FAKULTAS PERTANIAN
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Malai adalah sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas.
Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbuh
utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. panjang malai tergantung
pada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam. Panjang malai dapat
dibedakan menjadi 3 ukuran yaitu malai pendek kurang dari 20 cm, malai sedang
antara 20-30 cm, dan malai panjang lebih dari 30 cm (Hasanah, 2007).
e. Bunga
Bunga padi memiliki kelamin dua jenis dengan bakal buah di atas. Jumlah benang
sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai
kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah kepala putik
yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu. Komponen-
komponen (bagian) bunga padi adalah kepala sari, tangkai sari, palea (belahan yang
besar), lemma (belahan yang kecil), kepala putik, tangkai bunga (Hanum, 2008).
f. Buah
Buah padi yang sehari-hari di sebut biji padi atau butir/gabah, sebenarnya bukan biji
melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah
selesai penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian lain yang
membentuk sekam atau kulit gabah (Hanum, 2008)
D. Bawang Merah
1. Klasifikasi Tanaman Bawang Merah
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Lililales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
1. Akar
Perakaran pada bawang merah ini memiliki perakaran yang dangkal dan juga
bercabang memencar, dengan kedalam mencapai 15-30 cm didalam tanah serta tumbuh
di sekitar umbi bawang merah. (Rahayu. 2004)
2. Batang
Batang bawang merah memiliki batang sejati disebut diskus, yang memiliki
bentuk hampir menyerupai cakram, tipis dan juga pendek sebagai tempat melekatnya
akar dan juga mata tunas. Sedangkan bagian atas pada diskus ini terdapat batang semu
yang tersusun atas pelepah – pelepah daun dan batang semu yang berada didalam tanah
dan juga berguna untuk menjadi umbi lapis .
3. Daun
Daun bawang merah memiliki bentuk silindris kecil memanjang yang mencapai
sekitar 50-70 cm, memiliki pangkal daun runcing. Daun bawang merah ini berwarna
hijau mudah hingga tua, dan juga letak daun ini melakat pada tangkai yang memiliki
ukuran pendek.
4. Bunga
Bunga bawang merah ini memiliki panjang antara 30-90 cm, dan juga memiliki
pangkal ujung kuntum bunga yang hampir menyerupai payung. Selain itu, bunga
tanaman ini terdiri dari 5-6 helai daun bunga yang bewarna putih, 6 benang sari berwarna
hijau hingga kekuningan kuningan, serta memiliki 1 putik dan bakal buah yang memiliki
bentuk segitiga. Bunga bawang merah ini juga merupakan salah satu bunga sempurna
dan juga dapat melakukan penyerbukan sendiri.
Buah bawang merah berbentuk ulat dengan pangkal ujung tumpul yang terbungkus
dengan biji berjumlah 2-3 butir, selain itu biji ini memiliki bentuk agak pipih berwarna
bening dan juga agak keputihan hingga memiliki warna kecoklatan sampai kehitaman.
Namun, untuk perbanyakan pada biji bawang merah ini dapat dilakukan dengan cara
generatif ( seksual ). (Rahmat.1995)
E. Letak Geografis Kecamatan Petang, Bandung
Kabupaten Badung Terletak antara 08o14'20" - 08o50'48" Lintang
Selatan, dan 115o05'00" - 115o26'16" Bujur Timur. Kecamatan Petang terletak
pada 08o14"17" - 08o28"25" Lintang Selatan dan 115o11"01" - 115o15"09"
Bujur Timur.
F. Topografi Kecamatan Petang, Bandung
Luas wilayah Kabupaten Badung 418,52 km2 secara adminisratif
mencakup 6 kecamatan 16 kelurahan, dan 46 desa. Luas wilayan Kecamatan
Petang, 115,00 km2, ketinggian dari permukaan laut 275 – 2075 meter, luas
kawasan terbangun 151 ha 1,61 %. Kecamatan Petang mempunyai 7 desa
meliputi Carangsari, Petang, Belok Sidan, Pelaga, Getasan, Pangsan, Sulangai,
Kuta Selatan, Pecatu. Kemiringan lereng >10 – 15%, merupakan daerah agak
miring. Penyebarannya meliputi daerah Sembung, Batangnyuh, Sangeh, Semuan,
Getasan dan Pangsang dengan luas daerah 59,53 km² atau 15,27% dari luas
daerah.
G. Klimatologi Kecamatan Petang, Bandung
Tipe iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab
dan sejuk, dengan suhu rata-rata 23.5 °C, curah hujan rata-rata 200.4 mm dan
jumlah hari hujan rata-rata 21.3 hari per bulan
No Bulan/Parameter Jan Feb Mart April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des
Padi Padi Padi Padi Padi Padi Bawang Padi Bawang Padi Bawang Padi Padi Padi Padi
1 POLA TANAM
Ciherang Ciherang Ciherang Ciherang IR 64 IR 64 Merah IR 64 Merah IR 64 Merah Mekongga Mekongga Mekongga Mekongga
2 Curah hujan rata2/th (mm/jam) 400,7 350,9 370,7 314,3 181,3 103,1 78,9 28,2 124,6 147,6 279,2 415,6
o
3 T ( C) 27,5 27,5 27,4 27,2 26,6 26 26 25,9 26,1 27,4 28,2 27,9
4 p(penyinaran) (%) 5,9 6,7 6,9 8 8,2 8,6 8,5 8,5 8,8 9 8 6
5 kc 1,2 1,4 1,24 1,12 0,96 0,88 0,6 0,84 1,1 0,56 0,9 0,27 0,81 0,72 -
6 ETo = c (p{ 0,46.t+8}) 12,18 13,83 14,22 16,4 16,59 17,16 17,16 16,96 16,96 16,92 16,92 17,6 18,54 16,77 -
7 ETc = kc x ETo 14,61 19,36 17,63 18,36 15,93 15,1 10,29 14,24 18,35 9,47 15,22 4,75 15,01 12,07 -
Nb : c = 0,1
Data rata-rata Curah Hujan 10 th
1. ETc = kc x Eto
dimana :
ETo : Evapotranspirasi potensial
kc : koefisien tanaman
Eto = c {p(0,46t+8)}
ket : c : faktor koreksi ( diasumsikan 0,1 )
p : persentase penyinaran matahari
t : suhu udara bulanan rata2
dimana :
NFR : Kebutuhan air untuk tanaman di lahan tersier (mm/hari)
Etc : Penggunaan konsumtif (mm/hari)
P : kehilangan air akibat perkolasi (mm/hari)
Re : Curah hujan efektif (mm/hari)
WLR : Penggantian lapisan air (mm/hari)
3. NFR
WDR=
ef ×8 , 64
dimana :
NFR : Kebutuhan air untuk tanaman di lahan tersier (mm/hari)
WDR : Kebutuhan air pada tanaman Padi (lt/dt)
Efisiensi : Efisiensi irigasi secara keseluruhan (%)
8,64 adalah faktor konversi karena perubahan satuan dari mm/hari
menjadi lt/det.
Nilai Perkolasi
No. Jenis Tanah
(mm/hari)
1 Tanah Lempung 1–2
2 Tanah Lempung Pasiran 2– 3
3 Tanah Pasiran 3–6
( ETc−Re )
WRP =
ef ×8 , 64
6. Debit Air di pintu saluran tersier
DR = ( IR x A )/ef lt/dt
dimana :
IR : NFR/ef asumsi ef : 70 %
A : luas lahan
Admad sulaiman. 2017. mengenal varietas padi IR 64. https://nusantaranews.co/mengenal-varietas-padi-ir64/ diakses 10 desember 2019.
Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman: Jilid 1. Departemen Pendidikan Nasiaonal. Buku Sekolah Elektronik. Jakarta
Hasanah, I. 2007. Bercocok Tanam Padi. Azka Mulia Media. Jakarta. 68 hal.
I NYOMAN HITAKARANA. 2017. STUDI STIMULASI PERTUMBUHAN KECAMBAH PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS
MEKONGGA DENGAN EKSTRAK AIR DAUN CEMARA LAUT (Casuarina equisetifoliaL.).
http://digilib.unila.ac.id/27488/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf. Diakses pada 11 desember 2019
BPS. 2010. Kode dan Data Wilayah Administrasi di Kabupaten Badung Tahun 2010
Purnomo, J. 2013. Pemupukan Fosfat dan Kalium Tanah Sawah Provinsi Sumatera Utara. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian
Tjitrosoepomo, G., 2002, Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta), 152, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Yanto. 2019. Tanaman Bawang Merah. https://tanahkaya.com/tanaman-bawang-merah/. Diakses tanggal 10 Desember 2019 Yogyakarta