Anda di halaman 1dari 12

Judul jurnal Gambaran Status Fungsional Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang

Menjalani Hemodialisis Di Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung

Pengarang 1Riri Amalina, 2Kusman Ibrahim, 3Etika Emaliyawati,1 Roseka


Yuliyanti,2Dwi Heppy Rochmawati,3Purnomo

Publikasi Tahun : 2018


Volume:5
Nomer:1
Halaman :12-18

Nama Jurnal Jurnal Keperawatan Sriwijaya

Masalah Penelitian Gagal Ginjal Kronis (GGK) menyebabkan perubahan pada kondisi
fisik pasien akibat sindrom uremik, terjadinya gangguan fungsi
pengaturan dan ekskresi, kelainan volume cairan, ketidakseimbangan
asam basa serta gangguan pada sistem tubuh lainnya. Adanya efek
samping pada saat hemodialisis seperti hipotensi, mual, muntah, dan
pruritus. Perubahan kondisi fisik tersebut akan berdampak pada status
fugsional yang dapat dilihat pada kesejahteraannya yang meliputi fisik,
sosial/keluarga, emosional, fungsional, dan spiritual.
Penatalaksanaan untuk meningkatkan status fungsional belum secara
biopsikososial- spiritual. Peran perawat sangat penting untuk
pelaksanaan intervensi keperawatan yang optimal karena perawat
menghabiskan 10-12 jam seminggu dengan pasien. Perawat-perawat
lebih lama berada disamping pasien. Hal ini membuat perawat
memiliki banyak kesempatan untuk melakukan asuhan keperawatan.
Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap status fungsional yang meliputi kesejahteraan fisik,
sosial/keluarga, emosional, fungsional, dan spiritual pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialysis. Dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan dalam berbagai
aspek kesejahteraan tidak hanya kesejahteraan fisik.
Dengan demikian tidak slah bila pada gagal ginjal kronik sangat
bergantung dengan mesin dialisa seumur hidup. Sehingga dampak
tergantung hidup pasien GGK dengan mesin tersebut sangat
mempengaruhi mental dan menyebabkan keputusasaan. Berdasarkan
penelitian 2 jurnal tersebut hemodialisa sangat mempengaruhi
cognitive, bio, psiko, spiritual, dari pasien dan hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan lansia dewasa menengah lebih banyak
mengalami keputusan dengan presentase 48,6%. Dan ini disebabkan
mereka harus meninggalkan pekerjaan mereka untuk menjalani terapi
hemodialisa. Utuk mengurangi tingkat kecemasan dilakukan terapi
cognitive untuk mengendalikan pikiran negative yang muncul dan
mengubah secara positif.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui gambaran status fungsional pada pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani hemodialysis dan menerapkan terapy cognitive
karena kecemasan yang diakibatkan oleh hemodialisa.

