Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

“ATRESIA ANI”

DISUSUN OLEH :

1. Nurul Handayani (P1337420718013)


2. Vanny Aninda Cahya M (P1337420718026)
3. Intan Nur Fatimah (P1337420718049)
4. Rosyada Ulfa Raihana (P1337420718067)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG
2020
BAB I

TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI

Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi
anus imperforata, rektum, atau batas di antara keduanya. (Betz, 2002)

Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran
anus. (Donna, 2003)

Atresia Ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau
tertutupnya anus secara abnormal. (Suradi, 2001)

Atresia Ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak
sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus
namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (Purwanto, 2001)

B. ETIOLOGI
Penyebab sebenarnya dari Atresia Ani ini belum diketahui pasti, namun ada
sumber yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus disebabkan oleh :
1. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang anus
3. Gangguan organogenesis dalam kandugan penyebab Atresia Ani, karena ada
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3
bulan
4. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter, dan otot
dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin
tidak memadai. Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen
autosomal resesif yang menjadi penyebab Atresia Ani. Orang tua tidak diketahui
apakah mmpunyai gen carier saat kehamilan mempunyai peluang sekitar 25%-
30% dari bayi yang mempunyai 19 sindrom genetik, abnormalitas kromosom,
atau kelainan kongenital lain juga beresiko untuk menderita Atresia Ani.
(Purwanto, 2001)
Faktor Predisposisi
Atresia Ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan congenital saat lahir,
seperti :
a. Kelainan sistem pencernaan terjadi kegagalan perkembangan anomaly pada
gastrointestinal
b. Kelainan sistem perkemihan terjadi kegagalan pada genitourinary

C. KLASIFIKASI
a. anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak
dapat keluar.
b. membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
c. anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rektum dengan anus.
d. rektal atresia adalah tidak memiliki rektum.

D. PATOFISIOLOGI

E. PATHWAY

F. MANIFESTASI KLINIS
Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tdk ada fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
7. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum
dilakukan pada gangguan ini.
2. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel
mekonium.
3. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan
adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang
mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
4. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
5. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut
sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah
masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.
6. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan
a. Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah
tersebut.
b. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan
gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus,
pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid,
kolon/rectum.
c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah
dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah
antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat
diukur.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain:
a. Asidosis hiperkloremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat konstriksi
jaringan perut dianastomosis).
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi).
(Ngastiyah, 2005).

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
J. INTERVENSI
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Kusuma.2015. Aplikasi Askep NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Ngastiyah.2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:EGC

Hidayat, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, Aziz. 2006. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Wong, Dona L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakatra: EGC

Anda mungkin juga menyukai