Biji pinang mengandung senyawa flavonoid yang berguna sebagai antimikroba, selain sebagai antimikroba flavonoid berupa katekin berfungsi sebagai antiinflamasi. Menurut Fine (2000) biji pinang mengandung senyawa proantosianidin. Proantosianidin berupa tanin terkondensasi yang tergolong flavonoid yang berkhasiat sebagai antibakteri, antivirus, antikarsinogenik, antiinflamasi, antialergi, dan agen vasodilator. Antibakteri adalah senyawa yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan bakteri yang bersifat merugikan. Pengendalian pertumbuhan mikroorganisme bertujuanuntuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan serta perusakan bahan oleh mikroorganisme (Sulistyo, 1971). Antimikrobia meliputi golongan antibakteri, antimikotik, dan antiviral (Ganiswara, 1995). Aktivitas antibakteri ditentukan oleh spektrum kerja (spektrum kerja luas, spektrum kerja sempit), cara kerja (bakterisid atau bakteriostatik), dan ditentukan pula oleh konsentrasi minimum untuk inhibisi (KMI) serta potensi pada KMI. Suatu antibakteri dikatakan mempunyai aktivitas yang tinggi bila KMI terjadi pada kadar antibiotik yang rendah tetapi mempunyai daya bunuh atau daya hambat yang besar. Pada percobaan in vitro dengan metode lempeng agar dapat dilihat pada besar diameter hambatan pertumbuhan mikroba disekeliling antibiotik. Bila antibiotik pada kadar yang rendah dapat memberikan diameter hambatan yang luas dan bening di sekeliling antibiotik, antibiotik tersebut berpotensi tinggi terhadap mikroba uji yang digunakan (Wattimena et al., 1991). Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses patologis yang berasal dari internal dan eksternal dan mengenai organ tertentu (Potter and Perry, 2006). Luka juga dapat didefinisikan sebagai kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lainnya. Ketika luka muncul, beberapa efek akan muncul seperti hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respron stress simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, dan kematian sel. Luka terbuka adalah luka dimana kulit atau jaringan di bawahnya mengalami kerusakan. Penyebab luka ini adalah benda tajam, tembakan, benturan benda keras dan lain-lain. Macam-macam luka terbuka antara lain yaitu luka lecet (abrasiekskoriasi), luka gigitan (vulnus marsum), luka iris/insisi (vulnus scisum), luka bacok (vulnus caesum), luka robek (laserasi atau vulnus laceratum), luka tembak (vulnus sclopetinum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bakar (combustio) (Dorland, 2011). Pengobatan luka terbuka umumnya menggunakan obat antibiotik komersial seperti salep gentamicin. Penggunaan antibiotik yang lama akan menimbulkan resistensi terhadap infeksi luka. Oleh karena itu, untuk menghindari lamanya proses penyembuhan luka dan timbulnya resistensi dapat diberikan terapi lain untuk pengobatan luka terbuka, yaitu menggunakan bahan-bahan alam yang bersifat antiinflamasi, antibakteri dan vasodilatasi. Salah satu bahan alam tersebut adalah biji pinang (Areca catechu) yang mengandung Katekin.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana formulasi sedian salep bahan alam dari ekstrak biji pinang yang aman dan berkhasiat ? 2. Bagaimana mengevaluasi produk sediaan salep agar didapatkan produk yang memenuhi syarat?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembuatan sediaan farmasi salah satunya adalah salep dari ekstrak biji pinang yang aman serta berkhasiat. 2. Mengetahui cara evaluasi sediaan salep agar mendapatkan produk yang memiliki mutu dengan tingkat keamanan yang baik, sehingga dapat memberikan khasiat sesuai dengan yang diharapkan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dapat memperoleh suatu formula sediaan salep dari ekstrak biji pinang yang mengandung katekin yang dapat berguna untuk masyarakat umum sebagai pengobatan luka ringan.
1.5 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2019 sampai dengan Mei 2019 bertempat di Laboratorium Biologi Farmasi Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, Jl Soekarno Hatta 354. Bandung Jawa Barat