Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Pencemaran Makanan
Akibat Udara Bebas

DI SUSUN OLEH :

1. Muhammad Raviudin Khalik 1913451147


2. Aziza Dwi Padila 1913451129
3. Elin Marlina 1913451146
4. Irvan Tias Pratama 1913451133
5. Rahmat Kurnia 1913451128
6. Ongky Pratama 1913451122
7. Syelva Awanna Duwara 1913451135

Dosen pembimbing:
Daria BR Ginting, Spd., Msi

PROGRAM STUDI D-III


KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES RI
TANJUNG KARANG
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Rabb semesta
alam, karena berkat rahmat dan taufik-Nya akhirnya kelompok kami dapat
menyelesaikan penyusunan tugas mengenai pencemaran makanan yang berjudul
“Pencemaran Makanan Akibat Udara Bebas”. Sholawat teriring salam semoga
tetap tercurah kepada suri teladan bagi umat manusia sepanjang zaman, Nabi
besar Muhammad SAW beserta para sahabat, keluarga dan pengikutnya hingga
akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Daria
BR Ginting, Spd., Msi dosen pembimbing mata kuliah pencemaran lingkungan
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan
penelitian ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Terakhir kami juga
berterima kasih kepada orang tua, teman-teman seperjuangan, serta semua pihak
terkait yang telah membantu kami yang tentu saja tidak dapat kami sebutkan
satu-persatu namanya disini. Semoga apa yang telah kalian berikan kepada kami
senantiasa dibalas Allah SWT dengan balasan yang setimpal.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini, masih banyak
kekurangan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak dalam rangka penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga karya kecil
kami ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
DAFTAR ISI

Halaman Judul.........................................................................................
Kata Pengantar .......................................................................................
Daftar Isi ...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pengertian Makanan/Minuman Jajanan.............................................
Bahan Tambahan Makanan (BTM) ..................................................
Definisi Bahan Tambahan Makanan......................................
Manfaaat Bahan Tambahan Makanan...................................
Penggolongan Bahan Tambahan Makanan............................
Bahan Tambahan Makanan Berbahaya.............................................
Formalin.................................................................................
Boraks....................................................................................
Pewarna Tekstile....................................................................
Penyakit Bawaan Makanan................................................................
Upaya Pencegahan Penyakit Bawaan Makanan......................................

BAB III PENUTUP


Kesimpulan........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Makanan/Minuman jajanan adalah makanan/minuman yang


tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam
bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan-bahan tambahan
lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan
siap untuk di konsumsi (Cahyadi,2005). Makanan yang aman
merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Dalam Undang-undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang pangan, keamanan
pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, benda-benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan
manusia.

Semakin canggihnya tekhnologi, membuat segala sesuatunya mudah


untuk dibuat, termasuk jajanan makanan. Demi untuk menekan biaya
produksi, membuat para pedagang tidak lagi memikirkan kandungan zat yang
ada didalam jajanan makanan itu sendiri,sehingga penambahan bahan
makanan, menjadi hal yang membantu untuk menaikkan kualitas suatu
produk tanpa harus membeli bahan makanan yang mahal
(Budiyanto,2004), tentunya hal ini tidak salah bila seorang
pedagang tidak melewati batas-batas dosis yang telah
dianjurkan. Namun, menjadi suatu masalah ketika pedagang
sudah tidak lagi memperdulikan dosis atau ukuran zat
tambahan makan kedalam jajanan mereka, karena yang
membedakan suatu zat berbahaya atau tidak adalah
dosisnya (anonim).
Jajanan yang rasanya manis disertai dengan bentuk dan warna yang
menarik tentu digemari anak-anak, khusunya anak sekolah. Jajanan tersebut
tentu mengandung bahan tambahan makanan. Penggunaan bahan tambahan
makanan yang berlebihan atau dilarang akan berbahaya bila dikonsumsi oleh
manusia, baik dalam waktu yang cepat maupun lama. Hal ini dikarenakan
bahwa pengaruh bahan tambahan makanan terhadap
kesehatan umumnya tidak langsung dapat dirasakan atau
dilihat, maka produsen sering kali tidak menyadari bahaya
penggunaan bahan makanan yang tidak sesuai dengan
peraturan (Syah,2005).

Pengawasan Obat dan Makanan (POM), menyatakan bahwa sebagian


makanan jajanan anak sekolah mengandung bahan kimia berbahaya. Dari 163
sampel jajanan anak yang diuji di 10 provinsi pada tahun 2003, sebanyak 80
sampel atau 50 persennya tidak memenuhi syarat mutu dan keamanan.
Kebanyakan jajanan yang bermasalah itu mengandung boraks, formalin, zat
pengawet, zat pewarna berbahaya serta tidak mengandung garam beryodium
(Evy, 2008).

Serupa dengan kasus diatas, ternyata didapatkan bahwa sebenarnya


pemanis buatan sama sekali tidak memiliki nilai gizi dalam kandungannya,
disebutkan bahwa, pemanis sintetik (buatan) merupakan bahan
tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis dalam
makanan tetapi tidak memiliki nilai gizi (Yuliarti, 2005), hal ini
lagi-lagi menjadi koreksi utama kita bersama.

Berikutnya pada bulan November 2005, Badan POM menguji makanan


jajanan pada 195 sekolah dasar di 18 provinsi. Dari sampel yang diuji yakni
es sirop/es cendol, minuman ringan/limun, kue, makanan gorengan, kerupuk
dan saus yang mengandung rhodamin B (Yulianti, 2007).
Sementara sepanjang tahun 2007 Badan POM beserta ke-26 Balai POM
seluruh provinsi kembali melakukan survey, dari 2000 makanan yang
disurvei di lingkungan sekolah, 45% tercemar bahaya pangan yakni formalin,
boraks dan pewarna tekstil. Wujud fisik makanan berbahaya yang ditemukan
di sekolah umumnya berbentuk jeli, sirop, kerupuk dan makanan ringan (Evy,
2008).

Bahkan, untuk penelitian baru-baru ini didapatkan


pengaruh yang cukup signifikan antara jajanan yang dimakan
oleh anak sekolah (SD), terutama untuk pemenuhan energy,
akan berkoneksi dengan kemampuan penurunan perilaku
positif anak, seperti gangguan tidur, gangguan konsentrasi,
gangguan emosi, gangguan bicara, hiperaktif hingga
memperberat gejala pada penderita autism (Widodo, 2006).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan
penginderaan terhadap obyek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba.

Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari


suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi
kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya.
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara
orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu
pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami
reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.

Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang


ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda
atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan
mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.

Pengertian Makanan / Minuman Jajanan


Makanan/minuman jajanan adalah makanan/minuman yang tidak
mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau
cair yang mengandung bahan-bahan tambahan lainnya baik alami maupun
sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk di konsumsi
(Cahyadi,2005).

Fungsi makanan/minuman jajanan itu tidak berbeda jauh dengan


minuman lainnya yaitu sebagai minuman untuk melepaskan dahaga
sedangkan dari segi harga, ternyata minuman karbonasi relatif lebih mahal
dibandingkan minuman non-karbonasi. Hal ini disebabkan teknologi proses
yang digunakan dan kemasan yang khas yaitu dalam kemasan kaleng atau
botol seperti sprite (Cahyadi,2005).

Bahan Tambahan Makanan (BTM)

Definisi Bahan Tambahan Makanan (BTM)

Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau zat aditif merupakan zat


tambahan yang biasanya diberikan pada sejumlah makanan dan
minuman. Pemberian zat aditif dimaksudkan untuk menjadikan makanan
lebih enak dan lebih menarik sehingga dapat meningkatkan selera makan.

Bahan Tambahan Makanan (BTM) dalam pengertian luas adalah


bahan yang ditambahkan ke dalam produk pangan selain bahan baku
utama. Secara khusus BTM adalah bahan yang ditambahkan ke dalam
pangan untuk mempengaruhi sifat atau karakteristik pangan, baik yang
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. BTM dapat ditambahkan
pada proses produksi, pengemasan, transportasi atau penyimpanan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun


1996 Tentang Pangan, Yang dimaksud "bahan tambahan pangan" adalah
bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat
atau bentuk pangan, antara lain, bahan pewarna, pengawet, penyedap
rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.

Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan,


mutu, dan gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud
dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke
dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau
produk panga.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI


No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan pangan atau aditif
adalah suatu bahan yang ditambahkan dan dicampurkan kedalam bahan
pangan sewaktu pengolahan untuk meningkatkan mutu.

Pemakaian Bahan Tambahan Pangan di Indonesia diatur oleh


Departemen Kesehatan. Sementara, pengawasannya dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pengawasa Obat dan Makanan (Dirjen POM).

Manfaat Bahan Tambahan Makanan

a. Mempertahankan konsistensi produk makanan.


Misalnya : Emulsifier menjadikan produk makanan mempunyai
tekstur yang konsisten; contoh, susu yang diawetkan tidak terpisah
b. Memperbaiki atau memelihara nilai gizi.
Contohnya adalah vitamin dan mineral yang umumnya
ditambahkan ke dalam makanan seperti susu, tepung, dan lain-lain
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi orang yang
kekurangan gizi, atau untuk mempertahankan bahkan
meningkatkan atau memperbaiki kandungan gizi bahan makanan
tsb yang kemungkinan hilang akibat pemrosesan.

c. Menjaga cita rasa dan sifat produk makanan secara keseluruhan.


Contoh : Bahan pengawet mempertahankan mutu produk makanan
dari mikrobia yang dapat menyebabkan kerusakan produk, misal
berjamur atau busuk.
d. Menjaga tingkat keasaman atau kebasaan makanan yang
diinginkan.
Contoh : Bahan pengembang menghasilkan gas karbon dioksida
sehingga tekstur biskuit, cake dan produk sejenis lainnya
mengembang.
e. Memperkuat rasa atau memberikan warna tertentu yang
dikehendaki. Beberapa bumbu dan penyedap rasa baik buatan
maupun alami memperkuat rasa makanan. Warna kuning dari
pewarna kuning buatan (BTP) tartrazine atau kurkumin dari kunyit
memberi warna khas pada produk.

Penggolongan Bahan Tambahan Makanan

Pada umumnya bahan tambahan makanan dapat dibagi menjadi dua


golongan besar, yaitu sebagai berikut:
a. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam
makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud
penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa dan
membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet, pewarna dan
pengeras.
b. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu
bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut,
terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup
banyak akibat perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan
pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau
kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan
produksi bahan mentah atau penanganannya yang masih terus
terbawa kedalam makanan yang akan dikonsumsi. Contoh bahan
tambahan pangan dalam golongan ini adalah residu pestisida
(termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida),
antibiotik, dan hidrokarbon aromatik polisiklis.

Bahan tambahan makanan atau zat aditif dapat berupa bahan


pewarna, penyedap, pemanis, pengawet, dan antikempal.

a. Bahan Pewarna
Bahan pewarna yang terdapat dalam bahan tambahan makanan
dibedakan menjadi bahan pewarna alami dan buatan. Bahan pewarna
alami seperti warna kuning dari kunyit dan warna hijau dari daun
suji tidak membahayakan kesehatan. Bahan pewarna buatan dapat
bersifat racun (toksik) dan dapat menimbulkan kanker (karsinogen).

b. Bahan Penyedap
Bahan penyedap rasa dan aroma yang masih bagi kesehatan
ialah vetsin atau monosodium glutamate (MSG). Meskipun masih
pada batas aman, penggunaan MSG yang berlebihan dapat
menimbulkan rasa pusing dan sedikit mual. Gejala ini disebut
Chinese restaurant syndrome. Sebagai pengganti rasa gurih,
sebenarnya pada makanan cukup ditambahkan garam dan rempah-
rempah.

c. Bahan Pemanis
Bahan pemanis buatan ialah bahan pemanis yang dihasilkan
melalui reaksi-reaksi kimia organic di laboratorium dalam skala
industri. Pemakaian bahan pemanis buatan yang berlebihan dengan
dosis tinggi dapat mengakibatkan gejala-gejala kanker dalam waktu
relatif lama. Efek pemakaian pemanis buatan tidak langsung, tetapi
mungkin menunggu 20-30 tahun kemudian. Contoh bahan pemanis
buatan ialah sakarin, siklamat, dan aspartam.

d. Bahan Pengawet
Tim riset Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor
berhasil menemukan bahan alami sebagai pengawet makanan yang
dibuat dari limbah udang dan rajungan. Bahan pengawet alami
tersebut dinamakan chitosan. Chitosan berupa Kristal berwarna putih
yang dapat larut dalam larutan asam organic seperti asam asetat.
Beberapa bahan kimia yang disalahgunakan untuk pengawetan
bahan makanan ialah asam borat (boraks) dan formalin.

e. Bahan Antikempal
Bahan tambahan pangan lain yang digunakan ialah antikempal.
BTP ini biasanya digunakan pada produk tepung-tepungan seperti
terigu dan susu bubuk. Tujuannya agar tepung-tepung tersebut tidak
menggumpal. Antikempal yang diizinkan antara lain aluminium
silikat, kalsium silikat, magnesium oksida, dan magnesium silikat.

Pengelompokan bahan tambahan makanan yang diizinkan


penggunaannya dalam makanan menurut Permenkes RI.722/Per/IX/88
sebagai berikut :

a. Antioksidan, fungsinya melindungi suatu hasil produk terhadap


pengaruh proses oksidasi warna dan baunya.
Contoh : Asam Askorbat, digunakan sebagai anti oksidan pada
produk daging dan ikan serta sari buah kalengan, Butil
Hidroksianisol (BHA) dipakai sebagai antioksidan pada lemak,
minyak dan margarin.
b. Pengatur asam, yaitu bahan tambahan makanan yang dapat
mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman.
Contoh : Asam Asetat, Asam Sitrat, Asam Malat, Asam Suksinat,
Asam Tartrat dan Asam Laktat.
c. Pemanis Buatan, yaitu bahan tambahan makanan yang menyebabkan
rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai
nilai gizi.
Contoh : Sakarin, Siklamat, Aspartam
d. Pemutih, digunakan dalam produksi tepung agar warna putih yang
merupakan ciri khas tepung dapat terjaga dengan baik.
Contoh : Benzoil Peroksida
e. Pengental, bahan makanan yang merupakan cairan dapat dikentalkan
dengan menggunakan gumi dan bahan polimer sintetik.
Contoh : Ekstrak rumput laut, Gelatin
f. Pengawet adalah bahan tambahan yang digunakan untuk
menghambat fermentasi atau penguraian terhadap makanan yang
disebabkan oleh mikroorganisme.
Contoh : Asam Benzoat dan garamnya, Asam Sorbat serta garam dan
kaliumnya, efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri, jamur
dan ragi, biasaya dipake dalam keju, margarin, acar, buah kering,

jelli, pekatan sari buah dan minuman ringan mengandung CO .


2

g. Pengeras adalah bahan tambahan yang dapat memperkeras atau


mencegah melunaknya makanan.
Contoh : Aluminium Sulfat, Kalsium Klorida, Kalsium Glukonat dan
Kalsium Sulfat pada buah yang dikalengkan misalnya apel dan
tomat.
h. Penyedap rasa adalah bahan tambahan yang diberikan untuk
menambahkan atau mempertegas rasa atau aroma.
Contoh : MSG (Mono Sodium Glutamate).
i. Pewarna adalah bahan tambahan makanan/minuman yang dapat
memperbaiki atau memberikan warna pada makanan/minuman.
Contoh : Tartrazin (kuning jingga), Carmoisine (merah).

Beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan,


menurut Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 diantaranya sebagai
berikut:

1. Asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya


2. Asam Salisilat dan garamnya (Salicylic Acid and its salt)
3. Dietilpirokarbonat (Diethylpirocarbonate DEPC)
4. Dulsin (Dulcin)
5. Kalium Klorat (Potassium Chlorate)
6. Kloramfenikol (Chloramphenicol)
7. Minyak Nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils)
8. Nitrofurazon (Nitrofurazone)
9. Formalin (Formaldehyde)
10.Kalium Bromat (Potassium Bromate)

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI


No.722/Menkes/Per/IX/1988, selain bahan tambahan diatas masih ada
bahan tambahan kimia yang dilarang seperti rhodamin B (pewarna merah)
dan methanyl yellow (pewarna kuning).

Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan


apabila :

1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan


dalam pengolahan;
2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang
salah atau yang tidak memenuhi persyaratan;
3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang
bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk pangan;
4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.

Bahan Tambahan Makanan Berbahaya

Menurut Badan POM, bahan kimia yang umum digunakan pada bahan
makanan antara lain formalin, rodhamin, methanil yellow, dan boraks.

Formalin
Formalin adalah bahan kimia yang kegunaannya untuk urusan
luar tubuh. Contohnya untuk pembunuh hama, pengawet mayat, bahan
disinfektan dalam industri plastik, busa, dan resin untuk kertas. Di
dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air.
Biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen sebagai pengawet.

Akibat masuknya formalin pada tubuh bisa akut maupun kronis.


Kondisi akut tampak dengan gejala alergi, mata berair, mual, muntah,
seperti iritasi, kemerahan, rasa terbakar, sakit perut, dan pusing.
Kondisi kronis tampak setelah dalam jangka lama dan berulang bahan
ini masuk ke dalam tubuh. Gejalanya iritasi parah, mata berair, juga
gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat,
menstruasi, dan memicu kanker.
Tabel 2.1. Dampak Buruk Formalin bagi Tubuh Manusia

Kulit : Saraf :

Mata : Ginjal :

Organ Reproduksi :

Hidung : Iritatif, kulit kemerahan, kulit seperti


terbakar, alergi kulit
Saluran Pernapasan : Iritatif, mata merah dan berair,
kebutaan
Mimisan
Sesak napas, suara serak, batuk kronis,
Saluran Pencernaan : sakit tenggorokan
Iritasi lambung, mual muntah, mules
Hati : Kerusakan hati
Radang paru-paru karena zat kimia
Paru-paru : (pneumonitis)
Sakit kepala, lemas, susah tidur,
sensitif, sukar konsentrasi, mudah lupa
Kerusakan ginjal
Kerusakan testis, ovarium, gangguan menstruasi, infertilitas sekunder
Sumber : Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia

Ciri makanan berformalin:


1. Mi basah:
a. Bau sedikit menyengat.
b. Awet, tahan dua hari dalam suhu kamar (25 Celsius). Pada
suhu 10 derajat C atau dalam lemari es bisa tahan lebih 15 hari.
c. Mi tampak mengkilat (seperti berminyak), liat (tidak mudah
putus), dan tidak lengket.
2. Tahu:
a. Bentuknya sangat bagus.
b. Kenyal
c. Tidak mudah hancur dan awet (sampai tiga hari pada suhu
kamar 25 derajat Celcius). Pada suhu lemari es 10 derajat
Celcius tahan lebih dari 15 hari.
d. Bau agak menyengat
e. Aroma kedelai sudah tak nyata lagi.

3. Ikan:
a. Warna putih bersih.
b. Kenyal.
c. Insangnya berwarna merah tua dan bukan merah segar.
d. Awet (pada suhu kamar) sampai beberapa hari dan tidak
mudah busuk.
e. Tidak terasa bau amis ikan, melainkan ada bau menyengat

4. Bakso:
a. Kenyal.
b. Awet, setidaknya pada suhu kamar bisa tahan sampai lima hari.

5. Ikan asin
a. Ikan berwarna bersih cerah.
b. Tidak berbau khas ikan.
c. Awet sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar (25 derajat
C).
d. Liat (tidak mudah hancur).
Boraks

Boraks adalah bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu,


antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak. Sinonimnya natrium biborat,
natrium piroborat, natrium tetraborat. Sifatnya berwarna putih dan sedikit
larut dalam air.

Sering mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan


gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks
menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma,
merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis,
tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian.

Ciri makanan berboraks : Sama seperti formalin, cukup sulit


menentukan apakah suatu makanan mengandung boraks. Hanya lewat uji
laboratotium, semua bisa jelas. Namun, penampakan luar tetap memang
bisa dicermati karena ada perbedaan yang bisa dijadikan pegangan untuk
menentukan suatu makanan aman dari boraks atau tidak.

1. Bakso
a. Lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks.
b. Bila digigit akan kembali ke bentuk semula.
c. Tahan lama atau awet beberapa hari
d. Warnanya tampak lebih putih. Bakso yang aman berwarna abu-
abu segar merata di semua bagian, baik di pinggir maupun
tengah.
e. Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.
f. Bila dilemparkan ke lantai akan memantul seperti bola bekel.

2. Gula Merah
a. Sangat keras dan susah dibelah.
b. Terlihat butiran-butiran mengkilap di bagian dalam.

Pewarna Textile

Selain formalin dan boraks, beberapa jenis bahan makanan yang


diuji BPOM juga mengandung bahan berbahaya seperti pewarna tekstil,
kertas, dan cat (Rhodamin B), methanyl yellow, amaranth.
Pemakaian ini sangat berbahaya karena bisa memicu kanker serta
merusak ginjal dan hati. Payahnya lagi, bahan-bahan ini ditambahkan
pada jajanan untuk anak-anak seperti es sirop atau cendol, minuman
ringan seperti limun, kue, gorengan, kerupuk, dan saus sambal.
Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B:
1. Warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik.
2. Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun).
3. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya.
4. Baunya tidak alami sesuai makanannya.

Penyakit Bawaan Makanan

Penyakit bawaan makanan adalah penyakit umum yang dapat diderita


seseorang akibat memakan sesuatu makanan ynag terkontaminasi mikroba
pathogen, kecuali keracunan. Beberapa penyakit bawaan makanan yang
masih seringkali dapat di Indonesia dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
protozoa, dan metozoa.

Makanan dapat terkontaminasi mikroba karena beberapa hal:


a. Mengolah makanan atau makan dengan tangan kotor,
b. Memasak sambil bermain dengan hewan peliharaan,
c. Menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja, perabotan
bersih, dan lain-lainnya,
d. Dapur, alat masak dan makan yang kotor,
e. Makanan yang sudah jatuh ke tanah masih dimakan,
f. Makanan disimpan tanpa tutup sehinggan serangga dan tikus dapat
menjangkaunya,
g. Makanan mentah dan matang disimpan bersama-sama,
h. Makanan dicuci dengan air kotor,
i. Mekanan terkontaminasi kotoran akibat hewan yang berkeliaran di
sekitarnya,
j. Sayuran dan buah-buahan yang ditanam pada tanah yang
terkontaminasi,
k. Pengolahan makanan yang sakit atau carrier penyakit,
l. Pasar yang kotor, banyak insekta, dan sebagainya.

Tabel 2.2. Beberapa Penyakit Bawaan Makanan

Penyakit Penyebab
Viral :
Diare Rotavirus
Hepatitis Virus Hepatitis A

Bakterial
Cholera Vibrio cholerae
Dysentrie bacillaris Shigella sp.
Thypus abdominalis Salmonella typhi
Tuberculosa (usus) Mycobacterium tuberculosa

Protozoa :
Dysentrie amoeba Entamoeba histolytica

Metazoa :
Ascariasis Ascaris lumbricoides
Oxyuriasis Enterobius vermicularis
Trichinosis Trichinella spiralis
Trichuriasis Trichuris trichiura
Ancylostomiasis Ancylostoma duodenale
Dracontiasis Dracunculus medinensis
Diphyllobothriasis Diphyllobothrium latum
Cysticercosis Cysticercus cellulusae
Taeniasis Taenia saginata
Taenia solium
Fasciopsiasis Fasciolopsis buski
Sumber : Benenson, Abram S., (1970)

Upaya Pencegahan Penyakit Bawaan Makanan

Pencegahan penyakit ini dpat dilakukan sebagai berikut :


1. Pemilihan bahan baku yang sehat, tidak busuk, warna yang segar;
2. Penyimpanan bahan baku jangan sampai terkena serangga, tikus, atau
jangan sampai membusuk;
3. Pengolahan makanan yang higienis serta prosesnya dapat mematikan
penyebab penyakit dan peralatan masak harus bersih;
4. Pengolahan makanan bukan carrier penyakit, dan tidak sakit;
5. Penyajian makanan tidak terkena lalat, debu, dan udara kotor, peralatan
makan yang higienis (terutama di tempat umu);
6. Penyajian makanan harus mendapat surat keterangan sehat;
7. Penyimpanan makanan matang jangan sampai terkontaminasi dan
membusuk.

Demikian pula dengan penyakit yang disebabkan bahan kimia seperti


Cd, Hg, Co, dan seterusnya, pencegahannya tidak jauh berbeda, yang paling
penting adalah pemilihan bahan baku. Kesehatan makanan ini tidak saja
penting untuk kesehatan masyarakat secara langsung, tetapi dapat juga
menimbulkan kerugian besar pada pengusaha yang mengexpor produk
makanan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. kejadian muntah-muntah yang dialami setelah mengkonsumsi
makanan mengindikasikan bahwa jajanan di sekolah perlu diadakan
pengawasan.
2. Ketika ditanya mengenai peranan yang pernah dilakukan pihak sekolah
terhadap pengawasan jajanan anak, dari pihak sekolah mengatakan
bahwa terkadang mereka melakukan pembinaan kepada para
muridnya, selain itu dari sekolahnya sendiri sebenarnaya sudah ada
kantin tetapi tidak ada sumber daya manusia yang mengelola kantin
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Conant, Jeff dan Pam Fadem. 2008. Panduan Masyarakat untuk Kesehatan
Lingkungan. Yayasan Tambuhak Sinta, Kalimantan Tengah.
Slamet, Juli Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Setiowati, Tetty & Deswaty Furqonita. 2007. Biologi Interaktif Untuk SMA/MA
Kelas XI. Jakarta: Azka Press.

Suci, Eunike Sri Tyas. 2009. Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar di
Jakarta. Hlm, 29-38.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1168/Menkes/Per/X/1999 Tentang Bahan Tambahan Makanan. 1999.
Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan.


1996. Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Nopemberia, Izajah. 2011. Skripsi : Analisis Bentuk Dukungan Keluarga


Terhadap Pencegahan Kekambuhan Penderita Skizofrenia Di Rawat
Inap Rs Dr. Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2011. Unsri : Fakultas
Kesehatan Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai