Anda di halaman 1dari 21

MODUL PELAYANAN RESEP

Disampaikan Pada Kuliah Pelayanan Kefarmasian


Maret 2020
Oleh Fani Mardina Cahyani

1) Definisi Dan Skrining Resep


Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada apoteker baik
dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Skrining resep atau biasa dikenal dengan pengkajian resep merupakan kegiatan apoteker
dalam mengkaji sebuah resep yang meliputi pengkajian administrasi, farmasetik dan klinis
sebelum resep diracik. Tujuannya untuk menjamin keamanan dan kemanjuran dari obat
dalam resep ketika digunakan pasien serta memaksimalkan tujuan terapi. Untuk tenaga teknis
kefarmasian dan asisten tenaga kesehatan farmasi proses skrining hanya pengkajian
administratif dan farmasetik. Skrining klinis menjadi tanggung jawab apoteker.
Skrining administratif:
1. Informasi pasien berupa nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan, alamat)
2. Informasi dokter penulis resep berupa nama dokter, nomor surat izin praktik (SIP), alamat,
nomor telepon dan paraf)
3. Tanggal penulisan resep
Skrining farmasetik :
1. Bentuk dan kekuatan sediaan
2. Stabilitas
3. Kompatibilitas (ketercampuran obat)
2) KOMPONEN RESEP DAN SALINAN RESEP
Materi 1, menjelaskan tentang definisi dan bagaimana skrining resep yang baik. Sekarang
peserta akan mempelajari komponen resep dan salinan resep dalam pelayanan kefarmasian
agar dapat melakukan skring administratif resep dan salinan resep dengan benar.
Resep lengkap memuat hal hal :
1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter
2. Tanggal penulisan resep (inscriptio)
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio)
4. Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordinatio)
5. Cara pembuatan untuk obat racikan
6. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
7. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku (subscriptio)
8. Nama pasien dan umur pasien, untuk pasien dewasa dapat menggunakan singkatan Tn
(tuan, untuk pasien pria) atau Ny (nyonya, untuk pasien wanita)
9. Tanda seru dan atau paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis maksimum

Salinan resep adalah semua keterangan yang termuat dalam resep asli dituliskan dalam form
salinan resep, yang juga harus memuat hal hal berikut :
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan nomor SIK apoteker pengelola apotek
3. Tandatangan atau paraf apoteker
4. Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan, dan atau tanda nedet (ne detur) untuk
obat yang belum diserahkan
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan

Ketentuan lain salinan resep :


1. Salinan resep harus ditandatangani oleh APA (bila tidak ada dapat dilakukan oleh apoteker
pendamping, asisten apoteker kepala dengan mencantumkan nama terang dan status yang
bersangkutan)
2. Resep/salinan resep harus dirahasiakan
3. Resep/salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang
merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang
berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku
3) BAHASA LATIN DALAM RESEP
Materi 1 dan 2 telah memberikan konsep umum dan contoh nyata terkait resep dan salinan
resep. Materi berikut, akan memberikan penjelasan secara lebih mendalam tentang berbagai
singkatan bahasa latin yang sering digunakan dalam resep beserta artinya.
Alasan penggunaan bahasa latin dalam resep :
1. Bahasa latin merupakan bahasa internasional dalam ilmu medis (kedokteran dan farmasi)
2. Bahasa latin merupakan bahasa yang mati, artinya tidak digunakan dalam percakapan
sehari-hari sehingga tidak berkembang dengan pembentukan kosa kata baru
3. Dengan menggunakan bahasa latin tidak akan terjadi dualisme pengertian bahan/zat yang
dimaksud dalam resep
4. Menjaga kerahasiaan dalam hal tertentu karena faktor psikologis pada penderita yang
sebaiknya tidak perlu mengetahui bahan obat apa yang diberikan kepadanya

Penggunaan bahasa latin dalam resep berkaitan dengan :


