Anda di halaman 1dari 17

1 MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


PRAKTIKUM KE 3
TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAPAS, PEMBERIAN OKSIGEN, DAN NEBULIZER

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan teknik pembebasan jalan napas
2. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan pemberian oksigen
3. Mahasiswa mampu mendemonsrasikan pemberian nebulizer

B. DASAR TEORI
1. Anatomi Sistem Pernapasan
a. Saluran Nafas Bagian Atas terdiri dari:
 Rongga Hidung: terdiri dari: Psedostrafied ciliated columnar epithelium yang berfungsi
menggerakkan partikel partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan
disaring oleh bulu hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan
udara yang masuk, pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara. Ketiga hal
tersebut dibantu dengan concha
 Nasofaring: (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)
 Orofaring: (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah)
 Laringofaring: (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)
b. Saluran Nafas Bagian Bawah terdiri dari:
 Laring: Terdiri dari Tulang rawan krikoid,  Selaput/pita suara, Epilotis, Glotis
 Trakhea
 Bronchi: Merupakan percabangan trakhea  kanan dan kiri. Tempat percabangan ini
disebut carina. Bronchus  kanan bercabang menjadi: lobus superior, medius, inferior.
Brochus kiri terdiri dari : lobus superior dan inferior
 Epiglotis
c. Alveoli: Aliran pertukaran gas: Proses pertukaran gas berlangsung sebagai berikut: alveoli
epitel alveoli « membran  dasar « endotel kapiler « plasma « eitrosit . Membran « sitoplasma
eritrosit « molekul hemoglobin.
Surfactant: Mengatur hubungan antara cairan dan gas
d. Sirkulasi Paru: Mengatur aliran darah vena-vena dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan
mengalirkan darah yang bersifat arterial melaului vena pulmonalis kembali ke ventrikel kiri
e. Bronkus dan Paru: Merupakan jalinan atau susunan bronhus bronkhiolus, bronkhiolus
terminalis, bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi  paru, syaraf, sistem limfatik
f. Rongga dan Dinding Dada, Dibentuk Oleh:
 Otot-otot interkostalis
 Otot -otot pektoralis mayor dan minor
 Otot- otot trapezius
 Otot-otot seratus anterior/posterior
 Kosta- kosta dan kolumna vertebralis
 Kedua hemi diafragma.

2. Airway (Jalan Napas)


Penilaian jalan napas (Airway) pada korban yang pertama kali adalah:
a. Mendengarkan apakah ada suara nafas tambahan?
b. Apakah jalan nafas terbuka

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR


2 MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
c. Lindungi C-spin
Tanda-tanda sumbatan pada jalan nafas yaitu:
a. Bagian atas
 Snoring: suara seperti orang ngorok dimana pangkal lidah yang jatuh ke belakang.
 Gurgling: seperti orang berkumur dimana dikarenakan adanya cairan atau darah.
 Stridor: terjadi karena uap panas atau gas yang mengakibatkan mukosa bengkak ataupun
jalan nafanya menjadi kasar.
b. Bagian bawah
 Rales
 Wheezing: seperti suara biola dimana mengalami penyempitan di bronkusnya.
 Stridor
Pengelola Jalan Napas
a. Orofaringeal Tube
b. Suctioning
c. Intubasi Endotracheal
Pembebasan Jalan Nafas dengan Tanpa Alat
a. Head Tilt/Chin Lift
b. Jaw Trust Manuver
c. Abdominal Thrust
d. Chest Thrust
e. Back Blow

3. Breathing (Pernapasan)
Bernapas adalah usaha seseorang secara tidak sadar/otomatis untuk melakukan
pernafasan. Tindakan ini merupakan salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru (RJP).
Untuk menilai seseorang bernafas secara normal dapat dilihat dari berapa kali seseorang
bernapas dalam satu menit, secara umum;
a. Frekuensi/jumlah pernapasan 12-20x/menit (dewasa), anak (20-30x/menit), bayi (30-
40x/menit)
b. Dada sampai mengembang
Pernapasan dikatakan tidak baik atau tidak normal jika terdapat keadaan berikut ini:
a. Ada tanda-tanda sesak napas: peningkatan frekuensi napas dalam satu menit
b. Ada napas cuping hidung (cuping hidung ikut bergerak saat bernafas)
c. Ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan (otot sela iga, otot leher, otot perut)
d. Warna kebiruan pada sekitar bibir dan ujung-ujung jari tangan
e. Tidak ada gerakan dada
f. Tidak ada suara napas
g. Tidak dirasakan hembusan napas
h. Pasien tidak sadar dan tidak bernapas
Tindakan-tindakan ini dapat dilakukan bila pernapasan seseorang terganggu:
a. Cek pernapasan dengan melihat dada pasien dan mendekatkan pipi dan telinga ke hidung dan
mulut korban dengan mata memandang ke arah dada korban (max 10 detik)
b. Bila korban masih bernapas namun tidak sadar maka posisikan korban ke posisi mantap
(posisikan tubuh korban miring ke arah kiri) dan pastikan jalan napas tetap terbuka; segera
minta bantuan dan pastikan secara berkala (tiap 2 menit) di cek pernapasannya apakah
korban masih bernapas atau tidak.
Jika korban bernapas tidak efektif ( bernapas satu-satu, ngap-ngap, atau tidak  bernapas):

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR


3 MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
a. Aktifkan sistem gawat darurat (bila ada orang lain minta orang lain untuk mencari atau
menghubungi gawat darurat)
b. Buka jalan napas dengan menengadahkan kepala korban dan menopang dagu korban (head
tilt dan chin lift)
c. Pastikan tidak ada sumbatan dalam mulut korban; bila ada sumbatan dapat dibersihkan
dengan sapuan jari-balut dua jari anda dengan kain dan usap dari sudut bibir sapu ke dalam
dan ke arah luar
d. Berikan napas buatan dengan menarik napas biasa lalu tempelkan bibir anda ke bibir korban
dengan perantaraan alat pelindung diri (face mask, face shield) lalu hembuskan perlahan >1
detik sambil jari tangan anda menutup hidung korban dan mata anda melihat ke arah dada
korban untuk menilai pernapasan buatan yang anda berikan efektif atau tidak (dengan naiknya
dada korban maka pernapasan buatan dikatakan efektif)
e. Berikan nafas buatan 2x lalu periksa denyut nadi korban (menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah raba bagian tengah jakun, lalu geser ke arah samping hingga teraba lekukan di pinggir
jakun tersebut) didaerah leher seperti pada gambar; bila tidak ada denyut maka masuk ke
langkah CPR
f. Bila ada denyut nadi maka berikan napas buatan dengan frekuensi 12x/menit/1 tiap 5 detik
sampai korban sadar dan bernapas kembali atau tenaga paramedis datang; dan selalu periksa
denyut nadi korban apakah masih ada atau tidak setiap 2 menit.

Volume Udara Pernafasan

Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc. Udara ini dikenal
sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia.
Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas
mencapai 3500 cc, yang 1000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi
senantiasa mengisi bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital adalah
jumlah udara maksimun yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya secara
maksimum.
Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan
menghembuskan udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara
pernapasan (kapasitas tidal = ± 500 cc).
Secara garis besar, volume udara pernapasan dapat dibedakan menjadi enam sebagai berikut.
1. Volume tidal (tidal volume)
Volume tidal adalah volume udara pernapasan (inspirasi) biasa, yang besarnya lebih kurang
500 cc (cm3) atau 500 mL.
2. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume)
Volume cadangan inspirasi atau udara komplementer adalah volume udara yang masih
dapat dimasukkan secara maksimal setelah bernapas (inspirasi) biasa, yang besarnya lebih
kurang 1.500 cc (cm3) atau 1.500 mL.
3. Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume)
Volume cadangan ekspirasi atau udara suplementer adalah volume udara yang masih
dapat dikeluarkan secara maksimal setelah mengeluarkan napas (ekspirasi) biasa, yang
besarnya lebih kurang 1.500 cc (cm3) atau 1.500 mL.
4. Volume sisa / residu (residual volume)

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR


4 MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Volume sisa/residu adalah volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru setelah
mengeluarkan napas (ekspirasi) maksimal, yang besarnya lebih kurang 1.000 cc (cm3) atau
1.000 mL.
5. Kapasitas vital (vital capacity)
Kapasitas vital adalah volume udara yang dapat dikeluarkan semaksimal mungkin setelah
melakukan inspirasi semaksimal mungkin juga, yang besarnya lebih kurang 3.500 cc (cm3)
atau 3.500 mL. Jadi : kapasitas vital adalah jumlah dari volume tidal + volume cadangan
inspirasi + volume cadangan ekspirasi.
6. Volume total paru-paru (total lung volume)
Volume total paru-paru adalah volume udara yang dapat ditampung paru-paru
semaksimal mungkin, yang besarnya lebih kurang 4.500 cc (cm3) atau 4.500 mL. Jadi : 
volume total paru-paru adalah jumlah dari volume sisa + kapasitas vital.

C. ALGORITMA

Untuk Algoritma dan Penangan silahkan di buka lebih lanjut Link yang ada di Daftar Referensi.

D. PERSIAPAN KEGIATAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN JALAN NAPAS


1. Oropharingeal Tube
a. Persiapan Alat:
 Oropharingeal tube sesuai kebutuhan
 Kassa steril 2 buah
 Plester dan gunting
 Nierbekken
 Spatel lidah
 Handschoen
b. Prosedur Kerja
NO LANGKAH KERJA GAMBAR
Fase Pra Interaksi
1 Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
2 Menjelaskan prosedur tindakan termasuk selama pemasangan
oropharing tube pasien tidak diperbolehkan makan dan minum
3 Memberikan posisi sesuai kebutuhan
Fase Kerja
a. Perawat memakai handschoen
b. Membuka mulut pasien, tahan lidah dengan menggunakan
tongue spatel
c. Bersihkan mulut dengan kassa steril
d. Masukkan oropharing tube melalui rongga mulut dengan ujung
mengarah ke palatum, setelah masuk dinding belakang pharing
lalu putar oropharingeal tube 180º sampai posisi ujung
mengarah ke oropharing

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR


5 MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
e. Lakukan fiksasi dipangkal oropharing tube dengan plester tanpa
menutup lubang oropharing tube
f. Berikan posisi yang nyaman
g. Rapikan pasien dan alat-alat
h. Buka handschoen dan cuci tangan
i. Membuat catatan keperawatan meliputi:
(1) Keadaan umum pasien
(2) Tindakan dan hasil setelah dilakukan
(3) Tanda-tanda vital
(4) Pola nafas
Fase Terminasi
1 Lakukan reassessment untuk menilai keberhasilan tindakan

2. Suctioning
a. Persiapan Alat
 Kateter suction steril yang atraumatik
 Sarung tangan
 Tempat steril untuk irigasi
 Spuit berisi cairan NaCl steril untuk irigasi trachea jika diindikasikan
b. Prosedur Kerja
NO LANGKAH KERJA GAMBAR
Fase Pra Interaksi
1 Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
2 Menjelaskan prosedur tindakan termasuk selama pemasangan
oropharing tube pasien tidak diperbolehkan makan dan minum
Fase Kerja
a. Kaji adanya kebutuhan untuk dilakukannya tindakan
penghisapan. (usahakan tidak rutin melakukan penghisapan
karena menyebabkankerusakan mukosa, perdarahan, dan
bronkospasme)
b. Lakukan cuci tangan, gunakan alat pelindung diri dari
kemungkinan terjadinya penularan penyakit melalui secret
c. Jelaskan kepada pasien mengenai sensasi yang akan
dirasakan selama penghisapan seperti nafas pendek, , batuk,
dan rasa tidak nyaman
d. Check mesin penghisap, siapkan tekanan mesin suction pada

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR


6 MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
level 80-120 mmHg untuk menghindari hipoksia dan trauma
mukosa
e. Siapkan tempat yang steril
f. Lakukan preoksigenasi dengan O2 100% selama 30 detik
sampai 3 menit untuk mencegah terjadinya hipoksemia
g. Secara cepat dan gentle masukkan kateter, jangan lakukan
suction saat kateter sedang dimasukkan
h. Tarik kateter 1-2 cm, dan mulai lakukan suction. Lakukan
suction secara intermitten, tarik kateter sambil menghisap
dengan cara memutar. Jangan pernah melakukan suction lebih
dari 10=15 “
i. Hiperoksigenasi selama 1-5 menit atau bila nadi dan SaO2
pasien normal
j. Ulangi prosedur bila diperlukan (maksimal 3 x suction dalam 1
waktu)
k. Tindakan suction pada mulut boleh dilakukan jika diperlukan,
lakukan juga mouth care setelah tindakan suction pada mulut
l. Catat tindakan dalan dokumentasi keperawatan mengenai
karakteristik Sputum (jumlah, warna, konsistensi, bau, adanya
darah) dan respon pasien.
Fase Terminasi
1 Lakukan reassessment untuk menilai keberhasilan tindakan

3. Tindakan Pembebasan dengan Tanpa Alat

NO LANGKAH KERJA GAMBAR


Fase Pra Interaksi
1 Gunakan APD (Prinsip 3 Aman)
2 Periksa kelengkapan alat
Fase Interaksi
1 Evaluasi ABCDE
Fase Kerja
1. a. Look (lihat) Melihat gerakan nafas/pengembangan dada
dan adanya retraksi sela iga
b. Listen (dengar) Mendengar aliran udara pernapasan
c. Feel Merasakan adanya aliran udara pernapasan

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR


7 MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

2. Membuka jalan napas tanpa alat


d. Head-tilt (dorong kepala ke belakang)
Cara : Letakkan tangan pada dahi korban (gunakan tangan
yang paling dekat dengan dahi korban). Pelan-pelan
tengadahkan kepala pasien dengan mendorong dahi kearah
belakang.

e. Chin lift
Cara : Letakkan ujung-ujung jari tangan yang satunya pada
bagian tulang dari dagu korban. Jika korban anak-anak,
gunakan hanya jari telunjuk dan diletakkan dibawah dagu.
Angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala.
Jangan samapi mulut korban tertutup. Jika korban anak-anak,
jangan terlalu menengadahkan kepala. Pertahankan posisi ini

f. Jaw thrust
Cara :
Berlutut diatas kepala korban. Letakkan siku pada lantai di
kedua sisi kepala korban. Letakkan tangan di kedua sisi kepala
korban.
Cengkeram rahang bawah korban pada kedua sisinya.jika
korban anak-anak, gunakan dua atau tiga jari dan letakkan
pada sudut rahang.
Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang
bawah korban keatas. Hal ini menarik lidah menjauhi
tenggorokan.

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR


8 MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu,
tarik bibir bagian bawah dengan kedua ibu jari.

Membersihkan jalan napas (bila ada benda asing dalam mulut)


3.
Sapuan jari
Cara : a. Pasang sarung tangan b. Buka mulut pasien dengan jaw
thrust dan tekan dagu ke bawah c. Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan
jari tengah yang bersih atau dibungkus dengan sarung tangan
/kassa untuk membersihkan dan mengorek semua benda asing
dalam mulut.

BACK BLOW / BACK SLAPS Pada Bayi


(1) Bayi diposisikan prone diatas lengan bawah anda, dimana
4.
kepala bayi lebih rendah dari pada badannya.
(2) Topang kepala bayi dengan memegang rahang bayi.
(3) Lakukan 5 kali back blow dengan kuat antara tulang belikat
menggunakan tumit tangan anda.
(4) Putar bayi ke posisi supine, topang kepala dan leher bayi dan
posisikan di atas paha.
(5) Tentukan lokasi jari setingkat dibawah nipple bayi. Tempatkan
jari tengah anda pada sternum dampingi dengan jari manis.
(6) Lakukan chest thrust dengan cepat.
(7) Ulangi langkah 1-6 sampai benda asing keluar atau hilangnya
kesadaran.
5.
(8) Jika bayi kehilangan kesadaran, buka jalan napas dan buang
benda asing jika ia terlihat. Hindari melakukan usapan jari
secara “membuta” pada bayi dan anak, karena benda asing
dapat terdorong lebih jauh ke dalam jalan napas.
BACK BLOW / BACK SLAPS Untuk Anak 1-8th:

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR


9 MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Untuk klien yang berdiri/duduk:
1) Posisi anda dibelakang klien.
2) Tempatkan lengan anda dibawah aksila, melingkari tubuh
korban.
6 3) Tempatkan tangan anda melawan abdomen klien, sedikit di
atas pusar dan dibawah prosesus xipoideus.
4) Lakukan dorongan ke atas (upward thrusts) sampai benda
asing keluar atau pasien kehilangan kesadaran.
Untuk klien pada posisi supine:
1) Posisi anda berlutut disamping klien atau mengangkangi paha
klien.
2) Tempatkan lengan anda di atas pusar & dibawah prosesus
xipoideus.
3) Lakukan thrust ke atas dengan cepat, dengan arah menuju
tengah-tengah dan tidak diarahkan ke sisi abdomen.
4) Jika benda asing terlihat, keluarkan dengan menggunakan
sapuan jari tangan.

ABDOMINAL THRUST Korban berdiri/duduk


a. Anda berdiri di belakang klien.
b. Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal,
kemudian pegang lengan kanan tersebut dengan lengan kiri.
Posisi lengan anda pada abdomen klien yakni dibawah
prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.
c. Dorong secara cepat ( thrust quickly), dengan dorongan pada
abdomen  ke arah dalam-atas.
d. Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali utk
menghilangkan obstruksi jalan napas.
e. Kaji jalan napas secara sering utk memastikan
keberhasilan tindakan ini..

ABDOMINAL THRUST Korban terbaring /Korban dewasa tidak


sadar
(1) Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha klien.
(2) Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda yg
menempel di abdomen tepatnya di bawah prosesus xipoideus
dan diatas pusat/umbilikus.
(3) Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada
abdomen ke arah dalam-atas.
(4) Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali untuk
menghilangkan obstruksi jalan napas.
(5) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan
keberhasilan tindakan ini.
(6) Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien
dengan laringoskopi dan jika tampak utamakan mengekstraksi
benda asing tersebut menggunakan Kelly atau Megil forcep

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR


10MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
CHEST THRUTS pada posisi berdiri/Duduk
(1) Anda berdiri di belakang klien.
(2) Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal
di area midsternal di atas prosesus xipoideus klien (sama
seperti pada posisi saat kompresi jantung luar)
(3) Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika
perlu ulangi chest thrust beberapa kali utk menghilangkan
obstruksi jalan napas.
(4) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan
keberhasilan tindakan ini.

CHEST THRUST posisi Supinasi:


(1) Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha klien.
(2) Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda dan
posisikan bagian bawah lengan kanan anda pada area
midsternal di atas prosesus xipoideus klien (sama seperti pada
posisi saat kompresi jantung luar).
(3) Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika
perlu ulangi chest thrust beberapa kali utk menghilangkan
obstruksi jalan napas.
(4) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan
tindakan ini.
(5) Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien
dengan laringoskopi dan jika tampak utamakan mengekstraksi
benda asing tersebut menggunakan Kelly atau Megil forcep
Fase Terminasi
1 Lakukan reassessment untuk menilai keberhasilan tindakan

PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN


Pengertian
Terapi oksigen adalah salah satu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi
yang dapat dilakukan dengan menggunakan nasal kanul, simple mask, RBM mask dan NRBM mask.

Tujuan Umum 
1. Meningkatkan ekspansi dada
2. Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen 
3. Membantu kelancaran metabolisme
4. Mencegah hipoksia 
5. Menurunkan kerja jantung 
6. Menurunkan kerja paru –paru pada klien dengan dyspnea
7. Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada penyakit paru

Indikasi

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR


11MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
1. Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O 2 dan CO2 di dalam darah,
disebabkan oleh gangguan pertukaran O 2 dan CO2  sehingga sistem pernapasan tidak mampu
memenuhi metabolisme tubuh. 
2. Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen. 
3. Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan
pertukaran gas O2dan CO2.
4. Perubahan pola napas.
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada pasien
asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit karena kekurangan
oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal
dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan
frekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
5. Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan napas yang
adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
6. Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan  mengalami gangguan
untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
7. Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari
keadaan hipermetabolisme.
8. Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan
mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang
cukup.
9. Keracunan karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan posisi
O2yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.

Kontraindikasi
Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat pemberian jenis dan jumlah aliran
yang  tepat. Namun demikan, perhatikan pada khusus berikut ini
1. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas spontan maka
pemasangan masker partial rebreathing dan non rebreathing dapat menimbulkan tanda dan gejala
keracunan oksigen. Hal ini dikarenakan jenis masker rebreathing dan non-rebreathing dapat
mengalirkan oksigen dengan konsentrasi yang tinggi yaitu sekitar 90-95%
2. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah
3. Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul.

Hal – hal yang perlu diperhatikan

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR


12MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
 Perhatikan jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebih atau kurang dari batas. Hal ini
penting untuk mencegah kekeringan membran mukosa dan membantu untuk mengencerkan
sekret di saluran pernafasan klien
 Pada beberapa kasus seperti bayi premature, klien dengan penyakit akut, klien dengan
keadaan yang tidak stabil atau klien post operasi, perawat harus mengobservasi lebih sering
terhadap respon klien selama pemberian terapi oksigen
 Pada beberapa klien, pemasangan masker akan  memberikan tidak nyaman karena merasa
“terperangkap”. Rasa tersebut dapat di minimalisir jika perawat dapat meyakinkan klien akan
pentingnya pemakaian masker tersebut.
 Pada klien dengan masalah febris dan diaforesis, maka perawat perlu melakukan perawatan
kulit dan mulut secara extra karena pemasangan masker tersebut dapat menyebabkan efek
kekeringan di sekitar area tersebut.
 Jika terdapat luka lecet pada bagian telinga klien karena pemasangan ikatan tali nasal kanul
dan masker. Maka perawat dapat memakaikan kassa berukuran 4x4cm di area tempat
penekanan tersebut.
 Akan lebih baik jika perawat menyediakan alat suction di samping klien dengan terapi oksigen
 Pada klien dengan usia anak-anak, biarkan anak bermain-main terlebih dahulu dengan contoh
masker.
 Jika terapi oksigen tidak dipakai lagi, posisikan flow meter dalam posisi OFF
 Pasanglah tanda : “dilarang merokok : ada pemakaian oksigen” di pintu kamar klien, di bagian
kaki atau kepala tempat tidur, dan di dekat tabung oksigen. Instrusikan kepada klien dan
pengunjung akan bahaya merokok di area pemasangan oksigen yang dapat menyebabkan
kebakaran.

PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANULA

Pengertian 
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu dengan kecepatan aliran 1-6
liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam
hidung dan mengaitkannya di belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung
hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm. Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana,
murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk pemasangan jangka
pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam mengirimkan  oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak
mengganggu  klien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan. 

Tujuan
a. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen minimal.
b. Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.

Indikasi
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk memenuhi kebutuhan
oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak). 

Prinsip
a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah, biasanya hanya 2-3
L/menit.
b. Membutuhkan pernapasan hidung

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR


13MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
c. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.

PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER OKSIGEN

Pengertian
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen dengan posisi
menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna bening dan mempunyai tali
sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam.
Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada adanya vulve  yang mencegah
udara ekspirasi terinhalasi kembali.

Macam Bentuk Masker :


a. Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8
liter/menit. 
b. Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran 8-12
liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat
inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah
oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian
tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO 2 lebih tinggi daripada simple face mask. 
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah. 
c. Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan kecepatan
aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi,
dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi. Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2  yang tinggi.

Tujuan  : Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan konsentrasi dan kelembaban yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kanul.
 
Prinsip : Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran 5-6 liter/menit dengan
konsentrasi 40 – 60%.

KEGIATAN PRAKTIKUM TERAPI OKSIGEN :


Persiapan Alat dan Bahan :
1. Tabung oksigen ( oksigen dinding ) berisi oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier yang
berisi aquades sampai batas pengisian
2. Nasal kanul (pemilihan alat sesuai kebutuhan)
3. Plester (jika di butuhkan)
4. Gunting plester (jika di butuhkan)
5. Cotton budd

NO LANGKAH KERJA
Fase Pra Interaksi
1 Gunakan APD

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR


14MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
2 Periksa kelengkapan alat
3 Cek catatan medis dan keperawatan
4 Perawat mencuci tangan dan memakai handscoen
Fase Interaksi
1 a. Menyapa pasien
b. Informasikan klien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
c. Atur posisi klien, duduk atau setengah duduk..
d. Observasi/periksa kondisi pernapasan pasien
Fase Kerja :
1. Siapkan nasal kanul atau masker okksigen (sesuai kebutuhan) 1 set tabung oksigen
(oksigen central)
2. Hubungkan nasal kanul atau masker oksigen dengan flowmeter pada tabung oksigen atau
oksigen dinding
3. Bila hidung pasien kotor, bersihkan lubang hidung pasien dengan cotton budd atau tissu
4. Cek fungsi flowmeter dengan memutar pengatur konsetrasi oksigen dan mengamati adanya
gelembung udara dalam humidifier
5. Cek aliran oksigen dengan cara mengalirkan oksigen melalui nasal kanul kepunggung tangan
perawat
6. Pasang nasal kanul atau masker oksigen ke pasien dengan tepat
7. Atur kecepatan aliran oksigen sesuai kebutuhan/indikasi pemasangan
8. Tanyakan pada pasien, apakah aliran oksigennya terasa atau tidak
9. Atur pengikat nasal kanul atau masker oksigen dengan benar, jangan terlalu kencang dan
jangan terlalu kendor
10. Pastikkan nasal kanul atau masker oksigen terpasang dengan aman
11. Kontrol/Atur aliran oksigen sesuai dengan program
12. Alat-alat dikembalikan di tempat semula
13. Perawat mencuci tangan setelah melakukan tindakan
14. Mengakhiri tindakan dengan mengucapkan salam
15. Bila sudah selesar, alat dirapihkan

Nasal Kanule

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR


15MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Simple Mask

Rebreathing Mask
 Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan
kecepatan aliran 8-12 liter/menit.
 Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi maupun
ekspirasi.
 Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara
sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk
dalam lubang ekspirasi pada kantong.
 Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga
konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask.

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR


16MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Non Rebreathing Mask


 Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100%
dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit.
 Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi karena
mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat pada
saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada
saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi.

Fase Terminasi :
1. Lakukan reassessment
2. Evaluasi respon klien (Menanyakan kepada klien bagaimana pak/bu setelah dipasang
oksigen
3. Rencana tindak lanjut
4. Kontrak yang akan datang ; topic, waktu, tempat
5. Evaluasi respon pasien 15 menit setelah pemasanga
6. Pendokumentasian ; waktu pemberian, respon klien.

E. LATIHAN/KASUS
Seorang laki-laki usia 35 tahun masuk IRD setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien
mengalami penurunan kesadaran dan sulit bernapas. Frekuensi nadi 124x/menit, frekuensi napas
38x/menit, tekanan darah 100/65 mmHg, CRT >2 detik. Perawat mengidentifikasi ada benda asing
pada jalan napas.
1. Rumuskan masalah keperawatan utama pasien tersebut ?
2. Buat rencana penanganan segera dari masalah yang terjadi pada pasien tersebut.
3. Demonstrasikan penanganan pada pasien tersebut

Seorang laki-laki usia 42 tahun masuk RS karena terjatuh dari tangga pada saat mengalami serangan
asma. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan adanya indikasi retakan tulang dada sebelah kanan.
Frekuensi pernapasan 38 x/menit, Nadi 102x/menit, TD 127/90 mmHg, terdapat suara napas
tambahan pada dada sebelah kanan.

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR


17MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
1. Rumuskan masalah keperawatan utama pada pasien tersebut
2. Rumuskan pengkajian tambahan yang diperlukan
3. Rumuskan rencana tindakan
4. Demonstrasikan penanganan dari rencana tindakan

F. KESIMPULAN
Airway merupakan komponen yang penting dari sistem pernapasan adalah hidung dan mulut, faring,
epiglotis, trakea, laring, bronkus dan paru. Breathing (Bernapas) adalah usaha seseorang secara tidak
sadar/otomatis untuk melakukan pernafasan. Tindakan ini merupakan salah satu dari prosedur
resusitasi jantung paru (RJP). Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat.
Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari
gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke
dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan
oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan
menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat penting
dilakukan secara efektif dan efisien.

G. REFERENSI
1. Anonimous (2017), Pemberian Nebulizer, https://www.catatanperawat.id/2017/05/prosedur-
tindakan-nebulizer.html
2. Bary A, Shapiro, MD, DABa, FCCP, Cs : Clinical Application of Respiratory Care
3. FK Unhas (2016), Buku Panduan Instuktur Skills Learning Sistem Emergency dan Traumatologi
Pengelolaan Jalan Napas
4. Hand Out Pelatihan Basic Life Support RS. Husada Utama Surabaya
5. https://medest118.files.wordpress.com/2012/10/clinical-pratical-guidelines-for-use-of-non-invasive-
ventilation.pdf
6. https://medest118.files.wordpress.com/2012/10/guideline-for-emergency-oxygen-use-in-adult-
patients.pdf

TIM MA KEPERAWATAN GAWAT DARURATJURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR

Anda mungkin juga menyukai