RMK & Review Artikel Etika Bisnis Pertemuan Ke 6 (Oleh Kelompok 2) Fix
RMK & Review Artikel Etika Bisnis Pertemuan Ke 6 (Oleh Kelompok 2) Fix
OLEH:
KELOMPOK 2
1. Ni Made Ayu Nirmalasari Putri Erawan (1881621008/09)
2. Cokorda Istri Eka Pratiwi (1881621009/10)
3. Ni Made Ayu Maya Puspita (1881621015/16)
Kerangka Tata Kelola dan Akuntabilitas Modern untuk Pemegang Saham dan Para
Pemangku Kepentingan Lainnya.
Kasus pelanggaran etika yang berujung pada kegagalan bisnis, audit, dan tata kelola
perusahaan berskala besar seperti Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom telah
mengakibatkan hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan-perusahaan di Amerika.
Hal ini merupakan suatu bencana besar di lingkungan bisnis, dan telah menjadi pemicu
harapan baru dalam tata kelola dan akuntabilitas perusahaan. Menyikapi hal tersebut, para
politisi Amerika menciptakan kerangka tata kelola dan akuntabilitas baru yang dikenal
dengan Sarbanes-Oxley Act (SOX) yang bertujuan untuk memulihkan kembali kepercayaan
investor dan memfokuskan kembali tata kelola perusahaan pada tanggung jawab direksi
terhadap kewajiban fidusia mereka, yakni tanggung jawab terhadap kepentingan pemegang
saham dan para pemangku kepentingan lainnya.
Perusahaan bertanggung jawab secara hukum kepada pemegang saham dan secara
strategis kepada pemangku kepentingan tambahan yang dapat secara signifikan
mempengaruhi pencapaian objektifnya. Dalam proses tata kelola berorientasi pada
akuntabilitas-pemangku kepentingan (Stakeholder-Accountability Oriented Governance
Process (SAOG), Dewan Direksi harus mempertimbangkan semua kepentingan stakeholder.
Dewan Direksi memastikan bahwa tindakan perusahaan berpedoman pada visi perusahaan,
misi, strategi, kebijakan, kode etik, praktik, sesuai mekanisme, dan pengaturan umpan balik.
Jika tidak, perusahaan dapat kehilangan dukungan dari satu atau lebih stakeholder. Pedoman
yang tepat diperkuat oleh mekanisme umpan balik harus diberikan kepada manajemen dan
diperkuat oleh budaya perusahaan yang etis. Jika tidak, manajemen dapat bertindak
seenaknya karena tidak ada pedoman yang membatasi serta umpan balik.
Umpan balik dari perusahaan contohnya:
Dewan Direksi mungkin akan diperingatkan oleh beberapa agen jika muncul perilaku
manajemen yang dipertanyakan
Pemegang saham biasanya memilih auditor eksternal untuk memberikan pendapat
ahli tentang apakah laporan keuangan yang disiapkan manajemen telah menyajikan
secara wajar dan sesuai dengan IFRS/GAAP
Auditor eksternal diminta untuk bertemu dengan Komite Audit dari dewan dan
mendiskusikan laporan keuangan dan internal kontrol perusahaan
Auditor internal berperan untuk menilai apakah kebijakan perusahaan telah bersifat
komprehensif dan terus ditaati
Pengacara perusahaan akan diharapkan untuk membuat dewan direksi menyadari
masalah jika manajemen tidak merespons dengan tepat ketika menceritakan
kejanggalan yang ada
Ethics Officer harus melapor kepada Dewan Komite Audit dan menjadi saluran yang
dilalui oleh whistle-blowers
Ancaman Bagi Tata Kelola dan Akuntabilitas yang Baik
Dalam menanggapi ancaman-ancaman yang terkait dengan tata kelola dan akuntabilitas yang
baik, maka suatu pedoman yang jelas sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan
mengatasi ancaman-ancaman tersebut. Tiga ancaman yang signifikan meliputi:
HP didirikan tahun 1939 dan beroperasi lebih dari 170 negara. Penjualan terbesar
adalahkomputer personal, dan menyediakan produk dan jasa yang beragam seperi
foto digital,entertaimen digital, penghitungan, printer. Sebagai tambahan HP menyediakan
infrastruktur danpenyediaan superkomputer yang sangat kuat yang mengendalikan
berbagai peralatan. HPtermasuk dalam jajaran perusahaan IT besar dengan total
pendapatan pada kuartal keempat 2007yang berakhir 31 Desember 2007 sebesar $ 107,7 juta.
HP menduduki rangking ke 14 dari daftar500 perusaan terbesar menurut the Forbes. Kantor
pusat perusahaan di di Palo Alto California.
Patricia Dunn bergabung dengan HP tahun 1998 dan pada bulan Februari 2005 menjadi
direktur.Sebelumnya dia menjadi direktur perusahaan investasi Barclay Global. Pada Januari
2006, diweb CNET memberitakan tentang strategi jangka panjang HP yang dikutip dari
sumber orangdalam perusahaan yang tidak disebutkan namanya. Informasi yang
diberitakan merupakaninformasi yang hanya diketahui para dewan. Menindak lanjuti dari
artiket CNET, Patricia Dunndibantu dengan pegawai yang menangani security data dan
penasihat mengotorisasi tim ahlisecurity dan elektronic yang independen untuk menyelidiki
sumber kebocoran. Target daripenyelidikan adalah komunikasi para manajer perusahaan
yaitu telepon dan email bukan hanyaaccount perusahaan tetapi juga account pribadi.Tim
penyelidik tidak mendengarkan percakapan di telpon secara langsung. Mereka
menyelidikisiapa yang ditelpon atau menelpon. Penyelidikan menggunakan taktik yang
beragam dari yangkontroversial sampai yang melanggar hukum. Termasuk dalam
taktik ini menggunakanpenyelidik swasta yang berkedok sebagai dewan HP dan kemudian
menipu operator telpon untukmendapatkan data percakapan para direktur. Hal yang sama
dilakukan terhadap 9 wartawan.Teknik ini dikenal dengan pretexting.
Keterangan:
Pretexting adalah suatu teknik untuk membuat dan menggunakan skenario yang
diciptakan(sebuah dalih) yang melibatkan korban yang ditargetkan dengan cara
meningkatkankemungkinan korban membocorkan informasinya. Pretexting bisa disebut
sebagai kebohonganyang terencana dimana telah diadakan riset data sebelumnya untuk
mendapatkan data-data akuratyang dapat meyakinkan target bahwa kita adalah pihak yang
terautorifikasi.
3. Apakah alasan pengundurunan diri dari dewan direktur selalu diumumkan ke publik?
Jawaban: Pada perusahaan Go Public alasan pengundurunan diri dari dewan direktur
seharusnyaselalu diumumkan ke publik. Hal ini dilakukan karena publik memiliki
hak untukmengetahui informasi apapun yang ada dan terjadi dalam perusahaan, khususnya
bagiinvestor maupun kreditur, pergantian direksi merupakan salah satu informasi
pentingdalam bursa saham yang mana itu nantinya akan menyebabkan adanya sentimen
positifmaupun negatif bagi investor yang merupakan pertimbangan pengambilan
keputusaninvestasi, dimana ini juga sesuai dengan prinsip full disclosure untuk menjaga
danmelindungi kepentingan publik. Dan pergantian direksi juga akan menentukan
arahperusahaan kedepannya, tujuan yang ingin dicapai karena beda pemimpin beda pula cara
untuk mencapai tujuan dan hal tersebut tentunyta akan sangat mempengaruhi
kondisiperusahaan
ETIKA BISNIS
REVIEW ARTIKEL NASIONAL & INTERNASIONAL
PERTEMUAN KE-6
OLEH:
KELOMPOK 2
1. Ni Made Ayu Nirmalasari Putri Erawan
(1881621008/09)
2. Cokorda Istri Eka Pratiwi (1881621009/10)
3. Ni Made Ayu Maya Puspita (1881621015/16)
1. General Review
1.1 Pendahuluan
Salah satu motivasi earning management adalah meminimalkan pajak. Perusahaan
menganggap pajak sebagai beban. Manajemen melakukan earning management dengan
tujuan untuk meminimalkan beban pajaknya. Perusahaan dalam melakukan perencanaan
pajak cenderung memilih cara aman dengan menghindari pajak secara legal, yaitu melakukan
tax avoidance. Earning management dan tax avoidance yang merupakan penyimpangan
dapat dicegah dengan adanya pengawasan dan pengelolaan perusahaan yang baik atau good
corporate governance. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tax avoidance
dan corporate governance terhadap earning management pada perusahaan manufaktur di
Indonesia. Perusahaan manufaktur yang memiliki aset tetap yang besar dipandang peneliti
dapat menjadi celah dilakukannya earning management melalui praktik tax avoidance.
Penelitian terdahulu mayoritas berfokus pada earning management dengan corporate
governance atau dengan pajak yang terfokus pada tax aggressiveness, tax sheltering maupun
tax secara umum. Namun, penelitian ini mencoba menganalisis pengaruh antara tax
avoidance dan corporate governance terhadap earning management. Earning management
menarik untuk diteliti karena terdapat beberapa kasus earning management di Indonesia
maupun luar negeri. Harian Rakyat Merdeka (2013) mengutip pernyataan Wakil Ketua Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), Hasan Basri, yang menyatakan bahwa sering ditemukannya
kecurangan perhitungan akuntansi dalam laporan keuangan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Kecurangan tersebut dilakukan dengan cara melaporkan laba yang diterima lebih
besar dari laba yang sebenarnya. Tujuannya tentu saja untuk melambungkan laba perusahaan
supaya manajemen mendapatkan bonus besar. Liputan 6 (2015) melalui situsnya
memberitakan pengunduran diri Chief Executive Officer (CEO) Toshiba Corp Hisao yaitu
Tanaka dan para pejabat senior karena terlibat dalam skandal akuntansi terbesar di Jepang
dalam beberapa tahun terakhir.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh tax avoidance dan corporate governance terhadap earning management pada
perusahaan manufaktur di Indonesia.
3) Manajemen Laba
Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan bisnis adalah laba yang dihasilkan perusahaan. Informasi laba
sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 2
merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang
menggunakannya karena memiliki nilai prediktif. Hal tersebut membuat pihak manajemen
berusaha untuk melakukan manajemen laba agar kinerja perusahaan tampak baik oleh pihak
eksternal.
(-) H1
Ukuran Dewan
Komisaris Earning Manajemen
(-) H2 diterima
Proporsi Dewan
Komisaris
Independen (-) H3 Earning Manajemen
Ukuran Komite ditolak
Audit (-) H4
Kepemilikan
Manajerial
1.7 Kesimpulan
Pada penelitian telah menemukan beberapa bukti empiris terkait dengan hipotesis
yang dirumuskan. Adapun kesimpulan dari pengujian yang dilakukan, sebagai berikut.
1) Secara simultan dewan komisaris, komisaris independen, komite audit, kepemilikan
manajerial, dan tax avoidance berpengaruh terhadap earning management.
2) Secara parsial, dewan komisaris dan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap
earning management.
3) Secara parsial variabel kepemilikan manajerial dan tax avoidance berpengaruh positif
terhadap earning management.
4) Secara parsial komite audit tidak berpengaruh terhadap earning managemen.t
1.8 Keterbatasan dan Arah untuk Penelitian Masa Depan
1.8.1 Keterbatasan Penelitian
1) Penggunaan ETR untuk mengukur penghindaran pajak mengeliminasi perusahaan yang
mengalami kerugian selama periode penelitian yang mengakibatkan terbatasnya sampel.
2) Penelitian ini tidak membandingkan kelompok perusahaan dengan persentase kepemilikan
manajerial yang tinggi dan rendah sehingga perbedaan persentase kepemilikan manajerial
sangat ekstrim.
3) Penelitian ini juga tidak membandingkan antara perusahaan dengan kepemilikan
manajerial dengan perusahaan yang tidak terdapat kepemilikan manajerial di dalamnya
sehingga tidak dapat melihat pengaruh kepemilikan manajerial dengan lebih jelas.
2. Critical Review
2.1 Strong Points
a. Dilihat dari sisi penulisan
1) Bahasa yang digunakan cukup mudah dipahami, sehingga pembaca tidak kesulitan
dalam memahami isi dari artikel tersebut.
2) Penulisan jurnal sudah menyajikan abstrak.
3) Bagian abstrak sudah ditulis dengan jelas dan sudah mencakup materi yang dibahas
dalam artikel tersebut, sehingga pembaca lebih mudah memahami permasalahan yang
akan dibahas.
4) Latar belakang telah dipaparkan sesuai dengan judul dari artikel ini.
5) Peneliti telah memenuhi aturan dengan tidak mencantumkan gelar akademik.
6) Pencantuman referensi sudah diurut berdasarkan abjad sehingga memudahkan
pembaca untuk memahami pencantuman referensi.
1. General Review
1) Pendahuluan
Peran etika menjadi konteks sistem tata kelola perusahaan yang dewasa ini
beberapa penelitian telah mengeksplorasi dengan melihat keadaan saat ini yang tata
kelola perusahaan umumnya bersifat legalistik dalam arti bahwa kode, pedoman, dan
peraturan diberlakukan untuk mengawasi tata kelola perusahaan khususnya Kode Etik
Malaysia tentang Tata Kelola Perusahaan (MCCG) yang berfokus pada memastikan
perusahaan mematuhi aturan tata kelola perusahaan, pedoman, dan regulasi.
Pembaruan terbaru dari kode, seperti Sarbanes Oxley Act (SOX) 2002 dan revisi
MCCG 2007 menunjukkan adanya indikasi memaksakan kepatuhan sebagai cara dan
sarana untuk memperbaiki sistem pemerintahan, seperti halnya SOX 2002 yang
menetapkan langkah-langkah terkait larangan layanan non-audit oleh auditor luar dan
pelaksanaan kode etik direksi untuk memperkuat kekuatan komite audit. MCCG 2007
yang direvisi menetapkan aturan tentang kualifikasi dewan, peran komite, fungsi audit
internal (IAF), dan peran komite audit untuk meningkatkan praktik tata kelola
perusahaan di antara perusahaan publik di Malaysia. Dengan kata lain, perbaikan yang
dibuat untuk aturan dan peraturan tata kelola perusahaan menunjukkan hanya
modifikasi struktural dari sistem. Hal itu disebabkan karena pembangunan sistem tata
kelola perusahaan terutama dibuat dengan memfokuskan pada proses dan struktur
hukum untuk memastikan kepatuhan, aspek moral diperdebatkan oleh banyak orang
untuk tidak hadir atau terbatas. Keterbatasan ini, menurut Arjoon (2005) misalnya,
tidak memadai untuk mendukung lingkup sekarang tata kelola perusahaan untuk
memotivasi perilaku perusahaan yang baik.
2) Tujuan Penelitian
Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka penelitian ini bertujuan untuk untuk
menetapkan dasar eksplorasi lebih lanjut dari tata kelola perusahaan dari perspektif
perilaku dengan memindahkan agenda penelitian menuju lingkup yang lebih luas
dalam pemeriksaan masalah tata kelola perusahaan.
3) Tinjauan Literatur
Beberapa tinjauan literatur untuk tata kelola perusahaan yang berdasarkan
teori dan penelitian-peneitian terdahulu, yaitu teori agensi yang menjadi teori utama
dalam menekankan manfaat finansial sebagai fokus utama tujuan perusahaan.
Kemudian, teori-teori pemerintahan, seperti teori stakeholder dan teori penatagunaan
menyatakan bahwa tujuan pemerintahan adalah untuk memaksimalkan kekayaan
pemegang saham, dan menjaga kepentingan para pemangku kepentingan lainnya.
Secara umum, teori-teori awal ini memposisikan kontribusi akademik terhadap satu
perspektif tata kelola, yaitu, generasi kekayaan melalui maksimalisasi keuntungan.
Akibatnya, kerangka kerja tata kelola perusahaan dikembangkan dan dipahami
sebagai sistem struktur dan proses untuk mencapai keuntungan ekonomi, yaitu,
keuntungan finansial.
Keinginan manajer untuk menarik perhatian investor terkait dengan
keuntungan finansial, maka perusahaan perlu melaporkan kepatuhan yang tinggi
terhadap aturan dan peraturan tata kelola. Bukti empiris berkenaan dengan tata kelola
menunjukkan bahwa kode, aturan dan peraturan digunakan sebagai indikator untuk
mengevaluasi kepatuhan perusahaan (Webb 2007; Valenti 2008). Adapun indikator
khusus, seperti struktur dewan, audit, dewan direksi, dualitas CEO, peran investor
institusi, struktur kepemilikan dan peran komite audit yang diidentifikasi sebagai
langkah-langkah untuk mengevaluasi kepatuhan tata kelola perusahaan. Sebagai
contoh, Valenti (2008) menemukan efek yang signifikan dari SOX 2002 pada praktik
tata kelola perusahaan, yang diukur dengan independensi dewan, komite audit, dan
keragaman gender.
Penelitian oleh Valenti juga mengungkapkan bahwa tata kelola perusahaan
meningkat setelah penerapan SOX 2002. Hal ini berarti bahwa kepatuhan terhadap
SOX Act 2002 berdampak pada praktik tata kelola yang positif. Bauwhede (2009)
meneliti efek kepatuhan pada praktik tata kelola perusahaan dan kinerja operasi
perusahaan-perusahaan Eropa, diukur dengan return on assets (ROA). Penelitian ini
dapat mendukung hipotesis bahwa kepatuhan yang lebih besar mengarah pada kinerja
operasi yang lebih besar dan sejalan dengan hasil penelitian oleh Saad (2010)
menunjukkan pandangan positif pada kepatuhan dan ekonomi, yaitu, struktur pasar.
4) Objek Penelitian
Artikel The Role of Ethics in Corporate Governance ini menggunakan objek
penelitian yaitu didasarkan pada posisi, peran dan relevansi individu dalam sistem tata
kelola perusahaan di Malaysia untuk meneliti etika dan tata kelola perusahaan.
5) Metodelogi Penelitian
Sumber data primer diperoleh dengan menggunakan pertanyaan penelitian
yang diajukan dengan pendekatan kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk
memahami bagaimana etika ditafsirkan dalam konteks tata kelola perusahaan,
pendekatan kualitatif dianggap tepat. Pendekatan ini paling sesuai untuk mempelajari
upaya untuk memberikan eksplorasi mendalam tentang ide-ide yang berkaitan dengan
etika dan tata kelola perusahaan. Pemilihan ahli dan proses pengumpulan data
dirancang secara tepat sesuai dengan persyaratan permintaan kualitatif. Adapun untuk
pengumpulan data, kredibilitas data didukung oleh pemilihan responden secara
menyeluruh, membandingkan tanggapan antara sampel, penggunaan beberapa teknik
wawancara dan dokumen, ketelitian dalam proses analisis, penggunaan kutipan, kata-
kata terkait ke teori yang muncul, anggota periksa dan periksa rekan.
Pemilihan responden dilakukan dengan teknik wawancara pada posisi, peran
dan relevansi individu dalam sistem tata kelola perusahaan di Malaysia, sebagaimana
dibenarkan oleh hasil bola salju dan Liew (2007) menyarankan untuk kerangka
sampel. Pemilihan ahli didasarkan pada temuan Liew (2007), yang mengidentifikasi
individu-individu terkemuka, seperti politisi, anggota Institut Akuntan Malaysia,
Institut Pemerintahan Korporasi Malaysia, Institut Sekretaris Chartered Malaysia,
pengacara perusahaan dan perusahaan penasihat pemerintahan, sebagai ahli dalam tata
kelola perusahaan di Malaysia. Teknik analisis yang digunakan adalah snowballing
yang dilakukan, penelitian ini mengkonfirmasi daftar ahli yang disediakan oleh Liew
(2007). Para ahli termasuk satu mantan pemimpin, 5 presiden badan profesional dan
lembaga terkait tata kelola perusahaan, Direktur Institut Etika Bisnis Malaysia,
Direktur Institut Integritas Malaysia, dua akademisi, satu konsultan tata kelola
perusahaan, Direktur Pengembangan Perusahaan dan Kebijakan Publik, Komisi
Perusahaan Malaysia, dan satu investor institusional.
6) Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran etika dalam
konteks tata kelola perusahaan ditafsirkan dari tiga perspektif yaitu tata kelola
perusahaan sebagai kode etik, inklusivitas etika dalam pemerintahan, dan etika
sebagai afiliasi tata kelola perusahaan. Temuan seperti ini menunjukkan pandangan
dunia tentang realitas sosial etika dalam konteks Malaysia. Pada dasarnya, ketiga
perspektif berkontribusi pada pemahaman etika dalam mengatur sebuah perusahaan.
Temuan ini memperkenalkan akademisi pada perspektif baru isu-isu tata kelola
perusahaan. Tiga perspektif yang muncul dari temuan berkontribusi pada kebutuhan
untuk merevisi dan mengevaluasi kembali struktur tata kelola perusahaan saat ini.
Mungkin lebih banyak struktur dan proses harus dimasukkan untuk mengintegrasikan
etika dalam model tata kelola perusahaan.