Anda di halaman 1dari 15

Tiba-tiba saya dapat ide untuk menuliskan topik tentang kedokteran gigi.

Gara-gara channel
Youtube ‘Kapanlagi.com’ mewartakan Emmy Syarif, ibunda Bunga Citra Lestari (BCL) yang
ternyata seorang dokter gigi. Emmy mengaku ingin Bunga mengikuti jejak kariernya sebagai
dokter gigi. “Mungkin karena saya bergerak di bidang itu, saya kebetulan dokter gigi. Terus
Bunga di sekolah pun dulu IPA. Jadi ya memang orangtua suka gitu ya, sekalian aja juga,” kata
Emmy di video tersebut.

Eksistensi kedokteran gigi diyakini sudah ada sejak Fir’aun Ramses II. Dr Ja’far Khadem
Yamani menyebut dalam buku Kedokteran Islam: Sejarah dan Perkembangannya (2005), “Pada
saat itu sudah ada tabib ahli gigi yang tinggal di istana Fir’aun yang bernama Bahab Azz.
Seribu tahun sebelum kelahiran Nabi Musa AS, orang-orang Akadia dan Mesir sudah mampu
membuat alat berupa pinset gigi, pengikiran gigi dan tang pencabut gigi”. Kini di Mesir tumbuh
jurusan kedokteran gigi. Wajib ditempuh selama 5 tahun plus 1 tahun magang di klinik
gigi. Misalnya di Ain Shams University, Alexandria University, Suez cana University dan
Universitas al-Azhar.

Iklan - Lanjutkan Membaca Di Bawah Ini

Di negeri penghasil filosof, orang-orang Yunani baru bersentuhan dengan kedokteran gigi
setelah mereka menamatkan belajarnya di Mesir. Mereka pulang ke Athena sambil membawa
buku-buku kedokteran gigi. Sementara pada masa pendirian Baitul Hikmah di Baghdad, menurut
Dr. Ja’far Khadem sudah banyak kitab atau buku tentang kedokteran gigi yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab.

Baca juga:  Kemajuan Pengetahuan Dinasti Fatimiyah

Di Baghdad, sudah ada kursi khusus untuk pasien yang akan memeriksakan giginya. Hampir di
setiap kota dari Baghdad, Damsyiq, Qurthubah sampai Iskandariyah terdapat balai pengobatan
gigi. Dr Ja’far menyimpulkan bahwa sesungguhnya ilmu kedokteran gigi modern sekarang ini
merupakan pengembangan dari kedokteran gigi di Andalusia.

Di benua Amerika, kemunculan kedokteran gigi tak luput dari sejarah pendirian University of
Maryland School of Dentistry. Kampus yang didirikan tahun 1840 ini dinobatkan sebagai
kampus yang menyediakan fakultas kedokteran gigi pertama di dunia. Prof. Chapin A. Harris
adalah dekan pertama di kampus tersebut sekaligus guru besarnya.

“Kampus ini resmi membuka pendaftaran pada 3 November 1840. Kala itu hanya ada 5 peserta
didik,” tulis William John Geis dalam Dental Education in the United States and Canada. Bila di
benua Amerika ditandai dengan berdirinya fakultas kedokteran gigi, maka di Eropa khususnya
Inggris ditandai dengan berdirinya rumah sakit gigi pada tahun 1858 di kota London. Dua tahun
berikutnya, menurut Amolak Singh dalam Paul Lambden, Dental Law and Ethics, (2002), di
Inggris baru didirikan the Royal College of Surgeons.
Lantas bagaimana dengan Indonesia? sewaktu masih bernama Hindia Belanda, di Surabaya telah
berdiri sekolah kedokteran yang bernama Nederlandsch-Indische Artsen School (NIAS) pada
tahun 1913. Karena lembaga kedokteran gigi belum ada maka kebutuhan akan tenaga kesehatan
gigi (dokter gigi) didatangkan langsung dari Eropa (Belanda).

Baca juga:  Sejarah Singkat Kopi: antara Konservatisme dan Kenikmatan

Namun jumlah dokter gigi dari Eropa yang bisa dan mau bekerja di Hindia Belanda pada waktu
itu amat terbatas, itupun sebagian besar hanya untuk melayani orang-orang Eropa yang tinggal di
sini. Dalam laporan bertajuk ‘Potret Ketersediaan dan Kebutuhan tenaga Dokter Gigi’ yang
dirilis Ditjen dikti Kemendikbud, “Jika orang-orang pribumi menderita penyakit gigi maka
sebagian besar dibawa ke dukun atau tabib dengan pengobatan tradisional, dan sebagian lagi
dibiarkan untuk sembuh dengan sendirinya”.

Sampai tahun 1950 Indonesia baru memiliki dua universitas negeri, yaitu Universitas Gadjah
Mada di Yogyakarta dan Universitas Indonesia (UI). Selanjutnya tanggal 10 Nopember 1954
secara resmi Universitas Airlangga berdiri. Dengan berdirinya Universitas Airlangga maka
Fakultas Kedokteran dan Institut atau Lembaga Kedokteran Gigi yang semula merupakan cabang
dari UI kemudian dipisahkan dari induknya dan digabung ke Universitas Airlangga.

Sebelum mengakhiri artikel ini, penyebaran institusi pendidikan kedokteran gigi di Indonesia
sampai saat ini juga masih belum merata, hal ini juga merupakan salah satu faktor yang
menghambat upaya peningkatan pelayanan kesehatan gigi. Saat ini institusi pendidikan
kedokteran gigi masih terkonsentrasi di pulau jawa. Sementara di Papua dan Maluku belum
memiliki institusi pendidikan kedokteran gigi. Wallahu’allam.

Kedokteran Gigi dan Sejarah Dunia Islam


Bersama Islam Saturday, January 2, 2016 Ulasan
Ilustrasi

bersamaislam.com - Ilmu kedokteran gigi sudah ada sejak Fir'aun Ramses II. Doktor Ja'far
Khadem Yamani menyatakan pada saat itu sudah ada tabib ahli gigi yang tinggal di istana
Fir'aun yang bernama Bahabb Azz.

Seribu tahun sebelum kelahiran Nabi Musa AS, orang-orang Akadia dan Mesir sudah mampu
membuat alat berupa pinset gigi, pengikiran gigi dan tang pencabut gigi (2). Kini di Mesir tumbuh
jurusan kedokteran gigi. Wajib ditempuh selama 5 tahun plus 1 tahun magang di klinik gigi.
Misalnya di Ain Shams University, Alexandria University, Suez Canal University dan al-Azhar
University.

Beralih ke negerinya para filosof, orang-orang Yunani baru mengenal ilmu kedokteran gigi
setelah mereka menamatkan belajarnya di Mesir. Mereka pulang ke Athena sambil membawa
buku-buku kedokteran gigi. Sementara pada masa pendirian Baitul Hikmah di Baghdad, sudah
banyak kitab/buku tentang kedokteran gigi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Di Baghdad sudah ada kursi khusus untuk pasien yang akan memeriksakan kondisi giginya.
Hampir di setiap kota dari mulai Baghdad, Damsyiq, Qurthubah sampai Iskandariyah terdapat
balai pengobatan gigi.

Ja'far menyimpulkan bahwa sesungguhnya ilmu kedokteran gigi modern sekarang ini merupakan
pengembangan dari kedokteran gigi di Andalusia (3).
Di benua Amerika, ilmu kedokteran gigi tak luput dari sejarah pendirian University of Maryland
School of Dentistry. Kampus yang didirikan tahun 1840 ini dinobatkan sebagai kampus yang
menyediakan fakultas kedokteran gigi pertama di dunia. Prof Chapin A. Harris adalah Dekan
pertama di kampus tersebut sekaligus guru besarnya. Kampus ini resmi membuka pendaftaran
pada 3 November 1840. Ketika itu hanya memiliki 5 peserta didik (4).

Jika di benua Amerika ditandai dengan berdirinya fakultas kedokteran gigi, maka di Eropa
khususnya Inggris ditandai dengan berdirinya rumah sakit gigi pada tahun 1858 di kota London.
Dua tahun berikutnya, menurut Amolak Singh, baru didirikan the Royal College of Surgeons (5).

Bagaimana dengan Indonesia? Sewaktu masih bernama Hindia belanda, di kota Surabaya telah
berdiri sekolah kedokteran yang bernama Nederlandsch-Indische Artsen School (NIAS) pada
tahun 1913. Karena lembaga kedokteran gigi belum ada maka kebutuhan akan tenaga kesehatan
gigi (dokter gigi) didatangkan langsung dari Eropa (Belanda).

Namun jumlah dokter gigi dari Eropa yang bisa dan mau bekerja di Hindia Belanda pada waktu
itu amat terbatas, itupun sebagian besar hanya untuk melayani orang-orang Eropa yang tinggal di
sini. Jika orang-orang pribumi menderita penyakit gigi maka sebagian besar dibawa ke dukun
atau tabib dengan pengobatan tradisional, dan sebagian lagi dibiarkan untuk sembuh dengan
sendirinya (6).

Hingga tahun 1950, Indonesia baru memiliki dua universitas negeri, yakni UGM di Yogyakarta
dan Universitas Indonesia (UI). Selanjutnya tanggal 10 Nopember 1954 secara resmi Universitas
Airlangga berdiri. Dengan berdirinya Universitas Airlangga maka Fakultas Kedokteran dan
Lembaga Kedokteran Gigi yang semula merupakan cabang dari UI kemudian dipisahkan dari
induknya dan digabung ke Universitas Airlangga (7).

Sebelum menutup tulisan ini, penyebaran institusi pendidikan kedokteran gigi di Indonesia
sampai saat ini juga masih belum merata, hal ini juga merupakan salah satu faktor yang
menghambat upaya peningkatan pelayanan kesehatan gigi. Saat ini institusi pendidikan
kedokteran gigi masih terkonsentrasi di pulau Jawa. Sementara di Papua dan Maluku belum
memiliki institusi pendidikan kedokteran gigi (8).

Wallahu a’lam

Menjadi Dokter Muslim Berbintang Lima


Dalam tatanan dunia yang semakin kompleks,
dokter dituntut menjadi sosok yang ideal sesuai konsep yang dicanangkan oleh WHO dimana
seorang dokter harus memiliki konsep The five stars doctor yang terdiri dari kemampuan dokter
untuk menjadi health care provider, decision maker, community leader, manager dan
communicator. Jika kelima konsep tadi diperas, maka akan didapatkan 2 (dua) komponen
penting untuk menjadi dokter yang ideal yaitu profesionalisme menuntut terpenuhinya pelayanan
kedokteran yang sesuai dengan standar operating prosedur atau standar pelayanan medis dan
standar etika profesi. Sedangkan kepemimpinan menuntut kemampuan dokter dalam
mempengaruhi klien dengan komunikasi efektif supaya bisa bekerjasama dalam program
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Fakultas Kedokteran UII sebagai institusi pendidikan yang bernafaskan Islam tentunya dalam
mendidik mahasiswanya tidak cukup hanya memiliki konsep The Five Stars Doctor tersebut
tetapi juga kecakapan yang terintegrasi untuk menjadi dokter muslim yang baik. Karena itulah
maka pada hari Selasa, 13 Januari 2009 pukul 13.00-15.00 wib bertempat di ruang 2.18 diadakan
Training of Instructor yang dipandu oleh dr. Syafeuddin Ali Ahmad pada para dosen-dosen yang
akan mengampu Blok Kepemimpinan dan Profesionalisme Kedokteran.
 
Menurut dr. Syafeuddin Ali Ahmad definisi dokter muslim adalah dokter yang mempunyai
kompetensi dan kemampuan pengetahuan kedokteran mutakhir dan dapat mengimplementasikan
nilai-nilai islam dalam praktek dan kehidupan sehari-hari. Hal ini berkait erat dengan peran
dokter sebagai agent of change, agent of development dan agent of treatment.
 
Oleh karena dokter nantinya tidak hanya berperan sebagai praktisi medis atau klinisi tetapi juga
berperan sebagai pemimpin dan manajer,  selama pendidikan mahasiswa kedokteran uii
diwajibkan untuk mengenal teori dan gaya kepemimpinan tokoh-tokoh muslim dunia yang
berhasil membawa perubahan besar. Seperti meneladani kehidupan Rosululloh, Khulafaur
Rasyidin, Umar Bin Abdul Aziz, Ibnu Sina, Abu Salam dan Muhammad Yunus. Disamping itu
mahasiswa kedokteran uii harus bisa mengimplementasikan kode etik dokter muslim itu sendiri
seperti konsep bahwa jika ada orang sakit, maka yang menyembuhkan adalah Allah SWT
sementara peran dokter hanyalah sebagai perantara/instrumennya. Dalam keadaan sakit pasien
(muslim) adalah bagian dari dakwah sang dokter dimana seorang dokter muslim memberi
nasehat pada sang pasien untuk mengingatkan bahwa sakit adalah bagian dari musibah yang
harus dipahami bahwa segala sesuatu adalah karena izin dan kehendak Allah SWT sehingga jika
pasien dalam keadaan sehat untuk menysukuri nikmat Allah SWT.
 
Lebih lanjut dalam uraiannya dr. Syafeuddin Ali Ahmad berharap melalui Blok Kepemimpinan
dan Profesionalisme Kedokter an, mahasiswa FK UII dapat menjadi dokter yang professional
dan berjiwa pemimpin yang mana sesuai dengan visi dan misi FK UII sebagai institusi islam
untuk mendidik dokter yang berakhlakul karimah, beramal ilmiah dan berilmu amaliah serta
professional, memenuhi five star doctor dan mampu melakukan pelayanan kedokteran keluarga
(family medicine ).

Pentingnya Menjaga Kesehatan dalam


Prespektif Islam
Hadi Mulyanto, A.Ma., S.Pd.I., M.Pd.I 11/07/15 | 08:41 Kesehatan Ada 1 komentar 42.885 Hits

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau
pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Ilustrasi. (Foto: bernaaltay.com)

dakwatuna.com – Agama kita yaitu Islam sungguh luar biasa dalam memberikan perhatian
terhadap persoalan kesehatan. Karena kesehatan merupakan salah satu unsur penunjang utama
dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dan bekerja serta aktivitas lainnya. Imam asy-
syatibhi dalam Kitabnya Fi Ushul Al-Ahkam, mengatakan bahwa tujuan kehadiran agama Islam
dalam rangka menjaga agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan. Oleh karena itu dalam
melaksanakan tujuan kehadiran agama Islam tersebut, maka kesehatan memegang peranan yang
sangat urgen. Tanpa adanya kondisi kesehatan seseorang , maka dengan sendirinya berbagai
upaya untuk memenuhi kewajiban pokok akan sulit dilaksanakan. Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa kesehatan merupakan modal pokok dalam mencapai tujuan kehadiran
agama.
Dalam khasanah Islam ada dua terminologi populer yang artinya sehat yaitu Ash Shihah dan Al
Afiat. Menurut salah satu ulama bahwa makna Ash Shihah itu adalah bentuk kesehatan yang
meliputi jasmani/raga/lahiriah sedangkan Al Afiat adalah bentuk kesehatan yang meliputi
rohani/jiwa/ batiniah. Islam jauh-jauh hari sudah memberikan petunjuk secara jelas, komplit dan
terpadu tentang konsep pentingnya menjaga kesehatan baik seara jasmani maupun rohani.

Berikut adalah konsep menjaga kesehatan jasmani menurut islam yaitu :

1. Menjaga Thoharoh artinya menjaga kesucian dan kebersihan dari semua aspek mulai dari
sekujur badan,makanan,pakaian,tempat tinggal maupun lingkungan. Imam al-Suyuthi, ‘Abd al-
Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan, dalam Islam menjaga kesucian dan
kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat, bagian dari ta’abbudi, merupakan
kewajiban, sebagai kunci ibadah. Dari ‘Ali ra., dari Nabi SAW, beliau berkata, “Kunci shalat
adalah bersuci,” (HR. Ibnu Majah, al-Turmudzi, Ahmad, dan al-Darimi). Dari Abu Malik, Al Harits
bin Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata telah bersabda Rasulullah SAW : ‘Suci itu sebagian
dari iman. (Muslim).
2. Menjaga Makanan. Ajaran islam selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang
baik dan halal, baik dan halal itu baik secara dzatnya maupun secara mendapatkannya. Allah
memerintahkan kita untuk memakan makanan yang halal dan baik sebagaimana dalam Firman
Allah SWT di dalam Alquran, yang artinya : “ Dan makanlah makanan yang halal lagi baik
(thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepada-Nya”(Q.S. Al Maidah : 88). “Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi
baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan;
karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (Q.S Al Baqarah : 168). Hal
ini menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu
penentu sehat tidaknya seseorang. Sebagai salah sau contoh makanan yang halal adalah
sayuran. Menurut Prof. Dr. Musthofa dari Mesir menyatakan bahwa sayuran memiliki
kandungan zat dan fungsi untuk menguatkan daya tahan tubuh dan melindungi dari serangan
penyakit.
3. Ajaran Islam ternyata begitu sangat lengkap dan sempurna. Bahkan olahraga saja ternyata
dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW seperti olahraga berenang, memanah, berlari, berkuda,
bergulat, dan sebagainya. Jadi umat Islam jangan malas berolahraga. Olahraga bertujuan untuk
menjadikan manusia sehat dan kuat. Dalam Islam, sehat dipandang sebagai nikmat kedua
terbaik setelah Iman. Selain itu, banyak ibadah dalam Islam membutuhkan tubuh yang kuat
seperti shalat, puasa, haji, dan juga jihad. Bahkan Allah sebetulnya menyukai mukmin yang kuat.
Oleh karena itu, olahraga itu perlu.Dari Abu Hurairah RA. Bahwa Rasulullah SAW bersabda
“Orang mu’min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mu’min
yang lemah”. Adanya kesan di dunia barat bahwa agama Islam “mengharamkan” olah raga
sehingga negara-negara berpenduduk mayoritas muslim tidak memiliki prestasi menonjol di
bidang olah raga.Padahal, sesungguhnya tidak demikian. Justru Nabi Muhammad SAW
menganjurkan para sahabatnya (termasuk seluruh umat Islam yang harus mengikuti sunnahnya)
agar mampu menguasai bidang-bidang olah raga terutama berkuda, berenang, dan memanah.
Tiga jenis olah raga yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW itu dapat dianggap sebagai sumber
dari semua jenis olah raga yang ada pada zaman sekarang. Ketiganya, mengandung aspek
kesehatan, keterampilan, kecermatan, sportivitas, dan kompetisi. Sebagaimana Sabda Nabi SAW
“Ajarkan putera-puteramu berenang dan memanah.” (HR. Ath-Thahawi).“Lemparkanlah
panahmu itu, saya bersama kamu.” (Riwayat Bukhari).“Kamu harus belajar memanah karena
memanah itu termasuk sebaik-baik permainanmu.” (Riwayat Bazzar, dan
Thabarani).“Lemparkanlah (panah) dan tunggangilah (kuda).” (Riwayat Muslim). “Berlari-lari
kecillah kamu” (HR Bukhari)

Adapun konsep menjaga kesehatan rohani menurut islam adalah sebagai beriku :

1. Perbanyak Ibadah artinya memperbanyak melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah SWT
sebagai contoh mendirikan sholat 5 waktu. Sebab kalau orang yang selalu melaksanakan
perintah Allah batiniahnya akan bahagia sebab tidak akan merasa melanggar perintah
Nya.Sehingga jiwanya akan tenang,tentram dan damai.Adapun makna ibadah itu tidak hanya
sebatas shalat, akan tetapi makna ibadah dalam interpretasi yang sangat luas adalah semua
perkara /pekerjaan yang diniati untuk mencari ridho Allah SWT itu adalah ibadah. Dan semua
ibadah akan di terima oleh Allah SWT asalkan memenuhi 3 unsur, pertama, Niat.Niat disini harus
di ucapkan di dalam hati , Kedua, Ikhlas, Ketiga,dengan Ilmu. Senyum pun terhadap sesama
manusia juga termasuk ibadah. Bekerja dengan niat menafkahi keluarga juga ibadah.Makan
dengan niat untuk menambah kekuatan agar bisa ibadah kepada Allah juga termasuk ibadah.
Bukankan manusia diciptakan oleh Allah hanya untuk beribadah? Sebagaimana Firman Allah
SWT yang artinya : “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka
menyembah-Ku”. (QS. Al Dzariyat : 56). Inilah tujuan yang utama dari penciptaan manusia, yaitu
agar manusia hanya beribadah kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa tidaklah Allah
menciptakan manusia karena Allah butuh kepada manusia, akan tetapi justru manusialah yang
membutuhkan Allah. Dan ayat ini menunjukkan pula tentang wajibnya manusia untuk
mentauhidkan Allah dan barang siapa mengingkarinya maka ia termasuk orang yang kafir, yang
tidak ada balasan baginya kecuali neraka.
2. Perbanyak Berdzikir artinya memperbanyak mengingat Allah SWT, baik dalam kondisi senang
maupun susah, baik dalam keadaan siang maupun malam, baik dalam situasi sepi maupun
ramai. Dengan bahasa lain berdzkir itu tidak mengenal waktu dan tempat artinya kapan pun dan
dimanapun berdzikir itu bisa dilakukan. Berdzikir boleh dengan lapadz apa saja sepanjang itu
masih dalam kategori kalimat thoyyibah.
3. Berkhusnudzon ( berbaik sangka ) artinya sebuah sikap yang mewujudkan keadaan jiwa dengan
berprasangka baik/berpikiran positif. Baik itu berprasangka baik kepada Allah maupun sesama
manusia. Hal ini sungguh ditekankan oleh Rasulullah SAW agar kita umatnya selalu berprasangka
baik kepada siapapun.Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Dari Abu Hurairah RA, bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah kalian dari buruk sangka, karena buruk sangka itu sedusta-
dusta perkataan (hati). Janganlah kalian mencari-cari berita keburukan orang lain, janganlah
kalian mencari-cari kesalahan orang lain, janganlah kalian bersaing yang tidak sehat, janganlah
kalian saling mendengki, janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling
membelakangi. Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”. (HR. Muslim).
Menurut Abdullah Hakam Shah, Lc menyatakan bahwa Pertama, kita harus berbaik sangka
karena ternyata orang lain seringkali tidak seburuk yang kita kira. Kedua, berbaik sangka dapat
mengubah suatu keburukan menjadi kebaikan. Ketiga, berbaik sangka dapat menyelamatkan
hati dan hidup kita. Keempat, berbaik sangka bisa membuat hidup kita lebih legowo, karena toh
Allah SWT seringkali menyiapkan rencana yang mengejutkan bagi hambaNya.
4. Menurut Al-Qurtubi, ikhlas pada dasarnya berarti memurnikan perbuatan dari pengaruh-
pengaruh makhluk. Abu Al Qasim Al Qusyairi mengemukakan arti ikhlas dengan menampilkan
sebuah riwayat dari Nabi SAW,“Aku pernah bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril
berkata,“Aku telah menanyakan hal itu kepada Allah,” lalu Allah berfirman, “(Ikhlas) adalah
salah satu dari rahasiaku yang Aku berikan ke dalam hati orang-orang yang kucintai dari
kalangan hamba-hamba-Ku.”.
5. Sabda Nabi SAW “ sabar adalah cahaya ” maksudnya sabar itu sifat yang terpuji dalam agama,
yaitu sabar dalam melaksanakan ketaatan dan dalam menjauhi kemaksiatan. Demikian juga
sabar menghadapi hal yang tidak disenangi di dunia ini. Maksudnya, sabar itu sifat terpuji yang
selalu membuat pelakunya memperoleh petunjuk untuk mendapatkan kebenaran. Ibrahim Al
Khawash berkata : “ Sabar yaitu teguh berpegang kepada Alquran dan Sunnah ”. Ada yang
berkata : “ Sabar yaitu teguh menghadapi segala macam cobaan dengan sikap dan perilaku yang
baik ”.Abu ‘Ali Ad Daqqaq berkata : “ Sabar yaitu sikap tidak mencela takdir. Akan tetapi,
sekedar menyatakan keluhan ketika menghadapi cobaan tidaklah dikatakan menyalahi sifat
sabar ”. Allah berfirman tentang kasus Nabi Ayyub : “ Sungguh Kami mendapati dia seorang
yang sabar, hamba yang sangat baik, dan orang yang suka bertobat ”. (QS. Shaad : 44). Padahal
Nabi Ayyub pernah mengeluh dengan berkata : “ Sungguh bencana telah menimpaku dan
Engkau (Ya Allah) adalah Tuhan yang paling berbelas kasih ”. (QS. Al Anbiya’ : 83).
6. Syukur menurut kamus Al Mu’jamu Al Wasith adalah mengakui adanya kenikmatan dan
menampakannya serta memuji (atas) pemberian nikmat tersebut.Sedangkan makna syukur
secara syar’i adalah menggunakan nikmat Allah SWT untuk dibelanjakan ke hal-hal yang di ridhoi
dan dicintaiNya.
7. Jaga Hati artinya menjaga kesucian diri dari segala tuduhan, fitnah dan perbuatan keji seperti
hasud,riya,sombong,thulul amal,bakhil,ujub dan lain sebagainya. Hal ini dapat dilakukan mulai
dari memelihara hati (qalbu) untuk tidak membuat rencana dan angan-angan yang buruk.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/07/11/71623/pentingnya-menjaga-kesehatan-dalam-
prespektif-islam/#ixzz6GSxb9Otp
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Konsep Kesehatan Dalam Islam

Islam sebagai agama yang sempurna dan lengkap. Telah menetapkan prinsip-prinsip dalam
penjagaan keseimbangan tubuh manusia. Diantara cara Islam menjaga kesehatan dengan
menjaga kebersihan dan melaksanakan syariat wudlu dan mandi secara rutin bagi setiap muslim.
Sehat adalah kondisi fisik di mana semua fungsi berada dalam keadaan sehat. Menjadi sembuh
sesudah sakit adalah anugerah terbaik dari Allah kepada manusia. Adalah tak mungkin untuk
bertindak benar dan memberi perhatian yang layak kepada ketaatan kepada Tuhan jika tubuh
tidak sehat.

Tidak ada sesuatu yang begitu berharga seperti kesehatan. Karenanya, hamba Allah hendaklah
bersyukur atas kesehatan yang dimiltkinya dan tidak bersikap kufur. Nabi saw. bersabda, “Ada
dua anugerah yang karenanya banyak manusia tertipu, yaitu kesehatan yang baik dan waktu
luang.” (HR. Bukhari)

Abu Darda berkata, “Ya Rasulullah, jika saya sembuh dari sakit saya dan bersyukur karenanya,
apakah itu lebih baik daripada saya sakit dan menanggungnya dengan sabar?” Nabi saw
menjawab, “Sesungguhnya Rasul mencintai kesehatan sama seperti engkau juga
menyenanginya.”

Diriwayatkan oleh  at-Tirmidzi bahwa Rasulullah saw bersabda: ‘Barangsiapa bangun di pagi
hari dengan badan schat dan jiwa sehat pula, dan rezekinya dijamin, maka dia seperti orang
yang memiliki dunia seluruhnya.”

Di antara ucapan-ucapan bijaksana Nabi Dawud as adalah sebagai berikut, “Kesehatan adalah
kerajaan yang tersembunyi.” Juga. “Kesedihan sesaat membuat orang Jcbih tua satu tahun.”
Juga, “Kesehatan adalah mahkota di kepala orang-orang yang schat, yang hanya bisa dilihac oleh
orang-orang yang sakit.” Dan juga, “Kesehatan adalah harta karun yang tak terlihat.”

Konsep Islam Dalam Menjaga Kesehatan

Anjuran Menjaga Kesehatan

Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena
penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan agar orang tetap
sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada meminum obat saat sakit.
Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:

Dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya bertanya: Ya
Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku, Nabi menjawab:
Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap lagipada
kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan
akan baca dalam doaku. Nabi menjawab: “Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah saw
mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat.” (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-
Bazzar)

Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar kesehatan,
antara lain, dengan mengonsumsi gizi yang yang cukup, olahraga cukup, jiwa tenang, serta
menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit penyakit. Hal-hal
tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadits-hadits shahih maupun ayat al-
Quran.
Nilai Sehat dalam Ajaran Islam

Dengan merujuk konsep sehat yang dewasa ini dipaharm. berdasarkan rumusan WHO yaitu:
Health is a state of complete physical, mental and social-being, not merely the absence q;
disease on infirmity (Sehat adalah suatu keadaan j^sm rohaniah, dan sosia] yang baik, tidak
hanyatidak bt”.*)-esiyal cacat). Dadang Ha\v?ri melaporkan, bahwa s^aK ^hunsehingga
rnonjadi -eliat

Menurut penelitian ‘Ali Mu’nis, dokter spesialis internal Fakultas Kedokteran Universitas ‘Ain
Syams Cairo, menunjukan bahwa ilmu kedokteran modern menemukan kecocokan terhadap
yang disyariatkan Nabi dalam praktek pcngobatan yang berhubungan dengan spesialisasinya.

Sebagaiman disepakati oleh para ulama bahwa di balik pengsyariatan segala sesuatu termasuk
ibadah dalam Islam terdapat hikrnah dan manfaat phisik (badaniah) dan psikis (kejiwaan). Pada
saat orang-orang Islam menunaikan kewajiban-kewajiban keagamannya, berbagai penyakit lahir
dan batin terjaga.

Kesehatan Jasmani

Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang perlu
diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada sepuluh hal, yaitu: dalam hal
makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual, keinginan-keinginan nafsu,
keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.

Pertama; Mengatur Pola Makan dan Minum

Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk menjaga
kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang halalan dan thayyiban.
Al-Quran berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya, seperti ditegaskan dalam
ayat: “maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”.(QS. ‘Abasa 80 : 24 )

Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan dua sifat, yang
halal dan thayyib, di antaranya dalam (Q., s. al-Baqarat (2)1168; al-Maidat (s):88; al-Anfal
(8):&9; al-Nahl (16) : 1 14),

Kedua; Keseimbangan Beraktivitas dan Istirahat

Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, di mana Islam menekankan bagi
ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan fitrah juga mengandung nilai kesehatan.
Banyak ayat dalam al-Quran menganjurkan hal tersebut.

Al-Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan. Para pakar di bidang medis
memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk dalam larangan membinasakan diri
dan mubadzir dan akibatyang ditimbulkan, bau, mengganggu orang lain dan lingkungan.
Islam juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai anjuran Nabi:
Bahwa badanmu mempunyai hak

Islam menekankan keteraturan mengatur ritme hidup dengan cara tidur cukup, istirahat cukup, di
samping hak-haknya kepada Tuhan melalui ibadah. Islam memberi tuntunan agar mengatur
waktu untuk istirahat bagi jasmani. Keteraturan tidur dan berjaga diatur secara proporsional,
masing-masing anggota tubuh memiliki hak yang mesti dipenuhi.

Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya, seperti
melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan sekalipun maksudnya
untuk beribadah, seperti tampak pada tekad sekelompok Sahabat Nabi yang ingin terus menerus
shalat malam dengan tidak tidur, sebagian hendak berpuasa terus menerus sepanjang tahun, dan
yang lain tidak mau ‘menggauli’ istrinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits:

“Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan bahwa kamu
puasa di sz’am? hari dan qiyamul laildimalam hari, maka aku katakan, benarya Rasulullah,
Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah, bangun malam dan tidurlah,
sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmujuga ada hak” (HR Bukhari dan Muslim).

Ketiga; Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan

Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui kegiatan
berolahraga. Kata olahraga atau sport (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Latin Disportorea atau
deportore, dalam bahasa Itali disebut ‘deporte’ yang berarti penyenangan, pemeliharaan atau
menghibur untuk bergembira. Olahraga atau sport dirumuskan sebagai kesibukan manusia untuk
menggembirakan diri sambil memelihara jasmaniah.

Tujuan utama olahraga adalah untuk mempertinggi kesehatan yang positif, daya tahan, tenaga
otot, keseimbangan emosional, efisiensi dari fungsi-rungsi alat tubuh, dan daya ekspresif serta
daya kreatif. Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur, dan cukup akan meningkatkan
dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran
jasmani seseorang akan mampu beraktivitas dengan baik.

Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al-Riyadhat) termasuk bidang ijtihadiyat.
Secara umum hokum melakukannya adalah mubah, bahkan bisa bernilai ibadah, jika diniati
ibadah atau agar mampu melakukannya melakukan ibadah dengan sempurna dan
pelaksanaannyatidakbertentangan dengan norma Islami.

Sumber ajaran Islam tidak mengatur secara rinci masalah yang berhubungan dengan berolahraga,
karena termasuk masalah ‘duniawi’ atau ijtihadiyat, maka bentuk, teknik, dan peraturannya
diserahkan sepenuhnya kepada manusia atau ahlinya. Islam hanya memberikan prinsip dan
landasan umum yang harus dipatuhi dalam kegiatan berolahraga.

Nash al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam konteks perintah
jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kemungkinan serangan musuh, yaitu
ayat:
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya;
sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu najkahkanpadajalan Allah niscaya akan
dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS.Al-Anfal :6o):

Nabi menafsirkan kata kekuatan (al-Quwwah) yang dimaksud dalam ayat ini adalah memanah.
Nabi pernah menyampaikannya dari atas mimbar disebutkan 3 kali, sebagaimana dinyatakan
dalam satu hadits:

Nabi berkata: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sang
gupi” Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah
kekuatan itu adalah memanah, (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad,
dan al-Darimi)

Keempat; Anjuran Menjaga Kebersihan

Ajaran Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan yang merupakan salah satu aspek
penting dalam ilmu kedokteran. Dalam terminologi Islam, masalah yang berhubungan dengan
kebersihan disebut dengan al-Thaharat. Dari sisi pandang kebersihan dan kesehatan, al-thaharat
merupakan salah satu bentuk upaya preventif, berguna untuk menghindari penyebaran berbagai
jenis kuman dan bakteri.

Imam al-Suyuthi, ‘Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan, dalam Islam
menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat, bagian dari
ta’abbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi bersabda: “Dari ‘Ali ra., dari Nabi
saw, beliau berkata: “Kunci shalat adalah bersuci” (HR Ibnu Majah, al-Turmudzi, Ahmad,
dan al-Darimi)

Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang melakukan thaharat dari najis, mutanajjis, dan
hadats. Demikian pentingnya kedudukan menjaga kesucian dalam Islam, sehingga dalam buku-
buku fikih dan sebagian besar buku hadits selalu dimulai dengan mengupas masalah thaharat,
dan dapat dinyatakan bahwa ‘fikih pertama yang dipelajari umat Islam adalah masalah kesucian’.

‘Abd al-Mun’im Qandil dalam bukunya al-Tadaivi bi al-Quran seperti halnya kebanyakan ulama
membagi thaharat menjadi dua, yaitu lahiriah dan rohani. Kesucian lahiriah meliputi kebersihan
badan, pakaian, tempat tinggal, jalan dan segala sesuatu yang dipergunakan manusia dalam
urusan kehidupan. Sedangkan kesucian rohani meliputi kebersihan hati, jiwa, akidah, akhlak, dan
pikiran.

Hukum Memakai Behel Gigi


By

hadi
-

Nov 22, 2011

60480

Memakai Behel Gigi

Pertanyaan:
Assalamualaikum. Ustadz, saya masih SMP mau bertanya, memakai behel gigi dalam agama
Islam boleh atau tidak? Haram atau tidak? Terima kasih

Dari: Octorush

Jawaban:
Wa’alaikumussalam
Alhamdulillah wa shalatu wa salamu ‘ala rasulillah wa ‘ala alihi wa shahbihi, amma ba’du.
Hukum asalnya merubah sesuatu yang Allah ciptakan pada diri seseorang adalah dilarang,
berdasarkan firman Allah,

َ ‫َوألَ ُم َرنَّهُ ْم فَلَيُ َغيِّر َُّن خَ ْل‬


ِ‫ق هللا‬
“Dan akan aku (setan) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka
meubahnya.” (QS. An-Nisa: 119).
Ayat ini menjelaskan bahwa merubah ciptaan Allah termasuk sesuatu yang haram dan
merupakan bujuk rayu setan kepada anak Adam yang melakukan kemaksiatan.

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Mas’ud, ia mendengar
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam melaknat perempuan yang mencabut (alisnya), menata
giginya agar terlihat lebih indah yang mereka itu merubah ciptaan Allah.

Hadis ini merupakan laknat (dari rasulullah .pen) kepada wanita-wanita yang mencabut alisnya
dan menata giginya dikarenakan mereka telah merubah ciptaan Allah. Dalam riwayat yang lain
dikatakan, orang-orang yang merubah ciptaan Allah.
Namun, dalam beberapa hal ada pengecualian yang dibolehkan oleh syariat. Seperti dalam
keadaan darurat dan mendesaknya kebutuhan, maka tidak mengapa merapikan gigi karena suatu
hal yang darurat dan kebutuhan. Darurat dalam kategori syariat yaitu gigi yang ompong atau
gingsul, yang perlu diubah karena sulit mengunyah makanan atau agar berbicara dengan fasih
dll. Dalil mengenai hal ini adalah ‘Arjafah bin As’ad radhiallahu’anhu, ia mengatakan,
“Hidungku terpotong pada Perang Kullab di masa jahiliyah. Aku pun menggantikannya dengan
daun, tetapi daun itu bau sehingga menggangguku. Lal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
menyuruhku menggantinya dengan emas.” (HR. Tirmidzi, An-Nasai, dan Abu Dawud).

Perintah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada ‘Arjafah untuk memperbaiki hidungnya
dengan emas merupakan dalil bolehnya memperbaiki gigi. Adapun memperbaiki gigi yang cacat,
maka tidak ada larangan untuk menatanya agar hilang cacatnya.
Syaikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya, “Apa hukumnya memperbaiki gigi?” Syaikh menjawab,
“Memperbaiki gigi ini dibagi menjadi dua kategori:

Pertama, jika tujuannya supaya bertambah cantik atu indah, maka ini hukumnya haram. Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang menata giginya agar terlihat lebih indah yang
merubah ciptaan Allah. Padahal seorang wanita membutuhkan hal yang demikian untuk estetika
(keindahan), dengan demikian seorang laki-laki lebih layak dilarang daripada wanita.
Kedua, jika seseorang memperbaikinya karena ada cacat, tidak mengapa ia melakukannya.
Sebagian orang ada suatu cacat pada giginya, mungkin pada gigi serinya atau gigi yang lain.
Cacat tersebut membuat orang merasa jijik untuk melihatnya. Keadaan yang demikian ini
dimaklumi untuk membenarkannya. Hal ini dikategorikan sebagai menghilangkan aib atau cacat
bukan termasuk menambah kecantikan. Dasar argumentasinya (dalil), Nabi shalallahu ‘alaihi
wa sallam memerintahkan seorang laki-laki yang hidungnya terpotong agar menggantinya
dengan hidung palsu dari emas, yang demikian ini termasuk menghilangkan cacat bukan
dimaksudkan untuk mempercantik diri.”

Read more https://konsultasisyariah.com/8824-memakai-behel-gigi.html

Anda mungkin juga menyukai