Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

Etika dan norma bisnis merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam setiap
kegiatan bisnis yang dilakukan oleh para pelaku-pelaku bisnis. Etika dan norma bisnis
merupakan rambu rambu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan etika dalam
berbsinis. Aspek bisnis yang paling menimbulkan pertanyaan menyangkut etika adalah inovasi
dan perubahan. Seringkali ada tekanan untuk berubah yang membuat perusahaan atau
masyarakat tidak mempunyai pilihan lain. Contohnya perusahaan harus menanam modal pada
mesin dan pabrik baru yang biasanya menimbulkan masalah karena ketidakcocokan antara
keahlian tenaga kerja yang dimiliki dan yang dibutuhkan oleh teknologi baru. Sedangkan
perusahaan yang mencoba menolak perubahan teknologi biasanya menghadapi ancaman yang
cukup besar sehingga memperkuat alasan perlunya melakukan perubahan. Keuntungan
ekonomis dari inovasi dan perubahan biasanya digunakan sebagai pembenaran yang utama.

Adapun penerapan etika bisnis dapat dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu; individual,
organisasi, dan sistem. Pertama, pada tingkat individual, etika bisnis mempengaruhi
pengambilan keputusan seseorang atas tanggungjawab pribadinya dan kesadaran sendiri, baik
sebagai pemilik maupun manajer. Kedua, pada tingkat organisasi, seseorang sudah terikat
kepada kebijakan perusahaan dan persepsi perusahaan tentang tanggungjawab sosialnya.
Ketiga, pada tingkat sistem, seseorang menjalankan kewajiban atau tindakan berdasarkan
sistem etika tertentu. Realitasnya, para pelaku bisnis sering tidak mengindahkan etika. Nilai
moral yang selaras dengan etika bisnis, misalnya toleransi, kesetiaan, kepercayaan, persamaan,
emosi atau religiusitas hanya dipegang oleh pelaku bisnis yang kurang berhasil dalam berbisnis.
Sementara para pelaku bisnis yang sukses memegang prinsip-prinsip bisnis yang tidak
bermoral, misalnya maksimalisasi laba, agresivitas, individualitas, semangat persaingan, dan
manajemen konflik.

Ada 3 sudut pandang berbeda yaitu sudut pandang ekonomi, sudut pandang hukum,
dan sudut pandang etika. Dilihat dari sudut pandang ekonomis, bisnis adalah kegiatan
ekonomis. Hal yang terjadi dalam kegiatan ini antara lain tukar menukar, jual beli,
memproduksi memasarkan, dan kegiatan lainnya yang bertujuan untuk mencari keuntungan.
Dengan tidak mengindahkan peranan sentral dari sudut pandang ekonomis, perlu ditambahkan
juga sudut pandang moral. Dalam kegiatan berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang
wajar, asalkan dalam mencapai keuntungan tersebut tidak merugikan banyak pihak. Bisnis yang
baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis
tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral.

Bisnis juga terikat dengan hukum. Dalam praktek hukum, banyak masalah timbul
dalam hubungan dengan bisnis, baik pada taraf nasional maupun taraf internasional. Tanpa
disadari, kasus pelanggaran etika bisnis merupakan hal yang biasa dan wajar pada masa kini.
Secara tidak sadar, kita sebenarnya menyaksikan banyak pelanggaran etika bisnis dalam
kegiatan berbisnis di Indonesia. Banyak hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis
yang sering dilakukan oleh para pebisnis yang tidak bertanggung jawab di Indonesia. Berbagai
hal tersebut merupakan bentuk dari persaingan yang tidak sehat oleh para pebisnis yang ingin
menguasai pasar. Selain untuk menguasai pasar, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi
para pebisnis untuk melakukan pelanggaran etika bisnis, antara lain untuk memperluas pangsa
pasar, serta mendapatkan banyak keuntungan.

Secara umum masalah-masalah yang sering di jumpai dalam pelanggaran etika bisnis
dapat diklasifikasikan dalam lima kategori. Klasifikasi masalah tersebut yaitu :

1. Suap (Bribery)

Barangsiapa menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga
bahwa pemberian sesuatu atau janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya
yang menyangkut kepentingan umum, dipidana karena menerima suap dengan pidana penjara
selama-lamanya 3 (tiga) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp.15.000.000.- (lima belas
juta rupiah) (Pasal 3 UU 3/1980).

2. Paksaaan (Coercion)

Pemaksaan adalah praktek memaksa pihak lain untuk berperilaku dengan cara spontan (baik
melalui tindakan atau tidak bertindak) dengan menggunakan ancaman, intimidasi, penipuan,
atau bentuk lain dari tekanan atau kekuatan. Tindakan seperti itu digunakan sebagai leverage,
untuk memaksa korban untuk bertindak dengan cara yang dikehendaki

3. Penipuan (Deception)

Pasal 378 KUHP, maka R. Sugandhi (1980 : 396-397) mengemukakan pengertian penipuan
bahwa :
Penipuan adalah tindakan seseorang dengan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, nama palsu
dan keadaan palsu dengan maksud menguntungkan diri sendiri dengan tiada hak. Rangkaian
kebohongan ialah susunan kalimat-kalimat bohong yang tersusun demikian rupa yang
merupakan cerita sesuatu yang seakan-akan benar.

4. Pencurian (Theft)

Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur - unsurnya dirumuskan dalam pasal 362
KUHP, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi : "Barang
siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud
untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp. 900,00".

5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair Discrimination)

Adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan
oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama.

Contoh Kasus Pelanggaran Etika Bisnis

 Enron – Praktik akuntansi dan manipulasi pasokan energi yang diajukan menurunkan
perusahaan ini. Enron: Orang-orang Tercerdas di Ruang adalah film dokumenter yang
sangat bagus yang menjelaskan skandal tersebut.
 Monsanto – Monsanto telah dikritik karena ukurannya yang mega. Kritikus khawatir
bahwa mereka mengambil alih persediaan makanan dan juga menciptakan masalah
lingkungan yang negatif.
 Arthur Andersen – Arthur Andersen dikenal karena praktik audit yang tidak etis.
 WalMart – Studi telah menunjukkan bahwa WalMart dapat menghemat uang orang tapi
mungkin juga berdampak negatif pada masyarakat. Harga rendah mereka mungkin juga
merugikan pemasok.Perusahaan menerima kritik saat kepemimpinan mengumumkan
bahwa mereka ingin mempekerjakan karyawan yang lebih sehat dan produktif. WalMart
telah dituduh anti serikat pekerja dan telah bertahan dari skandal keringat dan
diskriminasi.
 Countrywide– Perusahaan menawarkan pinjaman subprime yang kemudian
mengakibatkan gagal bayar. Kritikus telah mengklaim bahwa karyawan Countrywide
memberi tahu klien bahwa propertinya akan meningkat nilainya dan pinjaman mereka
dapat dibiayai kembali saat nilai pasar meningkat. Nilai pasar menurun menyebabkan
banyak kehilangan rumah mereka. .
 Beechnut – Etika Beechnut dipertanyakan saat diketahui bahwa mereka menjual “jus
apel” ke negara-negara asing yang mengandung sesuatu yang kurang dari jus apel.
 Strategi Starbucks – Clustering dapat memaksa perusahaan kecil keluar dari bisnis. Ada
begitu banyak Starbucks di sudut-sudut jalan sehingga film-film seperti Best In Show
mengolok-olok bagaimana mungkin ada satu Starbucks tepat di seberang jalan dari
yang lain.
 Praktik Manufaktur termasuk memproduksi sepatu lepas pantai untuk menghemat uang.
Nike telah menggunakan pangsa sweatshop di bidang manufaktur. Mereka mendapat
kecaman atas pelanggaran hak asasi manusia.
 Bank Century- Krisis yang dialami Bank Century bukan disebabkan karena adanya krisis
global, tetapi karena disebakan permasalahan internal bank tersebut. Permasalahan
internal tersebut adalah adanya penipuan yang dilakukan oleh pihak manajemen bank
terhadap nasabah menyangkut:

1. Penyelewengan dana nasabah hingga Rp 2,8 Trilliun (nasabah Bank Century


sebesar Rp 1,4 Triliun dan nasabah Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia sebesar Rp 1,4
Triliiun)

2. Penjualan reksa dana fiktif produk Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia. Dimana
produk tersebut tidak memiliki izin BI dan Bappepam LK.

Permasalahan bisnis berbasis agama

Maraknya penipuan dengan kedok bisnis berbasis agama membuat masyarakat menjadi
kurang percaya dengan bisnis yang berbasis agama. Hal ini dapat kita lihat dari kasus kasus
penipuan travel umroh bodong yang sempat membuat geger masyarakat Indonesia. Padahal
seharusnya pelaku usaha memiliki beban moral yang lebih besar apabila menjalankan bisnisnya
dengan basis agama, beban moral pada masyarakat dan beban moral kepada Tuhan. Seperti
artikel yang dilansir oleh medan daily, dijelaskan mengapa marak bisnis berkedok agama di
Indonesia. Dikatakan bahwa Pada kasus First Travel, perusahaan melancarkan aksinya dengan
menawarkan harga murah untuk perjalanan umrah, sehingga banyak konsumen terpedaya dan
akhirnya mempercayakan dananya. Sedangkan nikashsiri.com merupakan situs online kontak
jodoh yang menyediakan jasa nikah siri. Namun, usaha tersebut justru mengeksploitasi kaum
wanita. Kesannya seperti bisnis pelacuran, dengan menjadikan agama sebagai kedok.

Pada kedua kasus itu korbannya masyarakat Indonesia, terutama yang beragama Islam.
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Menurut data Sensus 2010, sekitar 87 persen penduduk
Indonesia beragama Islam, sehingga karenanya Indonesia sebagai negara dengan penduduk
beragama Islam terbanyak. Banyaknya penduduk yang beragama Islam juga berimbas pada
permintaan terhadap dan jasa untuk kebutuhan keagaamaan juga besar. Misalnya makanan,
pakaian dan pendidikan, ini menjadi peluang untuk berbisnis. Banyak usaha dikaitkan dengan
keagamaan dimunculkan dan saling berkompetisi, meskipun kenyataannya tidak semua pemilik
usaha dimaksud memanfaatkan peluang tersebut untuk tujuan yang baik, seperti contoh kasus
First Travel dan nikahsiri.com. Tapi, mengapa banyak umat Islam yang tertipu? Alasan pertama,
sebagai makhluk ekonomi rasional tentu saja manusia sering tergiur kesempatan instan yang
ditawarkan. Apalagi dengan adanya embel-embel murah, mudah, gratis dan cepat, sangat
mungkin akan banyak yang tergiur. Embel-embel tersebut sering dimanfaatkan oleh banyak
pengusaha untuk menarik konsumen lebih banyak dan terkadang masyarakat tidak mau
berpikir dua kali untuk melepaskan kesempatan instan yang ditawarkan. Adanya tuntunan gaya
hidup semakin mendukung manusia untuk mencari kesempatan instan sebanyak-banyaknya.
Alasan kedua adalah agama. Agama merupakan salah satu pedoman penting dalam kehidupan
manusia, sehingga banyak orang yang yakin semua hal yang berhubungan dengan agama pasti
benar dan tidak diragukan. Begitu juga bisnis dengan embel-embel agama sering dianggap
pasti bisnis yang jujur lantaran dianggap telah sesuai aturan-aturan agama.

Dari kedua alasan tersebut terkesan masyarakat masih kurang teredukasi tentang
produk dan jasa yang terpercaya. Lantas, bagaimana hukum yang mengatur perusahaan dan
konsumen di Indonesia? Di Indonesia sudah ada sejumlah peraturan, salah satunya UU No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Di UU tersebut dijelaskan tentang hak dan
kewajiban konsumen, hak dan kewajiban perusahaan, begitu juga hal-hal yang dilarang dalam
melakukan bisnis. Tetapi meskipun sudah ada peraturan, tetap ada juga pelaku bisnis yang
mencari celah untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Supaya tidak terjadi lagi
kasus-kasus bisnis berkedok agama, seharusnya pemerintah sebagai regulator membuat
peraturan dan melakukan fungsi peraturan yang melindungi masyarakat agar tidak mudah
terlena kesempatan instan yang ditawarkan.

Belajar dari dua kasus First Travel dan nikahsiri.com, pemerintah kini tengah melakukan
kajian untuk memperbaiki regulasi serta memperketat pengawasan mulai mengenai biaya
minimal umrah yang rasional hingga memperketat pengawasan semua situs online di
Indonesia. Selain pemerintah, masyarakat juga perlu belajar dan melakukan pengawasan
terhadap semua produk dan jasa di Indonesia. Bisa dengan meningkatkan nilai altruisme, di
mana seseorang yang memiliki pengetahuan tentang suatu produk dan jasa secara aktif
memberi tahu orang-orang lainnya tentang produk dan jasa tersebut, sehingga akhirnya
seluruh masyarakat ikut saling mengawasi. Sedangkan bagi yang ingin membuka usaha,
terutama dengan tujuan melayani ibadah kaum Muslim, ada poin penting pada Al-Qur'an, Surat
An-Nisa ayat 29, yang menjelaskan manusia dilarang mendirikan bisnis yang menipu dan
mengganggu fungsi pasar. Selain itu, Al Syahbani dalam Ali dan Abdulrahman (2013)
menyebutkan, jika seseorang ingin berkomitmen dalam dunia bisnis maka dia harus kuat untuk
berlindung dari tindakan ilegal dan kecurangan. Penting sekali bagi pebisnis melindungi dirinya
dari godaan-godaan duniawi.

Sulitnya meraih kembali kepercayaan masyarakat menjadi salah satu permasalahan


bisnis berbasis agama di Indonesia. Permasalahan ini haruslah segera diselesaikan dan dicari
jalan keluarnya oleh para pelaku bisnis yang menjalankan bisnisnya dengan basis agama.
BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian Deskriptif

Teknik pengumpulan data penelitian secara kualitatif. Penelitian deskriptif tidak


boleh melakukan manipulasi atau memberi perlakuan tertentu terhadap variable yang
diteliti, melainkan semua kegiatan atau keterjadian yang ada dalam penelitian tersebut
berjalan apa adanya. Selain pengumpulanm pengorganisasian, analisis, penarikan
interpretasi, dan penyimpulan data, penelitian juga harus membahas pembandingan,
mencari kesamaan atau perbedaan, dan hubungan kasual dalam berbagai hal
(Sukmadinata, 2005; Sarnawi M Dasim, 2012).

Sedangkan menurut Whitney (1960) penelitian deskriptif ialah pencarian fakta


dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah
dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-
pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari
suatu fenomena.

B. Bisnis

Bisnis dipengaruhi bukan hanya oleh situasi dan kondisi ekonomi, melainkan juga
oleh perubahan-perubahan sosial, politik, ekonomi dan teknologi serta pergeseran-
pergeseran sikap dan cara pandang para stakeholdersnya. Bisnis tidak dipandang
secara sempit saja, tetapi bisnis harus tetap mempertimbangkan segala sesuatu yang
mempengaruhi pencapaian tujuan tersebut. Tujuan bisnis untuk memaksimumkan
keuntungan bagi pemilik perusahaan dapat dicapai secara lebih baik yaitu dengan
memperhatikan manusia, memanusiakan manusia dan melakukan langkah-langkah
yang harmonis dengan seluruh stakeholders, seluruh partisipan dan lingkungan tempat
perusahaan berada (Amalia, 2013).

Islam memberikan kebebasan kepada pemeluknya untuk melakukan usaha


(bisnis), namun dalam Islam ada beberapa prinsip dasar yang menjadi etika normatif
yang harus ditaati ketika seorang muslim akan dan sedang menjalankan usaha,
diantaranya (Amalia, 2013) :

1. Proses mencari rezeki bagi seorang muslim merupakan suatu tugas wajib.

2. Rezeki yang dicari haruslah rizki yang halal.

3. Bersikap jujur dalam menjalankan usaha.

4. Semua proses yang dilakukan dalam rangka mencari rezeki haruslah dijadikan
sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

5. Bisnis yang akan dan sedang dijalankan jangan sampai menimbulkan


kerusakan lingkungan hidup.

6. Persaingan dalam bisnis dijadikan sebagai sarana untuk berprestasi secara


fair dan sehat (fastabikul al-khayrat).

7. Tidak boleh berpuas diri dengan apa yang sudah didapatkan.

8. Menyerahkan setiap amanah kepada ahlinya, bukan kepada sembarang


orang, sekalipun keluarga sendiri.

C. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil
dan Menengah (UMKM) pengertian UMKM adalah (Akhmad, 2015):

i. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.

ii. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdirisendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.

iii. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.
BAB III

TEMUAN LAPANGAN

Pada penelitian yang dilakukan di Geprek Gobyos, peneliti mendapatkan


informasi sebagai berikut:

1. Geprek Gobyos berdiri sejak tahun 2019 sebagai usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) yang berada di Kelurahan Bandulan, Kecamatan Sukun,
Kota Malang. Sampai saat ini, Geprek Gobyos belum memiliki cabang, namun
pemilik juga ingin melakukan perluasan usahanya dengan membangun di
daerah lain.
2. Jam operasional Geprek Gobyos yaitu pukul 09.00 – 17.00 WIB bahkan bisa
tutup lebih awal apabila sudah habis terjual. Kecuali hari Jumat, Geprek
Gobyos akan tutup sementara pukul 11.00 – 13.00 WIB untuk melakukan
sholat jumat.
3. Praktik bisnis Islam yang dilakukan oleh Geprek Gobyos adalah makanan
yang dijual adalah makanan halal (ayam, jamur, tahu, tempe, telor, mie, dan
lain-lain yang halal). Selain itu, Geprek Gobyos membagikan 50 porsi nasi dan
ayam geprek secara gratis setiap hari Senin dan Kamis bagi umat Islam yang
menjalankan puasa Senin dan Kamis. Apabila ada yang belum mendapatkan
makanan gratis pada hari itu, misal hari Senin, dapat kembali coba untuk
datang pada hari Kamisnya. Jadi, tidak ada penambahan kuota apabila ada
yang belum mendapat.
4. Dalam menjalankan praktik bisnis Islamnya, Geprek Gobyos tidak terlalu
mementingkan kerugian yang dialami pada hari Senin dan Kamis karena
Geprek Gobyos menganggap sebagai amal atau membantu sesama dengan
ikhlas.

Tantangan yang diterima pemilik dalam menjalankan usaha Geprek Gobyos


adalah:

1. Sedikit kesusahan untuk memastikan apakah orang tersebut benar-benar


menjalankan puasa Senin dan Kamis. Namun karena prinsipnya berbasis
Islam, pemilik menjalankan bisnis ini dengan percaya bahwa orang tersebut
memang benar-benar puasa pada hari tersebut.
2. Pelatihan kepada karyawan agar selalu bertindak jujur dan melayani
pelanggan dengan baik.
3. Mencari karyawan yang benar-benar membutuhkan bantuan secara finansial
guna membantu perekonomian dan mengurangi pengangguran yang ada di
Kota Malang.

Gambar 3.1
Daftar Menu Geprek Gobyos
Gambar 3.2
Suasana Geprek Gobyos saat Jam Makan Siang

Gambar 3.3

Menu Geprek Gobyos


Daftar pustaka

Akhmad, K. A. (2015). Pemanfaatan Media Sosial bagi Pengembangan Pemasaran


UMKM (Studi Deskriptif Kualitatif pada Distro di Kota Surakarta). Duta.Com, 9(September),
43–54. https://doi.org/2086-9436
Amalia, F. (2013). Etika Bisnis Islam : Konsep Dan. Etika Bisnis Islam: Konsep Dan
Implementasi Pada Pelaku Usaha Kecil, 95, 116–125.

Sarnawi M Dasim. (2012). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran


Sains Di Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia. Thesis, 78–95.

Lidia, Mega. 2015. Permasalahan Etika Bisnis dan Solusinya.


http://megalidiarani.blogspot.com. Diakes tanggal 22 Maret 2020

Berteens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.

Dwi, Susi. 2012. Pelanggaran Etika Dalam Bidang Keteknikan.


http://uciuciulala.blogspot.com. Diakses pada tanggal 22 Maret 2020.

Mugi, Anik. 2012. Pelanggaran Etika Bisnis Yang Sering Dilakukan Oleh Para Pengusaha
Atau Wirausahaan. http://anikmugirahayu.blogspot.com. Diakses pada tanggal 22 Maret 2020.

Muhammad dan R.Lukman Faurani. 2002. Visi Al-Qur’an Tentang Etika dan Bisnis.
Jakarta: Salemba Diniyah.

Ratna, Eka. 2012. Pelanggaran Etika Bisnis. http://eka-piaoliang.mhs.narotama.ac.id.


Diakses pada tanggal 22 April 2020.

Johanes, Elizabeth. 2019. Analisis Permasalahan Etika di Dunia Bisnis.


http://elizabethjohanesblog.blogspot.com. Diakses pada tanggal 22 Maret 2020

Queen Sari, Niry. 2018. Kenapa Bisnis Berkedok Agama Marak di Indonesia.
http://www.medanbisnisdaily.com. Diakses pada tanggal 22 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai