Anda di halaman 1dari 36

ASPEK HUKUM

KONSTRUKSI

Modul 1

R I YA N N Y P R AT I W I
T E K N I K S I P I L U N TA N 1
Sumber : Luziana wijaya

2
Berdasarkan Fungsinya
n Bangunan permukiman
n Bangunan gedung (institutional & commercial building)
n Bangunan rekayasa sipil (civil engineering construction)
Klasifikasi Konstruksi

Bangunan Industri/pabrik (industrial construction)

aspek hukum dalam industri konstruksi - riyannypratiwi


n

Berdasarkan kepemilikan
n Pemerintah
n Dimiliki dan dibiayai oleh pemerintah

n Misalnya gedung pemerintahan,

jalan propinsi, dll.


n Swasta
n Dimiliki dan dibiayai oleh swasta

n Misalnya pusat perbelanjaan, hotel, dll.

n Pengembang/investor
n Dimiliki oleh pemerintah, dibiayai oleh swasta sebagai
pengembang/investor  BOT, dll.
n Misalnya
3 jalan tol, dll.
Industri konstruksi adalah kumpulan kegiatan ekonomi berupa
kegiatan produksi dan konsumsi diberbagai aspek konstruksi, mulai
dari penyiapan lahan dan proses konstruksi, perubahan, perbaikan
terhadap bangunan, struktur, dan fasilitas terkait lainnya.
DEFINISI

Yang termasuk dalam sektor industri konstruksi, antara lain :


• Segala kegiatan pembangunan struktur konstruksi baik yang dilakukan secara konvensional maupun
secara pabrikasi (sebagian atau seluruhnya).
• Segala kegiatan persiapan lahan pekerjaan konstruksi untuk mendirikan struktur konstruksi.
• Segala kegiatan perubahan, pemeliharaan, perbaikan, atau pembongkaran bangunan.
• Segala kegiatan pemasangan pipa-pipa dan material pabrikasi lainnya didalam tanah dan pekerjaan
lainnya yang berkaitan dengan tanah.
• Segala kegiatan peembangunan, pemancangan, pemasangan, perluasan, perluasan, pembongkaran dari
saluran transmisi atau distribusi atau pabrik, fasilitas pabrik yang menggunakan pasokan listrik
maupun mesin.
• dll
4
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INDUSTRI KONSTRUKSI

(Hukum)

5
SISTEM INDUSTRI KONSTRUKSI NASIONAL

PEMERINTAH LEMBAGA
(REG., FAS., WAS.) INDEPENDEN
PENGGUNA
LPJK
JASA
APBN/
BPJT
(UU 18, 1999)

APBD
Dana (+ 75 T)
BPPSPAM
Swasta
(+ 85 T)

Proc.

Proc.

MASYARAKAT PROF.
PENYEDIA JASA Asosiasi Asosiasi
PT LSM
KONSTRUKSI Perusahaan Profesi
6
PIHAK-PIHAK DI PROYEK KONSTRUKSI

7
SIKLUS PROYEK KONSTRUKSI
Project Engineering Use
Planning Construction Disposal
Need formulation
process
and design
process
management
process
process process process

User Project Project Project Facility Facility


Requirements Feasibility Engineering Field engineering use and demolition
And scope And design And construction management Or conversion

Awareness Project Project Full Project Project Fulfillment


of need Concept Scope description Completion and Of need
formulation definition Acceptance
For use

8
TAHAPAN PROYEK KONSTRUKSI

9
JENIS HUKUM DAN PEMBENTUKANNYA 1. Hukum yang dibuat oleh institusi kenegaraan (The State Law)
contoh : Undang-undang, peraturan pemerintah, dsb.
Hukum dibedakan
2. Hukum yang dibuat oleh masyarakat dan sesuai dinamika kehidupan
masyarakat (The People’s Law)
menjadi :
contoh : hukum adat

3. Hukum yang dibuat dan terbentuk sebagai bagian dari perkembangan


pemikiran didunia ilmu hukum disebut doktrin (The Proffesor’s Law)
contoh : mazhab Syafi’i sebagai hukum umat Islam di Indonesia.

4. Hukum yang berkembang dalam praktek dan melibatkan peranan para professional
dibidangnya (The Proffessional’s Law)
contoh : UU Jasa Konstruksi, sertifikasi, Standar Kontrak Konstruksi.

Menurut Tata urutan perundangan tingkatan sumber hukum di Indonesia adalah sebagai berikut
q UUD 1945
q Ketetapan MPR (TAP MPR)
q Undang-undang (UU) / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
q Peraturan Pemerintah (PP)
q Keputusan Presiden (Keppres)
q Peraturan Menteri (Permen)
q Instruksi Menteri (Inmen)
10
Bangunan konstruksi memegang peranan yang sangat penting sebagai tempat dimana manusia
melakukan kegiatannya sehari-hari

Bangunan konstruksi adalah Fungsi yg ditetapkan

wujud fisik hasil pekerjaan Asas kemanfaatan Aspek kepatutan

konstruksi yang menyatu dengan Aspek kepantasan

tempat kedudukannya, sebagian


DEFINISI

atau seluruhnya berada diatas Persyaratan teknis


atau didalam tanah dan atau air, Asas keselamatan
yang berfungsi sebagai tempat Persyaratan adm.
manusia melakukan kegiatannya,
baik untuk hunian atau tempat
Asas keseimbangan Berkelanjutan
tinggal , kegiatan keagamaan,
Berdasarkan
kegiatan usaha, kegiatan sosial
budaya, maupun kegiatan khusus.
Serasi dan Seimbang
Asas keserasian dengan lingkungan sekitar

11
12
HUKUM TANAH

orang akan selalu berusaha memiliki dan menguasainya → dapat menimbulkan suatu sengketa tanah di dalam
masyarakat → Sengketa timbul akibat adanya perjanjian antara 2 pihak atau lebih yang salah satu pihak melakukan
wanprestasi.

Hukum Tanah
Keseluruhan peraturan-peraturan hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis
yang mengatur hak-hak penguasaan atas tanah yang merupakan lembaga-lembaga
hukum yang hubungan-hubungan hukum yang konkret

• Objek Hukum Tanah adalah hak penguasaan atas tanah.


• Hak penguasaan atas tanah adalah hak yang berisi serangkaian wewenang, kewajiban dan atau larangan bagi
pemenang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dihaki

13
Hukum pertanahan merupakan hukum yang berkaitan dengan :
• Kepemilikan tanah
• Penggunaan / pemakaian tanah
ASPEK HUKUM PERTANAHAN
• Bangunan yang berada diatas tanah

UU Pokok Agraria
Hak milik adalah hak turun-temurun, Keputusan Menteri
q No. 6/1998 : Pemberian Hak Tanah untuk Rumah Tinggal
terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai
q No. 1/1998 : Pemberian HM Tanah untuk RSS
orang atas tanah dengan mengingat hak atas Peraturan Menteri Agraria/ Kepala BPN
tanah mempunyai fungsi sosial. q No. 5/1998 : Perubahan HGB untuk Rumah Tinggal
q No. 9/1999 : Tata Cara Pemberian & Pembatalan Hak atas tanah & hak pengelolaan

Hak guna usaha (HGU)


adalah hak yang diberikan oleh negara kepada UU Pokok Agraria : UU No. 5/1960 : Peraturan Dasar Pokok-pokok agraria
perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan Keputusan Presiden No. 34/2003 Kebijakan Nasional di biang Pertanahan
untuk melaukan kegiatan usahanya di Indonesia. Peraturan Pemerintah
q No. 40/1996 :HGU, HGB, Hak Pakai
q No. 24/1997 Pendaftaran tanah
Hak guna bangunan (HGB)
q No. 36/1998 Penertiban & pendayagunaan tanah terlantar
adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai
Permen Agraria/ Kepala BPN No. 2/1999 : Izin Lokasi
bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya
sendiri.

Hak pakai
Adalah hak untuk menggunakan dan/ atau memungut
hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara
atau tanah milik orang lain.
Hirarki hak-hak penguasaan atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional adalah:
1. Hak Bangsa Indonesia atas tanah
2. Hak menguasai dari Negara atas tanah
3. Hak ulayat masyarakat atas hukum adat
4. Hak-hak perseorangan, meliputi:
• Hak-hak atas tanah
• Wakaf tanah hak milik
• Hak jaminan atas tanah (hak tanggungan)
• Hak Milik atas satuan rumah susun

Dalam kaitannya dengan hubungan hukum antara pemegang hak dengan hak atas tanahnya, ada 2 macam asas
dalam Hukum Tanah, yaitu:

1. Asas Accessie atas Asas Perletakan


Dalam asas ini, bangunan dan tanaman yang ada di atas tanah merupakan satu kesatuan; bangunan dan tanaman
tersebut bagian dari tanah yang bersangkutan. Hak atas tanah dengan sendirinya, karena hukum meliputi juga
pemilikan bangunan dan tanaman yang ada di atas tanah yang dihaki, kecuali kalau ada kesepakatan lain dengan
pihak yang membangun atau menanamnya.

2. Asas Horzontale scheiding atau Asas Pemisahan Horizontal


Dalam asas ini, bangunan dan tanaman yang ada di atas tanah bukan merupakan bagian dari tanah. Hak atas tanah
tidak dengan sendirinya meliputi pemilikan bangunan dan tanaman yang ada diatasnya.
Hukum bangunan :
Ilmu yang mempelajari kseluruhan peraturan yang menyangkut pembangunan
suatu bangunan, dimana ruang lingkupnya meliputi seluruh proses kegiatan
pembangunan suatu bangunan tersebut.
HUKUM BANGUNAN

Hukum bangunan digolongkan


menjadi :
Peraturan yang berkaitan dengan prosedur pelelangan. Peraturan  yang berkaitan dengan prosedur perjanjian.

Yaitu peraturan yang berlaku sebelum terjadinya kontrak. yaitu peraturan yang menyangkut perjanjiannya untuk
melakukan pekerjaan
Menyangkut peraturan pelelangan bangunan di Indonesia
ditetapkan oleh penguasa, baik bangunan Pemerintah Diatur dalam bab yang mengatur tentang perjanjian khusus
maupun swasta. dalam KUHPer.

Pengaturan
bangunan
pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan, yang
konstruksi
menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan gedung.

UU No. 28 Tahun 2002 fungsi bangunan : fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya, serta fungsi khusus.  IMB 
tentang Bangunan Gedung
Persyaratan bangunan : persyaratan administratif dan teknis bangunan
Persyaratan administratif bangunan konstruksi yaitu:
• persyaratan status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah
PERSYARATAN BANGUNAN

• status kepemilikan bangunan gedung


• izin mendirikan bangunan gedung

Persyaratan teknis bangunan konstruksi dibagi menjadi 2, yaitu :


• Persyaratan tata bangunan
i. Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, yaitu berhubungan dengan persyaratan peruntukan
lokasi bangunan gedung yang tidak boleh mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi lindung kawasan, dan/atau fungsi
prasarana dan sarana umum, serta ketinggian gedung
ii. Arsitektur bangunan gedung
iii. Persyaratan pengendalian dampak lingkungan

• Persyaratan keandalan bangunan gedung


i. Keselamatan  kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, kemampuan bangunan gedung dalam
mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dengan melakukan pengamanan terhadap bahaya kebakaran melalui sistem
proteksi pasif dan/atau proteksi aktif serta bahaya petir melalui sistem penangkal petir;
ii. Kesehatan  berkenaan dengan persyaratan sistem sirkulasi udara, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan
bangunan gedung;
iii. Kenyamanan  berkenaan dengan kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang,
pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan
iv. Kemudahan  berkenaan dengan kemudahan akses bangunan gedung, termasuk tersedianya fasilitas dan aksesibilitas
yang mudah, aman, dan nyaman bagi penyandang cacat dan lanjut usia, serta penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang
ibadah, ruang ganti, ruangan bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi.
TUJUAN PENGATURAN HUKUM

Pasal 3 UU No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung


Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk :

aspek hukum dalam industri konstruksi - riyannypratiwi


• Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan
gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya.

• Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan


teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan.

• Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.


PermenPUPR 1. UU No. 18 Tahun 1999
LANDASAN HUKUM BG NEGARA
Tentang Jasa Konstruksi
19/PRT/M/2018 KepmenPUPR/2019/01
tentang 2. UU No. 28 tahun 2002 /Kepmen93-2019
Penyelenggaraan IMB Tentang Bangunan Gedung tentang Keselamatan
Gedung Dan SLF Kerja Konstruksi
Bangunan Gedung 3. UU No. 1 tahun 2004
Tentang Perbendaharaan Negara
Melalui OSS
4. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000
Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
5. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005
Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006


Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

7. KEPPRES No. 42 Tahun 2002


Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

8. PERPRES No. 73 Tahun 2011


Tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara
9. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007
Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
Pendahuluan
Persyaratan/Ketentuan Fungsi Bangunan Gedung
Persyaratan Bangunan Gedung

Undang-Undang No. 28 Tahun 2002


Definisi/Ketentuan Umum
Persyaratan Administrasi

Tentang Bangunan Gedung


Persyaratan Teknis
Persyaratan Tata Bangunan: Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, Persyaratan
arsitektur bangunan gedung, Persyaratan pengendalian lingkungan

Persyaratan Keandalan Bangunan: Persyaratan keandalan bangunan gedung, Persyaratan keselamatan,


Persyaratan kesehatan, Persyaratan kenyamanan, Persyaratan Kemudahan

Persyaratan Bangunan Gedung Khusus

Persyaratan Penyelenggaraan Bangunan Gedung


Definisi/Umum
Hak & Kewajiban Pemilik/Pengguna
Peran Masyarakat
Pembinaan

Sanksi
Ketentuan Peralihan
Ketentuan Penutup 20
Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan
jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan
konstruksi.

Badan Usaha Jasa Konstruksi adalah salah satu usaha dalam sektor ekonomi yang
berhubungan dengan suatu perencanaan atau pelaksanaan dan atau pengawasan suatu
kegiatan konstruksi untuk membentuk suatu bangunan atau bentuk fisik lain yang dalam
pelaksanaan penggunaan atau pemanfaatan bangunan tersebut menyangkut kepentingan dan
BUJK

keselamatan masyarakat pemakai/pemanfaat bangunan tersebut, tertib pembangunannya serta


kelestarian lingkungan hidup. disebut "PENYEDIA JASA

• Jenis, bentuk, dan bidang usaha


• Persyaratan usaha
• Keahlian dan Keterampilan
• Tanggung jawab profesional
• Pengembangan usaha
21
Dalam pelaksanaannya, Badan Usaha Jasa Konstruksi diatur oleh:
ASPEK HUKUM JASA KONSTRUKSI
• Peraturan perundang-undangan permasalahan jasa konstruksi
• Beberapa aspek hukum, yaitu : Keperdataan, Administrasi Negara, Pidana, Ketenagakerjaan dan
aspek hukum lain yang mengatur sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan jasa konstruksi.

• Keperdataan → menyangkut tentang sahnya suatu perjanjian yang berkaitan dengan kontrak


pekerjaan jasa konstruksi, yang memenuhi legalitas perusahaan, perizinan, sertifikasi dan harus
merupakan kelengkapan hukum para pihak dalam perjanjian.
 
• Administrasi Negara → menyangkut tantanan administrasi yang harus dilakukan dalam memenuhi
proses pelaksanaan kontrak dan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang konstruksi.
 
• Ketenagakerjaan  →  menyangkut tentang aturan ketenagakerjaaan terhadap para pekerja pelaksana
jasa konstruksi.
 
• Pidana  →  menyangkut tentang tidak adanya sesuatu unsur pekerjaan yang menyangkut ranah pidana.

22
BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI Pasal 1 angka 1 UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (UU Jasa Konstruksi),
penyedia jasa konstruksi adalah orang perseorangan atau badan, yang kegiatan usahanya menyediakan
layanan jasa konstruksi.

• Bentuk usaha Perseorangan hanya untuk pekerjaan beresiko kecil, berteknologi


sederhana dan berbiaya kecil. 
• Bentuk usaha ber-Badan Usaha adalah untuk pekerjaan beresiko besar, berteknologi
tinggi dan berbiaya besar.

