DI RUANG PERINATOLOGI
KELOMPOK 3 & 4
JOMBANG
2019
i
KATA PENGANTAR
segala rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telat dilimpahkan-Nya. Sehingga
Penulis ucap terimakasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah
kepada H.Imam fatoni, SK.M.MM., selaku ketua sekolah tinggi ilmu kesehatan insan
cedia medika jombang., Terimakasih kepada semua dosen yang telah membimbing
kami slama melakukan praktik klinik. Terimakasih kepada pihak Rumah Sakit Dr.
Saiful Anwar Malang yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk melakukan
instruktur telah membimbing kami dalam pemecahan masalah dalam lapangan dan
tambahan ilmu yang sebelumnya belum pernah kami dapatkan. Terimah kasih kepada
ii
LEMBAR PENGESAHAN
teoritis kasus kelolaan individu Stase Keperawatan Anak dengan kasus “BAYI
Disetujui
Hari :
Tanggal :
Kelompok 3 & 4
( )
Mengetahui,
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN LUAR........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB 1............................................................................................................................7
PENDAHULUAN.........................................................................................................7
1.3 Tujuan..................................................................................................................8
1.4 Manfaat................................................................................................................8
2.1 Definisi............................................................................................................9
2.2 Klasifikasi.....................................................................................................10
2.3 Etiologi..........................................................................................................12
2.5 Patofisiologi..................................................................................................13
iv
2.7 Penatalsanaan Keperawatan..........................................................................16
2.9 Komplikasi....................................................................................................18
3.1 IDENTITAS.......................................................................................................20
3.5 PSIKOSOSIAL.............................................................................................23
3.10 IMPLEMENTASI.........................................................................................27
3.11 EVALUASI...................................................................................................27
4.1.4 GENOGRAM........................................................................................30
v
4.1.7 IMUNISASI...........................................................................................31
4.2 PSIKOSOSIAL.............................................................................................35
4.9 EVALUASI........................................................................................................46
BAB 5 PENUTUP.......................................................................................................51
5.1 Kesimpulan...................................................................................................51
5.2 Saran.............................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................52
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masalah bayi dengan berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram) sampai saat ini
masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal.1 Bayi berat lahir
rendah (BBLR) khususnya bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dan bayi berat lahir amat
sangat rendah (BBLASR), masih menjadi salah satu masalah kesehatan penting di negara-
negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan karena angka kejadian, kesakitan, dan
kematiannya masih cukup tinggi. Selain itu dampak jangka panjangnya berupa hambatan
tumbuh kembang, baik fi sik, psikomotor, emosional, intelektual, dan kecacatan, sehingga
akan menurunkan kualitas sumber daya manusia dan akan menjadi beban bagi keluarga.3
Angka kejadian BBLR di Indonesia berdasarkan Rikesda tahun 2007 adalah 11,5%. Bali
memiliki angka kejadian BBLR terendah yaitu 5,8%.4 Angka kejadian BBLSR di negara
maju dan berkembang sangat bervariasi, di negara maju jauh lebih rendah, seperti di Amerika
Serikat 3-4% dari kejadian BBLR, di negara-negara Eropa kejadian BBLSR 2% dari
kelahiran hidup, sedangkan di negara berkembang masih tinggi yaitu 7,3% dari seluruh
BBLR.5 BBLSR dan BBLASR merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai
kontribusi pada angka kematian bayi terutama pada masa perinatal.6,7 Penelitian di Jepang
tahun 2006 melaporkan bahwa bayi dengan berat lahir sangat rendah 11% meninggal saat
datang ke rumah sakit, 54% mendapat terapi surfaktan, sedangkan angka harapan hidup
BBLSR adalah 90%.8 Di RSUP Sanglah tahun 2002 mendapatkan bahwa penyebab kematian
terbanyak pada BBLASR adalah asfi ksia berat yaitu sebesar 38,2% dan pada BBLSR adalah
sepsis yaitu sebesar 48,6%. Persentase kematian BBLASR sebesar 98,5% sedangkan pada
BBLSR sebesar 57,2%.9 Penelitian di India tahun 2008 melaporkan angka kematian BBLSR
36,9%,10 sedangkan di Iran tahun 2008 melaporkan penyebab terbanyak kematian BBLSR
adalah penyakit membran hialin 59%, asfi ksia 20%, sepsis 12%, dan kelainan kongenital
9%.11 Luaran dan angka harapan hidup BBLSR bervariasi pada tiap-tiap rumah sakit dan
besarnya masalah kesehatan yang dihadapi BBLSR tersebut, maka dilakukan penelitian ini
7
dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik dan luaran BBLSR yang lahir
(Putra,Karanda,Artana,Putra, 2017).
