Anda di halaman 1dari 30

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat, hidayah, dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini sebagai tugas kelompok mata kuliah
Demografi/Kependudukan dengan baik.

Makalah ini berjudul “Komposisi Penduduk (Definisi, Klasifikasi,


dan Manfaatnya untuk Perencanaan Pembangunan di Indonesia)”.
Makalah ini berisi tentang konsep dasar/ definisi dari komposisi
kependudukan, klasifikasi komposisi penduduk, gambaran komposisi
penduduk yang diwujudkan dalam grafik visual yaitu piramida
penduduk, serta manfaat dari komposisi penduduk bagi kehidupan
sosial ekonomi masyarakat di Indonesia.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada


dosen pengampu mata kuliah kependudukan/demografi yaitu Bapak
Prof. Dr. H. Soegiyanto, S.U. Kami sepenuhnya sadar, penyusunan
makalah ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa arahan,
bimbingan, dan petunjuk dari beliau.
Kami berharap penyusunan makalah ini dapat bermanfaat sebagai
refrensi atau bahan bacaan bagi semua pihak yang ingin mempelajari
konsep dasar komposisi penduduk. Kami sepenuhnya sadar, makalah
ini masih jauh dari sempurna dan membutuhkan perbaikan untuk
menjadi lebih baik. Oleh karena itu, kami sangat senang menerima
saran dan kritik dari semua pihak yang dapat dikirimkan melalui
alamat e-mail kami di sukmawati_purnomo@ymail.com.

Surakarta,

Maret 201
Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………… 1


Kata Pengantar ………………………………………………………… 2
Daftar Isi ………………………………………………………… 3

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah ………………………………………………… 5
C. Tujuan ………………………………………….…....... 5

BAB II
Landasan Teori dan Isi Makalah
A. Konsep Dasar Komposisi Penduduk ………………………………..... 6
B. Klasifikasi Komposisi Penduduk ………………………………..... 8
C. Piramida Penduduk ……………………………......... 9
D. Manfaat Komposisi Penduduk untuk Perencanaan Pembangunan .……… 15

BAB III
Penutup
A. Kesimpulan ……………………………………….………………… 18
B. Komentar …………………………………………………………. 18

Daftar Pustaka ……………………………………………….………… 19


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Struktur penduduk di suatu wilayah meliputi jumlah,
persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur penduduk di suatu
wilayah tersebut selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu
dikarenakan proses demografi yaitu kelahiran, kematian, dan
migrasi. Oleh karena struktur penduduk yang dinamis atau
senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu, maka perlu
sekali untuk mengetahui komposisi penduduk di suatu wilayah. Hal
ini dikarenakan komposisi penduduk dapat memberikan gambaran
mengenai pengelompokan penduduk berdasarkan kriteria tertentu.
Sejalan dengan pendapat Ida Bagoes Mantra yang mengungkapkan
bahwa komposisi penduduk sendiri adalah pengelompokan
penduduk atas variabel-variabel tertentu ( Mantra, Bagoes Ida,
2000 : 23).
Melalui komposisi penduduk akan diperoleh berbagai data
mengenai penduduk menurut jenis kelamin dan pengelompokan
umur. Demikian, nantinya akan dapat diketahui kelompok umut
produktif dan tidak produktif. Hal ini akan memudahkan
pemerintah di suatu negara untuk meramalkan kebijakan apa yang
akan diambil ketika melakukan pembangunan. Sebagai gambaran,
apabila di suatu wilayah negara struktur penduduknya paling
banyak pada kelompok umur 9-14 tahun, maka bidang
pembangunan dapat ditekankan pada pengembangan pendidikan
dan pemenuhan sarana prasarana pendidikan tersebut. Hal ini akan
menunjang keberhasilan pembangunan sumber daya manusia di
masa depan.Sumber daya manusia/penduduk juga merupakan salah
satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan
pembangunan. Sumber daya manusia/jumlah penduduk yang besar
dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menjadi beban
bagi suatu negara untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduknya
(Siagian, 2001). Oleh karena itu, dengan menelaah dan
menganalisis komposisi penduduk, permasalahan kependudukan
dapat dideteksi dan dicarikan upaya pencegahan dan penyelesaian
masalahnya.
Demikian, jika di suatu negara tidak diketahui komposisi
penduduknya maka akan sangat sulit untuk mengkaji kebijakan
pembangunan yang harus diambil untuk pengembangan suatu
wilayah di masa depan. Komposisi penduduk memiliki manfaat
dan peranan yang sangat penting untuk kehidupan manusia di suatu
negara, baik dalam bidang pembangunan maupun sosial ekonomi
masyarakatnya. Terutama di Indonesia yang wilayahnya terdiri dari
17.600 lebih pulau dengan jumlah penduduk terbesar urutan
pertama se-ASEAN (Association South of Asia Nation) dan
menempati urutan kedua di kawasan SEARO (South East Asia
Region Office) setelah India dengan laju pertumbuhan penduduk
sebesar 1,4% (Ramdani, Deni, 2013). Kenyataan bahwa laju
pertumbuhan penduduk Indonesia yang senantiasa berfluktuasi,
maka diperlukan pengetahuan dan pemahaman mengenai
komposisi penduduk yang juga erat kaitannya dengan perencanaan
pembangunan di masa depan.
Berdasarkan uraian di atas, maka komposisi penduduk
merupakan hal yang sangat penting diketahui dan dikaji. Oleh
karena itu, Penyusun berusaha untuk menyusun makalah yang
berjudul “ Komposisi Penduduk (Definisi, Klasifikasi, dan
Manfaatnya untuk Perencanaan Pembangunan di Indonesia)”.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar komposisi penduduk?
2. Bagaimana klasifikasi komposisi penduduk di Indonesia?
3. Apa saja indikator dalam komposisi penduduk
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari komposisi penduduk
2. Untuk mengetahui klasifikasi komposisi penduduk di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui indikator dalam komposisi penduduk.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Komposisi Penduduk


Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk
atas variable-variabel tertentu. Komposisi penduduk
menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan
pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik
yang sama (Said Rusli dalam Bagoes, Mantra, 2000: 23).
Pengelompokkan penduduk atau komposisi penduduk dapat
digunakan untuk dasar dalam pengambilan kebijakan dan
pembuatan program dalam mengatasi masalah-masalah di bidang
kependudukan.
Komposisi penduduk juga dapat diartikan sebagai sebuah
mata statistik dari statistik kependudukan yang membagi dan
membahas masalah kependudukan dari segi umur dan jenis
kelamin. Komposisi menurut umur dan jenis kelamin ini sangat
penting bagi pemerintah sebuah negara untuk menentukan
kebijakan kependudukan mereka untuk beberapa tahun ke depan.
Komposisi menurut umur biasanya dijabarkan dalam kelompok-
kelompok umur 5 tahun, sedangkan menurut jenis kelamin adalah
laki-laki dan perempuan (Ensiklopedia Bebas, Wikipedia.org.,
diakses 14 Oktober 2019). Komposisi penduduk dapat disebut
sebagai mata statistik karena di dalamnya ada penyederhanaan
data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diiterprestasi atau
menganalisa data (Bagoes, Mantra, 2000:23).
Persoalannya adalah mengapa komposisi penduduk harus
dikaji atau dipelajari?
Adapun yang menjadi alasannya adalah sebagai berikut.
1. Setiap penduduk memiliki usia dan jenis kelamin yang
berbeda sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang
berbeda. Pemerintah dapat merancang kegiatan atau
perencanaan yang sesuai dengan bobot dan kemampuan
penduduk.
2. Menata kebutuhan sarana dan prasarana kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai dengan
perkembangan penduduk.
3. Mengendalikan dan memantau pemanfaatan sumber daya
alam agar dapat hidup dan digunakan secara berkelanjutan.

2.2. Klasifikasi Komposisi Penduduk


Pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri atau
karakteristik tertentu secara umum dapat diklasifikasikan
menurut:
1. Karakteristik Demografis (seperti umur, jenis kelamin,
jumlah wanita usia subur, dan jumlah anak)
a. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
Komposisi penduduk berdasarkan usia adalah susunan
penduduk berdasarkan kriteria usia penduduk. Komposisi
penduduk berdasarkan usia dibentuk dalam usia tunggal,
seperti 0, 1, 2, 3, 4, sampai 60 tahun atau lebih, dapat juga
berdasarkan interval usia tertentu, seperti 0–5 (balita), 6–11
(anak SD), 12–15 (anak SMP), 16–19 (anak SMA), 20–24
(mahasiswa), 25–60 (dewasa), >60 (lansia), atau dapat juga
berdasarkan usia produktif dan usia nonproduktif, seperti 0–14
(anakanak), 15–64 (dewasa), dan >65 (lansia).
Contoh penggunaan komposisi penduduk berdasarkan usia
adalah dalam perencanaan program Wajib Belajar (Wajar).
Dengan mengamati dan menganalisis jumlah penduduk tiap-
tiap tingkatan maka dapat diketahui berapa jumlah anak usia
balita yang harus dipersiapkan sarana dan prasarananya, berapa
jumlah tenaga pendidik untuk mendukung kegiatan tersebut,
berapa jumlah sekolah yang dapat melayani kegiatan belajar
mengajar, dan bentuk persiapan-persiapan lainnya.
Contoh lain penggunaan komposisi penduduk berdasarkan
usia, yaitu dalam perencanaan pembangunan nasional. Dengan
mengamati dan menganalisis jumlah penduduk tiap tingkatan
usia maka dapat diketahui bentuk dan orientasi pembangunan,
apakah akan dikembangkan pemba ngunan yang padat modal
atau padat karya. Komposisi penduduk berdasarkan usia dapat
juga digunakan bagi perencanaan dan penyiapan cadangan
pangan nasional.
Komposisi penduduk berdasarkan usia produktif dan
nonproduktif dapat digunakan untuk menghitung angka
ketergantungan (dependency ratio). Angka ini sangat penting
diketahui karena dapat memperkirakan beban tiap penduduk
nonproduktif untuk menopang kebutuhan hidupnya. Semakin
besar angka ketergantungan, akan semakin besar beban
penduduk dalam menopang kehidupan. Hal ini biasanya terjadi
di negara berkembang dan terbelakang. Sebaliknya, jika
semakin kecil angka keter gantungan, akan semakin kecil
beban dalam menopang kehidupan. Hal ini biasanya terjadi di
negara maju atau negara industri.
Angka ketergantungan (dependency ratio) dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Usia non produktif


Dependency ratio (DR)= x 100
Usia Produktif

Keterangan:
Penduduk usia nonproduktif = usia 0–14 tahun + > 65 tahun.
Penduduk usia produktif = usia 15–64 tahun.
Konstanta = 100.
Contoh 1:
Indonesia pada 1990 memiliki jumlah penduduk
179.300.000 jiwa. Setelah dibuat tabel berdasarkan usia
produktif dan usia nonproduktif yang tergolong usia antara 0–
14 tahun = 65.531.780 jiwa, sedangkan yang tergolong usia
lebih dari 65 tahun = 6.230.435 jiwa. Hitunglah angka
dependency ratio-nya.
Penyelesaian:
Diketahui:
Jumlah penduduk keseluruhan = 179.300.000 jiwa
Jumlah penduduk produktif = 65.531.780 jiwa
Jumlah penduduk nonproduktif = 65.531.780 jiwa +
6.230.435 jiwa =
71.762.215 jiwa
Ditanyakan: dependency ratio?
Jawab:
Jumlah penduduk produktif = 179.300.000 jiwa – 71.762.215
jiwa = 107.537.785 iwa
Dependency Ratio = ( 71.762.215 / 107.537.785 ) × 100
= 66,73 = 67 orang
Jadi, angka dependency ratio di Indonesia pada 1990
adalah 67. Berdasarkan perhitungan tersebut, di Indonesia
pada 1990 setiap 100 orang penduduk usia produktif harus
menanggung juga beban 67 orang penduduk usia nonproduktif.
Artinya, bahwa dalam mencari nafkah atau usaha selain untuk
memenuhi kebutuhan hidup dirinya sendiri, juga harus dapat
menanggung kebutuhan hidup orang lain.

Contoh 2:
Pada tahun 1971 penduduk Indonesia yang berumur (0
– 14) tahun besarnya 52.454.000, sedangkan yang berumur
(15 – 64) tahun dan 65+ masing-masing besarannya
63.180.000 dan 3.575.000 orang. Dari data ini dapat dihitung
rasio beban tanggungannya sebagai berikut:

52.454.000 + 3.576.000
Depedency ratio = -------------------------------- x 100 = 88,7
63.180.000
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa
angka beban tanggungan di Indonesia pada tahun 1971
adalah 88,7. Artinya tiap 100 orang kelompok penduduk
produktif harus menanggung 88,7 kelompok yang tidak
produktif. Angka 88,7 adalah angka termasuk tinggi, dan
secara bertahap hingga tahun 2000 telah menurun hingga
54,3.

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin
dapat digunakan dalam menghitung angka perbandingan
jenis kelamin (sex ratio). Angka tersebut sangat penting
untuk diketahui karena dapat digunakan untuk
memperkirakan bentuk pemberdayaan sumber daya
manusia. Misalnya, berkenaan dengan pekerjaan, tanggung
jawab, serta bentuk pengembangan pendidikan dan
pelatihan yang sesuai dengan potensi dan kemampuan
penduduk.
Pada zaman dahulu, kaum laki-laki memang lebih
dominan untuk berusaha (bekerja) dan mempertahankan
diri. Pada saat itu, teknologi masih sangat sederhana
sehingga hanya penduduk yang memiliki tenaga dan
kemampuan fisik yang kuat yang dapat bertahan hidup.
Akan tetapi, setelah teknologi berkembang dengan cepat
dan modern, ternyata hampir semua yang dikerjakan oleh
kaum laki-laki juga dapat dikerjakan oleh kaum perempuan.
Hal ini mengakibatkan perbedaan jenis kelamin tidak
menjadi suatu pembatas dalam kehidupan. Walaupun dalam
kenyataannya kaum wanita tidak dapat dipersamakan
dengan kaum laki-laki atau sebaliknya, seperti fungsi
reproduksi dan menyusui. Sex ratio dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah penduduk laki-laki


Sex Ratio (SR)= x 100
Jumlah penduduk perempuan

Contoh 1 :
Indonesia pada 1990 memiliki jumlah penduduk
179.299.995 jiwa. Setelah dibuat tabel berdasarkan jenis
kelamin, jumlah penduduk laki-laki = 89.256.467 jiwa,
sedangkan penduduk perempuan = 90.043.528 jiwa.
Hitunglah angka sex ratio penduduk Indonesia.
Penyelesaian:
Diketahui:
Jumlah penduduk keseluruhan = 179.300.000 jiwa
Jumlah penduduk laki-laki = 89.256.467 jiwa
Jumlah penduduk perempuan = 90.043.528 jiwa
Ditanyakan sex ratio ?
Jawab:
Sex Ratio = ( 89.256.467 / 90.043.528 ) × 10 = 99,13
Berdasarkan perhitungan tersebut menunjukkan bahwa di
Indonesia pada tahun 1990 setiap ada 100 perempuan
terdapat 99 laki-laki.

Contoh 2 :
Jumlah penduduk suatu daerah pada tahun 2006 tercatat
4.017.582 dengan jumlah laki-laki 2.053.675 dan perempuan
1.963.907. Berdasarkan data di atas, maka sex ratio daerah
tersebut adalah 104,57 dibulatkan menjadi 105. Angka ini
menujukan bahwa terdapat 105 laki-laki di antara 100
perempuan.
http://geografisku.blogspot.com/2015/09/komposisi-
penduduk.html

Struktur usia penduduk antara negara satu dengan yang lain


tidak sama. Struktur usia penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel
demografi, yaitu kelahiran, kematian dan migrasi. Jika salah satu
variabel berubah, kedua variabel yang lain juga ikut berubah.
Faktor sosial-ekonomi di suatu negara akan mempengaruhi
struktur usia penduduk melalui ketiga variahel demografi di atas.
Suatu negara dikatakan berstruktur usia muda, apabila
kelompok penduduk yang berumur di bawah lima belas tahun
jumlahnya lebih dan 40 persen, sedang besarnya kelompok
penduduk usia 65 tahun kurang dan 10 persen. Umumnya negara-
negara yang sedang berkembang seperti Burma, India, dan
Indonesia, struktur penduduknya muda. Sebaliknya negara-negara
maju seperti Jepang, Jerman, Amerika Serikat mempunyai
struktur penduduk tua. Suatu negara dikatakan berstruktur umur
tua apabila kelompok penduduk yang ber usia 15 tahun ke bawah
jumlahnya kecil (kurang dan 40 persen dan seluruh penduduk)
dan persentase penduduk di atas 65 tahun sekitar 10 persen.
Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin dapat
ditampilkan dalam bentuk Piramida penduduk, yaitu grafik yang
dibuat untuk mencerminkan data kependudukan menurut usia dan
jenis kelamin. Penggambaran piramida penduduk dimulai dengan
menggambarkan dua garis yang saling tegak lurus. Garis yang
vertikal menggambarkan umur penduduk mulai dari nol lalu naik.
Kenaikan ini dapat tahunan, dapat pula dengan jenjang lima
tahunan. Garis horizontal menggambarkan besarnya jumlah
penduduk baik ditampilkan pada skala jumlah yang sebenarnya
maupun dalam bentuk persentase. Terdapat 3 bentuk piramida
penduduk yaitu ekspansif, konstruktif dan stasioner. Menurut
Mantra (2003) penjelasan komposisi penduduk tersebut adalah
sebagai berikut, 1) Komposisi Penduduk Muda (Ekspansif),
dengan bentuk piramida penduduk menyerupai kerucut. Ciri-ciri
komposisi penduduk ekspansif antara lain : a) jumlah penduduk usia
muda (0 – 19 tahun) sangat besar, sedangkan usia tua sedikit, b) angka
kelahiran jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian, c)
pertumbuhan penduduk relatif tinggi, d) sebagian besar negara-negara
berkembang seperti Indonesia, Malysia, Thailand, RRC, Mesir, dan India
memiliki komposisi penduduk muda, 2) Komposisi Penduduk Dewasa
(Stasioner), dengan bentuk piramida penduduk menyerupai Batu Nisan. Ciri-
ciri komposisi penduduk stasioner antara lain : a) perbandingan jumlah
penduduk pada kelompok usia muda dan dewasa relatif seimbang, b) Tingkat
kelahiran tidak begitu tinggi, demikian pula angka kematian relatif rendah, c)
Pertumbuhan penduduk kecil, d) Beberapa negara maju yang berada pada
fase komposisi penduduk stasioner antara lain Amerika Serikat, Belanda, dan
Inggris. 3) Komposisi Penduduk Tua (Konstruktif), dengan bentuk piramida
penduduk menyerupai Guci Terbalik. Ciri-ciri komposisi penduduk konstruktif
antara lain : a) jumlah penduduk usia muda (0 – 19 tahun) dan usia tua (di atas
usia 64 tahun)sangat kecil, b) jumlah penduduk terbanyak terkonsentrasi pada
kelompok usia dewasa, c) angka kelahiran sangat rendah, demikian juga angka
kematian, d) pertumbuhan penduduk sangat rendah mendekati nol, bahkan
pertumbuhan penduduk beberapa sampai negatif, e) penduduk cenderung
berkurang dari tahun ke tahun, f) beberapa negara yang berada pada fase ini
antara lain Swedia, Jerman, dan Belgia.

2. Karakteristik Geografis (Tempat tinggal: Kota-desa,


Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi)

3. Karakteristik Sosial (Pendidikan: SD, SMP, SMA dan


Perguruan Tinggi; Status perkawinan).
4. Karakteristik Ekonomi (kegiatan penduduik yang aktif
secara eonomi, lapangan usaha, status dan jenis pekerjaan,
dan tingkt pendapatan). (Tim Penulis Lembaga Demografi
UI, 2010:22)
2. Komposisi Penduduk Sosial

a. Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan

Penduduk dapat dikelompokkan berdasarkan


pekerjaan yang dilakukan oleh tiap-tiap orang. Pekerjaan-
pekerjaan tersebut antara lain
pegawai negeri sipil, TNI, POLRI, buruh, pedagang,
petani, pengusaha dan sopir.
b. Komposisi penduduk menurut pendidikan

Berdasarkan tingkat atau jenjang pendidikan yang


telah ditamatkan penduduk dapat dikelompokkan dalam
tingkat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi.
Pengelompokkan ini dapat digunakan untuk menentukan
besarnya tingkat pendidikan penduduk.
c. Komposisi Penduduk menurut Agama

Pengelompokkan ini berdasarkan kepada agama


yang dianut penduduk yaitu Islam, Katolik, Protestan,
Hindu dan Budha.
3. Komposisi Penduduk Geografis

a. Komposisi Penduduk Menurut Tempat Tinggal

Tempat tinggal yang sering digunakan dalam


komposisi ini adalah tempat tinggal penduduk di desa dan
di kota. Ciri khas negara 1agraris seperti Indonesia adalah
sebagian besar penduduknya tinggal di desa.

2.3. Indikator dalam Komposisi Penduduk


Melalui komposisi penduduk dapat diketahui mengenai
angka beban ketergantungan, rasio jenis kelamin, dan angka
harapan hidup (Widodo, Trisno: 2013). Sedangkan indikator
karakteristik penduduk meliputi:
1. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
2. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)
3. Tingkat Pertumbuhan Penduduk
Ketiga variabel itu sering saling berpengaruh satu dengan yang
lainnya. Kalau salah satu variabel berubah kedua variabel yang lain
juga akan berubah. Faktor sosial ekonomi disuatu negara akan
mempengaruhi struktur umum penduduk melalui ketiga variabel
demografi tersebut.
Suatu negara dikatakan berstruktur umur muda, apabila
kelompok penduduk yang berumur dibawah 15 tahun jumlahnya
lebih dari 40%, sedangkan besarnya kelompok penduduk usia 65
tahun kurang dari 10%. Umumnya negara-negara berkembang
seperti Burma, India dan Indonesia struktur penduduknya muda.
Sebaliknya negara-negara maju seperti Jepang, Jepang dan Amerika
Serikat mempunyai struktur penduduk tua. Suatu negara dikatakan
berstruktur umur tua apabila kelompok penduduk yang berumur 15
tahun kebawah jumlahnya kecil (kurang dari 40% dari seluruh
penduduk) dan persentase penduduk di atas 65 tahun sekitar 10%.
Jadi, komposisi penduduk menurut umur dapat dikelompokkan
menjadi 3 yaitu:
a. Umur 0 – 14 tahun dinamakan usia muda/usia belum produktif.
b. Umur 15 – 64 tahun dinamakan usia dewasa/usia kerja/usia
produktif.
c. Umur 65 tahun keatas dinamakan usia tua/usia tak
produktif/usia jompo

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin


dapat digambarkan secara visual pada sebuah grafik yang disebut
Piramida Penduduk (Bagoes, Mantra, 2000:24). Penggambaran
suatu piramida penduduk dimulai dengan menggambarkan dua
garis yang saling tegak lurus. Garis yang vertikal menggambarkan
umur penduduk mulai dari nol lalu naik. Kenaikan ini dapat
tahunan atau dapat pula dengan jenjang lima tahunan. Sumbu
horizontal menggambarkan jumlah penduduk tertentu baik secara
absolut ataupun relative (persen).

Pada bagian kiri sumbu vertikal dapat digambarkan jumlah


penduduk laki-laki, dan dibagian kanan digambarkan jumlah
penduduk perempuan.
Gambar 1. Piramida Penduduk Kabupaten
Grobogan Tahun 2011 Sumber:
grobogankab.bps.go.id

Pada gambar 1, di atas dapat dilihat piramida penduduk


Kabupaten Grobogan pada tahun 2011 yang berbentuk piramida
ekspansif. Pada piramida tersebut dapat diamati bahwasanya
jumlah penduduk pada usia belum produktif yaitu usia 10-14 tahun
lebih banyak dibandingkan penduduk pada usia produktif dan tidak
produktif (jompo). Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
hampir sama atau seimbang.
Berdasarkan data pada piramida penduduk di atas, maka
dapat diambil kebijakan untuk meningkatkan aspek pendidikan di
Kabupaten Grobogan yang mayoritas penduduknya pada tahun
2011 adalah kelompok usia 10-14 tahun yang masih memerlukan
pendidikan wajib sembilan tahun (WAJAR 9 Tahun). Selain itu,
agar jumlah penduduk usia belum produktif tidak terlalu
mendominasi, maka angka kelahiran harus ditekan dengan
menggalakkan program keluarga berencana. Penduduk Kabupaten
Grobogan sebagian besar hidup di perdesaan yang masih
memegang teguh anggapan “banyak anak, banyak rejeki”,
sehingga masyarakatnya dimungkinkan ingin memiliki lebih dari
dua anak. Hal ini
nantinya akan berdampak pada pertumbuhan penduduk yang
tinggi, namun tidak diikuti dengan laju pertumbuhan sarana
prasarana umum yang memadai.
Sering pada tabel komposisi penduduk menurut umur dan
jenis kelamin terdapat kelompok penduduk yang tidak diketahui
umurnya dan kelompok ini tidak dapat dimasukkan pada kelompok
umur tertentu, dalam tabel tersebut dengan kelompok “not stated”
(NS) sudah tentu penduduk NS ini tidak dapat digambarkan dalam
piramida penduduk. Jika jumlah penduduk yang tergoolong dalam
katagori ini sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka
kelompok penduduk ini dapat disebarkan ke kelompok-kelompok
umur yang lain dengan menggunakan teknik “pro-reting”. Pro-
reting dapat dikerjakan dengan dua cara:
1. Mengalihkan masing-masing kelompok penduduk menurut
umur dengan faktor pengali k yang dapat dicari denga rumus:

k = Jumlah seluruh
penduduk
Jumlah seluruh
penduduk – NS

2. Jumlah penduduk kelompok umur tertentu ditambahkan


dengan hasil perkalian proporsi penduduk kelompok umur di
atas dengan jumlah seluruh penduduk dengan jumlah penduduk
NS.

Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis


kelamin, karakteristik penduduk suatu negara dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok:
1. Ekspansive / Limas/ Piramida Muda, negara-negara yang
termasuk tipe ini ialah: Indonesia, Filipina, Malaysia, Kenya,
India dan Costa Rika. Sedangkan ciri-cirinya meliputi:

11
a. Sebagian besar berada pada kelompok penduduk muda

b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit

c. Tingkat kelahiran bayi tinggi

d. Tingkat kematian mulai menurun

e. Pertumbuhan penduduk tinggi

Gambar 2. Bentuk Piramida Ekspansif (Muda)

Sumber : Idasurya.blogspot.com

2. Stasioner/ Granat, negara-negara yang termasuk tipe


ini ialah: Jepang, Swedia, Amerika, Inggris.
Sedangkan ciri-cirinya meliputi:

a. Penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama

b. Tingkat kelahiran rendah


c. Tingkat kematian rendah

d. Pertumbuhan penduduk mendekati nol atau lambat


Gambar 3. Bentuk Piramida Granat (Sedang)

Sumber : Idasurya.blogspot.com

3. Konstruktive / Nisan / Piramida Tua negara-negara yang


termasuk dalam tipe ini ialah: Jerman, Italia, Belgia, dan
Swedia. Sedangkan ciri-cirinya meliputi:

a. Sebagian besar penduduk berada kelompok usia dewasa atau


tua

b. Jumlah penduduk usia muda sangat sedikit

c. Tingkat kelahiran lebih rendah dibanding dengan tingkat


kematian

d. Pertumbuhan penduduk terus berkurang


Gambar 4. Bentuk Piramida Limas (Tua)

Sumber : Idasurya.blogspot.com

Turunnya tingkat kematian terutama pada umur-umur


muda dalam keadaan fertilitas yang tetap tinggi, menyebabkan
penduduk di Indonesia muda hal ini terlihat dari lebarnya dasar
piramida penduduk. Negara-negara yang terlibat dalam peperangan
seperti Jerman, Jepang, Itali pada perang Dunia ke tiga
mortalitsnya tinggi pada kelompok penduduk usia dewasa, dn hal
ini jelas terlihat menciutnya piramida penduduk negara
bersangkutan pada kelompok umur dewasa, terutama pada jenis
kelamin laki-laki.
Turunnya tingkat fertilitas disuatu negara pengaruhnya
lebih besar pada bentuk dasar piramida penduduk negara tersebut.
Misalnya Indonesia pada periode 1971 – 1980 terjadi .penurunan
tingkat fertilitas penduduk yang antara lain karena keberhasilan
program Keluarga Berencana (KB) yang dirancang pada
pemerintah sejak Pelita I. hal ini jelas terlihat pada dasar piramida
penduduk dimana kelompok umur 0 - 4 tahun lebih kecil dari
kelompok umur 5 – 9 tahun.
Migrasi penduduk akan mempengaruhi piramida penduduk
pada kelompok umur dewasa. Namun demikian banyak dari
negara-negara dimana pertumbuhan penduduknya tidak
dipengaruhi oleh faktor migrasi. Sebagai contoh, negara Indonesia
pertumbuhan penduduknya hanya dipengaruhi oleh faktor
kelahiran dan faktor kematian. Faktor migrasi pengaruhnya kecil
sekali karena tidak banyak warga Negara Indonesia yang
bertempat tinggal di luar negeri, begitu pula warga negara asing
yang berdomisili di Indonesia. Pengaruh komponen migrasi di
Indonesia terjadi pada profinsi-profinsi seperti Sumatera Barat,
daerah Istimewa Yogyakarta, banyak dari penduduknya yang
bermigrasi ke luar profinsi, sedangkan untuk profinsi Lampung,
DKI Jakarta, Kalimantan Timur banyak terdapat migrant yang
masuk. Bagi daerah permukiman yang baru dibuka piramida
penduduknya berbentuk istimewa yaitu dasarnya sempit, bagian
puncak kosong dan jumlah penduduk perempuan sedikit.

D. Manfaat Komposisi Penduduk untuk Perencanaan


Pembangunan di Indonesia
Secara umum dalam rangka perencanaan pembangunan di
segala bidang, diperlukan informasi mengenai keadaan penduduk
seperti jumlah penduduk, persebaran penduduk, dan susunan
penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Susunan penduduk
atau komposisi penduduk sangat penting sekali untuk diketahui,
karena selalu berubah susunannya atau komposisinya setiap tahun.
Perubahan komposisi penduduk tersebut dapat digunakan sebagai
dasar peletakan kebijakan dari program-program pembangunan
yang direncanakan oleh pemerintah (Sanjaya, Windu diakses 17
Maret 2013).
Informasi yang harus tersedia tidak hanya menyangkut
keadaan pada saat perencanaan disusun, tetapi juga informasi masa
lalu dan masa kini sudah tersedia dari hasil sensus dan survei-
survei. Sedangkan untuk masa yang akan datang, informasi
tersebut perlu dibuat suatu proyeksi yaitu perkiraan jumlah
penduduk dan komposisinya di masa mendatang. Informasi
tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia tertentu penting
diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan
penduduk sebagai pelaku pembangunan. Keterangan atau
informasi tentang penduduk menurut umur yang terbagi dalam
kelompok umur lima tahunan, sangat penting dan dibutuhkan
berkaitan dengan pengembangan kebijakan kependudukan
terutama berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia.
Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban
sekaligus juga modal dalam pembangunan.

Selain itu, dengan mengetahui komposisi penduduk dapat


juga diketahui penduduk usia produktif, belum produktif dan tidak
lagi produktif, sehingga dapat diketahui berapa angka beban
ketergantungan (dependency ratio) suatu negara serta angka
harapan hidup suatu negara. Harapannya, dengan mengetahui
dependency ratio akan diketahui bagaimana solusi pemecahan
masalah dari jumlah penduduk Indonesia yang merupakan modal
tenaga kerja kerja yang luar biasa, bukan malah akan menjadi dua
sisi mata uang yang menjadi pertumbuhan penduduk besar sebagai
beban bagi pembangunan di Indonesia. Hal ini karena jumlah
penduduk yang besar juga berarti pelayanan umum dan segala
aspek kebutuhan dasr yang harus dipenuhi oleh suatu negara
menjadi besar. Namun, denga perencanaan pembangunan yang
tepat permasalahan kependudukan akan diramalkan sejak dini,
sehingga tidak akan mengganggu jalannya pembangunan nasional
Indonesia dalam bidang material maupun spiritualnya.
Di bidang kesehatan masyarakat misalnya, penghitungan
komposisi penduduk berfungsi untuk mengetahui jumlah kelahiran
serta kematian yang dialami di sebuah wilayah. Secara otomatis
pemerintah lebih mudah dalam memantau pertumbuhan
penduduk. Pengendalian pertumbuhan penduduk terutama
dilakukan melalui upaya penurunan tingkat kelahiran serta
penurunan tingkat kematian khususnya kematian bayi dan anak.
Penurunan tingkat kelahiran terutama dilakukan melalui gerakan
keluarga berencana (KB). Selain itu bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga
bahagia sejahtera.
Tercapainya kegiatan ini akan meningkatkan juga status
kesehatan masyarakat pada umumnya. Salah satu upaya penurunan
tingkat kematian pada ibu bersalin dan kematian bayi baru lahir
dilakukan upaya safe motherhood. Upaya safe motherhood
merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan
dan persalinannya dapat dilalui dengan sehat dan aman serta
melahirkan bayi yang sehat.
Di bidang pendidikan misalnya, dengan mengetahui
komposisi penduduk menurut umur, dapat diketahui berapa jumlah
kelompok umur usia sekolah, sehingga pemerintah dapat
mengantisipasi pemenuhan kebutuhan akan pendidikan dasar
seperti penyiapan sarana prasarana, pemberian beasiswa, atau
pemerataan tenaga kependidikan di seluruh wilayah Indonesia.
Demikian, diharapkan nantinya pendidikan menjadi maju layaknya
bidang pembangunan yang lain. Selain itu, di bidang ekonomi dan
sosial, dengan menganalisis komposisi penduduk dapat
diperkirakan berapa banyak jumlah penduduk usia produktif dan
angka beban ketergantungan di suatu wilayah, sehingga
pemerintah dalam kebijakannya dapat memperkirakan jumlah
lapangan kerja yang harus dibangun. Hal ini agar semua angkatan
kerja dapat ditampung di lapangan kerja yang akan disediakan
pemerintah. Selain itu, agar pemerintah juga menyiapkan langkah-
langkah tertentu untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan di
Indonesia.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang


dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut
karakteristik-karakteristik yang sama. Ada bermacam-macam
komposisi penduduk, seperti: komposisi penduduk menurut umur
dan jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, lapangan
pekerjaan, bahasa dan agama. Pengelompokkan penduduk atau
komposisi penduduk dapat digunakan untuk dasar dalam
pengambilan kebijakan dan pembuatan program dalam mengatasi
masalah-masalah di bidang kependudukan.
B. Komentar

Komposisi penduduk yang lazim digunakan untuk mengetahui


struktur penduduk di Indonesia adalah komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin. Namun, selain menurut umur dan
jenis kelamin, komposisi penduduk dapat juga dibedakan menurut
tempat tinggalnya misalnya desa atau kota, komposisi menurut
agama, pekerjaan, status pernikahan, dan lain sebagainya.
Komposisi penduduk memiliki berbagai manfaat untuk analisis
data kependudukan bagi peletakan kebijakan pembangunan yang
ada di suatu wilayah/negara di Indonesia. Hal ini karena komposisi
penduduk dapat memproyeksikan keadaan penduduk di suatu
wilayah, mengetahui angka beban kertegantungan, dan harapan
hidup di negara Indonesia. Demikian, kajian mengenai komposisi
penduduk sangat penting untuk dipahami oleh mahasiswa jurusan
kependidikan geografi atau PKLH. Oleh karena mahasiswa pada
jurusan kependidikan geografi dan PKLH memiliki tanggungjawab
besar nantinya ketika mengajar di sekolah untuk menyampaikan
ilmu dan pengetahuan kepada siswanya mengenai konsep
kependudukan yang benar di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Grobogan. 2011. Piramida Penduduk Kabupaten Grobogan


Tahun 2011. Tersedia pada grobogankab.bps.go.id, diakses
tanggal 18 Maret 2014

Denni Ramdani. 2013. Makalah. Membenahi Sektor Kependudukan


untuk mewujudkan ketahanan nasional Halaman 1-16. Tersedia
pada http://www.academia.edu/3743382/SDM, diakses tanggal 17
Maret 2014
Mantra, Bagoes Ida. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka
Belajar

Sanjaya, Windu. 2013. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan


Jenis Kelamin. Tersedia pada
http://www.sumberilmu.blogspot.com, diakses tanggal 18 Maret
2014

Siagian, Sondang P. 2001. Administrasi Pembangunan : Konsep,


Dimensi dan
Strateginya. Jakarta : Bumi Aksara

Surya, Ida. 2013. Piramida Penduduk. Tersedia di


Idasurya.blogspot.com, diakses tanggal 17 Maret 2014

Wikipedia.org. 2012. Komposisi Penduduk. Diunduh di


http://wwww.Wikipedia.org, tanggal 17 Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai