Anda di halaman 1dari 4

Manajemen Risiko

Summary : Manajemen Risiko Pasar Modal Nama : Cantika Retno Arimurti


Tanggal : Selasa, 24 Maret 2020 NIM : 201880225

4.1 Manajemen Risiko Industri Pasar Modal


Manajemen risiko pasar modal memiliki 4 fungsi penting:
1. Untuk melindungi perusahaan – perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
terhadap risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional, dan risiko hukum.
2. Untuk melindungi industri pasar modal Indonesia dan ekonomi nasional dari risiko
sistemik.
3. Untuk melindungi nasabah perusahaan dari kerugian besar seperti gagal bayar
perusahaan, penyalahgunaan, penipuan, fraud dan lainnya.
4. Untuk melindungi perusahaan penunjang dan perusahaan terkait dengan pasar modal
terhadap risiko.
Ada beberapa risiko yang dihadapi dalam industri pasar modal diantaranya adala:
- Risiko Pasar
- Risiko Kredit
- Risiko Likuiditas
- Risiko Operasional
- Risiko Sistemik
Ada 3 tipe investor dalam melakukan investasi di pasar modal, yaitu:
1. Risk seeker, dimana investor yang suka terhadap risiko dimana imbal hasil yang
diharapkan (expected return) tinggi sesuai dengan risiko yang akan di tanggung.
2. Risk neutrality, dimana investor ini netral terhadap risiko, artinya imbal hasil investasi
yang diharapkan tidak terlalu tinggi ekuivalen dengan tingkat risiko yang diterima.
3. Risk averter, dimana investor yang tidak berani menerima risiko sehingga imbal hasil
yang diharapkan juga rendah.
4.2 Penerapan Manajemen Risiko Pasar Modal
Tujuan dari implementasi manajemen risiko adalah untuk memaksimalkan dan mengamankan
aset serta modal akibat kerugian investasi dengan meminimalkan eksposur yang memiliki
potensi risiko yang dapat secara mendadak merugikan sumber daya perusahaan. Menerapkan
manajemen risiko pada perusahaan akan mempunyai nilai tambah (value added) karena
perusahaan sudah memiliki mitigasi terhadap risiko.
4.2.1 Regulator
Kegiatan regulator dalam mengatur menerapkan manajemen risiko memiliki beberapa
prinsip yaang harus dipenuhi yaitu;
a. Tanggung Jawab yang Jelas
b. Independen dan Akuntabilitas
c. Payung Hukum dan Sumber Daya
d. Proses Pengaturan Jelas dan Konsisten
e. Memantau Kinerja Pegawai
4.2.2 Self – Regulation Organization (SRO)
Prinsi – prinsip yang harus dipatuhi oleh SRO :
a. Otoritas dan Pengawasan
SRO yang kuat diperlukan untuk meminimalkan terjadinya risiko. Beberapa hal
yang harus harus dilakukan oleh SRO ;
- Memperlakukan semua anggota SRO secara adil dan konsisten
- Mengembangkan aturan yang dirancang untuk menetapkan standar perilaku bagi
para anggotanya
- Bekerjasama dengan regulator dan SRO lainnya untuk menyelidiki dan
menegakkan hokum dan peraturan yang berlaku
- Mengembangkan aturan yang dirancang untuk menetapkan strandar perilaku bagi
para anggotanya
4.2.3 Emiten
Tujuan menerapkan manajemen risiko untuk emiten adalah dapat memastikan
perlindungan investor dan pasar secara sejajar, teratur dan efisien.
4.2.4 Perantara Pedagang
Perantara pedagang harus memenuhi dan mematuhi ketentuan sebagai berikut:
- Integritas
- Persyaratan Kontrak
- Informasi Tentang Pelanggan
- Informasi untuk Pelanggan
- Aset Pelanggan
- Perilaku Pasar
- Kontrol Operasional
- Konflik Kepentingan

STUDI KASUS BUSINESS RISK AND MARKET RISK


PT GUDANG GARAM, Tbk
Salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yaitu PT Gudang Garam sempat
menjadi perusahaan yang juga mendapat dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat yang melanda Indonesia, seperti berita yang dilansir oleh
liputan6.com berikut ini:
Dampak Pelemahan Rupiah Mulai Terasa ke Emiten
Pelemahan mata uang rupiah dalam beberapa hari terakhir mempengaruhi laba-laba
perusahaan yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan data
Bloomberg, nilai tukar rupiah pada hari ini, Rabu (21/8/2013) sudah menyentuh ke level
Rp 10.963 per dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan nilai tukar rupiah yang terjadi hari
ini sangat mempengaruhi emiten-emiten yang sudah melantai di bursa.
Kepala Strategi Riset dan Ekuitas Bahana Sekuritas me Harry Su mengatakan, akibat
dampak pergerakan pelemahan rupiah, banyak emiten yang terkena dampak dari
pelemahan rupiah tersebut. "Jelaslah, pelemahan rupiah itu sangat jelek untuk pasar. Tapi
emiten yang mempunyai utang berdasarkan mata uang dolar AS," ujar Harry ketika
ditemui dalam acara Halal bi Halal Bahana Group dan Market Update di Graha Cimb
Niaga, Jakarta, Rabu (21/8/2013).

Menurut Harry, selain faktor pelemahan rupiah yang mempengaruhi laba bersih di setiap
emiten, dan juga kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate). Adapun saham
yang sangat terpengaruh terhadap pelemahan nilai tukar rupiah adalah, PT Indosat Tbk
(ISAT). Saham telekomunikasi tersebut terkena dampak 17,9% dari laba bersih,
sedangkan pengaruh BI Rate hampir sebesar 24% dari raihan laba bersih.
Selain ISAT, laba bersih perusahaan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga megalami
penurunan hingga 0,9%. Laba PT Bakrie Telekomunikasi Tbk (BTEL) juga mengalami
penurunan hingga 5,9% dan laba bersih PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) mengalami
penurunan 5,9%.
Lanjut Harry, pelemahan rupiah juga menurunkan laba bersih emiten, tapi juga
memberikan dampak pada keuntungan emiten. PT Timah Tbk (TINS) mengalami
penurunan keuntungan hingga 5,2%, sedangkan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
mengalami penurunan laba bersih hingga 3,4%. "Pelemahan mata uang rupiah juga
berdampak pada PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mengalami penurunan laba
bersih hingga sebesar 3,9%," tegasnya. Ditambahkannya, pelemahan rupiah yang
semakin tajam, memang mempengaruhi kinerja emiten, khususnya yang berpendapatan
mata uang dolar AS. Berdasarkan berita diatas PT Gudang Garam menjadi salah satu
perusahaan yang mengalami penurunan laba bersihnya sebesar 0,9% akibat melemahnya
nilai rupiah.
Hal ini dialami oleh PT Gudang Garam karena perusahaan membutuhkan bahan baku
utama berupa tembakau dan cengkeh yang berkualitas untuk produk mereka, sementara
kualitas panen tembakau dan cengkeh lokal yang menjadi bahan baku utama tersebut
sangatlah bergantung pada cuaca, faktor cuaca yang kini sering tidak menentu
mengakibatkan penurunan kualitas panen kedua bahan baku tersebut. Sehingga
perusahaan terpaksa harus mengimpor persediaan bahan baku mereka dari luar negeri
agar kualitas atas produk yang dihasilkan tetap terjaga. Inilah yang menyebabkan
menurunnya pendapatan dan laba bersih perusahaan.
Selain itu penurunan pendapatan dan laba bersih Gudang Garam dapat disebabkkan juga
oleh aturan pemerintah, karena sebelumnya industri rokok diberatkan dengan aturan
pemerintah yaitu regulasi mengenai rokok, PP Nomor 109 tentang Pengamanan Bahan
yang Mengandung Zat Adiktif berupa produk Tembakau bagi kesehatan yang
dikeluarkan pemerintah tahun 2012 kemarin yang mengacu pada Framework Convention
on Tobacco Control (FCTC) yang dicanangkan oleh WHO pada tahun 2003, salah satu
aturannya yang berupa kenaikan bea pita cukai yang secara terus menerus dan juga
kewajiban menampilkan gambar - gambar seram dari bahayanya rokok pada kemasan
dan iklan rokok.
Biaya pita cukai dan PPN Gudang Garam pada tahun 2013 mencapai 29 triliun, atau
setara 67% dari total beban biaya pokok penjualan Gudang Garam. Dan jika
dibandingkan dengan pendapatan penjualan, biaya pita cukai Gudang Garam tahun 2013
setara dengan 54% hasil pendapatan penjualan perusahaan. Artinya, 54% dari total
pendapatan penjualan Gudang Garam tahun 2013 digunakan untuk membayar bea pita
cukai dan PPN. Dan jika dilihat dalam beberapa tahun belakang, kontribusi biaya pita
cukai dan PPN tersebut nilainya selalu diatas 50% dari total pendapatan penjualan
Gudang Garam. Bagaimana pun itu perusahaan harus tetap mengeluarkan dana untuk
membayar besarnya biaya pita cukai sesuai aturan.
Serta kewajiban perusahaan menampilkan gambar-gambar dari bahaya dan dampak
negatif rokok pada kemasan serta iklan produk secara tidak langsung akan mengurangi
minat para konsumen untuk merokok, hal ini tentu saja akan menurunkan penjualan
rokok, termasuk rokok Gudang Garam itu sendiri, dan dampak lainnya dari ketatnya
aturan pemerintah dalam industri rokok adalah Gudang Garam harus mengurangi dan
menghemat biaya perusahaan yang lainnya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan
kebijakan penawaran pensiun dini kepada para karyawannya terutama karyawan
borongan sigaret kretek tangan (SKT) dan operasional dengan alasan untuk
mengantisipasi dampak buruk yang akan terjadi pada perusahaan dimasa mendatang
akibat bertambah ketatnya peraturan industri rokok yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai