Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definis
Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah keadaan dimana ditemukannya batu pada
ginjal. Prevalensi penyakit ini diperkirakan lebih sering pada laki-laki dibanding
perempuan. Ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan aktivitas fisik, pola makan, serta
struktur anatomis yang berbeda. (Fauzi, 2016)

Nefrolitiasis adalah keadaan dimana terdapat batu di dalam systema collectivus


ginjal yang dapat didiagnosis dengan pemeriksaan ultrasonografi dan intravena pielografi
(Raharjo, 2010)

Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang membatu pada ginjal,
mengandung komponen kristal, dan matriks organik (Tambayong, 2000).

Jadi, nefrolitiasis adalah penyakit batu ginjal yang dibentuk didalam ginjal (parenkim
ginjal) oleh kristalisasi dari substansi ekskresi didalam urine.

2. Klasifikasi
Batu ginjal mempunyai banyak jenis nama dan kandungan zat penyusunnya yang
berbeda-beda. Ada empat jenis utama dari batu ginjal yang masing-masing cenderung
memiliki penyebab yang berbeda, yaitu: (Achmad Anang, 2016)

1) Batu Kalsium
Batu jenis ini adalah jenis batu yang paling banyak ditemukan, yaitu 70-80% dari jumlah
pasien yang mengalami batu ginjal. Ditemukan lebih banyak pada laki-laki, rasio pasien
laki- laki dibanding wanita adalah 3:1, dan paling sering ditemui pada usia 20-50 tahun.
Kandungan batu ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari
keduanya. Kelebihan kalsium dalam darah secara normal akan dikeluarkan oleh ginjal
melalui urin. Penyebab tingginya kalsium dalam urin antara lain peningkatan penyerapan
kalsium oleh usus, gangguan kemampuan penyerapan kalsium oleh ginjal dan
peningkatan penyerapan kalsium tulang.

2) Batu Infeksi atau Struvit


Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih. Adanya infeksi saluran kemih dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan bahan kimia dalam urin. Bakteri dalam saluran kemih
mengeluarkan bahan yang dapat menetralisir asam dalam urin sehingga bakteri
berkembang biak lebih cepat dan mengubah urin menjadi bersuasana basa. Suasana basa
memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan karbonat membentuk
batu magnesium ammonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit. Terdapat pada sekitar 10-
15% dari jumlah pasien yang menderita penyakit ini. Lebih banyak pada wanita, dengan
rasio laki-laki dibanding wanita yaitu 1:5. Batu struvit biasanya menjadi batuyang besar
dengan bentuk seperti tanduk (staghorn).

3) Batu Asam Urat


Ditemukan 5-10% pada penderita batu ginjal. Rasio laki-laki dibanding wanita adalah
3:1. Sebagian dari pasien jenis batu ini menderita Gout, yaitu suatu kumpulan penyakit
yang berhubungan dengan meningginya atau menumpuknya asam urat. Pada penyakit
jenis batu ini gejala sudah dapat timbul dini karena endapan/kristal asam urat (sludge)
dapat menyebabkan keluhan berupa nyeri hebat (colic), karena endapan tersebut
menyumbat saluran kencing. Batu asam urat bentuknya halus dan bulat sehingga sering
kali keluar spontan. Batu asam urat tidak tampak pada foto polos

4) Batu Sistin
Jarang ditemukan, terdapat pada sekitar 1-3% pasien BSK. Penyakit batu jenis ini adalah
suatu penyakit yang diturunkan. Batu ini berwarna kuning jeruk dan berkilau. Rasio laki-
laki dibanding wanita adalah 1:1. Batu lain yang juga jarang yaitu Batu Silica dan Batu
Xanthine.
3. Anatomi Fisiologi

Ginjal (Ren) adalah suatu organ yang mempunyai peran penting dalam mengatur
keseimbangan air dan metabolit dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan asam
basa dalam darah. Produk sisa berupa urin akan meninggalkan ginjal menuju saluran
kemih untuk dikeluarkan dari tubuh. Ginjal terletak di belakang peritoneum sehingga
disebut organ retroperitoneal. Ginjal berwarna coklat kemerahan danberada di sisi kanan
dan kiri kolumna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebra L3. Ginjal dexter
terletak sedikit lebih rendah daripada sinistra karena adanya lobus hepatis yang besar.
Masing-masing ginjal memiliki fasies anterior, fasies inferior, margo lateralis, margo
medialis, ekstremitas superior dan ekstremitas inferior. Bagian luar ginjal dilapisi oleh
capsula fibrosa, capsula adiposa, fasia renalis dan corpus adiposum pararenal. Masing
masing ginjal memiliki bagian yang berwarna coklat gelap di bagian luar yang disebut
korteks dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang. Medulla
renalis terdiri dari kira-kira 12 piramis renalis yang masing- masing memiliki papilla
renalis di bagian apeksnya. Di antara piramis renalis terdapat kolumna renalis yang
memisahkan setiap piramis. Pembuluh darah pada ginjal dimulai dari arteri renalis
sinistra yang membawa darah dengan kandungan tinggi CO2 masuk ke ginjal melalui
hilum renalis. Secara khas, di dekat hilum renalis masing-masing arteri menjadi lima
cabang arteri segmentalis yang melintas ke segmenta renalis. Beberapa vena menyatukan
darah dari ren dan bersatu membentuk pola yang berbeda-beda, untuk membentuk vena
renalis. Vena renalis terletak ventral terhadap arteri renalis, dan vena renalis sinistra lebih
panjang, melintas ventral terhadap aorta. Masing-masing vena renalis bermuara ke vena
cava inferior. Arteri lobaris merupakan arteri yang berasal dari arteri segmentalis di mana
masing-masing arteri lobaris berada pada setiap piramis renalis. Selanjutnya, arteri ini
bercabang menjadi 2 atau 3 arteri interlobaris yang berjalan menuju korteks di antara
piramis renalis. Pada perbatasan korteks dan medula renalis, arteri interlobaris bercabang
menjadi arteri arkuata yang kemudian menyusuri lengkungan piramis renalis. Arteri
arkuata mempercabangkan arteri interlobularis yang kemudian menjadi arteriol aferen.
Fisiologi
Ginjal (Ren) adalah suatu organ yang mempunyai peran penting dalam mengatur
keseimbangan air dan metabolit dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan asam
basa dalam darah. Produk sisa berupa urin akan meninggalkan ginjal menuju saluran
kemih untuk dikeluarkan dari tubuh. Ginjal terletak di belakang peritoneum sehingga
disebut organ retroperitoneal. Ginjal berwarna coklat kemerahan dan berada di sisi kanan
dan kiri kolumna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebra L3. Ginjal dexter
terletak sedikit lebih rendah daripada sinistra karena adanya lobus hepatis yang besar.
Masing-masing ginjal memiliki fasies anterior, fasies inferior, margo lateralis, margo
medialis, ekstremitas superior dan ekstremitas inferior. Bagian luar ginjal dilapisi oleh
capsula fibrosa, capsula adiposa, fasia renalis dan corpus adiposum pararenal. Masing
masing ginjal memiliki bagian yang berwarna coklat gelap di bagian luar yang disebut
korteks dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang. Medulla
renalis terdiri dari kira-kira 12 piramis renalis yang masing- masing memiliki papilla
renalis di bagian apeksnya. Di antara piramis renalis terdapat kolumna renalis yang
memisahkan setiap piramis renalis
Pembuluh darah pada ginjal dimulai dari arteri renalis sinistra yang membawa darah
dengan kandungan tinggi CO2 masuk ke ginjal melalui hilum renalis. Secara khas, di
dekat hilum renalis masing-masing arteri menjadi lima cabang arteri segmentalis yang
melintas ke segmenta renalis. Beberapa vena menyatukan darah dari ren dan bersatu
membentuk pola yang berbeda-beda, untuk membentuk vena renalis. Vena renalis
terletak ventral terhadap arteri renalis, dan vena renalis sinistra lebih panjang, melintas
ventral terhadap aorta. Masing-masing vena renalis bermuara ke vena cava inferior.
Arteri lobari merupakan arteri yang berasal dari arteri segmentalis di mana masing-
masing arteri lobaris berada pada setiap piramis renalis. Selanjutnya, arteri ini bercabang
menjadi 2 atau 3 arteri interlobaris yang berjalan menuju korteks di antara piramis
renalis. Pada perbatasan korteks dan medula renalis, arteri interlobaris bercabang menjadi
arteri arkuata yang kemudian menyusuri lengkungan piramis renalis. Arteri arkuata
mempercabangkan arteri interlobularis yang kemudian menjadi arteriol aferen. (Koes
Irianto,2014)
4. Etiologi
Menurut (Sudoyo, 2007), yaitu : Banyak factor yang sering menjadi predisposisi
timbulnya batu :

Faktor Endogen :

 Factor genetic familiar pada hiper sistinuria


Suatu kelainan herediter yang resesif autosomal dari pengangkutan asam amino di
membrane batas sikat tubuli proksimal
 Factor hiperkalsiuria primer dan hiper oksaluria primer

Faktor eksogen

 Infeksi
Infelsi oleh bakteri yang memceahkan ureum dan membentuk ammonium akan
mengubah pH urium menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat
sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada
 Obstruksi dan statis urin
Mempermudah terjadinya infeksi
 Jenis kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki.
 Ras
Batu ginjal lebih banyak diderita oleh penduduk dari ras Afrika dan Asia
(termasuk Indonesia) dibandingkan penduduk Amerika dan Eropa
 Keturunan
Peluang terkena penyakit batu ginjal akan lebih besar jika seandainya terdapat
riwayat penderita batu ginjal dalam keluarga
 Air minum
Saluran urin yang terinfeksi bakteri pemecah urea pada urin akan menstimulasi
pembentukan batu pada kandung kemih. Jika kurang minum, maka kepekatan urin
meningkat (konsentrasi semua substansi dalam urin meningkat) sehingga
mempermudah pembentukan batu.
 Makanan
Konsumsi makanan juga berpengaruh, seperti pada orang-orang kurang makan
putih telur sering menderita batu ginjal. Makanan dengan kadar oksalat, natrium
dan kalsium yang tinggi dan protein hewani dengan purin yang tinggi memicu
terbentuknya batu ginjal.
 Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak, misalnya buruh dan petani lebih besar resiko
mengidap batu ginjal dibandingkan pekerjaan yang lebih banyak duduk.
 Suhu
Tempat dengan suhu panas seperti daerah tropis (Indonesia) dan dikamar mesin
dimana banyak mengeluarkan keringat akan mempermudah pembentukan batu
ginjal

5. Manifestasi Klinis

1) Nyeri dan pegal di daerah pinggang


Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri
adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan.
Terutama timbul pada costoverteral
2) Hematuria
Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma yang
disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik
3) Infeksi
Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun infeksi asistemik
yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang progresif.
4) Kencing panas dan nyeri

5) Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal


6. Patofisiologi
Nefrolitiasis merupakan kritalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan
yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat
dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan citien. Peningkatan konsentrasi larutan
akibat intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi
saluran kemih atau urin sehinggga membuat tempet untuk pembentukan batu. Ditambah
dengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang
berakibat prespitasi kalsium dan magnesium pospat (Tambayong 2000).
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian
dijadikan dalam beberapa teori :
1. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen- komponen pembentukan batu ginjal mendukung
terjadinya kristalisasi, kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya
agresi kristal kemudian timbul menjadi batu.
2. Teori matriks
Matriks merupakan mucoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5
heksosamin dan 10 % air. Adapun matriks menyebabkan penempalan kristal-
kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampaui daya
kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapan. Phospat
mukopolisakaria dan dipospat merupakan penghambat pembentukan kristal. Bila
terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
4. Teori epistaxis
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secara Bersama- sama, salah
satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembent pada lapisan luarnya.
Contohnya ekskresi asam urat yang berlebihan dalam urin akan mendukung
pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
5. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dariberbagai macam teori diatas.
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis adalah:
1. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) Alat ini ditemukan pertama kali pada
tahun 1980 oleh Caussy. Bekerja dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan
di luar tubuh untuk menghancurkan batu di dalam tubuh. Batu akan dipecah menjadi
bagian-bagian yang kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih 11 ESWL
dianggap sebagai pengobatan cukup berhasil untuk batu ginjal berukuran menengah dan
untuk batu ginjal berukuran lebih dari20- 30mm pada pasien yang lebih memilih ESWL,
asalkan mereka menerima perawatan berpotensi lebih.
2. PCNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy) Merupakan salah satu tindakan endourologi
untuk mengeluarkan batu yang berada di saluran ginjal dengan cara memasukan alat
endoskopi ke dalam kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil. Asosiasi Eropa Pedoman
Urologi tentang urolithiasis merekomendasikan PNL sebagai pengobatan utama untuk
batu ginjal berukuran >20mm, sementaraESWLlebih disukaisebagailini
keduapengobatan,karenaESWLsering membutuhkanbeberapa perawatan, dan
memilikirisikoobstruksiureter, serta kebutuhan adanyaprosedurtambahan. Ini adalah
alasan utama untuk merekomendasikan bahwa PNL adalah baris pertama untuk
mengobati pasien nefrolitias. 12
3. Bedah terbuka Untuk pelayanan kesehatan yang belum memiliki fasilitas PNL dan
ESWL, tindakan yang dapat dilakukan melalui bedah terbuka. Pembedahan terbuka itu
antara lain pielolitotomiataunefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal.
4. Terapi Konservatif atau Terapi Ekspulsif Medikamentosa (TEM) Terapi dengan
mengunakan medikamentosa ini ditujukan pada kasus dengan batu yang ukuranya masih
kurang dari 5mm, dapat juga diberikan pada pasien yang belum memiliki indikasi
pengeluaran batu secara aktif. Terapi konservatif terdiri dari peningkatan asupan minum
dan pemberian diuretik; pemberian nifedipin atau agen alfablocker, seperti tamsulosin;
manajemen rasa nyeri pasien, khusunya pada kolik, dapat dilakukan dengan pemberian
simpatolitik, atau antiprostaglandin, analgesik; pemantauan berkala setiap 1- 14 hari
sekali selama 6 minggu untuk menilai posisi batu dan derajat hidronefrosis.
8. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan adalah :
1. Menganjurkan klien untuk mengindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan
produksi urine 2-3 liter per hari.
2. Anjarkan pengunaan teknin non farmakologi (relaksasi dan dikstraksi)
3. Menganjurkan klien melakukan beberapa diet untuk mengurangi kekambuhan yaitu
diet rendah protein, rendah garam, rendah purin dan rendah kalsium.
4. Kendalikan faktor lingkungan yang dapt mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan
5. Monitor intake dan output, pola berkemih serta masalah saluran berkemih
sebelumnya.
6. Memeberikan informasi kepada pasien tentang kondisinya sesuai kebutuhan.

9. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisa
Warna kuning , coklat atau gelap : warna : normal kekuning- kuningan, abnormal
merah menunjukan hematuria ( kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,
kegagalan ginjal) pH : normal 4,6-6,8 9 ( rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin
dan batu asam urat), alkali ( meningkat, magnesium,fosfat ammonium, atau batu
kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat,kalsium,fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat ),kultur urine menujukan infeksi saluran kencing, BUN hasil
normal 5-20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk
mengekskresi sisa bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan glomerular
filtrasion rate BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein , darah dalam darah
saluran pencernaan status katabolic (cedera, infeksi). Keratini serum hasil normal
laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk
memeperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemtrogen.
Abnormal ( tinggi pada serum/ rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
Peran Perawat:
o Berikan kenyamanan , privasi dan keamanan bagi klien karena mungkin saja
klien merasa malu atau tidak nyaman
2. Laboratorium
a. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia
b. Hormon parathyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang
redsorbst kalsium dan tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
3. Foto KUB (kidney ureter bladder)
Menunjukan ukuran ginjal, ureter dan bledder serta menujukan adanya batu disekitar
sluran kemih
4. Endoskopi ginjal
Menetukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil
5. USG ginjal
Untuk menetukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6. EKG ( elektrokardiografi)
Menunjukan ketidakseimbangan cairan, asam basah dan elektrolit
7. Foto rongen
Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal, menunjukan
adanya calculi atau perubahan anatomic pada area ginjal dan sepanjang ureter. Peran
perawat memeberi tahu kepada pasien tentang pemeriksaan foto rongen sebelum
dilakukan foto rongen pasien diminta untuk minum air banyak atau menhaan kencing
agar dapat melihat buli-buli kandung kemih, menyuruh pasien untuk menggunakan
pakaian longgar agar mudah membukanya, mencopot jam atau alat-alat yang
mengandung logam pada tubuh. Setelah itu membawah pasien ke tempat foto rongen,
kemudian membuka pakaian bagian atas, dan memposisikan pasien berbaring
terlentang dengan tangan menjauh dari tubuh. Setelah foto rongen
selesai,menunjukan hasil foto kepada dokter.
8. IVP (intra venous pyelografi)
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih, membedahkan derajat
obstruksi kandung kemih divertikulasi kandung kemih dan penebalan abnormal otot
kandung kemih dan memeberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab
nyeri abnormal atau panggul. Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomic
(distensi ureter). Peran perawat memberikan edukasi tentang pemeriksaan IVP.
o Menggunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin.
o Hindari sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urine
o Jangan menggunakan urin yang mengandung antiseptic
o Melakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil.
Penundaan pemeriksaan terhadap specimen urine harus dihindari karena dapat
mengurangi vasilidasi hasil.
o Mengirim spesimen ke laboraturium setelah diberi label dengan identitas
lengkap dari klien.
o Mendokumentasikan prosedur dan respon klien dalaam catatan klien.
o Melaporkan kepada dokter hasil pemeriksaan.
9. Pielogram retrograd
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih. Diagnosis
ditegahkan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intervena atau
pyelogram retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur
kalsium, asam urat, keratinin,natrium , dan volume total merupakan upaya dari
diagnostic. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan
kandung kemih dalam keluarga didapatkan untuk mengidentifikasi faktor pencentus
terbentuknya batu kandung empedu pada klien.
Peran perawat memberikan edukasi pada pasien tentang pemeriksaan Pielogram
retrograd satu hari sebelum pemeriksaan dimulai pasien makan-makanan yang
lunak/rendah serat ,misalnya bubur kecap . 12 jam pasien senelum pemeriksaan
pasien dianjurkan untuk minum obat pencahar, dan selanjutnya pasien puasa sehingga
pemeriksaan selesai dilakukan , selama puasa pasien tidak dianjurkan merokok dan
banyak bicara untuk meminimalisis udara dalam usus, sebelum pemeriksaan dimualai
pasien buang air kecil untuk menggosongkan blass.akibat rasa takut pada jarum
suntik perlu diperhatikan :
1. Penjelasan pada pasien
2. Dorong mental dan emosional
3. Menandatangani infomend consent.
10. Komplikasi
1. Gagal ginjal
Terjadi karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut
kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini
menyebabkan iskemis ginjal jika dibiarkan akan menjadi gagal ginjal.
2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan
microorganisme . sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.
3. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal
dan lama -kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin
4. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah kedalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian
jaringan.

Anda mungkin juga menyukai