona Bogor, Pegunungan
Bayah dan Pegunungan Selatan, lihat (Gambar 2.4). Daerah ekskursi ini termasuk
kedalam Pegunungan Bayah (Bemmelen,1949).
6
Dari sudut pandang tektonik lempeng, pada zaman Tersier, Jawa Barat Utara
merupakan suatu cekungan belakang busur (foreland basin) dan busur magmatic
(magmatic arc) di bagian Selatannya. Daerah penelitian merupakan bagian dari busur
magmatik (magmatic arc), dan telah mengalami migrasi ke arah Selatan sejak zaman
Kapur Atas, Miosen, sampai Kuarter.
1. Formasi Cimapag
Formasi ini terdiri dari dua bagian, bagian bawah terdiri dari litologi breksi aneka
bahan, lava andesit, batupasir, batulempung, batugamping, konglomerat, aglomerat
dan tuf; bagian atas terdiri dari tuf dasit, lava andesit, dan tuf breksi. Umurnya
diduga Miosen Awal.
2. Formasi Honje
Satuan ini terdiri dari litologi berupa breksi gunungapi, tuf, lava, andesit-basal, dan
kayu terkersikkan. Formasi ini diduga berumur Miosen Akhir berdasarkan sebagian
dari satuan batuan ini yang menjemari dengan Formasi Bojongmanik. Tebal Formasi
Honje diperkirakan berkisar dari 500–600 m. Sebarannya terdapat di sekitar Gn.
Honje, Gn. Tilu, dan daerah Citerureup; setempat diterobos batuan andesit-basalt
(Sudana dan Santosa, 1992).
3. Formasi Bojongmanik
Formasi Bojongmanik terdiri dari litologi berupa perselingan batupasir dan
batulempung bersisipan napal, batu gamping, konglomerat, tuf, dan lignit. Fosilfosil
foraminifera yang ditemukan pada satuan ini menunjukkan umur Miosen Akhir-
Pliosen. Selain fosil foraminifera ditemukan juga pecahan moluska, ostrakoda,
ekinoid, dan kerang dengan lingkungan pengendapan darat hingga laut dangkal.
Tebal formasi ini diperkirakan mencapai 400 m (Sudana dan Santosa, 1992).
4. Formasi Cipacar
Formasi ini terdiri dari tuf, tuf berbatuapung, batupasir tuf, batulempung tuf, tur
breksi, dan napal.Satuan ini umumnya berlapis baik dan tebalnya diperkirakan ±250
m, ditindih tak selaras oleh Formasi Bojong dan satuan batuan yang lebih muda.
7
Fosil-fosil foraminifera dalam formasi ini menunjukkan umur relatif Pliosen
(N19N21). Dalam formasi ini dijumpai pula fosil moluska, kerang–kerangan dan
ostrakoda. Lingkungan pengendapannya adalah darat-laut dangkal (Sudana dan
Santosa, 1992).
5. Andesit-Basalt
Batuan terobosan berupa andesit dan basalt yang diduga berumur Pliosen.Satuan ini
menerobos Formasi Cimapag dan Formasi Honje (Sudana dan Santosa, 1992).
6. Formasi Bojong
Formasi ini terdiri dari litologi berupa batu pasir gampingan, batu lempung
karbonan, napal, lensa batu gamping, tuf, dan gambut.Formasi ini umumnya berlapis
baik, tebalnya antara 150-200 m, ditindih tak selaras oleh satuan batuan yang lebih
muda. Fosil-fosil foraminifera yang ditemukan pada formasi ini menunjukkan umur
relatif Pleistosen atau N22. Lingkungan pengendapannya adalah litoral luar (Sudana
dan Santosa, 1992).
7. Volkanik Kuarter
Batuan gunungapi Kuarter terdiri dari litologi breksi gunungapi, aglomerat, dan
tuf.Satuan ini tebalnya diperkirakan lebih dari 100 m dan umurnya diduga Pleistosen
(Sudana dan Santosa, 1992).Berdasarkan Sudana dan Santosa (1992), daerah
Sindanglaya dan sekitarnya termasuk ke dalam dua satuan batuan, yaitu Formasi
Bojongmanik dan Formasi Honje. Formasi Honje merupakan nama formasi baru
yang diusulkan Sudana dan Santosa tahun 1992 untuk endapan volkanik dengan
lokasi tipe terletak di Pegunungan Honje, Cimanggu, Banten Selatan. Morfologi
daerah provinsi banten pada umumnya dapat dibagi menjadi 3 daerah morfologi
yaitu morfologi dataran terletak di bagian utara dan sebagian selatan dengan elevasi
< 100 mdpl, morfologi perbukitan landau terletak di bagian tengah dengan elevasi
antara 100 sampai dengan 500 mdpl, dan kelompok perbukitan terjal terletak di
bagian tengah kearah timur dengan elevasi > 500 mdpl.
Desa Cibaliung termasuk ke dalam kelompok daerah yang dikelilingi perbukitan
landai dengan elevasi 100-500 mdpl dan dataran dengan elevasi < 100 mdpl dan
lokasi tersebut memiliki jarak yang dekat ke arah laut bagian selatan.Bijih emas di
Cikoneng - Cibitung terbentuk oleh beberapa fase urat kuarsa “low sulfidation
8
adularia-sericite” dalam sistem epitermal. Model geologi yang terdiri dari dua
tahapan mineralisasi utama antara lain sebagai berikut (Leach 2002 & 2003). Untuk
dapat melihat tahapan-tahapan mineralisai tambang emas PT Cibaliung. Sumberdaya
dapat dilihat pada gambar 2.5.
9
Gambar 2.5. Tahapan Mineralisasi Tambang Emas Cibaliung
Kondisi topografi pada daerah tambang emas PT Cibaliung Sumberdaya pada
umumnya bergelombang (Undulating) sampai berbukit dengan kisaran ketinggian
30 sampai dengan 300 meter di atas permukaan laut. Perbukitan yang lebih tinggi
terletak di sebelah barat lokasi penambangan PT Cibaliung Sumberdaya yaitu
Gunung Honje dengan ketinggian 620 meter yang termasuk kedalam kawasan taman
nasional ujung kulon.
10
(Sumber: Departemen Kendali Mutu PT Cibaliung Sumberdaya)
Gambar 2.6. Peta Geologi PT Cibaliung Sumbardaya
Secara struktur geologi, prospek emas di KP. Eksplorasi Cibaliung terletak dalam
koridor struktur yang berarah baratlaut-tenggara dengan lebar 3,5 km dan panjang 6
km. Dua struktur yang berarah utara baratlaut-selatan tenggara, yang kaya cadangan
emas adalah urat Cikoneng di sebelah utara dan urat Cibitung di sebelah selatan. Urat
yang mengandung emas ini masing-masing memiliki ukuran tebal 110 meter,
panjang 140-200 meter, dengan kedalaman sampai lebih 300 meter dan masih
menerus ke bawah. Mineralisasi emas - perak di IUP Eksplorasi Cibaliung terdapat
di dalam urat kuarsa yang dapat dikategorikan sebagai mineralisasi tipe “low
sulphidation epithermal adularia-sericite”(Hayba, 1985; Bonham, 1986)
atau“epithermal quartz gold-silver vein” (Corbett & Leach, 1998; Leach & Corleet,
2000) (Gambar 2.7).
11
Gambar 2.7. Peta Geologi Area Cibaliung dan Lokasi Lubang Bor (Modifikasi
menurut Angeles, 2002)
12
(Sumber: Dokumen Departemen OHSE PT Cibaliung Sumberdaya)
13
BAB III
KEGIATAN PENAMBANGAN
14
mainway diperpanjang terlebih dahulu sebelum kegiatan filling untuk mengisi ruang
yang terbentuk dilakukan.
15
c. Pembuatan akses keluar darurat (lower shaft), yang bertujuan sebagai jalan keluar
darurat vertikal menuju permukaan.
2. Pengeboran (Drilling)
Dalam melakukan kegiatan pengeboran, alat bor yang digunakan adalah jumbo drill
Tamrock Minimatic HS205D (Gambar 3.3), Terex MK35HE, dan Jackleg dengan
mata bor berjenis button bit (Jumbo Drill) dan chisel bit (Jackleg) diameter 45 mm.
16
3. Peledakan (blasting)
Kegiatan peledakkan diawali dengan pembersihan batuan di sekitar lokasi peledakan.
Selanjutnya dilakukan kegiatan charging atau pengisian bahan peledak. Kegiatan
peledakan dilakukan disetiap akhir shift kerja. Hal ini bertujuan untuk keamanan dan
memberi waktu untuk pembersihan asap atau smoke clearing.
4. Pembersihan (scalling)
Kegiatan ini bertujuan untuk menjatuhkan batuan yang menggantung pada atap dan
dinding lubang bukaan, termasuk batuan yang mungkin akan jatuh bila di sekitar
batuan tersebut terdapat aktivitas seperti pengangkutan (mucking). Scalling
dilaksanakan setelah tahap pembersihan lombong dari gas-gas hasil peledakan
(smoke clearing) dengan menggunakan fan yang dapat dipindah-pindahkan.
5. Penyanggaan (supporting)
Tujuan utama dari penyanggaan adalah untuk memperkuat batuan agar tidak runtuh
(Gambar 3.4). Selain itu penyanggan juga berfungsi untuk menghindari adanya
jatuhan batuan akibat dari bidang lemah, baik itu akibat dari aktivitas peledakan
maupun bidang lemah yang terjadi secara alami, sehingga proses produksi dapat
berjalan dengan aman dan lancar. Sistem penyanggaan yang digunakan adalah
splitset, wiremesh, shortcrete, cribbing, concrete, dan steelset.
17
6. Pemuatan dan Pengangkutan (Mucking dan Hauling)
Kegiatan ini merupakan serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil dan
memuat material hasil pembongkaran ke dalam suatu alat angkut atau suatu tempat
penampungan material.
18
cut and fill. Sebelum kegiatan ini dilakukan perlu dilakukan pemasangan barikade
(bulkhead) selebar lombong dan stek untuk menaikkan mainway. Setelah mainway
sudah lebih tinggi dari lombong yang akan diisi, kemudian selanjutnya dilakukan
penambahan pemasangan kayu (Gambar 3.7).
Barikade dibuat tidak terlalu rapat kemudian ditutup dengan filter yang nantinya
sebagai jalan air keluar dari lombong yang akan diisi. Kemudian setelah itu pipa
backfill yang merupakan kelanjutan dari pipa pompa pabrik yang mengalirkan slurry
ke lombong dinaikkan dan disambung dengan pipa horizontal yang ujungnya
dikecilkan.
Pada penyelesaian akhir barikade dan mainway dibungkus geotextile atau filter dan
diperkuat dengan timbunan karung plastik yang diisi dengan waste yang sudah
dicampur dengan semen dan air, dan dilakukan pengecekan menyuluruh mengenai
kondisi lombong dan kontruksi yang telah dikerjakan.
19
Gambar 3.8. Barikade (Bulkhead) pada heading yang akan dilakukan filling
20
3.2. Klasifikasi Massa Batuan Untuk Penentuan Penyanggan
Klasifikasi massa batuan merupakan dasar menentukan sistem penyanggaan yang
digunakan di PT. Cibaliung Sumberdaya (Gambar 3.10 dan Gambar 3.11).
Berdasarkan penelitian Finanti Puja Dwikasih, 2019, klasifikasi massa batuan di
tambang emas bawah tanah PT. Cibaliung Sumberdaya menggunakan klasifikasi
RMR (Bieniawski, 1989) dan Q System (Barton, dkk. 1974). RQD dihitung
berdasarkan pengukuran persentase kekar di lapangan. Pada pengamatan lapangan
juga diukur spasi diskontinuitas, panjang kemenerusan, bukaan kekar (aperture),
kekasaran kekar, isian, pelapukan diskontinuitas, kondisi air, dan orientasi bidang
diskontinu terhadap lubang bukaan bawah tanah.
21
Sedangkan untuk Q System, digunakan dari hasil RMR yang dikonversikan ke nilai
Q. Sedangkan berdasarkan Q System, blok Cibitung dan blok Cikoneng berkisar antara
very poor sampai poor
Cikoneng pada elevasi 1190 mdpl, setelah dicabangkan, banyaknya aliran udara
bersih yang masuk ke Blok Cikoneng sebanyak 56,28 m3/s, sedangkan yang masuk
ke Blok Cibitung 84,1 m3/s. Udara bersih yang mengalir ke Blok Cikoneng
dicabangkan ke akses utama (Decline adit) Cikoneng sebanyak 8,11 m3/s s (14,4%
dari total aliran udara di Blok Cikoneng) dan ke CKN_XC2 sebanyak 31,44 m 3/s
(85,6% dari total aliran udara di Cikoneng).
22
Gambar 3.12. Exhausting Main Fan
Tujuan dari penelitian tersebut adalah melakukan evaluasi terhadap sistem jaringan
pada rute CKN_XC2 dan rute Decline adit Cikoneng, kemudian menganalisis
penyebab pemasalahan yang timbul pada kedua rute sistem jaringan tersebut dan
melakukan upaya tidakan perbaikan guna mengatasi permasalahan di Decline adit
Cikoneng.
Booster Fan (Gambar 3.14) yang digunakan untuk mendistribusikan udara bersih ke
setiap tempat kerja memiliki daya dan ukuran yang berbeda, yakni Booster fan @ 37
kW dan Booster Fan 2 @ 55 kW. Booster Fan 37 kW mampu menghasilkan aliran
udara sekitar 7 m3/s sampai 13,25 m3/s dan total pressure fan ini sebesar 3000 Pa
sampai 600 Pa. Untuk Booster Fan 2 @ 55 kW mampu menghasilkan aliran udara
sekitar 15 m3/s sampai 34 m3/s dengan total pressure sekitar 4041,7 Pa sampai 600
Pa.
Booster Fan yang terpasang di lokasi – lokasi, seperti di CKN_XC2 dipasang 2 (dua)
unit Booster Fan dengan daya @ 37 kW pada elevasi 1124 mdpl yang dioperasikan
23
secara seri, di CKN_XC4_ACC dipasang 1 (satu) unit Booster Fan dengan daya @
37 kW pada elevasi 1081 mdpl yang dioperasikan secara seri dan di Decline adit
Cikoneng dipasang 1 (satu) unit Booster Fan dengan daya 2 @ 55 kW pada elevasi
1079 mdpl yang dioperasikan secara seri.
24
Gambar 3.14. Jaringan Distribusi Aliran Udara Tambang Bawah Tanah
Cibaliung (Widiatmojo Arif, 2013)
25
Gambar 3.15. Banjir pada heading produksi
Kondisi air tanah pada blok Cibitung adalah basah menetes sampai mengalir.
Apabila terlambat dilakukan pemompaan, air akan sangat cepat menggenang
sehingga kondisi heading menjadi banjir (Gambar 3.15). Keadaan ini tentu saja
mempersulit para pekerja untuk melakukan aktivitas penambangan.
3.4.2. Kajian Sistem Penyaliran
Sistem penyaliran tambang di PT. Cibaliung Sumberdaya menggunakan metode
Mine dewatering yang merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk
ke daerah penambangan dengan cara air yang ada pada heading dan decline adit
dipompa ke kolam penampungan (sump cuddy) kemudian dari sump cuddy dipompa
ke pumpstation (Thruflo) dan dari pumpstation dipompa ke luar ke permukaan.
Pompa yang digunakan adalah pompa pneumatik dan pompa listrik 11 KW. Pompa
angin dapat memompa debit air 6 liter/detik dan pompa listrik 11 KW dengan
kapasitas pompa 10 liter/detik.
Sistem penyaliran tambang menggunakan 2 pompa utama yang memompa ke
permukaan (surface), dan 3 pompa pembantu yang menyuplai ke pompa utama.
Pompa utama yang digunakan adalah jenis TF 086 dan TF 104, sedangkan pompa
pembantu yang digunakan adalah Wilden T15 dan Gawa.
3.4.1. Pompa
Pemompaan dilakukan karena air yang berada pada decline adit dan heading tidak
dapat dialirkan dengan memanfaatkan gravitasi sehingga untuk mengalirkan air yang
ada pada heading harus dilakukan pemompaan. Analisis yang dilakukan berkaitan
26
dengan spesifikasi pompa untuk mengalirkan air yang berada pada Decline adit dan
Heading. Spesifikasi pompa yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1 sedangkan
sistem penyaliran di Blok Cibitung dapat dilihat pada Gambar 3.16.
Tabel 3.1. Data Spesifikasi Pompa
27
dan screening kemudian digiling (milling) agar memiliki ukuran yang sesuai untuk
tahap selanjutnya. Setelah ukuran sesuai, selanjutnya diolah dengan proses metalurgi.
Sisa-sisa dari proses ini nantinya akan dimasukkan ke dalam tailing treatment dan
nantinya akan ditampung dalam tailing dam atau digunakan kembali sebagai material
pengisi lombong.
3.5.1. Kominusi
Kominusi merupakan tahapan untuk mereduksi ukuran bijih dengan tujuan utama
untuk memisahkan logam berharga dari bijih serta memperluas luas permukaan bijih
agar proses pelindihan dapat berjalan lebih cepat.
1. Crushing
Crushing merupakan proses peremukan bijih melalui cara mekanis, batuan yang
berasal dari tambang akan diremukkan menjadi lebih kecil. Proses ini merupakan
proses awal dari pengolahan bijih.
2. Grinding
Grinding atau penggerusan merupakan tahapan lanjutan dari proses peremukan.
Tahap ini merupakan tahapan akhir dari proses kominusi. Melalui tahap ini akan
didapat butiran dengan ukuran lebih kecil lagi yang selanjutnya akan dilakukan
proses pelindian.
3. Screening
Screening merupakan proses pemisahan partikel yang diinginkan dengan partikel
pengotor secara mekanis. Proses ini dilakukan pada partikel yang memiliki partikel
yang relatif berukuran besar.
28
Gambar 3.17. Proses Pengolahan Bijih Emas PT. Cibaliung Sumberdaya
29
3.5.3. Ekstraksi (Leaching)
Leaching merupakan proses pelarutan selektif dan hanya logam-logam tertentu yang
dapat larut. Pemilihan metode pelindian tergantung pada kandungan logam berharga
dalam bijih dan karakteristik bijih mudah atau tidak bijih dilindih oleh reagen kimia
tersebut.
Hasil dari proses klasifikasi nantinya akan dicampur dengan sianida (NaCN) untuk
melakukan pelarutan selektif. Selanjutnya dilakukan proses penyerapan Au dan Ag
dengan menggunakan karbon aktif dan selanjutnya karbon yang berkadar Au > 1000
ppm dilepas dengan menggunakan sianida.
3.5.4. Recovery
Pada tahap recovery logam Au dan Ag yang lepas dalam bentuk ion akan ditangkap
dengan menggunakan proses elektrolisis sebanyak 3-4 kali. Logam Au yang melekat
di katoda dilepas dengan cara dibakar pada suhu 1.0000C- 1.2000C hingga
membentuk dore bullion. Kemudian bullion tersebut akan dicetak dalam bentuk
lempengan-lempengan.
Pada jenis proses pengolahan sianidasi ini menggunakan baham kimia sodium
sianidasi berkadar 0,1% sehingga kemungkinan besar material backfill masih
mengandung sianida. Oleh karena itu, pada tahap pengolahan pada pabrik terdapat
proses yang berfungsi sebagai perusak sianida supaya kadar sianida dalam tailing
selalu dibawah ambang batas yang diinginkan dalam AMDAL yaitu kurang dari 0,5
ppm. Sehingga kadar sianida dalam tailing sebelum dibuang ke tambang sebagai
material backfill dan dibuang ke sungai dapat dikurangi.
30
Penanganan limbah dilakukan dengan 2 cara (gambar 3.19), yaitu cara alamiah dan
cara kimia. Limbah dari hasil pengolahan nantinya akan dialirkan melalui pipa.
Penanganan secara alamiah dilakukan di dalam tailing dam. Kemudian
penanganannya dilakukan secara kimiawi yang dilakukan Cyanide Detruction Plant
dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). CN - yang kemungkinan masih ada
diatasi dengan menambahkan H2O2, CuSO4, koagulant, dan flouculant. Penambahan
dilakukan hingga tingkat kekeruhan tertentu yang diijinkan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Sebelum dibuang ke sungai, air hasil pengolahan limbah dialirkan terlebih dahulu ke
sumur pengendapan untuk diturunkan persentase butirannya (Gambar 3.20). Material
hasil dari backfill cyclone yang ukurannya lebih besar dari 10 mikron akan dibawa ke
pabrik backfill dan material yang ukurannya lebih kecil dari 10 mikron akan dibawa
ke tailing dam. Hasil pengendapan setelah ditambahkan bahan-bahan di atas akan
berupa lumpur yang tidak mengandung bahan - bahan berbahaya. Lumpur tersebut
selanjutnya dialirkan kembali ke dalam tambang dengan menggunakan pipa untuk
kegiatan back filling.
31
Gambar 3.19. Proses Pengolahan Limbah PT. Cibaliung Sumberdaya
32
BAB IV
KLASIFIKASI DAN KEKUATAN MASSA BATUAN BLOK CIBITUNG
Karakterisasi dan klasifikasi massa batuan diperlukan sebagai data empirik dalam
mengestimasi kekuatan massa batuan. Klasifikasi massa batuan yang digunakan
adalah Rock Mass Rating (RMR). Berdasarkan jenisnya, lubang bukaan di PT.
Cibaliung Sumberdaya terbagi menjadi 2 (dua), yaitu lubang bukaan produksi dan
lubang bukaan development. Lubang bukaan produksi adalah lubang bukaan yang
berada persis di dalam badan bijih. Sedangkan lubang bukaan development adalah
lubang bukaan yang dibuat sebagai akses (decline adit) untuk mencapai ke badan
bijih. Selain itu, lubang bukaan development juga dapat berupa shaft, muckbay,
maupun lunch room.
Kegiatan awal yang dilakukan untuk mendapatkan karakterisasi massa batuan adalah
dengan melakukan pemetaan kekar pada heading produksi dan development.
Pemetaan dilakukan setiap setelah peledakan. Pengamatan melalui pemetaan kekar
dilakukan berdasarkan kemajuan dari masing-masing lubang bukaan tersebut. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan ketelitian data sehingga data karakterisasi massa
batuan lebih valid. Kemajuan rata–rata setiap peledakan sekitar 1–1,5 meter. Berikut
adalah peta hasil pemetaan kekar.
33
Gambar 4.2. Lokasi pemetaan kekar CBT_966_XC9_STH
34
4.1. Uji Kuat Tekan Batuan Utuh (UCS)
Uji kuat tekan (UCS) dilakukan untuk mendapatkan kekuatan batuan utuh. Titik
pengambilan sampel adalah pada lubang bukaan produksi dan development. Pada
lubang bukaan produksi, sampel batuan yang diambil adalah kuarsa (ore), sedangkan
pada lubang bukaan development sampel batuan yang diambil berupa breksi andesit
(waste).
35
ketiga pengukuran ini kemudian akan dirata-rata untuk mendapatkan nilai RQD pada
lubang bukaan tersebut. Tabel berikut adalah RQD rata-rata tiap lokasi (Tabel 4.2).
Tabel 4.2. Hasil Pengukuran RQD
RQD (%)
Lokasi
Heading Kiri Heading Tengah Heading Kanan Rata-Rata
CBT_996_XC8_STH 65 66 68 66
CBT_966_XC9_STH 56 49 51 52
CBT_951_XC10_STH 64 56 57 59
CBT_Decline 66 67 78 70
36
Gambar 4.7. Stereonet bidang diskontinu CBT_966_XC9_STH
37
Gambar 4.9. Stereonet bidang diskontinu CBT_Decline
38
4.5. Sifat fisik dan sifat mekanik batuan
39
4.6. Sifat Rockbolt dan Shotcrete
Dalam melakukan analisis, dibutuhkan data mengenai propertis dari rockbolt dan
shotcrete yang akan digunakan. Selain itu kombinasi dari beberapa ukuran rockbolt
dan tebal dari shotcrete yang digunakan untuk penyanggaan juga apat dihitung dan
ditentukan. Rockbolt yang digunakan di PT Cibaliung Sumberdaya untuk
penyanggaan adalah dari jenis splitset. Sementara shotcrete yang digunakan dari dua
jenis pencampuran yaitu wet shotcrete dan dry shotcrete. Berikut data sifat dari
splitset dan shotcrete yang digunakan untuk analisis kecukupan sistem penyanggaan
di masing-masing lokasi (Tabel 4.7).
Tabel 4.7. Propertis Splitset
40
Tabel 4.9. Arah umum bidang diskontinu lokasi pengukuran
41
4.7.5. Parameter Kondisi Kekar
Dalam melakukan pemetaan kekar, parameter kondisi kekar yang diukur adalah
persistensi (kemenerusan), pemisahan bukaan (aperture), kekasaran, isian, dan
tingkat pelapukan. Berikut adalah tabel kondisi kekar lokasi pengamatan (Tabel
4.12).
42
4.7.8. Penentuan Nilai dan Kelas RMR
Parameter yang digunakan untuk mengklasifikasikan massa batuan dari keempat
lokasi penelitian menggunakan klasifikasi RMR telah diketahui sebelumnya. Setiap
parameter memiliki bobot yang harus dijumlahkan untuk mengetahui kelas dari
massa batuan. Pada Tabel 4.15 – Tabel 4.18 dapat dilihat kondisi massa batuan untuk
setiap lokasi penelitian berdasarkan sistem RMR.
43
Tabel 4.17. Nilai RMR CBT_951_XC10_STH
44
Gambar 4.10. Kondisi lubang bukaan CBT_996_XC8_STH
45
Gambar 4.13. Kondisi lubang bukaan CBT_Decline
46
Tabel 4.19. Kekuatan massa batuan kuarsa (ore) dan breksi andesit berdasarkan Kriteria Hoek-Brown, analisis balik, dan nilai
FK tiap sisi lubang bukaan
Keterangan :
FK >1 (Stabil/Aman)
FK = 0,9 (Ambruk/Tidak aman)
47
4.8. Klasifikasi Dan Kekuatan Massa Batuan Blok Cibitung
4.8.1. Karakteristik Dan Klasifikasi Massa Batuan Blok Cibitung
Berdasarkan klasifikasi RMR, diketahui bahwa karakteristik massa batuan tiap-tiap
lubang bukaan blok cibitung berbeda-beda. Massa batuan blok cibitung berkisar dari
kelas III (fair) sampai Kelas IV (poor). Pada lubang bukaan CBT_966_XC9_STH,
CBT_951_XC10_STH, dan CBT_Decline, klasifikasi massa batuan adalah Kelas III
(fair) dengan nilai RMR berkisar dari 43-56. Untuk CBT_996_XC8_STH klasifikasi
massa batuan adalah kelas IV (poor) dengan nilai RMR 38. Pada lubang bukaan
produksi nilai RMR cenderung lebih kecil dibandingkan pada lubang bukaan
development (CBT_Decline). Hal ini menjelaskan bahwa kekuatan massa batuan
pada lubang bukaan produksi lebih rendah dibandingkan pada lubang bukaan
development. Tabel 4.20 berikut adalah karakteristik dan klasifikasi massa batuan
Blok Cibitung.
48
Berdasarkan hasil analisis balik melalui permodelan numerik, terjadi penurunan
kekuatan massa batuan tiap – tiap lubang bukaan. Berikut adalah table penurunan
kekuatan massa batuan tiap – tiap lubang bukaan (Tabel 4.21).
Tabel 4.21. Penurunan Kekuatan Massa Batuan Tiap Lubang Bukaan
49
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan karakterisasi massa batuan, klasifikasi massa batuan Blok
Cibitung adalah kelas III (fair) – Kelas IV (poor) dengan kisaran nilai RMR
adalah 38 - 56.
2. Dari hasil permodelan analisis balik diketahui bahwa terjadi penurunan
kekuatan massa batuan pada lubang bukaan Blok Cibitung. Lubang bukaan
CBT_996_XC8_STH mengalami penurunan kekuatan sebesar 13% sampai
86%, CBT_951_XC10_STH mengalami penurunan kekuatan sebesar 32%
sampai 70%, dan CBT_Decline mengalami penurunan kekuatan sebesar 22%
sampai 52%. Hanya CBT_966_XC9_STH yang tidak mengalami penurunan
kekuatan massa batuan.
5.2. Saran
Sekiranya acara yang berlangsung 3 hari dari tanggal 21 – 23 Januari 2019, dapat
ditambah menjadi seminggu dengan harapan bisa lebih mendalam lagi
mengaplikasikan teori perkuliahan, praktek di lapangan dan solusi memecahkan
suatu masalah khususnya geoteknik.
50
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2018. Dokumentasi Lingkungan. Dept. OHSE. PT Cibaliung Sumberdaya.
Banten
Bieniawski, Z. T., 1989. Engineering Rock Mass Classifications. Jhon Wiley &
Sons, Canada.
Hidayat, Rahmat., 2016. Kajian Teknis Produktivitas Jumbodrill Pada Penambangan
Emas PT Cibaliung Sumberdaya, Desa Mangkualam, Kec. Cimanggu, Kab.
Pandeglang, Banten. Skripsi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta, Yogyakarta.
Wiguna, Sesa., 2012. Sebaran Potensi Deposit Emas Epitermal di Cibaliung,
Pandeglang – Banten. Skripsi, Universitas Indonesia, Depok.
Zahli, Kristian., 2016. Laporan Ekskursi Industri Tambang PT Cibaliung
Sumberdaya, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta.
51