Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 telah mengamanatkan diselenggarakannya otonomi seluas-


luasnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian diperkuat dengan
lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, terutama dalam
Bab XVIII yang membahas dan mengatur mengenai desa sebagai cerminan yang memberikan
suatu dasar yang berlandaskan kepada prinsip desentralisasi dan otonomi daerah. Kemudian desa
juga berkembang menjadi desa otonom yang telah disempurnakan dengan adanya Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Undang-Undang tentang desa tersebut telah
membuka peluang bagi Pemerintah Desa untuk lebih kuat, mandiri, demokratis, sejahtera dan
berkeadilan dalam pembangunan desa, penataan tata kelola desa, pembinaan desa, dan
pembangunan wilayah perdesaan yang terintegrasi serta berkelanjutan terutama perihal
pengelolaan keuangan desa.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa membuat masyarakat desa
mendapatkan payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa sebelumnya pada
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Pasalnya masyarakat memandang bahwa Undang-Undang terbaru mengenai desa merupakan
langkah awal pemerintah bersama masyarakat guna mengawal jalannya pengelolaan keuangan
desa untuk lebih digunakan dengan baik dan benar. Sejak awal mula diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, mengisyaratkan kepada setiap desa akan menirima
kucuran dana dari APBN sebesar 1 Miliar pertahun.

Sedangakan selama ini, sebelum diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014,


Pemerintah Desa telah mengelola keuangan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD),
yang jumlahnya tidak terlalu besar, kurang lebih sebesar Rp. 150 juta sampaiRp. 200 juta.
Namun masih ditemukan berbagai masalah, diantaranya; a) pola perencanaan pembangunan
dilakukan dengan cara parsial, hanya terbatas untuk tahun anggaran berjalan,mengakibatkan
terhambatnya proses pembangunan di Desa; b) keterbatasan sumber daya aparatur pemerintah
desa dari segi administrasi dan pengelolaan keuangan desa; c) terbatasnya kemampuan keuangan
desa untuk menampung aspirasi masyarkat secara maksimal dalam penganggaran; d) adanya
tututan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa oleh masyarakat;e) kurang dari
1
10% Desa yang mengirimkan Laporan Pertanggungjawaban secara tepat .

Dana Desa yang diperolah masing-masing desa pun mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Peningkatan alokasi dana desa juga dirasakan oleh Kabupaten Banyuwangi sejak
berlakunya Undang-Undang tentang Desa tersebut. Peningkatan pendanaan untuk desa akan
semakin membantu mempercepat desa guna melaksanakan pembangunan dan pengelolaan desa.
Besarnya dana yang diterima Kabupaten Banyuwangi pada tahun anggaran 2019 mengalami
peningkatan dari tahun anggaran sebelumnya. Jika dana yang diperoleh TA 2018 sebesar Rp.
148,6 Miliar, maka di TA 2019 meningkat menjadi Rp. 161,9 Miliar yang akan dibagi dengan
189 desa di Kabupaten Banyuwangi2. Dengan demikian proses pengelolaan keuangan desa perlu
ditingkatkan dari segi pengawalan dan pengawasan penggunaan keuangan desa. Tujuannya
selain dana yang digunakan agar tepat guna, namun juga untuk menekan angka penyalahgunaan
jabatan atau penyelewenagan anggaran yang kemungkinan dapat terjadi.
Sebagaimana kasus yang pernah di Provinsi Kalimantan Tengah, tepatnya di Desa
Tumbang Tanjung, Kecamatan Pulau Malan, Kabupaten Katingan, bahwa Kepala Desa
Tumbang tanjung Chwan Ma Theo (44), telah melakukan penyelewengan anggaran. Kasus ini
bermula pada tahun anggaran 2015 dimana desa Tumbang Tanjung merima Alokasi Dana Desa
sebesar Rp. 125 juta dan Rp. 235 juta dari Dana Desa. Ditambah adanya bantuan keuangan dari
Provinsi Kalimantan Tengan sekitar Rp. 22 juta dan dana retribusi kabupaten seniali Rp. 8 juta.
Namun yang terjadi meskipun Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) telah dibuat oleh Kepala Desa,
kenyataannya pada saat belanja material, alat, uapah dan lainnya, pihak Kepala Desa meminta
bantuan dari pihak ketiga (perusahaan) dimana pembangunana dilaksanakan. Selain itu untuk
pembuatan gorong-gorong sama sekali tidak dikerjakan hingga akhir 2015. Oleh karenanya
negara merugi Rp. 256 juta dari total Rp. 400 juta yang diberikan kepada desa. Dengan

1
Sinovik Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Banyuwangi 2017
2
5Soerabaianewsweek, 2016, Dana ADD dan DD 2016 di Kab. Banyuwangi capai Rp 217 Milyar,
(http://www.surabayanewsweek.com/2016/02/dana-add-dan-dd-2016-di-kab-banyuwangi.html)
demikian, Kepala Desa Tumbang Tanjung dijerat dengan dua pasal, dengan ancaman penjara
masing-masing 5 tahun penjara3.

Sampai dengan saat ini banyak kasus yang menjerat aparatur desa. Hal ini dikarenakan
kurangnya menajemen pengelolaan yang baik dari Pemerintah Desa sendiri, baik dari segi
pengelolaan keuangan, SDM maupun personality pada masing-masing staf desa. Dalam upaya
meningkatkan pengelolaan keuangan desa dengan tepat dan aman, pihak Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi mengembangkan sistem pengelolaan keuangan desa dengan memanfaatkan jaringan
teknologi informasi (IT) secara online. Inovasi IT tersebut diberi nama Banyuwangi Digital
Society (B-Diso) yang terintegritas dan bekerjasama dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
dalam penyediaan akses layanan internet dalam rangka mendorong terciptanya Indonesian
Digital Network (IDN)4. Pelaksanaan kegiatan tersebut telah didukung dengan pemasangan titik-
titik wifi di setiap kantor pemerintahan termasuk kantor desa di seluruh wilayah Banyuwangi.
Sehingga dalam proses pengelolaan keuangan desa nantinya akan semakin mudah dan aman.

Pentingnya media informasi bagi pemerintah saat ini sangat diperlukan mengingat tingkat
efektivitas dan efisiensi yang ditawarkan. Media informasi yang dimanfaatkan dilingkungan
pemerintahan disebut juga dengan istilah Electronic Government (e-Gov). Manfaat terpenting
dari e-Government salah satunya sebagai penunjang dalam melakukan berbagai macam
pelayanan publik. Pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih mudah, murah dan cepat,
sehingga mempercepat proses pelayanan yang awalnya cenderung berbelit-belit dan tidak rapi.
Sistem e-Government saat ini sangat membantu pemerintah guna meningkatkan kualitas tata
kelola pemerintahan. Mulai dari kemudahan pengolahan data, penatausahaan data hingga
pertanggungjawaban yang dapat dilakukan secara online. Selain itu, upaya pertukaran data dan
informasi juga dapat dilakukan secara mudah, cepat dan aman serta terjaga keasliannya. Manfaat
lainnya adalah mampu memangkas mata rantai birokrasi dengan memperpendek jarak tempuh
pertukaran data dan informasi. Dengan demikian transparansi dan akuntabilitas pemerintahan
dapat tercapai dengan baik mengingat layanan informasi untuk publik juga tersedia secara luas.
3
6Bakti Triokta, 2017, Kades Tumbang Tanjung Dijemput Paksa di Palangka Raya,
(http://www.kabarkalteng.com/2017/07/kades-tumbang-tanjung-dijemput-paksa-di.html diakses pada 12
September 2017)
4
Prabowo, Arief, 2013, Grand Launching Banyuwangi Digital Society,(http://www.telkom.co.id/grand-launching-
banyuwangi-digital-society.html)
Salah satu bentuk inovasi e-government adalah pada pengelolaan keuangan desa yang
disebut dengan Electronic Village Budgeting yang selanjutnya akan disebut E-VB. Sistem ini
bertujuan untuk mengelola keuangan desa agar lebih administrasi, dengan langkah mudah dan
aman. Sistem e-VB ini juga telah mandapat apresiasi dari Menteri Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi (DPDTT), Marwan Jafar pada acara Grand Launching Program E-
VB pada Minggu, 7 Desember 2014 di depan Kantor Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Program ini menurut pemaparan beliau pada kunjungannya tersebut bahwa program Kabupaten
Banyuwangi sangat bagus dan komprehensif yang dapat dijadikan percontohan nasional karena
inovasinya yang terbilang lebih dulu beroperasi dari pada daerah lain 5. Asumsinya mengingat
jumlah desa yang mencapai ribuan, maka efisiensi waktu, tenaga dan biaya akan semakin tidak
efektif. Dengan adanya sistem online tersebut, beliau menjelaskan dari pusat pun akan mudah
dimonitoring mengingan sekarang adalah era-nya online dimana semua terpadu secara online.

Program E-VB tersebut juga selaras dengan program yang akan dipersiapkan oleh
Kemeterian DPDTT untuk tahun 2015 yang diberi nama e-Desa Mandiri. E-Desa Mandiri
tersebut hadir dengan meluncurkan laman “desa online” melalui situs indonesiamembangun.id.
Nantinya pemerintah desa wajib menginformasikan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan,
termasuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) kepada masyarakat desa melalui
layanan informasi umum dan melaporkannya dalam Musyawarah Desa paling sedikit satu tahun
sekali6.

Aplikasi E-VB di Kabupaten Banyuwangi menjadi strategi untuk meningkatkan


pengelolaan keuangan desa menggunakan sistem online. Pengelolaan keuangan berbasis online
tersebut dilakukan seiring rencana pemerintah mengucurkan Dana Desa yang bersumber dari
APBN ke desa, yang setiap desa mendapatkan anggaran sekitar Rp1,4 miliar per tahun sesuai
amanat Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Bupati Banyuwangi Abdullah
Azwar Anas menjelaskan E-VB merupakan sistem keuangan desa seperti Sistem Pengelolaan

5
Humas dan Protokol Banyuwangikab, 2014, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Launching e-Village Budgeting, (http://www.banyuwangikab.go.id/berita-daerah/menteri-desa-pembangunan-
daerah- tertinggal-dan-transmigrasi-launching-e-village- budgeting.html)
6
JPPN, 2014, Menteri Marwan Luncurkan Sistem Informasi Desa Online,Artikel (online),
(http://www.jpnn.com/news/menteri-marwan-luncurkan-sistem-informasi-desa-online)
Keuangan Daerah yang digunakan di kabupaten/kota yang menjadi salah satu contoh inovasi
menuju transparansi penganggaran dan monitoring pembangunan di pelosok desa yang terdiri
dari tiga bagian yaitu perencanaan, tata kelola dan evaluasi7.

Berdasarkan Peraturan Bupati Banyuwangi No. 15 Tahun 2015 tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Desa di Kabupaten Banyuwangi Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (4),
menjelaskan bahwa Electronic Village Budgeting yang selanjutanya disebut E-VB adalah sistem
aplikasi tehnologi informasi yang berbasis website tentang pengelolaan keuangan desa yang
disediakan dan dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten yang dijadikan sebagai sarana dalam
penganggaran, penatausahaan dan pelaporan keuangan desa. masih dalam peraturan yang sama
pada Pasal 48 ayat (2) Bab IV Pembinaan dan Pengawasan, bahwa pembinaan dan pengawasan
dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terhadap pengelolaan keuangan desa dilakukan
melalui aplikasi EVB (e-Village Budgeting) yang terintegrasi di dalam website Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi, serta pada ayat (4) yang menerangkan pembinaan dan Pengawasan
sebagaimana ayat (2) dilakukan dalam penyaluran Dana Desa, Alokasi Dana Desa, dan Bagi
hasil Pajak dan Retribusi Daerah dari Kabupaten kepada Desa.
Sistem pengelolaan keuangan desa berbasis online tersebut diresmikan sejak akhir tahun 2014
dan akan mulai efektif pada awal tahun 2015. Program ini diselenggarakan di 189 desa di
seluruh Kabupaten Banyuwangi demi menunjang pembangunana daerah. Dimana semua
anggaran dan program desa terintegrasi dan mandiri. Sistem online tersebut juga bersinergi
dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD), BAPPEDA, serta Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Banyuwangi8. Dengan adanya sistem E-VB ini
diharapkan mampu mengawasi dengan seksama perihal setiap tahap penerimaan dan pengeluaran
dana di level desa. Melalui cara ini, pencairan anggaran juga mudah terpantau. Sebagaimana
pemaparan berikut:

7
JPPN, 2014, Banyuwangi Terapkan e-Village Budgeting dan e-Village Monitoring,
(http://www.jpnn.com/news/banyuwangi-terapkan-e-village-budgeting-dan-e-village-monitoring?page=2)
8
Pemkab Banyuwangi, 2014, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Launching E-Village Budgeting,
(http://banyuwangikab.go.id/berita-daerah/menteri-desa-pembangunan-daerah-tertinggal-dan-transmigrasi-
launching-e-village-budgeting.html)
”Pencairan anggaran terkontrol. Setiap dana turun, langsung disinkronkan. Kegiatan
yang ada juga tersusun rapi sesuai rencana dan anggaran. Jika program belum tuntas
tidak bisa dicairkan. Ini bisa mengantisipasi penyimpangan sekaligus ini ikhtiar
memberi perlindungan bagi perangkat desa mengingat anggarannya besar,” ujar Yayan,
sapaan akrab Suyanto9.

Dari pemaparan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD)


Banyuwangi, Suyanto Waspo Tondo diatas mengindikasikan bahwa untuk setiap program
persemester harus selesai terlebih dahulu sebelum melakukan pencairan dana untuk program
kegiatan semester selanjutnya. Dengan demikian, setiap program yang akan berjalan dapat
dipantau sinergisitasnya dengan besaran dana yang ditanggungkan untuk setiap program
kegiatan.Berdasarkan pemaparan singkat mengenai alasan penulias mengangkat sistem E-VB,
penulis ingin menganalisis lebih lanjut tentang Efektivitas Sistem E-VB Untuk Meningkatakan
Kinerja Pengelolaan Keuangan Desa di Kabupaten Banyuwangi. Apakah kedepannya sistem
penganggaran online tersebut dapat memberikan manfaat lebih kepada kinerja pengelolaan
keuangan desa ataukah sebaliknya dengan memberikan dampak negatif terhadap kinerja
pengelolaan keuangan Desa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik rumusan
masalah, yakni:
1. Bagaimana efektivitas sistem E-VB untuk meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan
desa di Kabupaten Banyuwangi?
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan sistem E-VB untuk meningkatkan
kinerja pengelolaan keuangan desadi Kabupaten Banyuwangi?

9
Banyuwangikab, 2016,189 Desa di Banyuwangi Telah Terapkan E-Village Budgeting,
(http://www.banyuwangikab.go.id/berita-daerah/189-desa-di-banyuwangi-telah-terapkan-e-
village-budgeting.html,)
C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan daripada penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang tersaji
sebelumnya, adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui efetivitas sistem E-Village Budgeting untuk meningkatkan kinerja
pengelolaan keuangan desa di Kabupaten Banyuwangi.
2. Mengetahui implikasi yang ditimbulakan atas penerapan sistem E-VB terhadap kinerja
pengelolaan keuangan desa di Kabupaten Banyuwangi.
3. Memaparkan kendala-kendala yang ditemui secara merinci dalam penerapan sistem e-
Village Budgeting untuk meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan desa di
Kabupaten Banyuwangi.

Anda mungkin juga menyukai