1. Aturan pakai (diawali dengan signa/s)
a. s.d.d / 1.d.d = semel de die ( 1x sehari)
b. b.d.d / 2.d.d = bis de die (2x sehari)
c. t.d.d / 3.d.d = ter de die (3x sehari)
2. Takaran/jumlah/satuan
a. C = cochlear (sendok makan, 15 ml)
b. Cp = cochlear pultis (sendok bubur, 8 ml)
c. cth = cochlear theae (sendok teh, 5 ml)
d. gtt = guttae (tetes)
3. Perintah pembuatan

a. m.f = misce fac (campur, buatlah)


b. d.i.d = da in dimidio (berikan setengahnya)
c. dtd = da tales doses (berikan dengan takaran sebanyak itu)
d. s = signa (tandai)
e. q.s = quantum satis (secukupnya)
f. aa = anna (masing-masing)
g. add = adde (tambahkan)
h. iter = iteratio (pengulangan)
i. R/ = recipe (ambillah)
j. ad = ad (sampai)
k. pro = pronum (untuk)
l. pcc = pro copy conform (sesuai dengan aslinya)
m. det = detur (sudah diberikan)
n. nedet = ne detur (belum diberikan)
4. Keterangan waktu
a. a.c = ante coenam (sebelum makan)
b. p.c = post coenam (setelah makan)
c. d.c = durante coena (sewaktu makan)
d. m.et.v = mane et vespere (pagi dan malam)
e. o.m = omni mane (tiap pagi)
f. o.n = omni nicte (tiap malam)

5. Keterangan tempat penggunaan


a. ad.aur = ad aurem (pada telinga)
b. Oc = oculus (mata)
c. o.d = oculus dexter (mata kanan)
d. o.s = oculus sinister (mata kiri)
e. u.e = usus externus
f. u.p = usus propius (dipakai sendiri)
g. u.v = usus veterinarius (pemakaian untuk hewan)
6. Istilah bahan obat atau bentuk sediaan

a. collut = colutio (obat cuci mulut)


b. collun = collunarium (obat semprot hidung)
c. cream = cremor (krim)
d. epith = epithema (obat kompres)
e. extr. = extractum (ekstrak)
f. garg = gargarisma (obat kumur)
g. gtt = guttae (obat tetes)
h. gtt aur = guttae aericulares (obat tetes telinga)
i. gtt ophth = guttae ophthalmicae (obat tetes mata)
j. supp = suppositorium (supositoria)
k. tint = tinctura
l. troch = trochiscus (tablet hisap)
m. ungt = unguentum (salep)
n. oculent = oculenta (salep mata)
4) PERHITUNGAN DOSIS OBAT
Bagaimana langkah-langkah dalam mengitung dosis obat?
Cara Menghitung Dosis Obat :
https://www.youtube.com/watch?v=FhTq0WC9srE & https://www.youtube.com/watch?
v=FiDZd4HoLis
1. Berdasarkan Umur
a. Rumus Young (untuk anak-anak <8 tahun)

n = umur dalam tahun

b. Rumus Dilling (untuk anak-anak ≥8 tahun)

n = umur dalam tahun

c. Rumus Fried (untuk bayi)

n = umur dalam tahun


2. Berdasarkan Berat Badan
Rumus Thermich

n = berat badan dalam kilogram


Contoh Perhitungan Dosis Obat :
Thiamycin Forte syr = dosis anak 50mg/kgBB/hari
= 50mg x 15 kg
= 750 mg dibagi dalam 3x dosis
= 250 mg tiap pemberian

5) PEMBUATAN RESEP (PULVIS/PULVERES)


Perhitungan dosis obat sudah dilakukan. Seperti apakah contoh pembuatan sediaan obat
(pulvis atau pulveres)? Silakan Anda pelajari video berikut :
Cara pembuatan pulveres : https://www.youtube.com/watch?v=SyPynTJsRfs
Cara pembuatan pulvis : https://www.youtube.com/watch?v=ET3HWlQNoBs
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan. Serbuk diracik
dengan cara mencampur bahan obat satu per satu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari
bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak.
biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk mengandung
lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44. Jika jumlah obat kurang dari 50 mg atau
jumlah tersebut tidak dapat ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat
tambahan yang cocok.
Serbuk berdasarkan cara pemberiannya dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Pulvis / serbuk tak terbagi adalah serbuk yang tidak dibagi dan bebas dari butiran kasar
serta biasanya dimaksudkan untuk obat luar.
Contoh resep pulvis :

Perhitungan Bahan:
Acid Salicylic = 2 gram
Talcum = 20 gram - 2 gram
= 18 gram
Ol. menth pip = 2 tetes
Cara membuat :
1) Siapkan alat dan bahan dan setarakan timbangan.
2) Timbang bahan :
a. Acid Salicylic 2 gram
b. Talcum 18 gram
3) Masukkan asam salicylic kedalam lumpang, tetesi etanol sampai larut
keringkan dengan talk sedikit demi sedikit.
4) Tetesi dengan oleum menthae pip 2 tetes
5) Ayak dengan ayakan no.60
6) Simpan dalam wadah, beri etiket biru.

2. Pulveres / serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Untuk serbuk
bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan
kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin, kemudian dilapisi lagi dengan kertas
logam. Contoh resep pulveres.

Perhitungan Bahan:
Asvex = ½ tablet x 18 = 9 tablet
CTM = (5/3 mg : 4 mg) x 18 = 7,5 tablet (sediaan CTM 4 mg)
Extr Belladone = (2 mg : 10 mg) x 18 = 3,6 tablet (sediaan Extr Belladon 10 mg)
Ketricin = 1/3 tablet x 18 = 6 tablet
Day Cal secukupnya ± 1 gram
Cara membuat :
1) Siapkan obat yang sudah dihitung jumlah pengambilannya
2) Lapisi mortir dengan Day Cal sedikit
3) Gerus Asvex, CTM, Extr Belladone dan Ketricin satu persatu dan diaduk sampai
homogen, tambahkan sisa Day Cal, aduk kembali
4) Timbang bagi 2 sama banyak, masing-masing dibagi menjadi 9 bagian sama rata
5) Kemas dengan kertas perkamen, beri etiket dan label

6) INKOMPATIBILITAS
Salah satu permasalahan dalam pembuatan pulvis dan pulveres adalah kompatibiltas.
Pemahaman inkompatibilitas merupakan dasar bagi skrining farmasetis dalam resep.
Inkompatibilitas adalah pencampuran antara dua reaksi atau lebih antara obat-obatan yang
menimbulkan ketidakcocokan atau ketidak sesuaian. Inkompatibilitas terbagi atas dua
yaitu :
1. Inkompatibilitas fisika : adalah terjadinya perubahan-perubahan yang tidak
diinginkan pada percampuran obat dua atau lebih tanpa ada perubahan susunan
partikelnya. Beberapa contoh inkompatibilitas fisika yaitu :
a. Tidak dapat larut (serbuk dalam cairan atau cairan dalam cairan) : golongan
sulfur sukar larut dalam air sehingga akan mengendap, minyak ikan tidak
dapat campur dengan air
b. Peristiwa adsorbsi : ekstrak belladon dengan bolus alba
c. Meleleh atau menjadi lembab (liquifaction) karena adanya penurunan titik
lebur, penurunan tekanan uap relatif atau bebasnya air hablur : menthol
dicampur camphor akan menyebabkan penurunan titik lebur sehingga
serbuk menjadi lembek. Kalii bromida dan Natrii iodida akan menyebabkan
penurunan tekanan uap relatif sehingga campuran serbuk menjadi basah.
Campuran Magnesii sulfat dan Natrii sulfat akan membentuk garam
rangkap dengan bebasnya air hablur dari magnesii dan natrii sulfat.

2. Inkompatibilitas kimia : adalah perubahan-perubahan yang terjadi karena timbulnya


reaksi-reaksi kimia pada waktu mencampurkan bahan-bahan obat.

a. Terbentuknya endapan yang tidak larut (senyawa baru) : AgNO3+HCl


AgCl+HNO3 (perak klorida mengendap)

b. Kekeruhan

c. Terurainya obat

d. Reaksi asam basa

e. Reaksi oksidasi-reduksi : adrenalin jika terkena cahaya menjadi adrenokrom


(berwarna merah) sehingga ampul adrenalin harus kedap cahaya/dibungkus
kertas karbon

f. Reaksi yang menghasilkan perubahan warna

g. Tidak tercampurnya dengan sediaan galenika


h. Perubahan stabilitas dalam larutan : rusaknya sistem emulsi pada krim
dengan penambahan asam salisilat  hidrolisis
i. Timbulnya gas

7) ETIKET DALAM RESEP


Setelah resep disiapkan maka langkah berikut yang harus dilakukan adalah menyerahkan
obat. Pada saat menyerahkan obat harus disertai etiket sebagai penanda kepada siapa obat
itu diberikan dan bagaimana aturan pakainya.
Etiket obat harus memuat informasi berikut :
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan nomor SIK APA
3. Nama dan jumlah obat
4. Aturan pemakaian
5. Tanda lain yang diperlukan misalnya obat gosok, obat kumur, obat batuk dan kocok
dahulu

Informasi yang harus di berikan pada saat penyerahan obat meliputi :


1. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait dengan obat
antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek
samping, cara penyimpanan obat dan lain-lain.
2. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, mengingat
pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil
3. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya
4. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh apoteker (apabila
diperlukan)
Contoh etiket:
8) PENYERAHAN OBAT
Pada saat obat diserahkan harus diserta informasi. Berikut ini informasi yang harus
diberikan pada penyerahan obat.
https://www.youtube.com/watch?v=VSAekVyfrIA
Penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dibidang farmasi meliputi :
1. Penyerahan obat bebas dan bebas terbatas yang dibuat oleh apotek itu sendiri tanpa
resep harus disertai nota penjualan yang dilengkapi dengan etiket warna putih untuk obat
dalam dan etiket warna biru untuk obat luar. Penyerahan obat dapat dilakukan oleh TTK
diserta dengan informasi mengenai nama obat, indikasi dan aturan pakai.
2. Obat yang dibuat diserahkan berdasarkan resep juga harus dilengkapi etiket warna putih
untuk obat dalam dan etiket warna biru untuk obat luar.
Penyerahan obat resep harus dilakukan oleh apoteker disertai dengan pemberian informasi.
Obat dalam ialah obat yang digunakan melalui mulut (oral), masuk ke kerongkongan,
kemudian perut. Sedangkan obat luar adalah obat yang digunakan dengan cara lain yaitu
melalui mata, hidung, telinga, vagina, rektum termasuk pula obat parenteral dan obat
kumur.

9) PENYIMPANAN RESEP
Setelah obat diserahkan kepada pasien, resep harus segera disimpan dengan baik.
1. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai
nomor resep
2. Resep yang berisi narkotika dipisahkan atau digaris bawah dengan tinta merah
3. Resep yang berisi psikotropika digaris bawah dengan tinta biru
4. Resep dibendel sesuai dengan kelompoknya
5. Bendel resep ditulis tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan di
tempat yang telah ditentukan
6. Penyimpanan bendel resep dilakukan secara berurutan dan teratur sehingga
memudahkan untuk penelusuran
7. Resep yang diambil dari bendel pada saat penelusuran harus dikembalikan pada
bendel semula tanpa merubah urutan
8. Resep yang telah disimpan selama lebih dari tiga tahun dapat dimusnahkan sesuai
tata cara pemusnahan

10) PEMUSNAHAN RESEP


Pada penyimpanannya dalam jangka waktu tertentu, resep harus segera dimusnahkan.
Berikut tata cara pemusnahan resep yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan :
Permenkes 73-2016 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.pdf
1. Memusnahkan resep yang telah disimpan tiga tahun atau lebih
2. Tata cara pemusnahan :
a. Resep narkotika dihitung lembarannya
b. Resep lain ditimbang
c. Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar
3. Membuat berita acara pemusnahan sesuai dengan format yang ditentukan

11) PELAYANAN RESEP NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA


Salah satu pelayanan resep yang membutuhkan perhatian khusus yaitu resep narkotika dan
psikotropika. Anda dapat mengetahuinya melalui tautan berikut :
https://www.youtube.com/watch?v=bLYsMHyvYK4
Syarat dan penanganan resep narkotika yaitu :
1. Resep harus diskrining terlebih dahulu
a. Harus resep asli (bukan copy resep)
b. Ada nama penderita dan alamat lengkapnya yang jelas
c. Tidak boleh ada tulisan ‘iter’ yang artinya dapat diulang
d. Aturan pakai yang jelas dan tidak boleh ada tulisan u.c (usus cognitus) yang
artinya cara pakai diketahui
2. Obat narkotika di dalam resep diberi garis bawah tinta merah
3. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh diulang, tetapi harus dibuat resep
baru.
4. Resep yang mengandung narkotika harus disimpan terpisah dari resep yang lain.
5. Jika pasien hanya meminta ½ obat narkotika yang diresepkan, maka diperbolehkan
untuk dibuatkan copy resep bagi pasien tersebut, tetapi copy resep tersebut hanya
dapat ditebus kembali di apotek tersebut yang menyimpan resep aslinya, tidak bisa di
apotek lain.
6. Jika pasien sedang berada di luar kota, maka copy resep tetap tidak bisa ditebus,
melainkan harus dibuatkan resep baru dari dokter di daerah/kota tersebut dengan
menunjukkan copy resep yang dibawa sehingga pasien tetap bisa memperoleh
obatnya.
Syarat dan penanganan resep psikotropika :
1. Resep harus diskrining terlebih dahulu

a. Ada nama penderita dan alamat lengkapnya yang jelas

b. Tidak boleh ada tulisan ‘iter’ yang artinya dapat diulang

c. Aturan pakai yang jelas dan tidak boleh ada tulisan u.c (usus cognitus) yang
artinya cara pakai diketahui

2. Obat psikotropika di dalam resep diberi garis bawah tinta biru

3. Resep yang mengandung psikotropika tidak boleh diulang, tetapi harus dibuat resep baru

4. Resep yang mengandung psikotropika harus disimpan terpisah dari resep yang lain

5. Jika pasien hanya meminta ½ obat psikotropika yang diresepkan, maka diperbolehkan
untuk dibuatkan copy resep bagi pasien tersebut.
12) PELAPORAN RESEP NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA
Pelaporan Narkotika
Rumah Sakit berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan obat Narkotika tiap
bulannya. Dalam laporan tersebut diuraikan mengenai pembelian/pemasukan dan
penjualan/pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggung jawabnya, dan ditandatangani
oleh penanggung jawab instalasi. farmasi/apotek rumah sakit. Laporan tersebut ditujukan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan :
1. Dinas Kesehatan Provinsi setempat
2. Kepala Balai POM setempat
3. Penanggung jawab narkotika di Rumah Sakit
4. Arsip

Laporan penggunaan narkotika tersebut terdiri dari:


1. Laporan pemakaian bahan baku narkotika.
2. Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika.
3. Laporan khusus penggunaan morfin dan petidin.

Pelaporan Psikotropika
Suatu laporan yang dibuat Rumah Sakit untuk mencatat pembelian/pemasukan dan
penjualan/pengeluaran obat Psikotropika berdasarkan pelayanan resep dokter setiap bulannya
yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota dengan tembusan:\
1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
2. Kepala Balai POM
3. Arsip yg di tanda tangani oleh Apoteker penanggung jawab di sertai nama terang,
SIK, dan cap Rumah Sakit/Apotek.
Pelaporan psikotropika dibuat satu bulan sekali tetapi dilaporkan satu tahun sekali
(awal Januari sampai Desember).
SIPNAP (Sistem Informasi Pelaporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika &
Psikotropika Nasional)
13) PERMASALAHAN TERKAIT RESEP OBAT PALSU
Permasalahan yang mengerikan adalah beredarnya resep obat keras yang ditulis oleh
orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu kita harus teliti dan waspada
terhadap resep obat palsu. Anda dapat mempelajari terkait resep obat palsu melalui tautan
di bawah ini :
https://www.youtube.com/watch?v=s7dG2wZg3Zw
Pemalsuan resep obat sering dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab,
terutama para pengguna narkotika dan psikotropika. Beberapa ciri resep berisi
narkotika/psikotropika palsu :
1. Pasien/pembawa resep terlihat ragu-ragu/tidak percaya diri ketika menyerahkan
resep
2. Perilaku pasien/pembawa resep menunjukkan ciri pengguna narkoba/psikotropika
(contohnya : dari mulut pasien keluar aroma alkohol, mata merah, dan pandangan
tidak fokus)
3. Penyakit yang diderita tidak jelas atau tidak sesuai dengan indikasi obat
4. Dokter penulis resep bukan dokter yang terutama menangani penyakit yang
disebutkan
5. Isi/obat dalam resep tidak rasional (contohnya : untuk psikotropika tertentu ditulis
dalam jumlah yang sangat banyak)
6. Resep yang dibawa berupa salinan resep, sedangkan apotek yang bersangkutan
tidak menyimpan resep aslinya
Tugas
Carilah satu contoh resep yang berisi 1 resep racikan dan 1 resep non racikan. Dari resep
tersebut lakukan:
1. Skrining administratif. Nyatakan apakah resep tersebut syah atau tidak dan berikan
alasannya!
2. Skrining farmasetis. Nyatakan apakah resep tersebut memenuhi persyaratan
farmasetis.
3. Buatlah salinan resep untuk kedua resep tersebut bila resep racikan diambil penuh
sedangkan resep non racikan diambil ½ resep.
4. Jelaskan cara pembuatan resep racikannya mulai dari penimbangan atau pengambilan
bahan, cara pembuatan dan pembungkusannya!
5. Berikan pokok pokok informasi yang harus diberikan dari kedua resep tersebut!

Tes Formatif
Perhatikan resep di bawah ini untuk soal no 1-7 :
1. Jelaskan apakah resep untuk An X tersebut syah secara administratif !
2. Jelaskan skrining farmasetika dari resep AnX !
3. Jelaskan indikasi masing masing obat pada resep tersebut!
4. Jelaskan informasi aturan pakai dari resep An X tersebut!
5. Buatlah etiket untuk resep An X tersebut!
6. Jelaskan mengapa resep harus ditulis dalam bahasa latin!
7. Jelaskan dan berikan 4 contoh inkompatibilitas kimia dalam pembuatan pulvis atau
pulveres!

Salinan resep untuk soal no 8-10

8. Berapa neurobion F yang dapat diberikan kepada pasien untuk seluruh resep?
9. Berapa mecobalamin 500 yang sudah diserahkan kepada pasien?
10. Buatkan salinan resep jika pasien salinan resep tersebut diambil untuk 10 hari?
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta
Dirjen Ristek Dikti, 2018, Modul Pelayanan Farmasi, Departemen Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi : Jakarta.
IAI, 2015. Informasi Spesialis Obat Indonesia volume 49. PT ISFI penerbit: Jakarta
Syamsuni, 2007. Ilmu Resep EGC: Jakarta
Van Duin C.F., 1947. Diterjemahkan oleh Satiadarma K, Nainggolan S.P, dan
Wangsaputra E. Buku Penuntun Ilmu Resep dalam Praktek dan Teori. Penerbit
SOEROENGAN : Pecenongan 58 Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai