Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Atas berkat dan
hidayah-Nya-lah, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula Shalawat
serta salam kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW sebagai "Uswatun Hasanah"
bagi dunia pendidikan Islam.
Makalah yang berjudul “Konsep Kesehatan Mental” ini sengaja kami susun sebagai
tugas individu untuk bisa mengikuti ujian akhir semester, khusunya mata kuliah “
KESEHATAN MENTAL “. Tidak lupa pula penyusun ucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs, Tatang Syahrudin. Mp,Si, selaku dosen pengapu, yang telah memberikan bimbingan
dan arahan sehinggga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu
Akhirnya, penyusun menyadari bahwa makalah ini tak luput dari segala
kekurangan dan keterbatasan baik dari segi penulisan maupun isi di dalamnya. Untuk
itu penyusun sangat mengharapkan saran ataupun kritik yang bersifat membangun
dari berbagai pihak terutama dari Dosen Pembimbing yang bersangkutan, demi
kesempurnaan pembuatan makalah-makalah selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Setiap individu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dituntut untuk bekerja
dan berusaha agar keinginan dari dirinya dapat terpenuhi. Untuk memenuhi
kebutuhannya tersebut manusia memerlukan jasmani yang sehat. Karena apabila
jasmani atau tubuh terganggu maka semua aktivitas individu tersebutpu terganggu.
Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah suatu keadaan berupa
kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara penuh bukan semata-mata hanya terbebas
dari penyakit dan keadaan lemah tertentu. Apabila mental dan jasmani individu
tersebut sehat tentunya akan sedikit kemungkinan terjadinya gangguan untuk
meelakukan aktivitas sehari-hari. Jika mental individu tersebut sehat maka individu
tersebut dapa terhindar dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, sehingga ia
dapat menyesuaikan diri dan dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang
dimiliki. Dengan keadaan mental yang sehat maka individu tersebut dapat bekembang
secara optimal. Maka dari itu kita sebagai mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan
Bimbingan Konseling perlu mempelajari kesehatan mental agar nanti saat menghadapi
individu yang memiliki gejala-gejala gangguan mental agar dapat segera diatasi
sehingga individu tersebut tidak kea rah patologi (sakit mental). Maka dari itu kami
menyusun makalah yang membahas tentang kesehatan mental.
BAB II
PEMBAHASAN
Kesehatan mental adalah keserasian atau kesesuaian antara seluruh aspek psikologis dan
dimiliki oleh seorang untuk dikembangkan secara optimal agar individu mampu melakukan
kehidupan-kehidupan sesuai dengan tuntutan-tuntutan atau nilai-nilai yang berlaku secara individual,
kelompok maupun masyarakat luas sehingga yang sehat baik secara mental maupun secara sosial.
Sikap hidup individu yang sehat dan normal adalah sikap yang sesuai dengan norma dan pola hidup
kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan.
1. Memiliki sikap batin (Attitude) yang positif terhadap dirinya sendiri.
6. Mampu menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri. (Jahoda, 1980).
8. Tidak menyangakal hal-hal buruk yang terjadi di masa lalunya dan masa kini.
9. Memiliki penguasaan terhadap situasi, termasuk mempunyai kontrol diri di dalam
mengasihi orang lain, di dalam pekerjaan termasuk dalam bersahabat dengan orang
lain.
II.3. Gangguan Kesehatan Mental
1. Histeria
Sebenarnya tidak ada dasar fisik atau organis, tetapi si penderita betul-betul merasa
sakit kadang-kadang dapat berupa kelumpuhan. Seperti gangguan mental lainnya,
perasaan tertekan, gelisah, cemas dan sebagainya. Gejala-gejala tersebut dapat terlihat
seperti gejala fisik atau gejala mental. Gejala-gejala yang berhubungan dengan fisik
antara lain :
d. Mutism
Kesanggupan berbicara hilang, ada dua macam yaitu : 1) tidak dapat berbicara
dengan suara keras, 2) tidak dapat berbicara sama sekali. Biasanya terjadi karena
tekanan perasaan, putus asa, cemas, merasa hina dan sebagainya. Sedangkan alat-alat
bicara biasanya tidak mengalami cedera apapun atau normal.
2. Psikosomatisme
Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu ” psycho” yang artinya pikiran dan “soma”
yang artinya tubuh. Psikosomatis dalam dunia medis yaitu merupakan suatu penyakit
yang mula-mula dipengaruhi oleh faktor kejiwaan (psikologis), kemudian berjalannya
waktu sehingga menjadi penyakit fisik. Konflik psikis merupakan sebab bermacam
macam penyakit fisik. Penyakit fisik yang telah ada semakin parah. Bentuk pola Simtom
psikosomatisme klasik diantaranya, sebagai berikut
a. Tukak lambung, adanya luka pada lambung
Emosi yang negatif dapat merangsang produksi dan lambung secara berlebihan,
lambung mengadakan pencernaan pada dirinya sehingga timbul luka pada dinding
lambung.
Perilaku seseorang pasien dengan fugue disosiatif adalah lebih bertujuan dan
terintegrasi dengan amnesianya dibandingkan pasien dengan amnesia disosiatif.
e. Depersonalisasi
Penderita mengalami kehilangan rasa diri , terjadi secara tiba-tiba dan menjadi
orang lain, orang yang berbeda dengan dirinya, merasa terlepas dari tubuhnya. Hal ini
terjadi karena mengalami stres berat akibat situasi tertentu atau kejadian tertentu.
Misalnya kecelakaan, penyakit atau peristiwa-peristiwa traumatik.
Orang atau anak yang mengalami somnabolism ini, karena dikuasai oleh sejumlah
pikiran dan kenangan yang berhubungan satu sama lain. Meskipun dalam keadaan tidur
ia dapat mengingan keadaan sekitarnya yaitu letak pintu, jendela, meja, kursi dan
sebagainya.
3.Psychasthenia
Penderita psychasthenia merasa tidak senang, selalu diganggu dan dikejar-kejar,
mimipi yang menakutkan, sering mengalami kompulsion (dorongan paksaan) untuk
berbuat sesuatu. Sebenarnya penderita kurang mempunyai kemampuan untuk tetap
dalam keadaan integrasi yang normal, repression (penekanan) terhadap pengalaman
yang telah lalu.
4 Neurasthenia
Penderita neurasthenia selalu merasa lelah , lesu yang sangat. Sering pla disebut
penyakit payah, meskipun sebenarnya fisiknya tak terdapat penyakit apapun. Ia sangat
sensitif terhadap cahaya, suara. Detik jam kadang-kadang menyebabkan tidak dapat
tidur, kepala pusing, selalu gelisah, merasa mempunyai berbagai penyakit, dan takut
akan mati. Menginginkan belas kasihan dari orang lain.
3. Sadisme (hubungan seks wajar antara pria dan wanita, tapi yang bersangkutan baru
merasakan kepuasan seks kalau dapat menimbulkan kesakitan fisik atau psikis orang
yang dicintai)
Secara psikologis, agama adalah ilusi manusia. Manusia lari kepada agama karena
rasa ketidak berdayaan menghadapi bencana. Dengan demikian, segala bentuk prilaku
keagamaan merupakan prilaku manusia yang timbul dari dorongan agar dirinya
terhindar bahaya dan dapat memberikan rasa aman. Untuk keperluan itu manusia
menciptakan Tuhan dalam pemikirannya.
Kegiatan keagamaan menjadi faktor penguat sebagai prilaku yang meredakan
ketegangan. Lembaga-lembaga termasuk lembaga keagamaan, bertugas menjaga dan
mempertahankan perilaku atau kebiasaan masyarakat. Manusia menanggapi tuntutan
yang terkandung dalam lembaga itu dan ikut melestarikan lewat cara mengikuti aturan-
aturan yang telah baku.
Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam ruhani atau dalam hatinya
selalu merasa tenang, aman dan tenteram. Menurut H.C. Witherington, permasalahan
kesehatan mental menyangkut pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat dalam
lapangan psikologi, kedokteran, psikiatri, biologi, sosiologi, dan agama.
Sejak berkembang psikoanalisis yang diperkenalkan oleh Dr. Breuer dan S. Freud,
orang mulai mengenal pengobatan dan hipotheria, yaitu pengobatan dengan cara
hipnotis. Dan kemudian dikenal pula adanya istilah psikoterapi atau autotherapia
(penyembuhan diri sendiri) yang dilakukan tanpa menggunakan bantuan obat-obatan
biasa. Sesuai dengan istilahnya, maka psikoterapi dan autotherapia digunakan untuk
menyembuhkan pasien yang menderita penyakit ganguan ruhani (jiwa). Usaha yang
dilakukan untuk mengobati pasien yang menderita penyakit seperti itu, dalam kasus-
kasus tertentu biasanya dihubungkan dengan aspek keyakinan masing-masing.
Sejumlah kasus menunjukkan adanya hubungan antara keyakinan dengan kesehatan
jiwa atau mental tampaknya sudah disadari para ilmuan beberapa abad yang lalu.
Misalnya, pernyataan “Carel Gustay Jung” diantara pasien saya setengah baya, tidak
seorang pun yang penyebab penyakit kejiwaannya tidak dilatarbelakangi oleh aspek
agama”.
Barangkali hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan
antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap penyerahan
diri seseorang terhadap kekuasaan Tuhan. Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan
sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif, seperti rasa
bahagia, rasa sengang, puas, sukses, merasa dicintai, atau rasa aman. Dengan kata lain,
kondisi yang demikian menjadi manusia pada kondisi kodratinya, sesuai dengan fitrah
kejadiannya, sehat jasmani dan ruhani.
BAB III
PENUTUP
III. 1. KESIMPULAN
Seseorang dikatakan memiliki mental yang sehat, bila ia terhindar dari gejala
penyakit jiwa dan memanfatkan potensi yang dimilikinya untuk menyelaraskan fungsi
jiwa dalam dirinya. Golongan yang kurang sehat mentalnya. Golongan yang kurang
sehat adalah orang yang merasa terganggu ketentraman hatinya. Adanya abnormalitas
mental ini biasanya disebabkan karena ketidakmampuan individu dalam menghadapi
kenyataan hidup, sehingga muncul konflik mental pada dirinya . Gejala-gejala umum
yang kurang sehat mentalnya
Keharmonisan antara fungsi jiwa dan tindakan dapat dicapai antara lain dengan
menjalankan ajaran agama dan berusaha menerapkan norma-norma sosial, hukum, dan
moral. Dengan demikian akan tercipta ketenangan batin yang menyebabkan timbulnya
kebahagiaan di dalam dirinya. Definisi ini menunjukkan bahwa fungsi-fungsi jiwa
seperti fikiran, perasaan, sikap, pandangan dan keyakinan, harus saling menunjang dan
bekerja sama sehingga menciptakan keharmonisan hidup, yang menjauhkan orang dari
sifat ragu- ragu dan bimbang, serta terhindar dari rasa gelisah dan konflik batin.
DAFTAR PUSTAKA