Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

KEPERAWATAN HIV DAN AIDS

NAMA DOSEN : Dr. Tigor H. Situmorang. MH., M.Kes.


NAMA KELAS : II B KEPERAWATAN
Disusun Oleh : Regina Viratika(201601131)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2019
A. Hiv dan AIDS
1. HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4
yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang
berbagai penyakit. Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi
kondisi serius yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
2. AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Akan tetapi, ada
obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan dapat meningkatkan
harapan hidup penderita.
AIDS, kependekan dari  Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Sindroma
Imunodefisiensi Akuisita adalah kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh
menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV. HIV (Human
Immunodeficiency virus) adalah virus golongan RNA yang spesifik menyerang
sistem kekebalan tubuh/ imunitas manusia dan menyebabkan AIDS.
HIV positif adalah orang yang telah terinfeksi HIV dan tubuh telah membentuk
antibodi (zat anti) terhadap virus tersebut.  Masa jendela/window period adalah masa
dimana seseorang telah terinfeksi HIV, namun tubuh masih belum membentuk
antibodi terhadap HIV, sehingga pada pemeriksaan serologis – hasilnya negatif.
Lamanya masa jendela ini adalah sekitar 2 minggu sampai 3 bulan.
Pada saat virus HIV menginfeksi tubuh manusia, maka  virus akan menyerang sel
limfosit CD4+. Sel limfosit CD4+ ini merupakan bagian dari sel darah putih yang
berperan penting dalam pertahanan tubuh manusia. Limfosit CD4+ ini merupakan
target utama dari virus HIV. Infeksi virus HIV perlahan akan menyebabkan
berkurangnya jumlah sel limfosit CD4+ dalam tubuh dan kemudian menyebabkan
terjadinya gangguan pertahanan tubuh atau respons imun. Jumlah limfosit CD4+ yang
rendah dalam darah merupakan petunjuk progresivitas penyakit pada infeksi HIV.

B. Perjalanan penyakit mulai dari masuknya virus ke tubuh seseorang


1. Tahap pertama
Tahap mulai terinfeksi HIV, seseorang terlihat sehat saja. Belum ada tanda-tanda
penurunan kesehatan yang jelas. Walau nampak sehat, tapi orang yang terinfeksi HIV
ini bisa menularkan virus ke orang lain.
Penularan bisa melalui perpindahan darah, cairan sperma dan cairan vagina dari orang
dengan HIV ke orang lain. Selain itu, bisa juga dari ibu hamil dengan HIV
menularkan kepada janin melalui plasenta atau pada saat persalinan.
2. Tahap kedua
Memasuki tahun kelima hingga kedelapan gejala mulai nampak. Seperti berat badan
turun drastis, cepat dan sering merasa lelah, sering demam disertai keringat dingin
tanpa sebab jelas. Ada juga yang mengalami pembengkakan kelanjar di sekitar leher,
ketiak, lipatan pah tanpa sebab jelas.
3. Tahap ketiga
Memasuki tahun kedelapan hingga kesepuluh mulai masuk ke tahap Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Sistem kekebalan tubuh sudah menurun dan
tidak ada lagi perlawanan terhadap penyakit. Bahkan penyakit yang tidak berbahaya
sekalipun bisa menjadi mematikan.
4. Tahapan keempat
Meninggal dunia karena infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik adalah infeksi yang
mengambil kesempatan dari kelemahan sistem kekebalan tubuh.
Namun perlu ditekankan perjalanan penyakit ini terjadi bila tidak menggunakan
terapi antiretroviral (ARV). Bila mengonsumsi ARV, kemungkinan tidak mengalami
infeksi oportunistik dan terkena AIDS. Keadaan baik ini hanya akan berlaku bila
mengonsumsi ARV dengan kepatuhan seperti mengutip laman Spiritia.

C. Widow Period
Window period HIV adalah waktu antara terpapar HIV hingga hasil tes yang dilakukan
dapat memberikan hasil yang akurat.
Secara umum, masa inkubasi diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan
mikroorganisme dari mulai masuk ke tubuh hingga menimbulkan gejala klinis (sakit).
Secara lebih spesifik, masa inkubasi HIV berarti waktu yang dibutuhkan HIV yang
masuk ke tubuh (paparan) hingga menimbulkan gejala awal dan terdeteksi melalui
pemeriksaan. Masa inkubasi HIV adalah 2-4 minggu. Jadi diperlukan waktu 2-4 minggu
bagi HIV yang masuk ke tubuh hingga menimbulkan gejala awal. Paparan HIV dapat
melalui perlukaan dengan objek tercemar, jarum suntik tercemar, atau kontak seksual tak
aman. Gejala awal ini disebut sebagai infeksi akut primer.
Masa inkubasi ini sangat penting diketahui guna mendeteksi penyakit HIV
secepat mungkin dengan hasil akurat yang dapat diandalkan. Beberapa orang ingin
melakukan tes HIV secepat mungkin, namun untuk mendapatkan hasil tes yang akurat
maka ada waktu-waktunya.
Jika seseorang masih berada pada masa window period, maka hasil tes yang dilakukan
pasti negatif, sedangkan ia sebenarnya sudah tertular dan dapat menularkan ke orang lain.

D. Tanda dan Gejala HIV AIDS


Gejala HIV dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap infeksi akut, dan
terjadi pada beberapa bulan pertama setelah seseorang terinfeksi HIV. Pada tahap ini,
sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi membentuk antibodi untuk melawan virus
HIV. Pada banyak kasus, gejala pada tahap ini muncul 1-2 bulan setelah infeksi terjadi.
Penderita umumnya tidak menyadari telah terinfeksi HIV. Hal ini karena gejala yang
muncul mirip dengan gejala penyakit flu, serta dapat hilang dan kambuh kembali. Perlu
diketahui, pada tahap ini jumlah virus di aliran darah cukup tinggi. Oleh karena itu,
penyebaran infeksi lebih mudah terjadi pada tahap ini.
Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung hingga
beberapa minggu, yang meliputi:

1. Demam hingga menggigil.


2. Muncul ruam di kulit.
3. Muntah.
4. Nyeri pada sendi dan otot.
5. Pembekakan kelenjar getah bening
6. Sakit kepala.
7. Sakit perut.
8. Sakit tenggorokan dan sariawan.

Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten dapat
berlangsung hingga beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus HIV semakin
berkembang dan merusak kekebalan tubuh.

Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita tidak
merasakan gejala apapun selama tahap ini. Akan tetapi, sebagian penderita lainnya
mengalami sejumlah gejala, seperti:

1. Berat badan turun.


2. Berkeringat di malam hari.
3. Demam.
4. Diare
5. Mual dan muntah.
6. Herpes Coster.
7. Pembengkakan kelenjar getah bening.
8. Sakit kepala.
9. Tubuh terasa lemah.

Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV semakin
berkembang. Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS.
Ketika penderita memasuki tahap ini, sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah,
sehingga membuat penderita lebih mudah terserang infeksi lain.

Gejala AIDS Meliputi:

1. Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya.


2. Berkeringat di malam hari.
3. Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus.
4. Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang. Keluhan ini kemungkinan menandakan
adanya sarcoma kaposi.
5. Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.
6. Diare kronis.
7. Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi atau hilang ingatan.
8. Infeksi Jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina.
9. Mudah memar atau berdarah tanpa sebab. \
10. Mudah marah dan depresi.
11. Ruam atau bintik di kulit.
12. Sesak napas.

E. Penularan HIV AIDS


Pada dasarnya, HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk darah, air mani,
cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV. Siapapun dari segala usia, ras,
maupun jenis kelamin bisa terinfeksi HIV, termasuk bayi yang lahir dari ibu yang
terinfeksi HIV.
Beberapa metode penularan HIV yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
1. Hubungan seks
Penularan dengan melakukan hubungan seksual dapat terjadi dari pria ke wanita atau
sebaliknya, serta pada sesama jenis kelamin melalui hubungan seksual yang berisiko.
Penularan HIV dapat terjadi saat hubungan seks melalui vagina, anal, maupun seks
oral, dengan pasangan yang terinfeksi HIV. Salah satu cara terbaik untuk mencegah
penularan HIV adalah menggunakan kondom saat berhubungan seks dan tidak
berganti-ganti pasangan seksual.
2. Penggunaan jarum suntik
HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi dengan darah yang
terinfeksi. Berbagi pakai jarum suntik atau menggunakan jarum suntik bekas,
membuat seseorang memiliki risiko sangat tinggi tertular penyakit, termasuk HIV.
3. Transfusi Darah
Dalam sebagian kasus, penularan HIV juga bisa disebabkan oleh transfuse darah.
Namun, kejadian ini semakin jarang terjadi karena kini diterapkan uji kelayakan
donor, termasuk donor darah, organ ataupun donor jaringan tubuh. Dengan pengujian
yang layak, penerima donor darah memiliki risiko yang rendah untuk terinfeksi HIV.

Anda mungkin juga menyukai