Anda di halaman 1dari 15

TEKNOLOGI PASCA PANEN

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Brilian Hafis K.A (20100210067)

Ega Akhsanul Fikri (20180210061)

Novenia Rahmaningtyas Putri (20180210067)

Lathifah Azhar (20180210071)

Niko Candrakurnia (20180210085)

Aruni Nadhila Trivanni (20180210084)

Ahmad Arya Mudawy (20180210099)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ciherang


1. Klasifikasi Tanaman Padi

Padi (Oryza sativa L.)


Padi merupakan tanaman pangan yang dimasukan ke dalam familia Gramineae.
Tanaman padi banyak dibudidayakan masyarakat karena buahnya banyak di
konsumsi sebagai bahan makanan pokok yaitu beras. setiap tumbuhan masuk
ke dalam golongan sebuah takson yang berurutan dari bawah ke atas menurut
tingkatnya. Menurut Tjitrosoepomo (2002) klasifikasi atau taksonomi
tanaman padi adalah sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Monokotil (monocotyledoneae)
Ordo : Glumiflorae (Poales)
Familia : Gramineae (Poaceae)
Sub-familia : Oryzoideae
Genus : Oryza
Species : Oryza sativa L.

MORFOLOGI TANAMAN PADI


Tanaman padi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu bagian vegetatif dan
bagian generatif. Bagian vegetatif meliputi akar, batang dan daun, sedangkan
bagian generatif terdiri dari malai, bunga dan buah padi (Hasanah, 2007).
a. Akar tanaman padi
Menuru Aksi Agraris Kanisius (1992) cit. Hanum (2008) akar adalah bagian
tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah,
kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Akar tanaman padi dapat
dibedakan atas radikula, akar serabut (akar adventif), akar rambut dan akar
tajuk (crown roots). Bagian akar yang telah dewasa (lebih tua) dan telah
mengalami perkembangan akan berwarna cokelat, sedangkan akar yang baru
atau bagian akar yang masih muda berwarna putih.
b. Batang
Menurut Hasanah (2007) padi memilki batang yang beruas-ruas. Ruas-ruas
itu merupakan bubung kosong. Pada kedua bubung kosong itu bubungnya
ditutup oleh buku. Panjanya ruas tidak sama, ruas yang terpendek terdapat
pada pangkal batang. Ruas yang kedua, ketiga, dan seterusnya adalah lebih
panjang dari pada ruas yang didahuluinya.
c. Daun
Tanaman yang termasuk jenis rumput-rumputan memiliki daun yang berbeda-
beda, baik dari segi bentuk maupun susunan atau bagian-bagiannya. Setiap
tanaman memiliki daun yang khas. Ciri khas daun padi adalah adanya sisik
dan daun telinga. Hal ini yang menyebabkan daun padi dapat dibedakan
menjadi jenis rumput yang lain. Daun padi memilki bagian-bagian, yaitu
helaian daun terletak pada batang padi serta berbentuk memanjang seperti
pita. Pelepah daun (upih), merupakan bagian daun yang menyelubungi
batang. Pelepah daun berfungsi memberi dukungan pada bagian ruas yang
jaringanya lunak. Lidah daun, terletak pada perbatasan antara helai daun (left
blade) dan upih (Herawati, 2012)
d. Malai

Malai adalah sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas.
Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbuh
utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. panjang malai tergantung
pada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam. Panjang malai dapat
dibedakan menjadi 3 ukuran yaitu malai pendek kurang dari 20 cm, malai sedang
antara 20-30 cm, dan malai panjang lebih dari 30 cm (Hasanah, 2007).

e. Bunga
Bunga padi memiliki kelamin dua jenis dengan bakal buah di atas. Jumlah benang
sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai
kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah kepala putik
yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu. Komponen-
komponen (bagian) bunga padi adalah kepala sari, tangkai sari, palea (belahan yang
besar), lemma (belahan yang kecil), kepala putik, tangkai bunga (Hanum, 2008).
f. Buah
Buah padi yang sehari-hari di sebut biji padi atau butir/gabah, sebenarnya bukan biji
melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah
selesai penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian lain yang
membentuk sekam atau kulit gabah (Hanum, 2008)

B. Padi (Oryza sativa L.) Varietas IR 64


1. Morfologi Tanaman IR 64

Menurut ahmad sulaiman(2017) Varietas  IR64 dipilih sebagai tetua


persilangan karena IR64 merupakan  varietas  padi unggul nasional memiliki
karakter,karakter yang  banyak  disukai  petani.  Namun  padi ini memiliki
kekurangan Karena tidak dapat tumbuh dengan baik jika  ditanam  pada lahan
sawah irigasi dataran rendah yang mengandung konsentrasi logam Fe tinggi.
Karakter tinggi tanaman antara 65-85 cm dengan umur berbunga 59-63 hari,
anakan produktif 11-20 anakan, umur tanaman 81-98 hari, bobot 1000 biji padi
mencapai 21 gram. Sementara jumlah gabah permalai sebesar 35-105.

C. Padi (Oryza sativa L.) Varietas Mekongga


1. Morfologi Tanamn Padi Mekongga
Varietas Mekongga merupakan persilangan antara padi jenis Galur A2970 yang
berasal dari Arkansas Amerika Serikat, dengan varietas yang sangat populer di
Indonesia yaitu IR 64. Umur tanam tanaman padi varietas Mekongga yaitu 4 bulan.
Secara fisik, bentuk tanamannya tegak dengan tinggi tanaman berkisar antara 91
sampai 106 cm. Anakan produktif 13-16 3 batang. Bentuk gabahnya sendiri ramping
panjang dengan tekstur rasa beras yang pulen karena kadar amilosanya mencapai 23
persen. Bobot 1000 butir gabah padi sawah varietas Mekongga yaitu 28 gram
sehingga kurang lebih potensi hasil varietas ini mencapai 8,4 ton per hektar dengan
budidaya yang tepat tentunya (Purnomo, 2013).
Kemampuan benih padi sawah varietas Mekongga yang memiliki resistensi yang
cukup baik terhadap serangan hama & penyakit seperti serangan wereng coklat
biotipe 2 & 3 dan penyakit bakteri daun.Sehingga diharapkan petani tidak lagi harus
dipusingkan dengan serangan hama dan penyakit tersebut. Varietas Mekongga
membutuhkan masa tanam sekitar 116 hingga 125 hari hingga panen (I NYOMAN
HITAKARANA. 2017)

D. Bawang Merah
1. Klasifikasi Tanaman Bawang Merah

Bawang merah merupakan salah satu tanaman yang termasuk kedalam


umbian tanah, dan juga tanaman yang memiliki perakaran yang serabut di bagian
pangkal umbi. Tanaman bawang merah ini  diduga berasal dari Asia Tenggara
yang menyebar luas keberbagai wilayah dan juga tempat lainnya. Bawang merah
(Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman semusim, bawang merah ini
biasanya digunakan sebagai bumbu atau tambahan masakan yang bertujuan untuk
memberikan cipta rasa khusus dalam masakan tersebut. (Yanto. 2019)

Klasifikasi bawang merah

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Lililales

Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium cepa L. (Rahayu. 2004)

Morfologi  Bawang Merah

1. Akar
Perakaran pada bawang merah ini memiliki perakaran yang dangkal dan juga
bercabang memencar, dengan kedalam mencapai 15-30 cm didalam tanah serta tumbuh
di sekitar umbi bawang merah. (Rahayu. 2004)

2. Batang

Batang bawang merah memiliki batang sejati disebut diskus, yang memiliki
bentuk hampir menyerupai cakram, tipis dan juga pendek sebagai tempat melekatnya
akar dan juga mata tunas. Sedangkan bagian atas pada diskus ini terdapat batang semu
yang tersusun atas pelepah – pelepah daun dan batang semu yang berada didalam tanah
dan juga berguna untuk menjadi umbi lapis .

3. Daun

Daun bawang merah memiliki bentuk silindris kecil memanjang yang mencapai
sekitar 50-70 cm, memiliki pangkal daun runcing. Daun bawang merah ini berwarna
hijau mudah hingga tua, dan juga letak daun ini melakat pada tangkai yang memiliki
ukuran pendek.

4. Bunga

Bunga bawang merah ini memiliki panjang antara 30-90 cm, dan juga memiliki
pangkal ujung kuntum bunga yang hampir menyerupai payung. Selain itu, bunga
tanaman ini terdiri dari 5-6 helai daun bunga yang bewarna putih, 6 benang sari berwarna
hijau hingga kekuningan kuningan, serta memiliki 1 putik dan bakal buah yang memiliki
bentuk segitiga. Bunga bawang merah ini juga merupakan salah satu bunga sempurna 
dan juga dapat melakukan penyerbukan sendiri.

