RESPIRASI
DISUSUN OLEH :
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Respirasi aerobik (membutuhkan O2) merupakan suatu proses vital yang umum
dilakukan oleh semua jenis organisme eukaryota, dan secara garis besar juga dilakukan oleh
kelompok tumbuh-tumbuhan dimana mekanisme proses respirasi yang terjadi kurang lebih
sama dengan yang terjadi pada hewan tingkat tinggi lainnya dan beberapa eukaryota tingkat
rendah. Hanya saja pada respirasi memiliki beberapa aspek yang membedakannya dari
respirasi pada hewan (Evert, 2013). Adapun laju respirasi antar tiap jenis makhluk hidup
berbeda-beda bergantung pada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi
tingkat perkembangan, susunan kimia jaringan, jumlah dan jenis produk metabolit yang
dihasilkan, struktur dan jenis-jenis enzim yang menyusun jalur reaksi biokimiawi, serta
struktur dan jenis jaringan. Faktor eksternal meliputi suhu, gas etilen (sebagai hormon pada
tumbuhan), ketersediaan O2 dan CO2 (Mauseth, 2017).
12 O2 + 48 H+ + 48 e- 24 H2O
Reaksi ini merupakan kebalikan dari reaksi fotosintesis, yakni suatu reaksi redoks
dimana sukrosa sepenuhnya teroksidasi menjadi CO2 sementara O2 yang berfungsi sebagai
penerima elektron utama direduksi menjadi H2O (Taiz, 2010). Energi bebas standar yang
dilepaskan dari reaksi ini sebesar 5760 kJ (1380 kcal) per mol (342 g) sukrosa yang
dioksidasi. Tentunya pelepasan energi bebas yang sedemikian banyak dilakukan secara
bertahap dan disimpan dalam bentuk molekul ATP untuk menghindari terjadinya kerusakan
pada struktur sel yang melakukan respirasi. Adapun tahapan-tahapan terjadinya respirasi
dibagi menjadi 4 tahapan utama yakni glikolisis, siklus Krebs (siklus asam sitrat), jalur
pentosa fosfat (pentose phosphate pathway), dan fosforilasi oksidatif atau rantai transpor
elektron (Bidlack, 2018).
1.3 Tujuan
1. Membuktikan bahwa respirasi menghasilkan CO2.
2. Mengetahui perubahan suhu akibat aktivitas respirasi tumbuhan.
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1.2 Bahan
A. Respirasi aerob
1. Kecambah kacang hijau
2. Kapur semen
3. Air
B. Perubahan suhu akibat respirasi
1. Kecambah kacang hijau
2. Kertas aluminium
3. Kapas
30
29,5
29
28,5
28
0 10 20 30 40 50 60 70
Lama Waktu
I II III IV V
3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan 2 percobaan untuk mengamati dan membuktikan
bahwa respirasi pada tumbuhan menghasilkan CO2 dan panas. Bahan yang digunakan adalah
kecambah kacang hijau yang notabene masih dalam tahap pertumbuhan sehingga aktivitas
respirasi selulernya relatif tinggi. Pada percobaan pertama untuk membuktikan bahwa
respirasi menghasilkan CO2 digunakan air kapur sebagai indikator terbentuknya gas CO2
sebagai salah satu hasil akhir respirasi. Digunakan 2 botol berisi air kapur dengan volume
yang sama lalu salah satu botol diisi bungkusan kecambah kacang hijau sebanyak ± 20 gram
sedangkan pada botol satunya dibiarkan kosong sebagai kontrol negatif. Bungkusan
kecambah kacang hijau diposisikan agar menggantung di dalam botol dan tidak menyentuh
air kapur yang bertujuan agar kecambah kacang hijau tidak terendam atau terkena air yang
dapat menghambat aktivitas respirasinya. Kecambah kacang hijau dibungkus dengan kain
kasa sehingga pertukaran gas masih dapat terjadi melalui pori-pori pada kasa. Kemudian
kedua botol ditutup oleh aluminium foil untuk mencegah keluarnya gas CO2 yang dihasilkan
lalu disimpan di tempat gelap selama ± 1 jam sehingga aktivitas metabolik yang terjadi pada
kecambah kacang hijau hanya respirasi tanpa adanya faktor cahaya yang dapat memacu
aktivitas metabolik lainnya.
Pada botol yang kosong sebagai kontrol negatif tentunya tidak terjadi proses respirasi
dan air kapur tetap jernih dengan kapur mengendap pada dasar botol. Sedangkan pada botol
yang berisi kecambah kacang hijau terjadi perubahan dimana air kapur menjadi turbid
(keruh). Hal ini disebabkan kecambah kacang hijau yang mana sel-sel jaringannya masih
dalam tahap perkembangan menuju maturasi memiliki aktivitas respirasi yang tinggi untuk
menunjang pembelahan dan diferensiasi sel agar tetap tumbuh, sehingga menghasilkan gas
CO2 yang memenuhi bagian udara bebas dalam botol seiring O2 pada udara bebas dalam
botol menurun akibat pemakaian respirasi oleh kecambah kacang hijau. Gas CO2 kemudian
berdifusi dan larut secara perlahan ke dalam badan air kapur dalam botol yang kemudian
bereaksi dengan air kapur dalam botol. Air kapur dalam botol (Ca(OH)2) kemudian bereaksi
dengan CO2 dalam fase terlarut membentuk kalsium karbonat yang menyebabkan perubahan
air kapur menjadi lebih turbid dengan persamaan reaksi :
Dikutip dari Salisbury (1995), laju respirasi meningkat cepat hingga mencapai
puncaknya selama masa pertumbuhan dan perkembangan, terlebih lagi apabila tumbuhan
tersebut baru saja bergerminasi atau berkecambah dari biji lalu seiring waktu mulai menurun
ketika sel-sel jaringannya mulai menuju tahap dewasa (maturasi).
Kemudian pada percobaan berikutnya yakni untuk mengamati perubahan suhu yang
timbul akibat panas yang dihasilkan oleh respirasi dimana digunakan 5 tabung reaksi besar
dengan perlakuan yang berbeda-beda, yakni pada tabung I dibiarkan kosong sebagai kontrol
negatif, tabung II diisi 1/4 kecambah kacang hijau, tabung III diisi 1/2 kecambah kacang
hijau, tabung IV diisi 3/4 kecambah kacang hijau, dan tabung V diisi penuh kecambah
kacang hijau. Setiap tabung diberi thermometer yang telah disesuaikan sebelumnya agar
memiliki suhu awal yang sama yakni pada kelompok praktikan bersuhu 29°C. Kemudian
tiap tabung ditutup pada bagian mulutnya menggunakan aluminium foil untuk mencegah
panas yang terakumulasi dalam tabung keluar dengan mudah. Kemudian dilakukan
pengamatan terhadap suhu tiap tabung reaksi pada menit ke-30 hingga menit ke-60.