1.3 Tujuan
Menganalisis laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada bayi berat lahir sangat
rendah
1.4 Manfaat
Hasil case report ini dapat sebagai informasi baru tentang ilmu keperawatan, terutama
keperawatan anak untuk mencegah terjadinya bayi berat lahir sangat rendah
Diharapkan case report ini mampu menurunkan persenatase kasus BBLSR pada bayi
serta dapat menjadi acuan untuk lebih mengoptimalkan kesehatan bayi waktu dikandungan
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 1500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLSR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37
Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi (neonatus) yang lahir dengan
(Alimul, 2012).
Dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir sangat rendah (BBSLR) adalah bayi
baru lahir yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir memiliki berat badan antara 1000
Hyaline Membrane Disease (HMD) atau disebut juga Respiratory Distress Syndrome
(RDS) merupakan hasil dari ketidakmaturan dari paru-paru dimana terjadi gangguan
pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan 30% dari kematian neonatus diakibatkan oleh HMD
Pada penyakit ini, terjadi karena kekurangan pembentukan atau pengeluaran surfaktan
sebuah kimiawi paru-paru. Surfaktan merupakan suatu campuran lipoprotein aktif dengan
permukaan yang melapisi alveoli dan mencegah alveoli kolaps pada akhir ekspirasi. (Bobak,
2015).
2.2 Klasifikasi
A. Prematuritas Murni
Prematuritas Murni adalah bayi yang lahir dengan kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan masa kehamilan atau biasa disebut
a) Berat lahir ≤ 2.500 gram, panjang badan ≤ 45cm, lingkaran dada < 30 cm, lingkaran
kepala < 33 cm
g) Genitalia belum sempurna, labio mayora belum menutupi labio minora (pada
h) Pembuluh darah kulit banyak terlihat sehingga peristaltic usus dapat terlihat
j) Tulang rawan dan daun telinga immature (elastisitas daun telinga masih kurang
sempurna)
m) Banyak tidur, tangis lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering timbul apneu
10
n) Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha abduksi,
sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan fleksi atau lurus dan kepala mengarah ke
satu sisi
2) Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena mengalami gangguan pertumbuhan
dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
Dismaturitas dapat terjadi dalam preterm, aterm, dan posterm dengan gambaran klinik/
3) Menurut penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam:
b) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
c) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
a) Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah persentil ke-10
b) Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara persentil ke-10
c) Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas persentil ke-90
11
2.2.2 Klasifikasi HMD
1. Syndrom Gawat Nafas Klasik (Clasik Respyratory Distress Syndrome) Thoraks atau
Syndrome)
hypoaerated. Dapat dilihat pada bronkhogram udara meningkat. Sindrom Gawat Nafas
4. Terdapat retikulogranuler yang berbentuk opaque pada kedua paru-paru area cystic
pada paru-paru kanan bisa manunjukan alveoli yang berdilatasi atau empisema
2.3 Etiologi
Umumnya BBLSR disebabkan persalinan kurang bulan (umur kehamilan antara 28-36
minggu) atau bayi lahir kecil masa kehamilan (KMK) karena adanya hambatan pertumbuhan
saat dalam kandungan (janin tumbuh lambat/intra uterine growth retardation) atau kombinasi
keduanya. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia kehamilan walaupun berat
lahirnya kecil. Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin kurang
Penyebab lahirnya bayi kurang bulan antara lain berat ibu yang rendah, usia ibu
sistemik akut. Penyebab kelahiran bayi kecil masa kehamilan antara lain ibu kurang gizi,
hipertensi, toksemia, anemia, kehamilan ganda, penyakit kronik, dan merokok. Retardasi
pertumbuhan intrauterin dan efek mereka terhadap janin bervariasi tergantung dari cara dan
lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat gangguan tersebut terjadi (Kiess N, 2013).
a) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir
mati.
c) Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak sesuia menurut yang
seharusnya.
anterpartum.
c) Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine
d) Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya (Nanda, 2013)
2.5 Patofisiologi
Terjadinya BBLR/ BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu, faktor janin, faktor
plasenta, dan faktor lingkungan. Sehingga dapat menyebabkan sindrom aspirasi mekonium
yaitu bayi bisa mengalami asfiksi intra uterin, janin gasping dalam uterus, cairan amnion
bercampur dengan mekonium masuk dan lengket di paru janin. Maka janin dapat beresiko
gangguan pertukaran gas dan resiko tidak efektifnya jalan nafas. Dapat terjadi juga imaturitas
bilirubin.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan
yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk
merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang kemudian
selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian.
13
Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan
lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primary apnea) disertai
dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas
(gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha
bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary
apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping
adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme dan pemeriksaan
keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin
hanya menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan
terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen
tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang.asam organik terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya
akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya
hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya
asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung
sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat
akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi
darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel
otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya
14
Patway BBLSR
BBLSR
Kehilangan Malnutrisi
Dehidrasi Resiko infeksi
panas
Ketidakseimbangan
Hipotermi nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Icterus
Pernafasan
Insuf pernafasan
pediatric
15
Penyakit memebran
hialin
Pernafasan biot
Ketidakefektifan
pola nafas
Mata Kulit
sepsis
Retinopaty
2. Urinalisis
4. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti rasio lesitin
sfingomielin, surfaktan
1. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan
daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
16
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan
belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB
badan, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung. Reflek mengisap masih
lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan
frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-
lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus
dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum
memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dilakukan Kangaroo Mother Care (KMC)
dengan ibunya.
2. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna.
Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga
3. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan
bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu .
Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
17
hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat
dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat
4. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-
tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang atau
tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha
pernapasan
5. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah,
harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur
2.9 Komplikasi
1. Hipotermi
3) Malas minum
2. Hipoglikemia
5) Keringat dingin
3. Ikterus/hiperbilirubin
18
Hiperbilirubin pada BBLSR terjadi karena belum maturnya fungsi hepar pada bayi
prematur, bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan kern ikterus yang akan
1) Sclera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstermitas berwama kuning
3) Kejang
5) Letargi
4. Infeksi/sepsis
Infeksi pada BBLSR dapat terjadi bila ada riwayat ibu demam sebelum dan selama
persalinan, ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan, terjadinya asfiksia saat lahir,
trombositopenia
5) Letargi
7) Kejang
5. Gangguan permafasan :
2) Resiko aspirasi akibat belum terkoordiansinya reflek batuk,reflek menghisap dan reflek
menelan
19
4) Pemafasan tidak teratur
BAB 3
3.1 IDENTITAS
1) Indentitas Anak
Nama, tanggal lahir, jenis kelamin, anak ke, pendidikan, alamat, sumber informasi.
Nama orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, suku/bangsa, penanggung
Keluhan utama pasien merupakan keluan yang paling diraskan oleh pasien, riwayat
penyakit sekarang merupakan perjalanan penyakit dari awal pasien merasakan sampai
Dalam paoin ini terdapat beberapa hal yang pentig yang harus dikaji meliputi: penyakit
Poin ini berisi tentang penyakit yang pernah diderita keluarga, dan lingkungan/komunitas
pasien.
20
Pengakajian yang penting dalam hal ini adalah: ANC, penyakit ibu yang dialami saat
5. IMUNISASI
Ballard Score merupakan sistem penilaian usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian fisik
dan neuromuskular. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar,
window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver
21
3.4 PENGKAJIAN PERSISTEM
2) Pemerkasaan persistem
a) Sistem pernafsan: Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing
dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
b) Sistem kardiovaskuler: riwayat nyeri jantung, CRT, suara jantung, irama jantung.
c) Sistem persyarafan: Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lender,
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna
sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleks terhadap cahaya, Bibir berwarna pucat
ataupun merah, ada lendir atau tidak, Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
d) Dwon score : Pemeriksaan Down Score adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bayi
0 1 2
Frekuens < 60/menit 60 – 80/menit > 80/menit
i Napas
Sianosis Tidak Sianosis hilang Sianosis menetap walaupun
sianosis dengan O2 diberi O2
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara masuk
bilateral baik udara masuk
Merintih Tidak Dapat didengar Dapat didengar tanpa alat
merintih dengan stetoskop bantu
22
e) Sistem perkemihan: Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia
f) Sistem pencernaan : Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor,
perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa
kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna, adanya darah
dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses, Tali pusat layu, perhatikan
ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm
terdapat lanugo dan verniks., Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan
adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya, neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek
moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya
patah tulang
hiperglikemi, hipoglikemi.
3.5 PSIKOSOSIAL
ekpresi pasien terhadap penyakitnya, respon saat tindakan, hubungan dengan pasien lain,
yang diperoleh dari pasien akan mengalami berbagai macam pemeriksaan mikroskopik,
Terapi yang dilakukan guna mengembalikan fungsi tubuh yang mengalami masalah,
23
Mengelompokan data-data pasien atau keadaan tertentu pasien dimana pasien mengalami
nutrisi
KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan pola Status pernafasan Manajeman jalan nafas
4. Berikan
informasi kepda
keluarga
menegnai pasien
5. Kolaborasi
24
dalam pembarian
oksigen
2 Ketidakseimbangan Status pernafasan Manajemen nutrisi
3. Menimbang berat
4. Memotivasi ibu
untuk memerah
menyusu pada
ibu
5. Kolaborasi
lain dalam
pemebrian total
nutrision parental
3 Resiko infeksi b.d Resiko infeksi pada bayi Kontrol infeksi
1) Ketidakstabilan 2. Mengukur
25
suhu (4) Tanda-tanda vital
(4) 4. Memeberikan
informasi kepada
keluaraga pasien
tentang cara
merawat bayi
dengan cara
5. Kolaborasi
lain untuk
melakukan
pemeberian
antibiotik
hipotermia (4)
4) Mengambil postur
26
kehilagan panas
untuk hipertermia
(4)
3.10 IMPLEMENTASI
3.11 EVALUASI
Kegiatan yang harus terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana, atau
S: berisi data dari pasien melalui anamnesis yang merupakan ungkapan langsung.
A: analisis dan interpretasi berdarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan yang
meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu dilakukan
tindakan selanjutnya
P: perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan
mandiri, kolaborasi, diagnosis, atau laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut.
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
27
No. Reg : 11467xx Diagnosa Medis : BBLSR+HMD
Pendidikan :- Alamat :
Banyuwangi
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Bayi lahir spontan Spt B, pada tanggal 18-12-2019
di RS Dr. Saiful Anwar Malang. Bayi lahir pada usia kehamilan 28 minggu, bayi lahir tidak
langsung menangis, tonos otot lemas dan tangis lemah. Bayi lahir dengan berat badan 1066
gram, PB 40 cm, LK 22 cm, LD 26 cm. Pasien dipindahkan ke ruang 11 perinatologi dan
mendapatkan infus D 10% 3 cc/jam dan dipasang O2 Nasal CPAP, FO2 21 % , PEEP 5
cmH2O. Saat dikaji pada hari jumát 19-12-2019 jam 18.30 Wib paien masih sesak,
terpasang D 10% 3 cc/jam dan dipasang O2 Nasal CPAP, FO2 21 % , PEEP 5 cmH2O, RR:
67 x/menit, N: 146 x/menit, S: 37 ‘c
4.1.4 GENOGRAM
28
: Laki-laki
Keterangan =
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Pasien
1. ANC (Prenatal) : Usia kehamilan 12 minggu ibu pasien pernah MRS arena penyait
DM, HT, Ginjal, nefrotik syndrom, minum jamu dan pijet oyok
4. Post natal: bayi lahir tidak langsung menangis, tonos otot lemas dan tangis lemah
6. Ballard sore 26 – 28
4.1.7 IMUNISASI
1. Pertumbuhan
1. Sistem Pernapasan
30
1) Keluhan: Sesak
2) Bentuk dada
3) Sekresi batuk
Batuk ya tidak
Sputum ya tidak
4) Pola nafas
Reguler Cheyne Stokes Kussmaul
5) Bunyi nafas
1. Normal
2. Abnormal
Tidak
31
a. Tingkat kesadaran :
Compos mentis Apatis Somnolen Delirium Sopor
Koma
c. Refleks :
1. Refleks fisiologis
Bisep Stapping Plantar Rooting Galant
2. Refleks patologis
Brudzinski Kernig Kaku kuduk
Babinski
g. Pupil
Isokor Unisokor Miosis Midriasis
h. Refleks cahaya
Kanan Kiri
i. Hidung/Penciuman
j. Telinga/ Pendengaran
e) Asites Ya Tidak
f)Mual Ya Tidak
g) Muntah Ya Tidak
h) Terpasang NGT Ya Tidak
b. Masalah usus besar & rectum/ anus
BAB . 1-2 x / hari
33
Konstipasi Feces berdarah Wasir
Lavemen Ya Tidak
c.Pola makan: frekuensi 8 .x/hr Jumlah: 8x3cc Jenis: Susu formula S26 BBLR
12) Sistem otot, tulang dan integumen
d. Otot dan tulang
a) ROM Bebas Terbatas Hemiplegi Paraplegi
Hemiparese Paraparese Tetraplegi
Sianotik Panas
Pigmentasi
4.2 PSIKOSOSIAL
1. Ekspresi klien terhadap penyakitnya:
34
Murung/diam Gelisah Tegang Marah
Menangis
2. Dampak hospitalisasi terhadap orang tua:. Orang tua pasien selalu menunggu pasien
selama 24 jam di rumah sakit dan ayah pasien untuk beberapa waktu izin kerja untuk
menunggu anaknya di rumah sakit dan ayah pasien selama menjaga anak ke 2 di rumah
sakit, ayah pasien tidak pernah bertemu dengan anak yang ke 1.
Dewasa Normal
Hematologi
Hitung Jenis
52,1 % 25-33
Limfosit
Monosit 3,9 % 2-5
Eosinofil absolut 0,19 103/ μL
35
Basofil absolut 0,03 103/ μL
KIMIA KLINIK
Inflamasi
36
4.5 ANALISA DATA
Ruang : 11 Perinatologi
DS: -
DS: -
Imuno supresi Resiko infeksi
DO: K/U lemah
- Leukosit 13,69
- Kulit kemerahan
- Usia kehamilan ibu 28 minggu
- RR: 67 x/menit
- N: 146 x/menit
- S: 37 ‘c
37
4.6 Diagnosa Keperawatan
Ruang : 11
KEPERAWATAN
tambahan
4. Berikan informasi
kepda keluarga
menegnai pasien
5. Kolaborasi dengan
pembarian oksigen
38
2 Ketidakseimbangan nutrisi Status pernafasan Manajemen nutrisi
4. Memotivasi ibu
untuk memerah
tidak dapat
5. Kolaborasi dengan
dalam pemebrian
total nutrision
parental
3 Resiko infeksi b.d Resiko infeksi pada bayi Kontrol infeksi
4. Memeberikan
39
informasi kepada
keluaraga pasien
tentang cara
merawat bayi
dan aseptik
5. Kolaborasi dengan
untuk melakukan
pemeberian
antibiotik
Ruang : 11
Diagnosa
keperawatan
Hari/Tang Implamentasi Keperawatan Paraf
gal/Jam
40
Jumat Ketidakefektifan 1 Memonitor tanda-tanda vital dan saturasi oksigen
kondisi pasien
kondisi pasien
Diit
41
4.9 EVALUASI
TGL
1. 1 Jumat 18.30 S: -
O: K/U lemah
19-12-
2019 Pasien masih terpasang O2 Nasal CPAP FO2
FO2 21 % , PEEP 5 cmH2O
- Irama nafas masih ireguler
TTV :
- RR: 67 x/menit
- N: 146 x/menit
- S: 37’c
A: Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan intervensi
S: -
Jumat
2 2 18.30 O: K/U lemah
19-12-
- Pasien masih terpasang OGT
2019
- Refle hisap pasien masih lemah
- BB pasien masih 1066 gram
TTV
- RR: 67 x/menit
- N: 146 x/menit
- S: 37’c
Aktivitas keseharian di bantu total
A : Masalah Belum Teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Diit
Pemberian frekuensi 8 .x/hr Jumlah: 8x3c Jenis:
Susu formula S26 BBLR
Infus D10% 52 cc/24 jam
Jumat
3 3 18.30
19-12- S:-
42
2019 O : K/U lemah
- RR: 67 x/menit
- N: 146 x/menit
- S: 37’c
A : Masalah Belum Teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Injeksi Intravena
Amino steril 10% (3 gram/kg/hari)
Lipid 20% 11cc (2 gram/kg/hari)
Ampicilin sulbactan 3x35 gram
(100gram/kg/hari)
Gentamicin 1x5mg (5jam/kg/hari)
4 1 Sabtu 21-
12-2019
13.45 S: -
O: K/U lemah
- RR: 70 x/menit
- N: 152 x/menit
- S: 36’c
A: Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Sabtu
21-12-
5 2 15.45
2019 S: -
O: K/U lemah
43
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
11,5%. Bali memiliki angka kejadian BBLR terendah yaitu 5,8%.4 Angka kejadian
BBLSR di negara maju dan berkembang sangat bervariasi, di negara maju jauh lebih
rendah, seperti di Amerika Serikat 3-4% dari kejadian BBLR, di negara-negara Eropa
kejadian BBLSR 2% dari kelahiran hidup, sedangkan di negara berkembang masih tinggi
yaitu 7,3% dari seluruh BBLR. BBLSR dan BBLASR merupakan salah satu faktor risiko
yang mempunyai kontribusi pada angka kematian bayi terutama pada masa perinatal.6,7
Penelitian di Jepang tahun 2006 melaporkan bahwa bayi dengan berat lahir sangat rendah
11% meninggal saat datang ke rumah sakit, 54% mendapat terapi surfaktan, sedangkan
5.2 Saran
1. Perawat
Di harapkan kisreport ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada perawat
2. Ibu
44
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2014. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
SalembaMedica : Jakarta.
USU Repository
45
LAMPIRAN
46