Pasal 1 angka 3 jo. angka 4 UU Jasa Konstruksi, dijelaskan bahwa badan adalah:
Perusahaan jasa konstruksi yang diperbolehkan berusaha adalah :
• Perusahaan Badan Usaha Nasional berbadan hukum yang dibagi dalam :
a.  Perusahaan Nasional berbadan hukum seperti Perseroan terbatas (PT)
b.  Perusahaan bukan berbadan hukum seperti CV, Firma, PD, Koperasi, dsb.
• Bukan badan usaha (baik Indonesia maupun asing) tetapi dipersamakan, seperti
instansi dan lembaga pemerintah
23
BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI
Ada 3 (tiga) katagori kegiatan yang tercakup dalam jenis usaha jasa konstruksi menurut UU No.
18 Tahun 1999, yaitu :
1. Perencana konstruksi yaitu yang memberikan layanan jasa perencanaaan dalam konstruksi
yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari studi
pengembangan sampai dengan penyusunan dokumen kontrak kerja konstruksi, ini
umumnya disebut Konsultan Perencana.
2. Pelaksana konstruksi yaitu yang memberikan layanan jasa pelaksanaan dalam pekerjaan
konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari
penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan akhir hasil pekerjaan konstruksi, yang
umumnya disebut Kontraktor Konstruksi.
3. Pengawasan konstruksi yaitu kegiatan yang memberikan layanan jasa pengawasan baik
sebagian atau keseluruhan pekerjaan pelaksanaan konstruksi mulai dari penyiapan
lapangan sampai dengan penyerahan akhir konstruksi, ini biasa disebut Konsultan
Pengawas.
24
JENIS USAHA BENTUK USAHA BIDANG USAHA
§ JASA PERENCANAAN KONSRUKSI ORANG PERSEORANGAN § PEKERJAAN ARSITEKTUR
§ JASA PELAKSANAA KONSTRUKSI (ASING/ NASIONAL)
§JASA PENGAWASA KONSTRUKSI §PEKERJAAN SIPIL
BADAN USAHA NASIONAL :
CATATAN : - BENTUK BADAN HUKUM §PEKERJAAN MEKANIKAL
1.D A L A M L A Y A N A N J A S A -TIDAK BERBENTUK BADAN
P E R E N C A N A N ATAU P E N G AWA S A
HUKUM §PEKERJAAN ELEKTRIKAL
MENCAKUP :
- JASA MANAJEMEN PROYEK BADAN USAHA ASING §PEKERJAAN TATA LINGKUNGAN
- JASA MANAJEMEN KONST.
- JASA PENILAIAN KUALITAS,
KUANTITAS & BIAYA PEK.
2 . L AYA N A N J A S A M E N C A K U P
PELAYANAN JASA PERENC ANAAN,
PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
SECARA TERINTEGRASI

UUJK PASAL 4 (1) UUJK PASAL 5 (1) UUJK PASAL 6

25
* PERENCANAN KONSTRUKSI
* PELAKSANAAN
KONSTRUKSI
* PENGAWASAN
KONSTRUKSI

ORANG PERORANGAN :
BENTUK BADAN USAHA - P E R E N C A N A A N D A N
- MEMENUHI KETENTUAN PERIZINAN PENGAWASAN HARUS MEMILIKI
USAHA SERTIFIKAT KEAHLIAN & YANG
BEKERJA DALAM BADAN USAHA
- MEMILIKI SERTIFIKASI,
KLASIFIKASI, DAN KUALIFIKASI - PELAKSANAAN HARUS MEMILIKI
PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI SERTIFIKAT KETERAMPILAN DAN
KEAHLIAN KERJA & YANG
BEKERJA DALAM BADAN USAHA

26
BIDANG
BANGUNAN
SIPIL

BIDANG
BIDANG
INSTALASI
BANGUNAN
ME
GEDUNG

KLASIFIKASI PENYEDIA
JASA PELAKSANA
KONSTRUKSI
BIDANG
BIDANG JASA
JASA PELAKSANA
PELAKSANA LAINNYA
KHUSUS

BIDANG JASA
PELAKSANA
KETERAMPILAN

konstruksi merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda yang dirangkai menjadi
satu unit bangunan, itulah sebabnya ada bidang/sub bidang yang dikenal sebagai klasifikasi. 27
28
KUALIFIKASI PENYEDIA
JASA PELAKSANA
KONSTRUKSI

KECIL MENENGAH BESAR

K1 K2 K3 M1 M2 B1 B2

KUALIFIKASI menentukan berapa besar NILAI PROYEK dan partisipasi perusahaan untuk


mengikuti TENDER
29
Kualifikasi Nilai Proyek Keterangan Risiko Teknologi
Sederhana

kualifikasi perusahaan atau badan Resiko yang mencakup Teknologi yang mencakup
K1 0 s/d 1 M usaha jasa pelaksana konstruksi pekerjaan konstruksi yang pekerjaan konstruksi yang
yang mampu melaksanakan pelaksanaannya dan pelaksanannya menggunakan
K2 0 s/d 1,75 M pekerjaan dengan resiko kecil, pemanfaatan bangunan- banyak peralatan kerja
berteknologi sederhana tinggi dan konstruksinya sederhana dan
biaya yang kecil.   tidak membahayakan tidak memerlukan tenaga ahli.
K3 0 s/d 2,5 M keselamatan umum
dan harta benda
M1 0 s/d 10 M kualifikasi perusahaan atau badan Resiko yang mencakup Teknologi yang mencakup
usaha jasa pelaksana konstruksi pekerjaan konstruksi yang pekerjaan konstruksi yang
M2 0 s/d 50 M atau KONTRAKTOR yang mampu pelaksanaannya dan pelaksanannya menggunakan
melaksanakan pekerjaan dengan pemanfaatan bangunan- banyak peralatan berat serta
resiko tinggi, berteknologi tinggi konstruksinya sangat banyak memerlukan tenaga
dan biaya yang besar.   membahayakan keselamatan ahli dan tenaga terampil.
umum, harta benda, jiwa
manusia dan lingkungan.
B1 0 s/d 250 M kualifikasi perusahaan atau badan Resiko yang mencakup Teknologi yang mencakup
usaha jasa pelaksana konstruksi pekerjaan konstruksi yang pekerjaan konstruksi yang
B2 tidak terbatas atau KONTRAKTOR yang mampu pelaksanaannya dan pelaksanannya menggunakan
melaksanakan pekerjaan dengan pemanfaatan bangunan- banyak peralatan berat serta
resiko tinggi, berteknologi tinggi konstruksinya sangat banyak memerlukan tenaga
dan biaya yang besar.   membahayakan keselamatan ahli dan tenaga terampil.
umum, harta benda, jiwa
manusia dan lingkungan.
30
1. Proses pendirian perusahaan jasa konstruksi yang pertama kali harus dilakukan
adalah mendirikan badannya terlebih dahulu. Pendiriannya bergantung pada
bentuk badan hukum yang hendak Anda pilih

2. Jika badan usaha ingin bergerak di bidang jasa konstruksi, maka badan usaha
tersebut wajib menjalani proses sertifikasi sesuai klasifikasi dan
kualifikasi usahanya, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 PP No. 4 Tahun 2010
tentang Perubahan atas PP No. 28 Tahun 2008 tentang Usaha dan
Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (PP No. 4 Tahun 2010).
• Sertifikasi ini dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
(LPJK), atau oleh asosiasi yang telah mendapat akreditasi dari LPJK
Nasional (Pasal 6 Peraturan LPJK No. 11 Tahun 2006 tentang Registrasi
Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi).
• Dalam proses sertifikasi ini dilakukan klasifikasi dan kualifikasi keahlian badan
usaha tersebut, yang kemudian dituangkan dalam Sertifikat Badan Usaha
(SBU).
• Setelah mendapatkan SBU, perusahaan selanjutnya wajib melakukan proses
registrasi kepada LPJK. Hal ini diatur dalam Pasal 12 PP No. 28 Tahun
2000. Pasal 3 Peraturan LPJK No. 11 Tahun 2006.

3. Selain sertifikasi dan registrasi di atas, perusahaan juga perlu mendapatkan Surat


Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK). IUJK ini diterbitkan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota tempat badan usaha tersebut berdomisili (Bab II Pasal 1
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
369/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Jasa
Konstruksi Nasional). 
31
SKA atau Sertifikat Keahlian adalah sertifikat yang diterbitkan LPJK dan diberikan kepada tenaga ahli konstruksi yang telah
memenuhi persyaratan kompetensi berdasarkan disiplin keilmuan, kefungsian dan/atau keahlian tertentu.

Kualifikasi tenaga ahli Jasa Konstruksi adalah :


1. Ahli Utama
2. Ahli Madya
3. Ahli Muda

• SKA sebagai persyaratan sertifikasi dan registrasi usaha jasa konstruksi


• Salah satu persyaratan utama untuk mengajukan permohonan Sertifikasi dan Registrasi Badan Usaha (SBU) 
• Bidang Jasa Konstruksi adalah memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian (SKA) untuk ditetapkan sebagai Penanggung Jawab
Teknik (PJT) atau Penanggung Jawab Klasifikasi (PJK).

SKA untuk tenaga ahli perusahaan Jasa Pelaksana Konstruksi (kontraktor)


Setiap perusahaan jasa pelaksana konstruksi yang ingin mengajukan permohonan Sertifikasi dan Registrasi Badan Usaha
(SBU) khususnya golongan Menengah (Kualifikasi M2 dan M1) dan golongan Besar (Kualifikasi B2 dan B1) harus memiliki tenaga
ahli bersertifikat keahlian (SKA) sebagai persyaratan untuk dapat ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT) dan
Penanggung Jawab Klasifikasi (PJK). 

SKA untuk tenaga ahli perusahaan Jasa Perencana dan Jasa Pengawas Konstruksi (konsultan)
Setiap perusahaan jasa perencana konstruksi dan jasa pengawas konstruksi yang ingin mengajukan permohonan Sertifikasi dan
Registrasi Badan Usaha baik untuk golongan Kecil, Menengah atau Besar harus memiliki tenaga ahli bersertifikat keahlian (SKA)
sebagai persyaratan untuk dapat ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT) dan Penanggung Jawab Klasifikasi (PJK). 
32
SKT atau Sertifikat Keterampilan adalah sertifikat yang diterbitkan LPJK dan
diberikan kepada tenaga terampil konstruksi yang telah memenuhi persyaratan
kompetensi berdasarkan disiplin keilmuan, kefungsian dan/atau keterampilan tertentu.

• SKTK sebagai persyaratan sertifikasi dan registrasi usaha jasa pelaksana


konstruksi (kontraktor)
• Setiap perusahaan jasa pelaksana konstruksi yang ingin mengajukan permohonan
sertifikasi dan registrasi badan usaha dan mendapatkan Sertifikat Badan Usaha
(SBU) untuk golongan Kecil (K1, K2 atau K3) harus memiliki tenaga kerja
bersertifikat keterampilan (SKT) sebagai persyaratan untuk dapat ditetapkan
sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT). 
• SKT tersebut dikeluarkan diajukan melalui asosiasi profesi jasa konstruksi atau
instansi lain yang telah diakreditasi LPJK

33
B ADAN USAHA JASA
KONSTRUKSI PERENC ANA, BERTANGGUNG JAWAB ATAS
P E L A K S A N A & P E N G AWA S HASIL PEKERJAANNYA
KONSTRUKSI :
ORANG PERSEORANGAN
PERENC ANA & PENGAWAS
KONSTRUKSI

T E N AG A A H L I & T E N AG A PRINSIP-PRINSIP KEAHLIAN


TERAMPIL SESUAI DENGAN KAIDAH
KEILMUAN, KEPATUTAN, DAN
KEJUJURAN INTELEKTUAL
DALAM MENJALANKAN
SERTIFIKAT KEAHLIAN & PROFESINYA DENGAN TETAP
KETERAMPILAN MENGUTAMAKAN
KEPENTINGAN UMUM

SISTEM PERTANGGUNGAN
34
PENGEMBANGAN USAHA

DUKUNGAN

PENGEMBANGAN JENIS
IKLIM USAHA YANG
PERLUASAN & USAHA
KONDUSIF
PENINGKATAN AKSES PERTANGGUNGAN
TERHADAP SUMBER
DANA DAN KEMUDAHAN
PERSYARATAN DALAM
MEMPEROLEHAN
PENDANAAN

35
36

Anda mungkin juga menyukai