Didapati hasil percobaan menunjukkan bahwa menurut data kelas, pada tabung I
sebagai kontrol negatif tidak terjadi perubahan suhu dan relatif konstan pada suhu 29,4°C
hingga 29,6°C. Adanya perubahan suhu sebesar 0,2°C merupakan pengaruh dari luar (suhu
lingkungan atau ambient temperature). Kemudian pada tabung II didapati rerata suhu mula-
mula 29°C kemudian naik menjadi 29,4 °C pada menit ke-30 lalu naik lagi menjadi 30°C
setelah 1 jam menunjukkan kenaikan sebesar 1°C. Pada tabung III didapati rerata suhu awal
28,6°C kemudian naik menjadi 29,2°C lalu akhirnya menjadi 29,8°C setelah 1 jam,
menunjukkan kenaikan sebesar 1,2°C. Pada tabung IV didapati suhu rerata awal 28,8°C
kemudian naik menjadi 30°C lalu akhirnya menjadi 30,6°C, menunjukkan kenaikan sebesar
1,8°C. Pada tabung V didapati rerata suhu awal 29°C kemudian menjadi 30,4°C lalu
akhirnya menjadi 31,1°C, menunjukkan kenaikan sebesar 2,1°C. Dari data tersebut dan data
yang dibuat grafik menunjukkan suatu pola atau trend kenaikan suhu yang semakin
signifikan selaras dengan makin banyaknya jumlah individu (kecambah kacang hijau) yang
berespirasi sehingga pada tabung V yang diisi penuh oleh kecambah kacang hijau memiliki
laju respirasi yang secara kolektif lebih cepat dibandingkan ketiga tabung lainnya (tidak
termasuk tabung kontrol negatif).
Diskusi
1. Mengapa proses respirasi dapat mempengaruhi keadaan suhu lingkungan ?
Jawab :
3. Mengapa kecambah yang digunakan pada tiap tabung berbeda jumlahnya ? Apakah
hal ini bisa mempengaruhi data hasil pengamatan ?
Jawab :
Jumlah kecambah akan menentukan besarnya aktivitas respirasi. Hal ini disebabkan
karena masing – masing kecambah mengalami respirasi sehingga akumulasi dari hasil
respirasi tersebut akan menghasilkan panas dengan suhu yang berbeda-beda. Semakin
banyak kecambah maka semakin banyak pula energi kalor atau panas yang dikeluarkan oleh
kecambah. Hal ini akan mempengaruhi data hasil pengamatan dengan perubahan suhu yang
semakin meningkat.
4. Apakah fungsi kertas aluminium atau kapas berkaitan dengan perubahan suhu dalam
percobaan ini ?
Jawab :
Kertas aluminium atau kapas berfungsi sebagai penutup tabung reaksi dan botol
untuk menjaga kalor/panas yang dihasilkan dalam peristiwa respirasi. Penutupan boto dan
tabung oleh alumunium foil juga akan mempertahankan gas yang dihasilkan dalam respirasi
sehingga tidak berdifusi keluar. Selain itu, juga mencegah masuknya kontaminan dari luar.
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari kedua percobaan pengamatan respirasi yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa :
1. Respirasi menghasilkan karbon dioksida (CO2) yang ditandai dengan keruhnya air
kapur pada botol percobaan pertama yang berisi bungkusan kecambah kacang hijau
karena adanya reaksi antara CO2 dengan air kapur membentuk presipitan kalsium
karbonat (CaCO3).
2. Semakin banyak jumlah individu/organisme (kecambah kacang hijau), maka
semakin banyak aktivitas respirasi yang terjadi sehingga terjadi akumulasi energi
kalor hasil respirasi yang mampu meningkatkan suhu lingkungan disekitarnya.
4.2 Saran
1. Diperlukan ketelitian dan kecermatan praktikan memperhatikan waktu yang berlalu.
2. Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan dan memastikan lagi kerapatan aluminium
foil dalam menutup botol dan tabung reaksi serta peletakan bahan percobaan yang
jauh dari cahaya langsung untuk memperoleh hasil data respirasi yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Bidlack, James E. & Shelley H. Jansky. 2018. Stern's Introductory Plant Biology 14th
Edition. New York: McGraw-Hill
Evert, Ray F. & Susan Eichhorn. 2013. Raven Biology of Plants 8th Edition. New York:
W. H. Freeman and Company
Salisbury, F.B., Cleon, W.R. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung : Penerbit ITB.
Taiz, Lincoln & Eduardo Zeiger. 2010. Plant Physiology 5th Edition. Sunderland: Sinauer
Associates Inc.
LAMPIRAN
Potret tabung reaksi berisi kecambah kacang hijau yang digunakan dalam
percobaan respirasi menghasilkan panas.