Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Atas berkat dan
hidayah-Nya-lah, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula Shalawat
serta salam kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW sebagai "Uswatun Hasanah"
bagi dunia pendidikan Islam.
Makalah yang berjudul “Konsep Kesehatan Mental” ini sengaja kami susun sebagai
tugas individu untuk bisa mengikuti ujian akhir semester, khusunya mata kuliah “
KESEHATAN MENTAL “. Tidak lupa pula penyusun ucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs, Tatang Syahrudin. Mp,Si, selaku dosen pengapu, yang telah memberikan bimbingan
dan arahan sehinggga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu

Akhirnya, penyusun menyadari bahwa makalah ini tak luput dari segala
kekurangan dan keterbatasan baik dari segi penulisan maupun isi di dalamnya. Untuk
itu penyusun  sangat mengharapkan saran ataupun kritik yang bersifat membangun
dari berbagai pihak terutama dari Dosen Pembimbing yang bersangkutan, demi
kesempurnaan pembuatan makalah-makalah selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG

        Setiap individu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dituntut untuk bekerja
dan berusaha agar keinginan dari dirinya dapat terpenuhi. Untuk memenuhi
kebutuhannya tersebut manusia memerlukan jasmani yang sehat. Karena apabila
jasmani atau tubuh terganggu maka semua aktivitas individu tersebutpu terganggu.
Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah suatu keadaan berupa
kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara penuh bukan semata-mata hanya terbebas
dari penyakit dan keadaan lemah tertentu. Apabila mental dan jasmani individu
tersebut sehat tentunya akan sedikit kemungkinan terjadinya gangguan untuk
meelakukan aktivitas sehari-hari. Jika mental individu tersebut sehat maka individu
tersebut dapa terhindar dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, sehingga ia
dapat menyesuaikan diri dan dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang
dimiliki. Dengan keadaan mental yang sehat maka individu tersebut dapat bekembang
secara optimal. Maka dari  itu kita sebagai mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan
Bimbingan Konseling perlu mempelajari kesehatan mental agar nanti saat menghadapi
individu yang memiliki gejala-gejala gangguan mental agar dapat segera diatasi
sehingga individu tersebut tidak kea rah patologi (sakit mental). Maka dari itu kami
menyusun makalah yang membahas tentang kesehatan mental.

I.2 RUMUSAN MASALAH

1.        Apa penertian kesehatan mental menurut beberapa ahli ?


2.        Bagaimana ciri – ciri kesehatan mental ?
3.        Apa saja jenis – jenis gangguan mental ?
4.        Bagaimana hubungan antara agama dan kesehatan mental ?

BAB II
PEMBAHASAN

II I.  Pengertian Kesehatan Mental

      Kesehatan mental alih bahasa dari Mental Hygiene atau mental Health.  Definisi-definisi yang


diajukan  para ahli diwarnai oleh keahlian masing-masing. Menurut World Health Organization dalam
Winkel  (1991) disebutkan : Sehat adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik,mental dan social
secara penuh dan bukan semata-mata berupa absensinya penyakit atau keadaan lemah tertentu.
Dedinisi ini memberikan gambaran yang luas dalam keadaan sehat,mencangkup berbagai aspek
sehingga diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan hidup. dapat memanfaatkan segala potensi
dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta
mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup. 

Menurut pengertian para ahli:

1.   Menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama” bahwa: “Kesehatan mental


merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram,
dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri
secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.    
2.   Menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan individu tersebut. 
3.    Zakiah Darodjat, terhindarnya seseorang dari gejala-gejala ganggun dan penyakit jiwa, dapat
menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin
dan membawa kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup.
4.   Allport, manusia sehat adalah manusia yang mencapai kematangan.
5.   Maslow, manusia sehat adalah manusia yang mampu mengaktualisasikan dirinya dan mencapai
kebahagiaan.

      Kesehatan mental adalah keserasian atau kesesuaian antara seluruh aspek psikologis dan
dimiliki oleh seorang untuk dikembangkan secara optimal agar individu mampu melakukan
kehidupan-kehidupan sesuai dengan tuntutan-tuntutan atau nilai-nilai yang berlaku secara individual,
kelompok maupun masyarakat luas sehingga yang sehat baik secara mental maupun secara sosial.
Sikap hidup individu yang sehat dan normal adalah sikap yang sesuai dengan norma dan pola hidup
kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan.

II. 2.  Ciri ciri Kesehatan Mental

Ciri-ciri kesehatan mental dikelompokkan kedalam enam kategori, yaitu:

1.  Memiliki sikap batin (Attitude) yang positif terhadap dirinya sendiri.

2.   Aktualisasi diri

(kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia bisa.)

3.   Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi psikis yang ada

4.   Mampu berotonom terhadap diri sendiri (Mandiri)

5.   Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada 

6.   Mampu menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri. (Jahoda, 1980).

7.   Memiliki persepsi yang akurat terhadap

realita,termasuk melihat realita sebagaimana adanya.

8.   Tidak menyangakal hal-hal buruk yang terjadi di masa lalunya dan masa kini.

9.   Memiliki penguasaan terhadap situasi, termasuk mempunyai kontrol diri di dalam
mengasihi orang lain, di dalam pekerjaan termasuk dalam bersahabat dengan orang
lain.
II.3.  Gangguan Kesehatan Mental

      Bagi penderita gangguan mental / psychoneurosis, masih menghayati realitas ,


masih hidup dalam alam pada umumnya. ia masih merasakan kesukaran-kesukaran
sebenarnya ia tidak dapat atau kurang dapat mengadakan penyesuaian diri terhadap
lingkungan serta belum kuat atau tidak kuat kata hatinya. Itulah sebenarnya ia mencari
jalan keluar untuk melarikan diri dari kekecewaan atau penderitaan menjadi
Psychoneorosis, dijelaskan beberapa macam gangguan mental, yaitu :

1.   Histeria
      Sebenarnya tidak ada dasar fisik atau organis, tetapi si penderita betul-betul merasa
sakit kadang-kadang dapat berupa kelumpuhan. Seperti gangguan mental lainnya,
perasaan tertekan, gelisah, cemas dan sebagainya. Gejala-gejala tersebut dapat terlihat
seperti  gejala fisik atau gejala mental. Gejala-gejala yang berhubungan dengan fisik
antara lain :

a.   Lumpuh Histeria


       Lumpuh pada salah satu anggota badan, biasanya terjadi secara tiba-tiba dan
sebelumnya tidak terasa apa pun. 

b.   Kram Histeria


     Penyakit ini terjadi karena rasa bosan menghadapi pekerjaan dan mengalami
perasaan yang tertekan. Karena mengalami tekanan bathin karena karyana di cela dan
mengalami kram histeria apabila sedang menjalankan tugasnya, dan apabila
mengerjakan hal -hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan sebelumnya mereka
menjadi sembuh atau tidak merasakan kram histeria.

c.    Kejang histeria


      Penyakit yang datangnya secara tiba-tiba, kejang atau kaku diseluruh tubuh dan
tidak sadar kadang-kadang sangat berat dan disertai teriakan-teriakan dan keluhan
tetapi tidak mengeluarkan air mata. Kejadian ini biasanya terjadi pada siang hari, hanya
beberapa menit, dapat juga beberapa hari lamanya. Penyakit ini terjadi biasanya setelah
mengalami perasaan yang tersinggung, sehingga ia merasa tertekan, sedih dan
menyesal.

d.   Mutism
      Kesanggupan berbicara hilang, ada dua macam yaitu : 1) tidak dapat berbicara
dengan suara keras, 2) tidak dapat berbicara sama sekali. Biasanya terjadi karena
tekanan perasaan, putus asa, cemas, merasa hina dan sebagainya. Sedangkan alat-alat
bicara biasanya tidak mengalami cedera apapun atau normal.

2.   Psikosomatisme

      Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu ” psycho” yang artinya pikiran dan “soma”
yang artinya tubuh. Psikosomatis dalam dunia medis yaitu merupakan suatu penyakit
yang mula-mula dipengaruhi oleh faktor kejiwaan (psikologis), kemudian berjalannya
waktu sehingga menjadi penyakit fisik. Konflik psikis merupakan sebab bermacam
macam penyakit fisik. Penyakit fisik yang telah ada semakin parah. Bentuk pola Simtom
psikosomatisme klasik diantaranya, sebagai berikut 
a.   Tukak lambung, adanya luka pada lambung
     Emosi yang negatif dapat merangsang produksi dan lambung secara berlebihan,
lambung mengadakan pencernaan pada dirinya sehingga timbul luka pada dinding
lambung.

b.   Anorexia nervosa, adanya gangguan makan


     Enggan makan atau bila makan terus muntah, sehingga kurus kering. Penderita
biasanya memiliki pandangan dirinya terlalu gemuk sehingga melakukan diet sehingga
menantara galami konflik batin.

Gejala yang berhubungaan dengan mental , antara lain :

a.   Amnesia , hilang ingatan


      Suatu keadaan yang tiba-tiba menimpa orang-orang  menjadi hilang ingatan atau
lupa terhadap kejadian-kejadian tertentu,atau terhadap segala sesuatu bahkan namanya
sendiri.Amnesia juga disebut kondisi terganggunya daya ingat.  Penyebabnya berupa
organic dan fungsional. Penyebab organic dapat berupa kerusakan otak, akbat terauma
atau penyakit. Penyebab fungsional adalah seperti, mekanisme pertahanan ego.

b.   Fugrue ,berkelana secara tidak sadar 


   Fugrue adalah bentuk gangguan mental disertai keinginan kuat untuk mengembara
atau meninggalkan rumah karena amnesia. Seseorang yang mengalami fugue itu pergi
mengelana tanpa tujuan, dan tidak tau mengap ia pergi. Gangguan ini muncul sesudah
individu mengalami stress atau konflik yang berat,misalnya pertengkaran rumah
tangga, mengalami penolakan, kesulitan dalam pekerjaan dan keuangan, perang atau
bencana alam

      Perilaku seseorang pasien dengan fugue disosiatif adalah lebih bertujuan dan
terintegrasi dengan amnesianya dibandingkan pasien dengan amnesia disosiatif.

c.    Kepribadian Ganda


      Penderita mempunyai dua atau lebih kepribadian. Masing-masing memiliki proses
perasaan dan pikiran yang cukup stabil, sedang perbedaannya biasanya mencolok.
Misalnya kepribadian yang satu dan yang lainmungkin hanya beberapa menit atau
beberapa mtahun. Disebabkan adanya dorongan-dorongan yang saling bertentangan,
terjadi konflik. Selama penderita mengalami, satu kepribadian tak teringan tentang
kejadian pada kepribadian yang lain meskipun hanya beberapa menit. kepribadian
ganda dapat didefinisikan sebagai kelainan mental dimana seseorang yang
mengidapnya akan menunjukkan adanya dua atau lebih kepribadian (alter) yang
masing-masing memiliki nama dan karakter yang berbeda.
      Mereka yang memiliki kelainan ini sebenarnya hanya memiliki satu kepribadian,
namun si penderita akan merasa kalau ia memiliki banyak identitas yang memiliki cara
berpikir, temperamen, tata bahasa, ingatan dan interaksi terhadap lingkungan yang
berbeda-beda.
Walaupun penyebabnya tidak bisa dipastikan, namun rata-rata para psikolog sepakat
kalau penyebab kelainan ini pada umumnya adalah karena trauma masa kecil.

d.   Kepribadian Sosiopatik


       Penderita mengalami keterlambatan perkembangan moral, tidak mampu
mencontoh perbuatan yang diterima masyarakat, kurang mampu bermasyarakat
cenderung antisosial, termasuk psikopat. Biasanya memiliki ciri cerdas, spontan dan
mengesankan, emosinya relatif sulit dibangkitkan, sehingga kurang memiliki rasa takut
dan senang mencari tantangan, tapi cara yang ditempuh kurang tepat, hal ini sebagai
penyebab bawaan. Penyebab lain pada waktu kecil mengalami keterlambatan
kehidupan emosinya, perlakuan yang tidak konsisten. Misalnya latar belakang keluarga
yang retak. Dari segi sosio cultural sebagai akses dari suasana materialistik, hedonistik,
dan kompetitif dari masyarakat modern. 

e.    Depersonalisasi
      Penderita mengalami kehilangan rasa diri , terjadi secara tiba-tiba dan menjadi
orang lain, orang yang berbeda dengan dirinya, merasa terlepas dari tubuhnya. Hal ini
terjadi karena mengalami stres berat akibat situasi tertentu atau kejadian tertentu.
Misalnya kecelakaan, penyakit atau peristiwa-peristiwa traumatik.

f.     Somnabulisme, melakukan sesuatu dalam keadaan tidur


       Somnabulisme adalah mimpi yang hidup, dan aktivitas fisik yang terjadi selama
tidur, sejumlah gerakan diluar kesadaran dan tidak dapat diingat kembali. Bisa terjadi
selama tidur, hal ini lebih sering terjadi pada anak-anak. Misalnya main piano, menjahit,
mengendarai mobil dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk Somnabulisme itu :

       Monodeic, suatu ide dengan bentuk yang sama.


       Polydeic , berbeda-beda dalam waktu yang berlainan.

       Orang atau anak yang mengalami somnabolism ini, karena dikuasai oleh sejumlah
pikiran dan kenangan yang berhubungan satu sama lain. Meskipun dalam keadaan tidur
ia dapat mengingan keadaan sekitarnya yaitu letak pintu, jendela, meja, kursi dan
sebagainya.

3.Psychasthenia 
    Penderita psychasthenia merasa tidak senang, selalu diganggu dan dikejar-kejar,
mimipi yang menakutkan, sering mengalami kompulsion (dorongan paksaan) untuk
berbuat sesuatu. Sebenarnya penderita kurang mempunyai kemampuan untuk tetap
dalam keadaan integrasi yang normal, repression (penekanan) terhadap pengalaman
yang telah lalu. 

4   Neurasthenia
      Penderita neurasthenia selalu merasa lelah , lesu yang sangat. Sering pla disebut
penyakit payah, meskipun sebenarnya fisiknya tak terdapat penyakit apapun. Ia sangat
sensitif terhadap cahaya, suara. Detik jam kadang-kadang menyebabkan tidak dapat
tidur, kepala pusing, selalu gelisah, merasa mempunyai berbagai penyakit, dan takut
akan mati. Menginginkan belas kasihan dari orang lain.

Sebab-sebab neurasthenia ini antara lain : Kesusahan dan kekurangan pekerjaan,


defence mekanisme yang salah

5.   Tiks (tics)


      Dengan gerakan-gerakan tics yang bersangkutan merasa lega, enak (vegetatif).
Macam-macam gerakan seperti dipaksakan. Gerakan habitual sekelompok kecil otot-
otot tertentu. Dimana tics itu sendir berarti gerakan otot yang dilakukan secara tidak
sadar, misalnya berkedip-kedip, mengerutkan dahi, menggerakkan hidung,
menggelengkan kepala dan lain-lainnya. Penderita menyadari perbuatannya tetapi
tidak berusaha menahannya. Sebab-sebab tiks antara lain: perasaan tegang dalam
menghadapi sesuatu,pengalaman yang menakutkan, mengalami kelelahan, personalitas
terganggu.

6.   Kelainan seksual


      Yang dimaksud kelainan dalam uraian buku ini bukan karena adanya patologi
fisiologis, melainkan karena kesalahan dalam penyesuaian psikoseksual dan proses
belajar yang keliru terhadap permasalahan seks, terjadi miskonsepsi.

Kelaiana-kelainan seksual itu antara lain :

1. Otoerotisme  (perangsangan sendiri terhadap alat kelamin)

2. Homoseksual atau lesbian (berhubungan itim antar sesama jenis)

3. Sadisme (hubungan seks wajar antara pria dan wanita, tapi yang bersangkutan baru
merasakan kepuasan seks kalau dapat menimbulkan kesakitan fisik atau psikis orang
yang dicintai)

4. Fetishisma (pemuasan seksual yang ditmbulkan karena melihat atau tersentuh


dengan barang atau benda-benda dari lain jenis misalnya pakaian dalam)

5. Pedofilia (orang dewasa yang ingin berhubungan dengan anak, tanpa menghiraukan


jenis kelamin)

6. Transvetitisme (pemuasan seksual yang diperoleh dengan berpakaian dan menyamar


sebagai jenis kelamin lain)

7. Exhibisionisme (pemuasan seksual yang diperoleh dengan menunjukkan alat kelamin


kepada jenis kelamin lain)

8. Voyeuresma ( mencapai kepuasan seksual karena mengintip secara sembunyi-


sembunyi pasangan yang sedang berhubungan seks, juga pemuda mengintip wanita
yang sedang melepas pakaian)

9. Masochisme (menikmati kepuasan seksual pada waktu mengalami sakit pada diri


sendiri)

10. Incest (hubungan seksual antar anggota keluarga)

11.   Perkosaan (hubungan pria wanita, namun berdasarkan paksaan)

12.   Nekrofilia (Menyukai mayat sebagai objek seks)

13.   Zoophilia (Menyalurkan hasrat seksualnya dengan binatang)


14.   Menyukai benda-benda sebagai objek seks (menikah dengan tembok)

II.4       Agama dan Kesehatan Mental

1.      Manusia dan Agama


      Psikologi agama merupakan salah satu bukti adanya perhatian khusus para ahli
pskologi terhadap peran agama dalam kehidupan dan kejiwaan manusia. Pendapat yang
paling ekstrem pun tentang hal itu masih menunjukkan batapa agama sudah dinilai
sebagai bagian dari kehidupan pribadi manusia yang erat kaitannya dengan gejala-
gejala psikologis. Dalam beberapa bukunya Sigmun Freud yang dikenal sebagai
pengembang psikoanalisis mencoba mengungkapkan hal itu. Agama menurut Freud
tampak pada prilaku manusia sebagai sebagai simbolisasi dari kebencian terhadap ayah
yang direfleksi dalam bentuk rasa takut kepada Tuhan.

       Secara psikologis, agama adalah ilusi manusia. Manusia lari kepada agama karena
rasa ketidak berdayaan menghadapi bencana. Dengan demikian, segala bentuk prilaku
keagamaan merupakan prilaku manusia yang timbul dari dorongan agar dirinya
terhindar bahaya dan dapat memberikan rasa aman. Untuk keperluan itu manusia
menciptakan Tuhan dalam pemikirannya.
Kegiatan keagamaan menjadi faktor penguat sebagai prilaku yang meredakan
ketegangan. Lembaga-lembaga termasuk lembaga keagamaan, bertugas menjaga dan
mempertahankan perilaku atau kebiasaan masyarakat. Manusia menanggapi tuntutan
yang terkandung dalam lembaga itu dan ikut melestarikan lewat cara mengikuti aturan-
aturan yang telah baku.

       Prilaku keagamaan menurut pandangan Behaviorisme erat kaitannya dengan


prinsip reinforcement (reward and punishment). Manusia berprilaku agama karena
didorong oleh rangsangan hukuman dan hadiah. (pahala). Manusia hanyalah sebuah
robot yang bergerak secara mekanis menurut pemberian hukuman dan hadiah.

2.   Agama dan Kesehatan Mental


       Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena faktor tertentu baik yang
disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Namun untuk
menutupi atau meniadakan sama sekali dorongan dan rasa keagamaan kelihatannya
sulit dilakukan, hal ini  Karena manusia ternyata memiliki  batin yang cenderung
mendorongnya untuk tunduk kepada Zat yang gaib, ketundukan ini merupakan bagian
dari intern manusia dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (Self) ataupun hati
nurani (conscience of man). 

      Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam ruhani atau dalam hatinya
selalu merasa tenang, aman dan tenteram. Menurut H.C. Witherington, permasalahan
kesehatan mental menyangkut pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat dalam
lapangan psikologi, kedokteran, psikiatri, biologi, sosiologi, dan agama.

      Beberapa temuan dibidang kedokteran dijumpai sejumlah kasus yang membuktikan


adanya hubungan jiwa (psyche) dan badan (soma). Orang yang merasa takut, langsung
kehilangan nafsu makan, atau buang-buang air. Atau dalam keadaan kesal dan jengkel,
perut seseorang terasa menjadi kembung. Dibidang kedokteran dikenal beberapa
macam pengobatan antaralain dengan menggunakan bahan-bahan kimia tablet, cairan
suntik atau obat minum), electro-therapia (sorot sinar, getaran, arus listrik), (pijat), dan
lainnya. Selain itu juga dikenal pengobatan tradisional seperti tusuk jarum
(accupunctuur), mandi uap, hingga ke cara pengobatan perdukunan. 

     Sejak berkembang psikoanalisis yang diperkenalkan oleh Dr. Breuer dan S. Freud,
orang mulai mengenal pengobatan dan hipotheria, yaitu pengobatan dengan cara
hipnotis. Dan kemudian dikenal pula adanya istilah psikoterapi atau autotherapia
(penyembuhan diri sendiri) yang dilakukan tanpa menggunakan bantuan obat-obatan
biasa. Sesuai dengan istilahnya, maka psikoterapi dan autotherapia digunakan untuk
menyembuhkan pasien yang menderita penyakit ganguan ruhani (jiwa). Usaha yang
dilakukan untuk mengobati pasien yang menderita penyakit seperti itu, dalam kasus-
kasus tertentu biasanya dihubungkan dengan aspek keyakinan masing-masing.
      Sejumlah kasus menunjukkan adanya hubungan antara keyakinan dengan kesehatan
jiwa atau mental tampaknya sudah disadari para ilmuan beberapa abad yang lalu.
Misalnya, pernyataan “Carel Gustay Jung” diantara pasien saya setengah baya, tidak
seorang pun yang penyebab penyakit kejiwaannya tidak dilatarbelakangi oleh aspek
agama”.
     Barangkali hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan
antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap penyerahan
diri seseorang terhadap kekuasaan Tuhan. Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan 
sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif, seperti rasa
bahagia, rasa sengang, puas, sukses, merasa dicintai, atau rasa aman. Dengan kata lain,
kondisi yang demikian menjadi manusia pada kondisi kodratinya, sesuai dengan fitrah
kejadiannya, sehat jasmani dan ruhani.
BAB III
PENUTUP
   III. 1. KESIMPULAN

      Seseorang dikatakan memiliki mental yang sehat, bila ia terhindar dari gejala
penyakit jiwa dan memanfatkan potensi yang dimilikinya untuk menyelaraskan fungsi
jiwa dalam dirinya. Golongan yang kurang sehat mentalnya. Golongan yang kurang
sehat adalah orang yang merasa terganggu ketentraman hatinya. Adanya abnormalitas
mental ini biasanya disebabkan karena ketidakmampuan individu dalam menghadapi
kenyataan hidup, sehingga muncul konflik mental pada dirinya . Gejala-gejala umum
yang kurang sehat mentalnya
             Keharmonisan antara fungsi jiwa dan tindakan dapat dicapai antara lain dengan 
menjalankan ajaran agama dan berusaha menerapkan norma-norma sosial, hukum, dan
moral. Dengan demikian akan tercipta ketenangan batin yang menyebabkan timbulnya
kebahagiaan di dalam dirinya. Definisi ini menunjukkan bahwa fungsi-fungsi jiwa
seperti fikiran, perasaan, sikap, pandangan dan keyakinan, harus saling menunjang dan
bekerja sama sehingga menciptakan keharmonisan hidup, yang menjauhkan orang dari
sifat ragu- ragu dan bimbang, serta terhindar dari rasa gelisah dan konflik batin.

DAFTAR PUSTAKA

Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, Global Pustaka Utama, Yogyakarta, 2001, cet.ke-1.


Moeljono Notosoedirjo, Latipun,  Kesehatan Mental, Universitas Muhammadiyah Malang,
2000.
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, PT. Bulan Bintang, Bandung, 1986,
cet ke-7.

Anda mungkin juga menyukai