5. Buah dan biji

Buah bawang merah berbentuk  ulat dengan pangkal ujung tumpul yang terbungkus
dengan biji berjumlah 2-3 butir, selain itu biji ini memiliki bentuk agak pipih berwarna
bening dan juga agak keputihan hingga memiliki warna kecoklatan sampai kehitaman.
Namun, untuk perbanyakan pada biji bawang merah ini dapat dilakukan dengan cara
generatif ( seksual ). (Rahmat.1995)
E. Letak Geografis Kecamatan Petang, Bandung
Kabupaten Badung Terletak antara 08o14'20" - 08o50'48" Lintang
Selatan, dan 115o05'00" - 115o26'16" Bujur Timur. Kecamatan Petang terletak
pada 08o14"17" - 08o28"25" Lintang Selatan dan 115o11"01" - 115o15"09"
Bujur Timur.
F. Topografi Kecamatan Petang, Bandung
Luas wilayah Kabupaten Badung 418,52 km2 secara adminisratif
mencakup 6 kecamatan 16 kelurahan, dan 46 desa. Luas wilayan Kecamatan
Petang, 115,00 km2, ketinggian dari permukaan laut 275 – 2075 meter, luas
kawasan terbangun 151 ha 1,61 %. Kecamatan Petang mempunyai 7 desa
meliputi Carangsari, Petang, Belok Sidan, Pelaga, Getasan, Pangsan, Sulangai,
Kuta Selatan, Pecatu. Kemiringan lereng >10 – 15%, merupakan daerah agak
miring. Penyebarannya meliputi daerah Sembung, Batangnyuh, Sangeh, Semuan,
Getasan dan Pangsang dengan luas daerah  59,53 km² atau 15,27% dari luas
daerah.
G. Klimatologi Kecamatan Petang, Bandung
Tipe iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab
dan sejuk, dengan suhu rata-rata 23.5 °C, curah hujan rata-rata 200.4 mm dan
jumlah hari hujan rata-rata 21.3 hari per bulan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

SKENARIO DALAM PBL 3.

TEMA : Kebutuhan Air Irigasi (Etc) kelas B


Mahasiswa Agroteknologi diberi tugas untuk mengelola kebutuhan air irigasi di lahan
sawah seluas 210 ha terbagi dalam 5 petak tersier ( 30 ha, 30 ha, 50 ha, 40 ha dan 60 ha).
Pola Tanam yang akan dilakukan sbb:

Pembagian Komoditi setiap kelompok :


Klp I : Padi - Padi - Padi- Jagung
klp II : Padi - Padi - Padi- kedelai
klp III : Padi - Padi - Padi- Bayam
klp IV : Padi - Padi - Padi- Bawang merah
klp V : Padi - Padi - Padi- kacang tanah
klp VI : Padi - Padi - Padi- kacang hijau
DATA PENDUKUNG :

No Bulan/Parameter Jan Feb Mart April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des
Padi Padi Padi Padi Padi Padi Bawang Padi Bawang Padi Bawang Padi Padi Padi Padi
1 POLA TANAM
Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang IR 64 IR 64 Merah IR 64 Merah IR 64 Merah Mekongga Mekongga Mekongga Mekongga

2 Curah hujan rata2/th (mm/jam) 400,7 350,9 370,7 314,3 181,3 103,1 78,9 28,2 124,6 147,6 279,2 415,6
o
3 T ( C) 27,5 27,5 27,4 27,2 26,6 26 26 25,9 26,1 27,4 28,2 27,9
4 p(penyinaran) (%) 5,9 6,7 6,9 8 8,2 8,6 8,5 8,5 8,8 9 8 6
5 kc 1,2 1,4 1,24 1,12 0,96 0,88 0,6 0,84 1,1 0,56 0,9 0,27 0,81 0,72 -
6 ETo = c (p{ 0,46.t+8}) 12,18 13,83 14,22 16,4 16,59 17,16 17,16 16,96 16,96 16,92 16,92 17,6 18,54 16,77 -

7 ETc = kc x ETo 14,61 19,36 17,63 18,36 15,93 15,1 10,29 14,24 18,35 9,47 15,22 4,75 15,01 12,07 -
Nb : c = 0,1
Data rata-rata Curah Hujan 10 th

Tabel 1. Data curah hujan (2008 – 2016)


CURAH HUJAN (mm)
BULAN
2016 Ket 2015 Ket 2014 Ket 2013 Ket 2012 Ket 2011 Ket 2010 Ket 2009 Ket 2008 Ket
Januari 4386 BB 6364 BB 87,94 BB 499,78 BB 442,8 BB 357,06 BB 226,17 BB 226,2 BB 222 BB
Februari 6695 BB 4450 BB 332,78 BB 296,11 BB 322,4 BB 408,33 BB 265,11 BB 265,1 BB 262 BB
Maret 4628 BB 6620 BB 108,22 BB 168,83 BB 397,5 BB 325,81 BB 125,17 BB 125,2 BB 262 BB
April 4391 BB 5695 BB 179,89 BB 198,78 BB 158,5 BB 241,24 BB 126,67 BB 126,7 BB 94 BL
Mei 2282 BB 1423 BB 63,89 BL 172,78 BB 73,11 BL 134,2 BB 109,67 BB 109,7 BB 12 BK
Juni 3597 BB 193 BB 56,5 BK 334,17 BB 0,92 BK 0 BK 36,67 BK 36,67 BK 1 BK
Juli 1172 BB 11 BK 59,56 BK 131,67 BB 0 BK 0 BK 1,72 BK 1,72 BK 0 BK
Agustus 1478 BB 0 BK 0,83 BK 0,06 BK 0 BK 0 BK 0,5 BK 0,5 BK 0 BK
September 3795 BB 0 BK 0 BK 0,06 BK 0 BK 0 BK 0 BK 0 BK 0 BK
Oktober 4723 BB 22 BK 0,44 BK 68,22 BL 78,44 BL 43,17 BK 56,19 BK 56,19 BK 165 BB
November 6510 BB 1642 BB 220,11 BB 245,28 BB 227,3 BB 256,78 BB 101,38 BB 101,4 BB 281 BB
Desember 5471 BB 3222 BB 471,78 BB 374,17 BB 399,3 BB 389,39 BB 126,31 BB 126,3 BB 203 BB
Rumus yg digunakan :

1. ETc = kc x Eto
dimana :
ETo : Evapotranspirasi potensial
kc : koefisien tanaman

Eto = c {p(0,46t+8)}
ket : c : faktor koreksi ( diasumsikan 0,1 )
p : persentase penyinaran matahari
t : suhu udara bulanan rata2

2. NFR = Etc + P + WLR– Re

dimana :
 NFR : Kebutuhan air untuk tanaman di lahan tersier (mm/hari)
 Etc : Penggunaan konsumtif (mm/hari)
 P : kehilangan air akibat perkolasi (mm/hari)
 Re : Curah hujan efektif (mm/hari)
 WLR : Penggantian lapisan air (mm/hari)

3. NFR
WDR=
ef ×8 , 64

dimana :
 NFR : Kebutuhan air untuk tanaman di lahan tersier (mm/hari)
 WDR : Kebutuhan air pada tanaman Padi (lt/dt)
 Efisiensi : Efisiensi irigasi secara keseluruhan (%)
 8,64 adalah faktor konversi karena perubahan satuan dari mm/hari
menjadi lt/det.

4. Data Perkolasi (mm/hr)

Nilai Perkolasi
No. Jenis Tanah
(mm/hari)
1 Tanah Lempung 1–2
2 Tanah Lempung Pasiran 2– 3
3 Tanah Pasiran 3–6

5. Kebutuhan air pada tanaman Palawijo

( ETc−Re )
WRP =
ef ×8 , 64
6. Debit Air di pintu saluran tersier

DR = ( IR x A )/ef lt/dt

dimana :
IR : NFR/ef asumsi ef : 70 %
A : luas lahan

Rincian Luas area yg akan ditanami (ha) :


Musim Tanam Musim Tanam Musim Tanam Musim Tanam Ef (%)
I II III III WDR & DR
Padi Padi Padi Bawang
Petak Ciherang IR 64 Mekongga Merah
1 30 30 10 20
2 30 30 5 25
3 50 50 20 30
4 40 40 15 25
5 60 60 20 40
DAFTAR PUSTAKA

Admad sulaiman. 2017. mengenal varietas padi IR 64. https://nusantaranews.co/mengenal-varietas-padi-ir64/ diakses 10 desember 2019.

BPS Kabupaten Badung, 2015

BPS Kabupaten Badung, 2017

Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman: Jilid 1. Departemen Pendidikan Nasiaonal. Buku Sekolah Elektronik. Jakarta

Hasanah, I. 2007. Bercocok Tanam Padi. Azka Mulia Media. Jakarta. 68 hal.

Herawati, W. D. 2012. Budidaya Padi. Javalitera. Jogjakarta. 100 hal.

I NYOMAN HITAKARANA. 2017. STUDI STIMULASI PERTUMBUHAN KECAMBAH PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS
MEKONGGA DENGAN EKSTRAK AIR DAUN CEMARA LAUT (Casuarina equisetifoliaL.).
http://digilib.unila.ac.id/27488/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf. Diakses pada 11 desember 2019

BPS. 2010. Kode dan Data Wilayah Administrasi di Kabupaten Badung Tahun 2010

Purnomo, J. 2013. Pemupukan Fosfat dan Kalium Tanah Sawah Provinsi Sumatera Utara. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian

Rahayu. 2004. Bawang Merah. Penebar Swadaya: Jakarta

Rahmat.1995. Bawang Merah Budidaya Pengolahan Pasca Panen. Kanisius :

Tjitrosoepomo, G., 2002, Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta), 152, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Yanto. 2019. Tanaman Bawang Merah. https://tanahkaya.com/tanaman-bawang-merah/. Diakses tanggal 10 Desember 2019 Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai