Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biji pinang mengandung senyawa flavonoid yang berguna sebagai
antimikroba, selain sebagai antimikroba flavonoid berupa katekin berfungsi sebagai
antiinflamasi. Menurut Fine (2000) biji pinang mengandung senyawa
proantosianidin. Proantosianidin berupa tanin terkondensasi yang tergolong flavonoid
yang berkhasiat sebagai antibakteri, antivirus, antikarsinogenik, antiinflamasi,
antialergi, dan agen vasodilator.
Antibakteri adalah senyawa yang digunakan untuk mengendalikan
pertumbuhan bakteri yang bersifat merugikan. Pengendalian pertumbuhan
mikroorganisme bertujuanuntuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,
membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan
serta perusakan bahan oleh mikroorganisme (Sulistyo, 1971). Antimikrobia meliputi
golongan antibakteri, antimikotik, dan antiviral (Ganiswara, 1995). Aktivitas
antibakteri ditentukan oleh spektrum kerja (spektrum kerja luas, spektrum kerja
sempit), cara kerja (bakterisid atau bakteriostatik), dan ditentukan pula oleh
konsentrasi minimum untuk inhibisi (KMI) serta potensi pada KMI. Suatu antibakteri
dikatakan mempunyai aktivitas yang tinggi bila KMI terjadi pada kadar antibiotik
yang rendah tetapi mempunyai daya bunuh atau daya hambat yang besar. Pada
percobaan in vitro dengan metode lempeng agar dapat dilihat pada besar diameter
hambatan pertumbuhan mikroba disekeliling antibiotik. Bila antibiotik pada kadar
yang rendah dapat memberikan diameter hambatan yang luas dan bening di sekeliling
antibiotik, antibiotik tersebut berpotensi tinggi terhadap mikroba uji yang digunakan
(Wattimena et al., 1991).
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses
patologis yang berasal dari internal dan eksternal dan mengenai organ tertentu (Potter
and Perry, 2006). Luka juga dapat didefinisikan sebagai kerusakan kontinyuitas kulit,
mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lainnya. Ketika luka muncul, beberapa
efek akan muncul seperti hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respron stress
simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, dan kematian sel.
Luka terbuka adalah luka dimana kulit atau jaringan di bawahnya mengalami
kerusakan. Penyebab luka ini adalah benda tajam, tembakan, benturan benda keras
dan lain-lain. Macam-macam luka terbuka antara lain yaitu luka lecet
(abrasiekskoriasi), luka gigitan (vulnus marsum), luka iris/insisi (vulnus scisum), luka
bacok (vulnus caesum), luka robek (laserasi atau vulnus laceratum), luka tembak
(vulnus sclopetinum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bakar (combustio)
(Dorland, 2011).
Pengobatan luka terbuka umumnya menggunakan obat antibiotik komersial
seperti salep gentamicin. Penggunaan antibiotik yang lama akan menimbulkan
resistensi terhadap infeksi luka. Oleh karena itu, untuk menghindari lamanya proses
penyembuhan luka dan timbulnya resistensi dapat diberikan terapi lain untuk
pengobatan luka terbuka, yaitu menggunakan bahan-bahan alam yang bersifat
antiinflamasi, antibakteri dan vasodilatasi. Salah satu bahan alam tersebut adalah biji
pinang (Areca catechu) yang mengandung Katekin.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana formulasi sedian salep bahan alam dari ekstrak biji pinang yang
aman dan berkhasiat ?
2. Bagaimana mengevaluasi produk sediaan salep agar didapatkan produk
yang memenuhi syarat?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembuatan sediaan farmasi
salah satunya adalah salep dari ekstrak biji pinang yang aman serta
berkhasiat.
2. Mengetahui cara evaluasi sediaan salep agar mendapatkan produk yang
memiliki mutu dengan tingkat keamanan yang baik, sehingga dapat
memberikan khasiat sesuai dengan yang diharapkan.

1.4 Kegunaan Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dapat memperoleh suatu formula
sediaan salep dari ekstrak biji pinang yang mengandung katekin yang dapat
berguna untuk masyarakat umum sebagai pengobatan luka ringan.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2019 sampai dengan Mei
2019 bertempat di Laboratorium Biologi Farmasi Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia,
Jl Soekarno Hatta 354. Bandung Jawa Barat

Anda mungkin juga menyukai