Salinan resep adalah semua keterangan yang termuat dalam resep asli dituliskan dalam form
salinan resep, yang juga harus memuat hal hal berikut :
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan nomor SIK apoteker pengelola apotek
3. Tandatangan atau paraf apoteker
4. Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan, dan atau tanda nedet (ne detur) untuk
obat yang belum diserahkan
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan
Perhitungan Bahan:
Acid Salicylic = 2 gram
Talcum = 20 gram - 2 gram
= 18 gram
Ol. menth pip = 2 tetes
Cara membuat :
1) Siapkan alat dan bahan dan setarakan timbangan.
2) Timbang bahan :
a. Acid Salicylic 2 gram
b. Talcum 18 gram
3) Masukkan asam salicylic kedalam lumpang, tetesi etanol sampai larut
keringkan dengan talk sedikit demi sedikit.
4) Tetesi dengan oleum menthae pip 2 tetes
5) Ayak dengan ayakan no.60
6) Simpan dalam wadah, beri etiket biru.
2. Pulveres / serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Untuk serbuk
bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan
kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin, kemudian dilapisi lagi dengan kertas
logam. Contoh resep pulveres.
Perhitungan Bahan:
Asvex = ½ tablet x 18 = 9 tablet
CTM = (5/3 mg : 4 mg) x 18 = 7,5 tablet (sediaan CTM 4 mg)
Extr Belladone = (2 mg : 10 mg) x 18 = 3,6 tablet (sediaan Extr Belladon 10 mg)
Ketricin = 1/3 tablet x 18 = 6 tablet
Day Cal secukupnya ± 1 gram
Cara membuat :
1) Siapkan obat yang sudah dihitung jumlah pengambilannya
2) Lapisi mortir dengan Day Cal sedikit
3) Gerus Asvex, CTM, Extr Belladone dan Ketricin satu persatu dan diaduk sampai
homogen, tambahkan sisa Day Cal, aduk kembali
4) Timbang bagi 2 sama banyak, masing-masing dibagi menjadi 9 bagian sama rata
5) Kemas dengan kertas perkamen, beri etiket dan label
6) INKOMPATIBILITAS
Salah satu permasalahan dalam pembuatan pulvis dan pulveres adalah kompatibiltas.
Pemahaman inkompatibilitas merupakan dasar bagi skrining farmasetis dalam resep.
Inkompatibilitas adalah pencampuran antara dua reaksi atau lebih antara obat-obatan yang
menimbulkan ketidakcocokan atau ketidak sesuaian. Inkompatibilitas terbagi atas dua
yaitu :
1. Inkompatibilitas fisika : adalah terjadinya perubahan-perubahan yang tidak
diinginkan pada percampuran obat dua atau lebih tanpa ada perubahan susunan
partikelnya. Beberapa contoh inkompatibilitas fisika yaitu :
a. Tidak dapat larut (serbuk dalam cairan atau cairan dalam cairan) : golongan
sulfur sukar larut dalam air sehingga akan mengendap, minyak ikan tidak
dapat campur dengan air
b. Peristiwa adsorbsi : ekstrak belladon dengan bolus alba
c. Meleleh atau menjadi lembab (liquifaction) karena adanya penurunan titik
lebur, penurunan tekanan uap relatif atau bebasnya air hablur : menthol
dicampur camphor akan menyebabkan penurunan titik lebur sehingga
serbuk menjadi lembek. Kalii bromida dan Natrii iodida akan menyebabkan
penurunan tekanan uap relatif sehingga campuran serbuk menjadi basah.
Campuran Magnesii sulfat dan Natrii sulfat akan membentuk garam
rangkap dengan bebasnya air hablur dari magnesii dan natrii sulfat.
b. Kekeruhan
c. Terurainya obat
9) PENYIMPANAN RESEP
Setelah obat diserahkan kepada pasien, resep harus segera disimpan dengan baik.
1. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai
nomor resep
2. Resep yang berisi narkotika dipisahkan atau digaris bawah dengan tinta merah
3. Resep yang berisi psikotropika digaris bawah dengan tinta biru
4. Resep dibendel sesuai dengan kelompoknya
5. Bendel resep ditulis tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan di
tempat yang telah ditentukan
6. Penyimpanan bendel resep dilakukan secara berurutan dan teratur sehingga
memudahkan untuk penelusuran
7. Resep yang diambil dari bendel pada saat penelusuran harus dikembalikan pada
bendel semula tanpa merubah urutan
8. Resep yang telah disimpan selama lebih dari tiga tahun dapat dimusnahkan sesuai
tata cara pemusnahan
c. Aturan pakai yang jelas dan tidak boleh ada tulisan u.c (usus cognitus) yang
artinya cara pakai diketahui
3. Resep yang mengandung psikotropika tidak boleh diulang, tetapi harus dibuat resep baru
4. Resep yang mengandung psikotropika harus disimpan terpisah dari resep yang lain
5. Jika pasien hanya meminta ½ obat psikotropika yang diresepkan, maka diperbolehkan
untuk dibuatkan copy resep bagi pasien tersebut.
12) PELAPORAN RESEP NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA
Pelaporan Narkotika
Rumah Sakit berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan obat Narkotika tiap
bulannya. Dalam laporan tersebut diuraikan mengenai pembelian/pemasukan dan
penjualan/pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggung jawabnya, dan ditandatangani
oleh penanggung jawab instalasi. farmasi/apotek rumah sakit. Laporan tersebut ditujukan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan :
1. Dinas Kesehatan Provinsi setempat
2. Kepala Balai POM setempat
3. Penanggung jawab narkotika di Rumah Sakit
4. Arsip
Pelaporan Psikotropika
Suatu laporan yang dibuat Rumah Sakit untuk mencatat pembelian/pemasukan dan
penjualan/pengeluaran obat Psikotropika berdasarkan pelayanan resep dokter setiap bulannya
yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota dengan tembusan:\
1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
2. Kepala Balai POM
3. Arsip yg di tanda tangani oleh Apoteker penanggung jawab di sertai nama terang,
SIK, dan cap Rumah Sakit/Apotek.
Pelaporan psikotropika dibuat satu bulan sekali tetapi dilaporkan satu tahun sekali
(awal Januari sampai Desember).
SIPNAP (Sistem Informasi Pelaporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika &
Psikotropika Nasional)
13) PERMASALAHAN TERKAIT RESEP OBAT PALSU
Permasalahan yang mengerikan adalah beredarnya resep obat keras yang ditulis oleh
orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu kita harus teliti dan waspada
terhadap resep obat palsu. Anda dapat mempelajari terkait resep obat palsu melalui tautan
di bawah ini :
https://www.youtube.com/watch?v=s7dG2wZg3Zw
Pemalsuan resep obat sering dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab,
terutama para pengguna narkotika dan psikotropika. Beberapa ciri resep berisi
narkotika/psikotropika palsu :
1. Pasien/pembawa resep terlihat ragu-ragu/tidak percaya diri ketika menyerahkan
resep
2. Perilaku pasien/pembawa resep menunjukkan ciri pengguna narkoba/psikotropika
(contohnya : dari mulut pasien keluar aroma alkohol, mata merah, dan pandangan
tidak fokus)
3. Penyakit yang diderita tidak jelas atau tidak sesuai dengan indikasi obat
4. Dokter penulis resep bukan dokter yang terutama menangani penyakit yang
disebutkan
5. Isi/obat dalam resep tidak rasional (contohnya : untuk psikotropika tertentu ditulis
dalam jumlah yang sangat banyak)
6. Resep yang dibawa berupa salinan resep, sedangkan apotek yang bersangkutan
tidak menyimpan resep aslinya
Tugas
Carilah satu contoh resep yang berisi 1 resep racikan dan 1 resep non racikan. Dari resep
tersebut lakukan:
1. Skrining administratif. Nyatakan apakah resep tersebut syah atau tidak dan berikan
alasannya!
2. Skrining farmasetis. Nyatakan apakah resep tersebut memenuhi persyaratan
farmasetis.
3. Buatlah salinan resep untuk kedua resep tersebut bila resep racikan diambil penuh
sedangkan resep non racikan diambil ½ resep.
4. Jelaskan cara pembuatan resep racikannya mulai dari penimbangan atau pengambilan
bahan, cara pembuatan dan pembungkusannya!
5. Berikan pokok pokok informasi yang harus diberikan dari kedua resep tersebut!
Tes Formatif
Perhatikan resep di bawah ini untuk soal no 1-7 :
1. Jelaskan apakah resep untuk An X tersebut syah secara administratif !
2. Jelaskan skrining farmasetika dari resep AnX !
3. Jelaskan indikasi masing masing obat pada resep tersebut!
4. Jelaskan informasi aturan pakai dari resep An X tersebut!
5. Buatlah etiket untuk resep An X tersebut!
6. Jelaskan mengapa resep harus ditulis dalam bahasa latin!
7. Jelaskan dan berikan 4 contoh inkompatibilitas kimia dalam pembuatan pulvis atau
pulveres!
8. Berapa neurobion F yang dapat diberikan kepada pasien untuk seluruh resep?
9. Berapa mecobalamin 500 yang sudah diserahkan kepada pasien?
10. Buatkan salinan resep jika pasien salinan resep tersebut diambil untuk 10 hari?
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta
Dirjen Ristek Dikti, 2018, Modul Pelayanan Farmasi, Departemen Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi : Jakarta.
IAI, 2015. Informasi Spesialis Obat Indonesia volume 49. PT ISFI penerbit: Jakarta
Syamsuni, 2007. Ilmu Resep EGC: Jakarta
Van Duin C.F., 1947. Diterjemahkan oleh Satiadarma K, Nainggolan S.P, dan
Wangsaputra E. Buku Penuntun Ilmu Resep dalam Praktek dan Teori. Penerbit
SOEROENGAN : Pecenongan 58 Jakarta.