Literatur Review
a. Sukandar. (2006). Berdasarkan hasil penelitian, pada 80 pasien
GGK yang menjalani hemodialisis bahwa kesejahteraan
emosional merupakan subvariabel dengan nilai mean skor
paling rendah. pernyataan dengan mean skor paling rendah
adalah perasaan sedih, perasaan gelisah, dan khawatir bahwa
kondisi penyakitnya akan semakin memburuk. Hal tersebut
merupakan gangguan neuropsikologis pada pasien GGK.
b. Amperawati, T., Hernawaty, T., Emaliyawati. 2014. Gambaran
tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. (sebagai
tanda bahwa terjadinya penurunan kesejahteraan emosional
pada pasien gagal ginjal kronis. Sesuai dengan penelitian
sebelumnya bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis di RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung dari 60
responden 38,3% mengalami depresi sedang dan 36,7%
mengalami depresi berat).
c. Smeltzer, S.C., dkk. 2008. Brouns, R., dan De Deyn, P. P.
(2004). Chikotas, N., Gunderman, A., dan Oman, T. (2006).
Gangguan neuropsikologis sendiri terjadi akibat peningkatan
kadar ureum di dalam darah. Racun uremia menyerang otak
dan mempengaruhi sensitivitas sistem saraf pusat terjadinya
ketidakseimbangan neurotransmitter dan juga dipengaruhi oleh
hormon paratiroid yang dilepaskan secara abnormal yang
mempengaruhi fungsi neuropsikologi yang ditandai dengan
perubahan kognitif yaitu mudah gelisah, penurunan daya ingat,
gangguan emosi, dan gangguan tidur.
d. Penurunan kesejahteraan emosional sangat erat kaitannya
dengan usia. Usia responden pada penelitian 87,5% diatas 35
tahun atau dewasa tengah. Erikson, E.H dalam buku Kaplan
dan Sadock (2010), pada usia ini diharapkan individu terlibat
aktif dan langsung dalam
e. Amperawati, T., Hernawaty, T., Emaliyawati. 2014. Gambaran
tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.( mengajari
dan membimbing generasi selanjutnya. Penelitian sebelumnya,
depresi berat dan sedang dialami pasien GGK paling banyak
berusia 45-55 tahun karena ketidakmapuan dalam peranan
sebagai orangtua untuk membimbing anaknya, kehilangan
pekerjaan, dan hilangnya otonomi.
f. Yong, D. S., dkk. (2009). Symptom burden and quality of life
in end-stage renal disease: a study of 179 patients on dialysis
and palliative care. Palliative Medicine, 23(2), 111–119 .(
Gangguan neuropsikologis berpengaruh pada kesejahteraan
fisik, subvariabel dengan mean skor ke-2 terendah. Pernyataan
dengan nilai mean terendah yaitu kurang bertenaga, sulit
memenuhi kebutuhan sendiri, dan terganggu oleh efek samping
dari hemodialisis)
g. Rohaeti,. Ibrahim,K. dan Nursiswati. 2014. Gambaran kejadian
anemia pada pasien hemodialisis regular di intalasi
hemodialisis RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.( Kelelahan
dapat terjadi akibat kurangnya produksi eritropoetin,
peningkatan kehilangan darah karena kapiler yang mudah
pecah, fungsi trombosit yang buruk, dan peningkatan inhibitor
sitokin. Penelitian sebelunya dari 105 pasien hemodialisis
reguler 29,5% mengalami anemia berat dan 28,6% anemia
sedang. Anemia lebih banyak terjadi terjadi pada pasien yang
menjalani hemodialisis lebih dari > 3 tahun, semakin lama
menjalani hemodialisis kemungkinan kejadian anemia akan
lebih besar jika tidak dilakukan penatalaksaan dengan baik)
h. Gerogianni, S.K., dkk. (2014). Concerns of patient in dialysis: a
research study.Health Science Jurnal.Volume 8, 423-437 .(
Penurunan fungsi fisik menyebabkan pasien sulit untuk
memenuhi kebutuhannya. Penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa pasien GGK memiliki keterbatasan dalam melakukan
tugas-tugas fisik dasar seperti berjalan, bangkit dari kursi, dan
keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Painter dan
Marcus, 2013), keterbatasan dalam melakukan pekerjaan berat
dan mengurangi kegiatan setelah melakukan hemodialisis
secara rutin)
i. Gerogianni, S.K., dkk. (2014). Concerns of patient in dialysis: a
research study.Health Science Jurnal.Volume 8, 423-
437(Penurunan fungsi fisik lainnnya yaitu disfungsi seksual
akibat kesulitan dalam mencapai orgasme, Disfungsi seksual
juga terjadi akibat perubahan bentuk tubuh setelah memulai
hemodialisis seperti penurunan berat badan, pengecilan otot,
dan perubahan warna kulit. Hal tersebut memberikan dampak
negatif pada suasana hati pasien).
j. zWidyanigsih, Petpichetchian, dan Kitrungrote. (2014). The
quality of life of Indonesian patients with advanced cancer.
Songklanagarind Journal of Nursing. Volume 34, 98- 108
(pasien hemodialisis merupakan pasien rawat jalan tetapi
keluarga dan tetangga dari pasien mengunjungi pasien ke
rumah sakit untuk melihat keadaan pasien dan memberikan
dukungan semangat)
Hipotesis  Ada Status Fungsional Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang
Menjalani Hemodialisis
 Tidak ada Status Fungsional Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis
Yang Menjalani Hemodialisis

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.


Desain Penelitian

Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental yaitu


yang digunakan dengan desain kuasi, eksperimen dengan desain one groupe pre dan
post test. Jenis desain yang digunakan adalah one groupetest-posttest-
design, yaitu cara pengukuran dengan melakukan satu kali pengukuran
didepan (pre test). Sebelum adanya perlakuan (experimental treatment)
dan setelah itu dilakukan pengukuran lagi (post test).
Instrumen Penelitian Kuisoner ini terdapat lima variabel untuk
yang digunakan menggukur status fungsional pasien yaitu 1) kesejahteraan fisik; 2)
kesejahteraan social/keluarga; 3) kesejahteraan emosional; 4)
kesejahteraan fungsional; 5) kesejahteraan spiritual , dengan jumlah
pernyataan sebanyak 50 item. Kuisioner menggunakan skala likert 0-4
yaitu tidak sama sekali sampai sangat banyak.
Uji validitas dan reliabilitas Pengukuran dilakuka denganinstrumen FACIT data dianalisis
menggunakan nilai mean. Semakin tinggi skor semakin baik status
fungsional atau kesejahteraan

Prosedur pengumpulan data Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan
jumlah subyek penelitian sebanyak 80 orang yang diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian menggunakan
instrumen (FACIT), data dianalisis menggunakan nilai mean. Semakin
tinggi skor semakin baik status fungsional atau kesejahteraan
Dengan disertai hasil Nilai mean status fungsional pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis adalah 2,65 (±3,08) dengan
nilai kesejahteraan emosional 2,36 (±0,48), kesejahteraan fisik 2,40
(±0,60), kesejahteraan fungsional 2,58 (±0,72), kesejahteraan
sosial/keluarga 2,87 (±0,78) dan kesejahteraan spiritual 3,07 (±0,41).
Komponen PICO Patiens population or problem: pasien yang menderita gagal ginjal
kronik mengandalkan mesin cuci darah atau hemodialisa untuk
kelangsungan hidupnya.
Intervention: biasanya untuk pasien dengan gagal ginjal kronik
mereka akan merasakan cemas tentang kehidupannya. Salah satu
caranya yaitu dengan diberikan terapi cognitive.terapi cognitive
perilaku umumnya digunakan untuk menangani masalah kesehatan
mental,seperti kecemasan dan depresi. Terapi cognitive merupakan
suatu bentuk dari psikoterapi yang bertujuan membantu melatih cara
berfikir dan cara bertindak dalam megenali permasalahanya.
Comparison: status fungsional maupun status emosional memiliki
keterkaitan satu sama lain. Pasien merasakan kurang bertenaga maka
akan berdampak pada fungsionalnya. Ketidakmampuan dalam
melakukaan berbagai hal berdampak pada perasaan sedih yang
dirasakan pasien dan juga berdampak pada tidak produktifnya pasien.
Hidup tidak produktif berdampak pada perasaan kurang bermakna dan
kurang memiliki arah yang di rasakan oleh pasien GGK.
Outcomes: therapy cognitive dilakukan untuk pasien Gagal Ginjal
Kronik yang menjalani hemodialisis yang mengalami keputus asaan
karena mereka merasa dirinya tidak berguna lagi, kecemasan selalu
berpikiran negative.
Diskusi Temuan k. Sukandar. (2006). Berdasarkan hasil penelitian, pada 80 pasien
GGK yang menjalani hemodialisis bahwa kesejahteraan
emosional merupakan subvariabel dengan nilai mean skor
paling rendah. pernyataan dengan mean skor paling rendah
adalah perasaan sedih, perasaan gelisah, dan khawatir bahwa
kondisi penyakitnya akan semakin memburuk. Hal tersebut
merupakan gangguan neuropsikologis pada pasien GGK.
l. Amperawati, T., Hernawaty, T., Emaliyawati. 2014. Gambaran
tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. (sebagai
tanda bahwa terjadinya penurunan kesejahteraan emosional
pada pasien gagal ginjal kronis. Sesuai dengan penelitian
sebelumnya bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis di RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung dari 60
responden 38,3% mengalami depresi sedang dan 36,7%
mengalami depresi berat).
m. Smeltzer, S.C., dkk. 2008. Brouns, R., dan De Deyn, P. P.
(2004). Chikotas, N., Gunderman, A., dan Oman, T. (2006).
Gangguan neuropsikologis sendiri terjadi akibat peningkatan
kadar ureum di dalam darah. Racun uremia menyerang otak
dan mempengaruhi sensitivitas sistem saraf pusat terjadinya
ketidakseimbangan neurotransmitter dan juga dipengaruhi oleh
hormon paratiroid yang dilepaskan secara abnormal yang
mempengaruhi fungsi neuropsikologi yang ditandai dengan
perubahan kognitif yaitu mudah gelisah, penurunan daya ingat,
gangguan emosi, dan gangguan tidur.
n. Penurunan kesejahteraan emosional sangat erat kaitannya
dengan usia. Usia responden pada penelitian 87,5% diatas 35
tahun atau dewasa tengah. Erikson, E.H dalam buku Kaplan
dan Sadock (2010), pada usia ini diharapkan individu terlibat
aktif dan langsung dalam
o. Amperawati, T., Hernawaty, T., Emaliyawati. 2014. Gambaran
tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.( mengajari
dan membimbing generasi selanjutnya. Penelitian sebelumnya,
depresi berat dan sedang dialami pasien GGK paling banyak
berusia 45-55 tahun karena ketidakmapuan dalam peranan
sebagai orangtua untuk membimbing anaknya, kehilangan
pekerjaan, dan hilangnya otonomi.
p. Yong, D. S., dkk. (2009). Symptom burden and quality of life
in end-stage renal disease: a study of 179 patients on dialysis
and palliative care. Palliative Medicine, 23(2), 111–119 .(
Gangguan neuropsikologis berpengaruh pada kesejahteraan
fisik, subvariabel dengan mean skor ke-2 terendah. Pernyataan
dengan nilai mean terendah yaitu kurang bertenaga, sulit
memenuhi kebutuhan sendiri, dan terganggu oleh efek samping
dari hemodialisis)
q. Rohaeti,. Ibrahim,K. dan Nursiswati. 2014. Gambaran kejadian
anemia pada pasien hemodialisis regular di intalasi
hemodialisis RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.( Kelelahan
dapat terjadi akibat kurangnya produksi eritropoetin,
peningkatan kehilangan darah karena kapiler yang mudah
pecah, fungsi trombosit yang buruk, dan peningkatan inhibitor
sitokin. Penelitian sebelunya dari 105 pasien hemodialisis
reguler 29,5% mengalami anemia berat dan 28,6% anemia
sedang. Anemia lebih banyak terjadi terjadi pada pasien yang
menjalani hemodialisis lebih dari > 3 tahun, semakin lama
menjalani hemodialisis kemungkinan kejadian anemia akan
lebih besar jika tidak dilakukan penatalaksaan dengan baik)
r. Gerogianni, S.K., dkk. (2014). Concerns of patient in dialysis: a
research study.Health Science Jurnal.Volume 8, 423-437 .(
Penurunan fungsi fisik menyebabkan pasien sulit untuk
memenuhi kebutuhannya. Penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa pasien GGK memiliki keterbatasan dalam melakukan
tugas-tugas fisik dasar seperti berjalan, bangkit dari kursi, dan
keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Painter dan
Marcus, 2013), keterbatasan dalam melakukan pekerjaan berat
dan mengurangi kegiatan setelah melakukan hemodialisis
secara rutin)
s. Gerogianni, S.K., dkk. (2014). Concerns of patient in dialysis: a
research study.Health Science Jurnal.Volume 8, 423-
437(Penurunan fungsi fisik lainnnya yaitu disfungsi seksual
akibat kesulitan dalam mencapai orgasme, Disfungsi seksual
juga terjadi akibat perubahan bentuk tubuh setelah memulai
hemodialisis seperti penurunan berat badan, pengecilan otot,
dan perubahan warna kulit. Hal tersebut memberikan dampak
negatif pada suasana hati pasien).
t. Widyanigsih, Petpichetchian, dan Kitrungrote. (2014). The
quality of life of Indonesian patients with advanced cancer.
Songklanagarind Journal of Nursing. Volume 34, 98- 108
(pasien hemodialisis merupakan pasien rawat jalan tetapi
keluarga dan tetangga dari pasien mengunjungi pasien ke
rumah sakit untuk melihat keadaan pasien dan memberikan
dukungan semangat)
Implikasi,keterbatasan dan Dari hasil penelitian keterkaitan antara jurnal hubungan status
rekomendasi fungsional pada pasien gagal ginjal kronis yag menjalani hemodialisis
dengan jurnal pengaruh cognitive therapy terhadap penderita gagal
ginjal kronik dengan keputusan di SMC RS telogorejo ditemukan
keterkaitan yaitu ketika penderita gagal ginjal kronik mengalami
keputus asaan dalam hidupnya dan kecemasan dalam melakukan
hemodialisis karena takut akan kematian dapat dilakukan dengan cara
membantu pasien untuk mengidentifikasi pikiran buruknya dan
menggantikan dengan pikiran yang lebih rasional dan realistis dengan
cara diskusi,menuliskan pikiran yang negative dilembar catatan
harian,dan mengungkapkan pengalaman dan perasaan selama
menjalani hemodialisis .
Keterbatasan:
Penelitian ini telah diusahakan dan dilakukan sesui dengan prosedur
ilmiah, namun masih memiliki keterbatasan yaitu :
Kurangnya intervensi dalam penelitian jurnal tersebut yang kurang
dalam pembahasanya
Rekomendasi:
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dinyatakan bahwa
didapatkan hubungan yang signifikan antara status fungsional dengan
pasien GGK yang menjalani hemodialisis.dengan cara menggukur
status fungsional pasien yaitu 1) kesejahteraan fisik; 2) kesejahteraan
social/keluarga;3)kesejahteraan emosional;4) kesejahteraan fungsional;
5)kesejahteraan spiritual.Status fungsional tersebut diukur
menggunakan instrument FACIT-Sp (Functional Assesment Chronic
Illnes Therapy-Spiritual) yang dirancang oleh Dr. David Cella, Ph.D.
Berdasarkan hasil penelitian, pada pasien GGK yang menjalani
hemodialisis bahwa kesejahteraan emosional merupakan subvariabel
dengan nilai mean skor paling rendah. pernyataan dengan mean skor
paling rendah adalah perasaan sedih, perasaan gelisah, dan khawatir
bahwa kondisi penyakitnya akan semakin memburuk. Hal tersebut
merupakan gangguan neuropsikologis pada pasien GGK, sebagai tanda
bahwa terjadinya penurunan kesejahteraan emosional pada pasien
gagal ginjal kronis.pengukuran status fungsional dimaksudkan untuk
meningkatkan kesejahteraan pasien GGK yang menjalani hemodialisis
agar tidak terjadi kecemasan dan keputus asaan yang berkepanjangan
(Riri Amalina, Kusman Ibrahim, Etika Emaliyawati)
Jurnal pendukung Jurnal lain yang mendukung jurnal penelitian status fungsional pada
pasien gagal ginjal kronis yag menjalani hemodialisis di RSUP DR.
Hasan Sadikin Bandung yaitu pengaruh cognitive theraphy pada pasien
Gagal Ginjal Kronik di SMC RS Telogorejo. Karena kedua jurnal ini
keadaan pasien GGK yang menjalani hemodialisis selama hidupnya
mengalami keputus asaan karena merasa dirinya tidak berguna lagi dan
mengalami perubahan fisik yang mengakibatkan pasien menjadi
lemah,tidak mampu melakukan kegiatan seperti sedia kala.
Pembahasan antara Jurnal pertama didapatkan bahwa pasien GGK yang menjalani
keterkaitan tentang jurnal hemodialisis bahwa kesejahteraan emosional merupakan subvariabel
pertama dan jurnal dengan nilai mean skor paling rendah. pernyataan dengan mean skor
pendukung paling rendah adalah perasaan sedih, perasaan gelisah, dan khawatir
bahwa kondisi penyakitnya akan semakin memburuk sebagai tanda
bahwa terjadinya penurunan kesejahteraan emosional pada pasien
gagal ginjal kronis. Gangguan neuropsikologis sendiri terjadi akibat
peningkatan kadar ureum di dalam darah. Racun uremia menyerang
otak dan mempengaruhi sensitivitas sistem saraf pusat terjadinya
ketidakseimbangan neurotransmitter dan juga dipengaruhi oleh hormon
paratiroid yang dilepaskan secara abnormal yang mempengaruhi fungsi
neuropsikologi yang ditandai dengan perubahan kognitif yaitu mudah
gelisah, penurunan daya ingat, gangguan emosi, dan gangguan tidur.
Gangguan neuropsikologis berpengaruh pada kesejahteraan fisik,
subvariabel dengan mean skor ke-2 terendah. Pernyataan dengan nilai
mean terendah yaitu kurang bertenaga, sulit memenuhi kebutuhan
sendiri.Penurunan fungsi fisik menyebabkan pasien sulit untuk
memenuhi kebutuhannya dan menyatakan bahwa pasien GGK
memiliki keterbatasan dalam melakukan tugas-tugas fisik dasar seperti
berjalan, bangkit dari kursi, dan keterbatasan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. efek samping dari hemodialisis kesejahteraan
sosial/keluarga secara keseluruhan tidak mengalami penurunan.
Penyebab hal-hal tersebut tidak terjadi pada responden penelitian
karena budaya Indonesia sendiri. Hubungan pertemanan dan
kekeluargaan di Indonesia sangat terlihat pada saat seseorang
menderita suatu penyakit. Walaupun pasien hemodialisis merupakan
pasien rawat jalan tetapi keluarga dan tetangga dari pasien
mengunjungi pasien ke rumah sakit untuk melihat keadaan pasien dan
memberikan dukungan semangat Penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa pasien GGK memiliki keterbatasan dalam melakukan tugas-
tugas fisik dasar seperti berjalan, bangkit dari kursi, dan keterbatasan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Fokus untuk meningkatkan
status fungsional pasien GGK dapat diatasi dengan menjalankan peran
perawat sebagai konselor dengan memfasilitasi pemberian terapi
modalitas kepada pasien salah satunya aktivitas kelompok yang dapat
menjadi tempat berbagi pengalaman dan dapat mengungkapkan
perasaan salama menjalani hemodialisis antar pasien terapi Dijurnal
pendukung status fungsional pasien dengan penyakit GGK mengalami
penurunan dan menyebabkan keputus asaan dan tidak mampu
menjalankan peran.pada pasien yang mengalami keputus asaan
diakukan cognitive therapy yang bertujuan untuk membantu klien
mengidentifikasi,menganalisis dan menentang keakuratan kognisi
negative klien,selain itu juga dapat memperkuat persepsi yang lebih
akurat dan mendorong perilaku yang dirancang untuk mengatasi gejala
depresi,tehnik cognitive therapy antara lain mendukung klien untuk
mengidentifikasi kognisi atau area berfikir dan keyakinan yang
menyebabkan khawatir menggunakan tehnik socratic yaitu meminta
klien menggambarkan,menjelaskan,dan menegaskan pikiran negative
yang merendahkan dirinya sendiri.dengan demikian klien mulai
melihat bahwa asumasi tersebut tidak logis dan tidak
rasional,mengidentifikasi interpretasi yang lebih realistis mengenai diri
sendiri,nilai diri dan dunia. Dengan demikian klien membentuk nilai
dan keyakinan baru dan distress emosional berkurang.

Anda mungkin juga menyukai