Disusun oleh:
Ainuzzahrah
4151151484
Perseptor:
FAKULTAS KEDOKTERAN
CIMAHI
2016
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT DUSTIRA/FAK KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI
CIMAHI
Diagnosa/Diagnosa Kerja :
2
A. ANAMNESA (Auto/Hetero)
KELUHAN UTAMA :
ANAMNESA KHUSUS :
Nyeri pinggang sebelah kanan dirasakan sejak 6 hari yang lalu. Nyeri
dirasakan terus menerus. Keluhan disertai panas badan 7 hari yang lalu, menggigil
saat demam, mual, muntah 3x berisi cairan dan makanan tanpa darah maupun lendir.
Sekitar 3 minggu yang lalu pasien mengeluhkan nyeri saat BAK, BAK menjadi
sering, dan sulit menahan BAK. Pasien memiliki riwayat keputihan yang banyak,
berwarna coklat, dan berbau sejak 3 bulan yang lalu dan belum pernah diobati.
Tidak ada riwayat nyeri pinggang yang menjalar ke pangkal paha yang terasa
melilit, BAK berdarah, maupun BAK keluar batu. Tidak ada riwayat benturan pada
pinggang kanan dan tidak ada riwayat bekerja berat sebelumnya. Tidak ada kelainan
kulit pada daerah pinggang.
Keluhan nyeri pinggang ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien. Pasien
belum pernah berobat ke dokter untuk keluhan nyeri pinggang tersebut, pasien hanya
meminum obat penurun panas yang dibeli di warung. Pasien jarang minum air, lebih
sering menonton tv, dan sering menahan BAK lama. Tidak ada riwayat penyakit
kencing manis. Tidak ada riwayat pemasangan kateter melalui saluran kencing.
Pasien tidak hamil dan sedang menggunakan pil KB.
3
Gangguan menelan : Tidak ada Perubahan dalam miksi : Tidak ada
Pendengaran : Tidak ada Perubahan dalam haid : Tidak ada
Mulut : Tidak ada
Gigi : Tidak ada f. Keluhan tangan dan kaki :
Suara : Tidak ada Rasa kaku : Tidak ada
Rasa lelah : Tidak ada
c. Keluhan organ di leher : Nyeri otot/sendi : Tidak ada
Rasa sesak di leher : Tidak ada Kesemutan/baal : Tidak ada
Pembesaran kelenjar : Tidak ada Patah tulang : Tidak ada
Tidak ada keluhan Nyeri belakang sendi lutut : Tidak
Kaku kuduk : Tidak ada ada
Nyeri tekan : Tidak ada
d. Keluhan organ di thorax : Luka/bekas luka : Tidak ada
Sesak nafas : Tidak ada Bengkak : Tidak ada
Sakit dada : Tidak ada
Nafas berbunyi : Tidak ada g. Keluhan-keluhan lain :
Batuk : Tidak ada Kulit :Tidak ada
Jantung berdebar : Tidak ada Ketiak : Tidak ada
Keluhan kelenjar limfe : Tidak
ada
e. Keluhan organ di perut : Keluhan kelenjar endokrin :
1. Haid : Tidak ada
Nyeri lokal : Ada
2. DM : Tidak ada
Nyeri tekan : Ada
3. Tiroid : Tidak ada
Nyeri seluruh perut : Tidak ada
4. Lain-lain : Tidak ada
Nyeri berhubungan dengan :
- Makanan : Tidak ada
- BAB : Tidak ada ANAMNESA TAMBAHAN
- Haid : Tidak ada
Perasaan tumor di perut : Tidak a. Gizi : kualitas : Cukup
ada kuantitas : Cukup
Muntah-muntah : Ada b. Penyakit menular : Tidak ada
Diare : Tidak ada c. Penyakit turunan : Tidak ada
Obstipasi : Tidak ada d. Ketagihan : Tidak ada
Tenesmi ad ani : Tidak ada e. Penyakit venerik : Tidak ada
Perubahan dalam BAB : Tidak ada
4
B. STATUS PRAESEN
I. KESAN UMUM :
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Watak : Kooperatif
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Pergerakan : Terbatas
Tidur : Terlentang dengan 1 bantal
Berat Badan : 70 Kg
Tinggi Badan : 160 cm
Keadaan gizi : IMT 27,34
- Gizi kulit : Baik
- Gizi otot : Baik
Bentuk badan : Atletikus
Umur yang ditaksir : Sesuai
Kulit : Putih
b. Keadaan Sirkulasi
c. Keadaan Pernafasan :
Tipe : Thoracoabdominal
Frekuensi : 20x/menit
Corak : Normal
Hawa/bau nafas : Normal
Bunyi nafas : Tidak ada
5
6
II. PEMERIKSAAN KHUSUS :
a. Kepala :
1. Tengkorak
- Inspeksi : Normocephal
- Palpasi : Tidak ada kelainan
2. Muka
- Inspeksi : Simetris
- Palpasi : Tidak ada kelainan
3. Mata
Letak : Simetris
Kelopak mata : Tidak ada kelainan
Kornea : Jernih
Refleks kornea : +/+
Pupil : Bulat, isokor
Reaksi konvergensi : +/+
Lensa mata : Jernih
Sklera : Ikterik -/-
Konjungtiva : Anemis -/-
Iris : Tidak ada kelainan
Pergerakan : Normal, ke segala arah
Reaksi cahaya : Direk +/+, Indirek +/+
Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Telinga
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada kelainan
Pendengaran : Tidak ada kelainan
5. Hidung
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Sumbatan : Tidak ada
Ingus : Tidak ada
6. Bibir
7
Sianosis : Tidak ada
Kheilitis : Tidak ada
Stomatitis angularis : Tidak ada
Rhagaden : Tidak ada
Perleche : Tidak ada
7. Gigi dan gusi : 87654321 12345678 caries
87654321 12345678 X tanggal
b. Leher
1. Inspeksi
- Trakea : Tidak terlihat ada deviasi
- Kel.tiroid : Tidak tampak membesar
- Pembesaran vena : Tidak tampak dilatasi vena jugularis
- Pulsasi vena leher : Tidak terlihat
2. Palpasi
- Kel. getah bening : Tidak teraba
- Kel. Tiroid : Tidak tampak pembesaran
- Tumor : Tidak ada
- Otot leher : Tidak ada kelainan
8
- Kaku kuduk : Tidak ada
3. Pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis : 5+1 cmH2O
Hepato Jugular Refluks : Tidak ada
9
c. Ketiak
1. Inspeksi
- Rambut ketiak : Tidak ada kelainan
- Tumor : Tidak ada
2. Palpasi
- Kel. getah bening : Tidak teraba
- Tumor : Tidak ada
d. Pemeriksaan Thorax
Thorax depan :
1. Inspeksi :
Bentuk umum : Simetris
Sela iga : Normal, Tidak melebar/ menyempit
Sudut epigastrium : < 90°
Diameter frontal - sagital : Diameter frontal < diameter sagital
Pergerakan : Simetris
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Kulit : Tidak ada kelainan
Tumor : Tidak ada
Ictus cordis : Tidak terlihat
Pulsasi lain : Tidak ada
Pelebaran vena : Tidak ada
2. Palpasi :
Kulit : Tidak ada kelainan
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Mammae : Tidak ada kelainan
Sela iga : Normal, tidak melebar/ menyempit
Paru-paru : Kanan
Kiri
- Pergerakan : Simetris Kanan =
Kiri
- Vocal Fremitus : Normal Kanan =
Kiri
Ictus Cordis : Teraba
10
- Lokalisasi : ICS V, Linea midclavicularis sinistra
- Intensitas : Normal
- Pelebaran : Tidak ada
- Thrill : Tidak ada
11
3. Perkusi :
Paru-paru : Kanan Kiri
Suara perkusi : Sonor Sonor
Batas paru-hepar : ICS V, linea midclavikularis dextra
Peranjakan : Satu sela iga
Jantung :
Batas kanan : ICS IV, Linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V, Linea midclavicularis sinistra
Batas atas : ICS II, Linea sternalis Sinistra
4. Auskultasi
Paru-paru : Kanan Kiri
Suara pernafasan pokok: VBS Kanan = Kiri
Suara tambahan : Ronki -/-, wheezing -/-
Vokal Resonansi : Normal Kanan = Kiri
Jantung :
Irama : Reguler
Bunyi jantung pokok : M1 > M2 P1 < P2
T1 > T2 A1 <A2 A2>P2
Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
Bising jantung : Tidak ada
Bising gesek jantung : Tidak ada
Thorax belakang :
1. Inspeksi :
Bentuk : Simetris
Pergerakan : Simetris
Kulit : Tidak ada kelainan
Muskulator : Tidak ada kelainan
2. Palpasi
Sela iga : Normal, tidak melebar/ menyempit
Muskulatur : Tidak ada kelainan
Vocal Fremitus : Normal, Kanan = kiri
3. Perkusi: Kanan Kiri
12
Perkusi perbandingan : Sonor Sonor
Batas bawah : Vertebra Th.X Vertebra Th.XI
Peranjakan : Satu sela iga
4. Auskultasi :
Suara pernafasan : VBS Kanan = Kiri
Suara tambahan : ronki-/-, wheezing -/-
Vokal resonance : Normal Kanan = Kiri
e. Abdomen
1. Inspeksi :
Bentuk : Datar
Otot dinding perut : Tidak ada kelainan
Kulit : Tidak ada kelainan
Umbilikus : Tidak ada kelainan
Pergerakan usus : Tidak terlihat
Pulsasi : Tidak ada
Venektasi : Tidak ada
2. Auskultasi
Bising usus : (+) Normal
Bruit : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada kelainan
3. Perkusi :
- Suara perkusi : Tympani
- Ascites : Tidak ada
Pekak samping :-
Pekak pindah :-
Fluid Wave :-
4. Palpasi :
13
Besar :-
Konsistensi :-
Permukaan :-
Tepi :-
Nyeri tekan :-
Lien : Tidak teraba, ruang Traube kosong
Pembesaran :-
Konsistensi :-
Permukaan :-
Incissura :-
Nyeri tekan :-
Tumor/massa : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba, Nyeri tekan: +/-
Ballotement ginjal : -/-
g. Lipat paha :
14
Bentuk : Simetris, tidak ada deformitas
Pergerakan : Tidak terbatas Tidak
terbatas
Kulit : Tidak ada kelainan Tidak ada
kelainan
Otot : Tidak ada kelainan Tidak ada
kelainan
Edema : Tidak ada Tidak ada
Clubbing finger : Tidak ada -
Palmar eritem : Tidak ada -
15
2. Palpasi Nyeri tekan : Tidak ada Tidak
ada
Tumor : Tidak ada Tidak
ada
Edema
(Pitting/Non pitting) : Edema (-/-) Edema
(-/-)
Pulsasi arteri : A. Radialis (+/+) A.Dorsalis
pedis (+/+)
l. Sendi-sendi :
DARAH
Basofil :0%
Hb : 13,5 g/dL Eosinofil : 1%
Ht : 42 % Segmen : 80 %
Leukosit : 12 x 103/uL Limfosit : 17 %
Eritrosit : 3,7 x 106 /uL Monosit : 2%
Trombosit : 258 x103/uL
URINE
Warna : Kuning
16
Kekeruhan : Keruh
Bau : Amoniak
Sedimen Leukosit : 12-18/lpb
Eritrosit : 5-8/lpb
Silinder :+
Bakteri :+
Nitrit : +GULA DARAH
(25 Agustus 201)
Darah Puasa :
IV. Resume
Seorang wanita berusia 34 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kanan
yang dirasakan sejak 6 hari yang lalu. Nyeri dirasakan terus menerus. Keluhan disertai
demam7 hari yang lalu, menggigil saat demam, mual, muntah 3x berisi cairan dan makanan
tanpa darah maupun lendir. Sekitar 3 minggu yang lalu disuria, polakisuria, dan urgensi.
Pasien memiliki riwayat keputihan yang banyak, berwarna coklat, dan berbau sejak 3 bulan
yang lalu dan belum pernah diobati. Keluhan nyeri pinggang ini baru pertama kali dirasakan
oleh pasien. Pasien belum pernah berobat ke dokter untuk keluhan nyeri pinggang tersebut,
pasien hanya meminum obat penurun panas yang dibeli di warung. Pasien jarang minum air,
lebih sering menonton tv, dan sering menahan BAK lama. Tidak ada riwayat penyakit
kencing manis. Tidak ada riwayat pemasangan kateter melalui saluran kencing. Pasien tidak
hamil dan sedang menggunakan pil KB.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Kesadaran compos mentis, kesan sakit sedang
Status gizi : IMT 27,34
Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 38 0C
Kepala
Konjungtiva tak anemis, sklera tak ikterik
Leher
JVP 5+1 CmH2O, KGB tidak teraba membesar
Thorax
Cor: Bunyi jantung SI-S2 murni reguler. Murmur (-)
17
Pulmo: Bentuk dan gerak simetris, VBS ka=ki, Ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen Datar, lembut. NT suprapubis (+), nyeri ketok CVA +/-, massa di ginjal -/-,
BU (+) normal, turgor kulit agak menurun.
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba, Ruang Traube kosong
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik
Pemeriksaan laboratorium
DARAH
Hb : 13,5 g/dL
Ht : 42 %
Leukosit : 12 x 103/uL
Eritrosit : 3,7 x 106 /uL
Trombosit : 258 x103/uL
Basofil :0%
Eosinofil : 1%
Segmen : 80 %
Limfosit : 17 %
Monosit : 2%
URINE
Warna : Kuning
Kekeruhan : Keruh
Bau : Amoniak
Sedimen Leukosit : 12-18/lpb
Eritrosit : 5-8/lpb
Silinder :+
Bakteri :+
Nitrit : +GULA DARAH
V. Diagnosis Banding
18
VII. Usul Pemeriksaan
1. Kultur urine dan tes resistensi antimikroba
2. USG Ginjal dan Pelvic
3. Apusan sekret vagina
19
VIII. Tatalaksana
Non Farmakologi:
IX. Prognosis
20
TINJAUAN PUSTAKA
INFEKSI SALURAN KEMIH
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria,
dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih
termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun
perempuan cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada
laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus).
Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan.
Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1 % meningkat menjadi 5%
selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat
mencapai 30%, baik laki-laki maupun perempuan bila disertai faktor predisposisi
seperti berikut litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis
papilar, diabetes mellitus pasca transplantasi ginjal, nefropati analgesik, penyakit
sickle-cell, senggama, kehamilan dan peserta KB dengan table progesterone, serta
kateterisasi. Sebanyak 80% mikroorganisme tersering penyebab ISK yaitu
Escherichia coli.
21
Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh
kuman gram negatif. Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada
yang simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria seperti
Proteus mirabilis (30 % dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki tetapi
kurang dari 5 % pada anak perempuan ), Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas
aeruginosa dapat juga sebagai penyebab. Organisme gram positif seperti
Streptococcus faecalis (enterokokus), Staphylococcus epidermidis dan
Streptococcus viridans jarang ditemukan. Pada uropati obstruktif dan kelainan
struktur saluran kemih pada anak laki-laki sering ditemukan Proteus species. Pada
ISK nosokomial atau ISK kompleks lebih sering ditemukan kuman Proteus dan
Pseudomonas.
KLASIFIKASI
Infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi infeksi di dalam saluran
kemih. Akan tetapi karena adanya hubungan satu lokasi dengan lokasi lain sering
didapatkan bakteri di dua lokasi yang berbeda. Klasifikasi diagnosis Infeksi
Saluran Kemih dan Genitalia Pria yang dimodifikasikan dari panduan EAU
(European Association of Urology) dan IDSA (Infectious Disease Society of
America) terbagi kepada ISK non komplikata akut pada wanita, pielonefritis non
komplikata akut, ISK komplikata, bakteriuri asimtomatik, ISK rekurens, uretritis
dan urosepsis. Berdasarkan lokasi, ISK dibagi menjadi ISK bawah (sistitis,
prostatitis, epidimidis, dan uretritis) dan ISK atas (Pielonefritis akut dan
Pielonefritis kronik).
Pielonefritis akut (PNA) adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri. Pielonefritis kronis (PNK) mungkin akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran
kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonifritis kronik yang
spesifik.
Selain itu, ISK juga dinyatakan sebagai ISK uncomplicated (simple) dan
ISK complicated. ISK simple adalah infeksi yang terjadi pada insan sehat dan
22
tidak menyebar ke tempat tubuh yang lain. ISK simple ini biasanya sembuh
sempurna sesuai dengan pemberian obat. Sementara ISK complicated adalah
infeksi yang disebabkan oleh kelainan anatomis pada seluran kemih, menyebar ke
bagian tubuh yang lain, bertambah berat dengan underlying disease, ataupun
bersifat resisten terhadap pengobatan. Berbanding dengan yang simple, ISK
complicated lebih sukar diobati.
23
Sifat patogenisitas lain dari E. coli berhubungan dengan toksin. Dikenal
beberapa toksin seperti α-haemolisin, CNF-1, dan iron uptake system (aerobactin
dan enterobactin) . Hampir 95% α-haemolisin terikat pada kromosom dan
berhubungan dengan pathogenicity islands (PAIS) dan hanya 5% terikat pada gen
plasmid.
Resistensi uropatogenik E. coli terhadap serum manusia dengan perantara
beberapa faktor terutama aktivasi sistem komplemen termasuk membrane attack
complex (MAC). Menurut beberapa peneliti uropatogenik mikroorganisme (MO)
ditandai dengan ekspresi faktor virulensi ganda. Beberapa sifat uropatogen MO :
seperti resistensi serum, sekuestrasi besi, pembentukan hidroksat dan antigen K
yang muncul mendahului manifestasi klinis ISK. Gen virulensi dikendalikan
aktor luar seperti suhu, ion besi, osmolaritas, pH, dan tekanan oksigen.
3. Faktor virulensi variasi fase. Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan
untuk mengalami perubahan bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep
variasi fase MO ini menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi
diantara individu dan lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup
bakteri berbeda dalam kandung kemih dan ginjal.
Peranan Faktor Tuan Rumah (Host)
1. Faktor predisposisi pencetus ISK. Penelitian epidemiologi klinik mendukung
hipotesis peranan status saluran kemih merupakan faktor risiko atau pencetus ISK.
Jadi faktor bakteri dan status saluran kemih pasien mempunyai peranan penting
untuk kolonisasi bakteri pada saluran kemih. Kolonisasi bakteri sering mengalami
kambuh (eksaserbasi) bila sudah terdapat kelainan struktur anatomi saluran
kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran
kemih dapat menyebabkan gangguan proses klirens normal dan sangat peka
terhadap infeksi.
2. Status imunologi pasien (host). Vesica urinaria mempunyai mekanisme
pertahanan melawan organisme asing. Pengeluaran bakteria secara terus menerus
dengan berkemih adalah mekanisme untuk mengeluarkan bakteri yang telah
mencapai pintu masuk. Fungsi fagosit dari dinding saluran kemih memberi kesan
sebagai pertahanan lain, seperti karakter antibakteri urin sendiri. Penelitian
24
laboratorium mengungkapkan bahwa golongan darah dan status sekretor
mempunyai kontribusi untuk kepekaan terhadap ISK.
Pada tabel dibawah ini dapat dilihat beberapa faktor yang dapat
meningkatkan hubungan antara berbagai ISK (ISK rekuren) dan status sekretor
(sekresi antigen darah yang larut dalam air dan beberapa kelas imunoglobulin)
sudah lama diketahui. Prevalensi ISK juga meningkat terkait dengan golongan
darah AB, B, PI (antigen terhadap tipe fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe
golongan darah Lewis.
Patofisiologi ISK
Pada individu normal, laki-laki maupun perempuan urin selalu steril
karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal merupakan
tempat kolonisasi mikroorganisme non-pathogenic fastidious gram-positive dan
gram negatif. Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending
dari uretra ke dalam saluran kemih yang lebih distal, misalnya kandung kemih28.
Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal.
Proses ini dipermudah refluks vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme
25
hematogen sangat jarang ditemukan di klinik, mungkin akibat lanjut dari
bakteriemia. Ginjal diduga merupakan lokasi infeksi sebagai akibat lanjut
septikemi atau endokarditis akibat S. Aureus.
PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Gambaran Klinis
Setiap pasien dengan ISK pada laki dan ISK rekuren pada perempuan
harus dilakukan investigasi faktor predisposisi atau pencetus.
1. Pielonefritis Akut (PNA)
Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi (39,5-40,5°C), disertai menggigil
dan sakit pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering didahului gejala ISK
bawah (sistitis).
2. ISK bawah (sistitis)
Presentasi klinis sistitis seperti sakit suprapubik, polakisuria, nokturia, disuria,
stranguria.
26
3. Sindrom Uretra Akut (SUA)
Presentasi klinis SUA sulit dibedakan dengan sistitis. SUA sering ditemukan
pada perempuan usia antara 20-50 tahun. Presentasi klinis SUA hanya disuri
dan sering kencing, disertai cfu/ml urin <105 sering disebut sistitis abakterialis.
SUA dibagi 3 kelompok pasien : a) Pasien dengan piuria. Biakan urin dapat
diisolasi E. coli dengan dfu/ml urin 103-105. Sumber infeksi berasal dari
kelenjar peri uretral atau uretra sendiri. Kelompok pasien ini memberikan
respon baik terhadap antibiotik standar seperti ampicillin. b) Pasien lekosituri
10-50/ lapang pandang tinggi dan kultur urin steril. Kultur khusus ditemukan
Chlamydia trachomatis atau bakteri anaerobik. c) Pasien tanpa piuri dan biakan
urin steril.
4. ISK Rekuren
ISK rekuren terdiri 2 kelompok; yaitu: a). Re-infeksi (re-infections). Pada
umumnya episode infeksi dengan interval >6 minggu mikroorganisme (MO)
yang berlainan. b). Relapsing infection. Setiap kali infeksi disebabkan MO
yang sama, disebabkan sumber infeksi tidak mendapat terapi yang adekuat.
Pemeriksaan Penunjang
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa puter, kultur
urin, serta jumlah kuman/mL urin merupakan protocol standar untuk pendekatan
diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik transportasi
sampel urin harus sesuai dengan protocol yang dianjurkan. Investigasi lanjutan
terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin, harus berdasarkan indikasi
yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu
atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK.Renal imaging
procedures untuk investigasi faktor predisposisi ISK termasuklah ultrasonogram
(USG), radiografi (foto polos perut, pielografi IV, micturating cystogram), dan
isotop scanning.
27
Pemeriksaan laboratorium
1. Urinalisis
a. Leukosuria
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan
adalah ISK. Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang besar
(LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada sediment urin
menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya leukosuria tidak selalu
menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi.
Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan
kultur.
Leukosiuria
b. Hematuria
Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila
dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai
keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain
misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau nekrosis papilaris.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram.
Dinyatakan positif bila dijumpai 1 bakteri /lapangan pandang minyak emersi.
28
b. Biakan bakteri
Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri
dalam jumlah bermakna sesuai dengan criteria Cattell, 1996:
• Wanita, simtomatik
PENATALAKSANAAN
Infeksi saluran kemih bawah
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika
yang adekuat, dan kalau perlu terapi asimtomatik untuk alkalinisasi urin:
29
• Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua
gejala hilang dan tanpa lekositoria.
Reinfeksi berulang (frequent re-infection)
• Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi
faktor resiko.
• Tanpa faktor predisposisi
- Asupan cairan banyak
- Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran
tunggal (misal trimetroprim 200mg)
- Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.
Sindroma uretra akut (SUA). Pasien dengan SUA dengan hitungan kuman
30
ampisilin dan sefalosporin dengan spectrum luas dengan atau tanpa
aminoglikosida. Antibiotika merupakan terapi utama pada ISK. Hasil uji kultur
dan tes sensitivitas sangat membantu dalam pemilihan antibiotika yang tepat.
Efektivitas terapi antibiotika pada ISK dapat dilihat dari penurunan angka lekosit
urin disamping hasil pembiakan bakteri dari urin setelah terapi dan perbaikan
status klinis pasien. Idealnya antibiotika yang dipilih untuk pengobatan ISK harus
memiliki sifat-sifat sebagai berikut : dapat diabsorpsi dengan baik, ditoleransi
oleh pasien, dapat mencapai kadar yang tinggi dalam urin, serta memiliki
spektrum terbatas untuk mikroba yang diketahui atau dicurigai. Pemilihan
antibiotika harus disesuaikan dengan pola resistensi lokal, disamping juga
memperhatikan riwayat antibiotika yang digunakan pasien
31
Terapi ISK atas berkomplikasi
Antibiotik Dosis Interval
Sefepime 1 gram 12 jam
Siprofloksasin 400 mg 12 jam
Levofloksasin 500 mg 24 jam
Ofloksasin 400 mg 12 jam
Gentamisin + Ampisilin 3-5 mg/kgBB 24 jam
Piperasilin + Tazobaktam 3,375 gram 2-8 jam
Imipenem + Silastatin 250-500 mg 6-8 jam
PENCEGAHAN
Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria
asimtomatik bersifat selektif dengan tujuan utama untuk mencegah menjadi
bakteriuria disertai presentasi klinik ISK. Uji saring bakteriuria harus rutin dengan
jadual tertentu untuk kelompok pasien perempuan hamil, pasien DM terutama
perempuan, dan pasca transplantasi ginjal perempuan dan laki-laki, dan kateterasi
laki-laki dan perempuan.
32