Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagai tenaga kesehatan kita dituntut untuk memberikan pelayanan
terbaik pada masyarakat serta dapat memberikan informasi yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Untuk mewujudkan itu semua tenaga kesehatan
membutuhkan suatu kerjasama antara nakes dan toma. Dimana tugas kita dan
toma tersebut untuk mengumpulkan dan membina para kader kesehatan
masyarakat (laki-laki atau perempuan yang dipilih oleh masyrakat dan dilatih
untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan ataupun
masyarakat untuk bekerja dalam hubungannya amat dekat dengan tempat-
tempat pemberian pelayana kesehatan.
Sebagai tenaga kesehatan (bidan siaga) kita perlu memberikan informasi
tentang kelebihan dan keuntungan antara pusat kesehatan masyarakat dengan
tenaga yang tidak terlatih (dukun) untuk melakukan pemeriksaan dan proses
persalinan.
Dimana hanya di pusat kesehatan masyarakat atau RS bidan dapat
memperoleh ijin yang dapat mencegah bayi pasien dari tetanus. Petugas
kesehatan masyarakat akan melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap
kesehatan ibu dan bayi yang belum lahir (yang tidak dilakukan oleh tengaa
yang tidak terlatih). Petugas kesehatan ini bantu keluarga pasien memutuskan
dimana tempat yang paling aman untuk proses persalinan. Dan bidan juga
memberikan informasi tentang pentingnya melakukan deteksi dini bahaya
kehamilan agar tidak terjadi komplikasi atau kegawat daruratan yang dapat
merugikan.

1
1.2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal sebagai berikut :
1. Apakah kader kesehatan masyarakat itu ?
2. Apa saja peran dan fungsi kader ?
3. Bagaimana cara pembentukan kader ?
4. Bagaimana Strategi menjaga eksistensi kader ?
5. Bagaimana upaya pembinaan kader terhadap pengenalan tanda bahaya
kehamialn, persalinan, nifas dan rujukan ?

1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Diharapkan dengan adanya suatu pembentukan kader kesehatan
masyarakat informasi tentang keuntungan melakukan pemeriksaan pada
nakes dan pengenalan tanda bahaya secara dini. Dapat tercapainya pola
hidup sehat di daerah tersebut yang maksimal serta dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap tenaga kesehatan.

b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi kader kesehatan masyarakat
2. Mengetahui peran dan fungsi kader
3. Mengetahui cara pembentukkan kader
4. Mengetahui cara strategi menjaga eksistensi kader
5. Mengetahui upaya pembinaan kader dalam pengenalan tanda bahaya
kehamilan, persalinan, nifas, serta rujukannya

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kader Masyarakat

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang
amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan
masyarakat, departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan
untuk kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan,
menurunkan angka kematian ibu dan anak. Para kader kesehatan masyarakat
itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga
memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara
sedarhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat
serta pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan.
Diharapkan mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para
pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara
fullteng atau partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak
dibayar dengan uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh
puskesmas. Namun ada juga kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah
atau sebuah kamar serta beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat
setempat.

3
2.2 Peran dan Fungsi Kader
Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:
a. perilaku hidup bersih dan sehat
b. pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa
c. upaya penyehatan di lingkungan
d. peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
e. permasyarakatan keluarga sadar gizi
Kader ditunjukan oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan
tugas-tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama
tugasnya dibeberapa negara, yaitu :
1. pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan penanganan penyakit
yang ringan
2. melaksanakan pengobatan yang sederhana
3. pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah
melahirkan
4. menolong persalinan
5. pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak
6. memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi
7. program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan
8. pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan
9. melakukan penyuntikan imunisasi
10. pemberian motivasi KB
11. membagikan alat-alat KB
12. pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan
dan kebiasaan sehat secara umum.
13. pemberian motivasi tentang penyakit menular, pencegahan dan
perujukan.
14. pemberian motivasi tentang perlunya fall up pada penyakit menular dan
perlunya memastikan diagnosis.
15. penanganan penyakit menular.
16. membantu kegiatan di klinik.

4
17. merujuk penderita ke puskesmas atau ke RS
18. membina kegiatan UKS secara teratur
19. mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu
pencatatan dan pelaporan.

2.3 Pembentukkan Kader


Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini
disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan
pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader di desa
yang telah ditetapkan. Sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan persiapan
tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan
bersama untuk terlaksanakan acara tersebut. Calon kader berdasarkan
kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap posyandu.
Persiapan dari pelatihan calon kader adalah :
1. calon kader yang kan dilatih
2. waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama
3. tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas
4. adanya perlengkapan yang memadai
5. pendanaan yang cukup
6. adanya tempat praktik ( lahan praktik bagi kader )
Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sector. Camat otomatis
bertanggung jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala
puskesmas. Pelaksanaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang
mampu melaksanakan. Adapun pelatihannya adalah tanaga kesehatan,
petugas KB (PLKB), pertanian, agama, pkk, dan sektor lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang
digunakan adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran,
penugasan, dan praktik lapangan. Jenis materi yang disampaikan adalah :
1. pengantar tentang posyandu
2. persiapan posyandu
3. kesehatan ibu dan anak

5
4. keluarga berencana
5. imunisasi
6. gizi
7. penangulangan diare

2.4 Strategi Menjaga Eksistensi Kader


Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu adanya strategi agar mereka
dapat selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan. Adapun strategi
tersebut yaitu :
1. refreshing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai
dilaksanakan oleh bidan desa maupun petugas lintas sektor yang
mengikuti kegiatan posyandu
2. adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan
pertemuan rutin tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu
3. revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan.
Dimana semua kader di undang dan diberikan penyegaran materi
serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards.
4. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis ke
puskesmas untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk
materi yang lain yang diberikan setiap tahun.
Para kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan pembinaan
atau pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka dan masalah
yang dihadapinya.

2.5 Pembinaan Kader Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan,


Nifas, serta Rujukan
2.5.1 Tanda-tanda Bahaya Kehamilan
Pada setiap kehamilan perlu diinformasikan kepada ibu, suami dan
keluarga tentang timbulnya kemungkinan tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan.

6
Adanya tanda-tanda bahaya mengharuskan ibu, suami atau
keluarga untuk segera membawa ibu ke pelayanan kesehatan atau
memanggil bidan. Tanda-tanda bahaya kehamilan meliputi :
1) BB tidak bertambah pada UK 4 – 9 bulan
2) Demam > 37 oC
3) Keluar cairan sebelum waktu
4) Perdarahan pervaginam
5) Sakit kepala lebih dari biasa
6) Gangguan penglihatan
7) Pembengkakan pada wajah / tangan, tekanan darah tidak baik
dan pusing
8) Nyeri abdomen (epigastrik)
9) Janin tidak bergerak sebanyak biasanya

2.5.2 Tanda-tanda Bahaya Persalinan


Sebagai akibat dari permasalahan dalam persalinan, kegawatan
dalam persalinan dapat terjadi dengan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Riwayat bedah caesar
2) Perdarahan pervaginam
3) Persalinan kurang bulan (UK < 37 minggu)
4) Ketuban pecah disertai dengan mekonial yang kental
5) Ketuban pecah (lebih dari 24 jam)
6) Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (UK < 37 minggu)
7) Ikterus
8) Anemia berat
9) Tanda atau gejala infeksi
10) Pre eklamsia / hipertensi dalam kehamilan
11) Tinggi fundus 40 cm atau lebih
12) Gawat janin
13) Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan kepala janin
masih 5/5

7
14) Presentasi bukan belakang kepala
15) Presentasi ganda (majemuk) / kehamilan ganda atau gemeli
16) Tali pusat menumbung
17) Syok

2.5.3 Tanda-tanda Bahaya Nifas


Pada masa segera setelah persalinan, kegawatan dapat terjadi baik
pada ibu ataupun bayi. Kegawatan yang dapat mengancam
keselamatan ibu baru bersalin adalah perdarahan karena sisa plasenta
dan kontraksi serta sepsis (demam). Pada bayi yang baru dilahirkan
dapat terjadi depresi bayi dan atau trauma.
Bila terjadi kegawatan pada ibu / bayi beritahu ibu, suami dan
keluarga tentang tatalaksanaan yang dikerjakan dan dampak yang
dapat ditimbulkan dari tatalaksana tersebut. Serta persiapan tindakan
rujukan. Tindakan ini perlu untuk melibatkan ibu, suami dan keluarga
sehingga tercapai suatu kerjasama yang baik.
Apabila ibu dan bayi sudah berada di rumah, informasikan kepada
ibu, suami dan keluarga bahwa adanya tanda-tanda kegawatan
mengharuskan ibu untuk dibawa segera ke sarana pelayanan kesehatan
atau menghubungi bidan.
Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu yang perlu
diperhatikan meliputi :
1) perdarahan banyak atau menetap
2) rasa lelah yang sangat, mata, bibir dan jari pucat
3) bengkak pada salah satu atau kedua kaki
4) rasa sakit pada perut berlebihan dan lochea berbau busuk
atau berubah warna.
5) pucat, tangan dan kaki dingin (syok)
6) tidur turun dratis
7) kejang
8) sakit kepala berlebihan / gangguan pandangan

8
9) bengkak pada tangan dan muka
10) peningkatan tekanan darah
11) buang air kecil sedikit / berkurang dan sakit
12) tidak mampu menahan BAK / ngompol
13) demam tanpa atau dengan menggigil
14) adanya kesedihan yang mendalam, kesulitan dalam tidur,
makan dan merawat bayi.
Adanya salah satu tanda kegawatan tersebut mengharuskan ibu
mendapatkan pelayanan dari bidan / mencari pertolongan ke sarana
pelayanan kesehatan.

2.5.4 Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan
/ fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian
besar ibu akan mengalami persalinan normal namun 10 sampai 15 %
diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan
kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
Sangat sulit untuk menduga kapan penyakit akan terjadi sehingga
kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayinya ke fasilitas kesehatan
rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi
saran bagi keberhasilan upaya penyelamatan, setiap penolong
persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu
untuk menatalaksana kasus gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir
seperti :
1) pembedahan termasuk bedah sesar
2) transfuse darah
3) persalinan menggunakan ekstraksi vakum / cunam
4) pemberian antibiotik intravena
5) resusitasi BBL dan asuhan lanjutan BBL

9
Informasi tentang pelayanan yang tersedia ditempat rujukan,
ketersediaan pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta
jarak tempuh ketempat rujukan adalah wajib untuk diketahui oleh
setiap penolong persalinan jika terjadi penyulit, rujukan akan melalui
alur yang singkat dan jelas. Jika ibu bersalin / BBL dirujuk ke tempat
yang tidak sesuai maka mereka akan kehilangan waktu yang sangat
berharga untuk menangani penyakit untuk komplikasi yang dapat
mengancam keselamatan jiwa mereka. Pada saat ibu melakukan
kunjungan antenatal, jelaskan bahwa penolong akan selalu berupaya
dan meminta bekerja sama yang baik dari suami / keluaga ibu untuk
mendapatkan layanan terbaik dan bermanfaat bagi kesehatan ibu dan
bayinya, termasuk kemungkinan perlunya upaya rujukan pada waktu
penyulit. Seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana
rujukan dan ketidaksiapan ini dapat membahayakan keselamatan jiwa
ibu dan bayinya. Anjurkan ibu untuk membahas dan membuat rencana
rujukan bersama suami dan keluarganya. Tawarkan agar penolong
mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan suami dan
keluarganya untuk menjelaskan tentang perlunya rencana rujukan
apabila diperlukan.
Masukan persiapan-persiapan dan informasi berikut kedalam
rencana rujukan :
1) siapa yang akan menemani ibu dan BBL
2) tempat-tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga?
(jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat
rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis asuhan yang
diperlukan)
3) sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan
mengendarainya. Ingat bahwa transportasi harus segera tersedia,
baik siang maupun malam.
4) orang yang ditunjuk menjadi donor darah jika transfuse darah
diperlukan.

10
5) uang yang disisihkan untuk asuhan medik, transportasi, obat-
obatan dan bahan-bahan.
6) siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada
saat ibu tidak dirumah.
Kaji ulang rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya.
Kesempatan ini harus dilakukan selama ibu melakukan kunjungan
asuhan antenatal / diawal persalinan (jika mungkin). Jika ibu belum
membuat rencana rujukan selama kehamilannya, penting untuk dapat
mendiskusikan rencana tersebut dengan ibu dan keluarganya diawal
persalinan. Jika timbul masalah pada saat persalinan dan rencana
rujukan belum dibicarakan maka sering kali sulit untuk melakukan
semua persiapan-persiapan secara cepat. Rujukan tepat waktu
merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung
keselamatan ibu dan BBL.
Singkatan BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat hal-hal
penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi.
B (Bidan) : pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh
penolong persalinan yang kompeten untuk
menatalaksana gawat darurat obstetri dan BBL untuk
dibawa ke fasilitas rujukan.
A (Alat) : bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan
persalinan, masa nifas dan BBL (tabung suntik, selang
iv, alat resusitasi, dll) bersama ibu ketempat rujukan.
Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin
diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan menuju
fasilitas rujukan.
K (Keluarga) : beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir
ibu dan bayi dan mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk.
Jelaskan pada mereka alasan dan tujuan merujuk ibu ke
fasilitas rujukan tersebut. Suami / anggota keluarga yang

11
lain harus menemani ibu dan BBL hingga ke fasilitas
rujukan.
S (Surat) : berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus
memberikan identifikasi mengenai ibu dan BBL,
cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil penyakit,
asuhan / obat-obatan yang diterima ibu dan BBL.
Sertakan juga partograf yang dipakai untuk membuat
keputusan klinik
O (Obat) : bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke
fasilitas rujukan. Obat-obatan tersebut mungkin
diperlukan selama diperjalanan.
K (Kendaraan) : siapkan kendaraan yang paling memungkinkan
untuk merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman. Selain
itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk
mencapai tujuan pada waktu yang tepat.
U (Uang) : ingatkan keluarga agar membawa uang dalam jumlah
yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan
dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama
ibu dan bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami susun, agar pembaca mengetahui
mengenai profil kader kesehatan masyarakat. Kader kesmas bertanggung
jawab terhadap masyarakat setempat serta pimpinan-pimpinan yang ditunjuk
untuk pusat-pusat pelayanan kesehatan. Kader kesehatan masyarakat dilatih
untuk memberikan perawatan bagi wanita hamil / membantu kelahiran. Ibu
hamil harus mengunjungi pusat kesehatan masyarakat diawal kehamilannya
karena hanya di pusat kesehatan masyarakat / rumah sakit / bidan dia dapat
memperoleh injeksi yang akan mencegah bayinya dari tetanus.

3.2 Saran
3.2.1 Bagi Petugas
Meningkatkan peran bidan pada fungsi sebagai pelaksana
kebidanan lebih meningkatkan kemampuan serta keterampilan yang
dimiliki.

3.2.2 Bagi Mahasiswa / Pembaca


Mahasiswa diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan tentang
pembinaan kader pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas,
serta rujukannya agar dapat diaplikasikan pada profesi dimasa yang
akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. 2006.
Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Buku Acuan Edisi 3 (revisi). Jakarta :
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik. 2007
Prawirohadjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohadjo. 2005.
Heru, Adi. Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. 1993
Bari saifudin, abdul. 2002. buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Jakarta : yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prof. Dr. Azwar, Azrul. MPH. 2002. asuhan persalinan normal. Jakarta : tim revisi
edisi 2007.

14
SOAL

1. Laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk
menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyrakat
serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-
tempat pemberian pelayanan kesehatan adalah pengertian dari………..
a. Bidan
b. Perawat
c. Kader masyarakat
d. Kepala Desa
e. Dokter
2. Berikut ini yang bukan merupakan peran dan fungsi kader adalah……
a. perilaku hidup bersih dan sehat
b. pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa
c. menjaga kebersihan lingkungan
d. upaya penyehatan dilingkungan
e. peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
3. Di bawah ini merupakan tugas umum kader kecuali…………
a. pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak
b. memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi
c. program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan
d. pemberian imunisasi pada bayi dan balita
e. pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan
1. Yang termasuk tugas-tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum
adalah ….
a. calon kader yang kan dilatih
b. memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi
c. waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama
d. tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas

15
2. Syarat untuk menjadi seorang kader harus mempunyai latar belakang
pendidikan yang cukup yaitu, kecuali….
a. Sekolah tinggi b. Bisa menulis
a. Bisa membaca d. Bisa menghitung secara
sederhanasiapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain
selama ibu tidak di rumah
4. BAKSOKU adalah singkatan dari…………..
a. bidan, anggaran, kendaraan,surat, obat, keluarga, usaha
b. bidan, alat, kendaraan, surat, obat, keluarga, uang
c. bidan, anjuran, keluarga, sarana, obat, kendaraan, uang
d. bidan, alat, keluarga, surat, obat, kendaraan, uang
e. bidan, alat, keterampilan, surat, obat, kendaraan, uang

16
LEMBAR JAWABAN

1. C 6. C
2. C 7. A
3. D 8. C
4. E 9. A
5. B 10. D

17

Anda mungkin juga menyukai