Pembimbing
dr. JANUAR H.M.SITORUS, Sp.M
Oleh :
AARON F.S. SIMATUPANG, S.Ked
Fakultas Kedokteran
Universitas Methodist Indonesia
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
dapat menyelesaikan tulisan tentang Glaukoma Akut. Adapun tulisan ini disusun
dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan kepaniteraan klinik senior di SMF
ilmu mata RSUD dr.Djasamen Saragih .
Pada kesempatan ini ,izinkan penulis menyampaikan rasa terimakasih
kepada dr. Januar H.M.Sitorus, Sp.M yang telah membimbing dan mendidik
penulis selama menjalani kepaniteraan klinik senior .selain itu, penulis juga
hendak menyampaikan terimakasih kepada dokter dan tenaga medis lainnya di
bagian ini.
Penulis mendapatkan manfaat yang besar selama mengumpulkan dan
memahami materi tulisan serta pada saat menyusun tulisan ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dan memberikan
informasi yang minimal. Untuk itu, masukan yang membangun sangat penulis
harapkan. Semoga tulisan ini dapat menambah wawasan kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari kata yunani yaitu γλαύκος, dalam ejaan inggris
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma (Ilyas, 2011).
Keadaan dimana drainase aqueous humor melalui sinus venosus sklera ke dalam
kamera okuli anterior dan posterior meningkat, kondisi inilah disebut Glaukoma
(Moore, 2013).
Penyakit ini ditandai oleh pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan
Terdapat empat jenis klasifikasi untuk glaukoma menurut Vaughan antara lain
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Epidemiologi
Glaukoma simpleks adalah bentuk glaukoma yang paling sering pada ras kulit
hitam dan putih. Di Amerika Serikat, 1,29 – 2% orang berusia lebih dari 40 tahun,
meningkat hingga 4,7% pada orang berusia lebih dari 75 tahun, diperkirakan
mengidap glaukoma sudut terbuka primer. Pada orang kulit hitam, penyakit ini
empat kali lebih umum dan enam kali lebih sering menimbulkan kebutaan
(Vaughan, 2008).
Dari hasil survey jumlah penyakit Glaukoma simpleks di RSUD Dr. Pirngadi
Medan, terdapat 47 kasus ditahun 2012 dan terdapat 25 kasus pada tahun 2013
2
a. Ras / etnik
Orang yang memiliki ras Inuit memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan
dengan ras yang lain. Insiden glaukoma akut sekitar 0,1-0,6 % pada ras kulit
putih, 0,1-0,2 % pada kulit hitam, 2,1-5,0% pada ras inuit, dan o,4% pada ras
asia.
b. Biometric okular
Faktor predisposisi yang paling penting utnuk terjadinya glaukoma sudut
tertutup adalah kedalaman kamera okuli yang dangkal, lensa mata yang terlalu
tebal, peningkatan kelengkungan anterior lensa dan ukuran axial bola mata
yang pendek. Kedalaman kamera okuli anterior yang kecil dari 2,5 mm dapat
menjadi faktor predisposisi terbentuknya sudut tertutup.
c. Usia
Prevalensi glaukoma sudut tertutup meningkat dengan setiap dekade
kehidupan setelah usia 40 tahun karena dengan bertambahnya usia akan terjadi
penebalan lensa.
d. Riwayat keluarga
Pada ras kulit putih terjadi peningkatan sekitar 1 % dan ada ras inuit atau
Eskimo terdapat faktor resiko 3,5 kali pada individu yang memiliki riwayat
keluarga dengan glaukoma.
2.4. Patofisiologi
Sudut tertutup didefinisikan oleh aposisi iris ke trabekula meshwork dan
menyebabkan pengurangan drainase aqueous humor yang dihasilkan melalui
ruang anterior. Dalam mempertimbangkan patogenesis yang mendasari penutupan
sudut, penting untuk menilai ukuran relatif dan mutlak dan posisi dari masing-
masing struktur segmen anterior dan perbedaan tekanan antara kamar okuli
posterior dan anterior.
Secara konseptual, mekanisme penutupan sudut jatuh menjadi 2 kategori
1. Lateral Iris terdorong ke depan menutupi sudut bilik mata depan
a. Blok pupil absolute
b. Blok pupil relative
c. Badan siliar mengalami edema dan inflamasi
3
d. Tumor pada segmen posterior
e. Dislokasi lensa
2. Lateral iris tertarik ke depan menutupi sudut bilik mata depan
a. Pertumbuhan jaringan fibrous dan jaringan sikatrik pada iris
b. Trauma dan lesi bekas operasi
Patofisiologi glaukoma primer sudut tertutup yaitu:
3
Blok pupil merupakan penyebab terbanyak glaukoma akut. Aliran
aqeuous humor dari posterior terhalang oleh hambatan pada pupil. Hambatan ini
menyebabkan perbedaan tekanan antara bilik mata depan dan belakang. Hal ini
akan menyebabkan iris terlalu melekuk kearah depan (trabekula meshwork ). Blok
pupil terjadi maksimal ketika pupil berdilatasi sehingga pupil menutup trabekula.
Ini akan menyebabkan tekanan intraokular terus meningkat dan menyebabkan
penekanan pada saraf optik. Blok pupil absolute terjadi ketika tidak ada
pergerakan aqeuous humor yang melewati pupil karena terjadi penyumbatan total.
Blok pupil relative terjadi ketika aliran lambat aqeuous humor disebabkan kontak
iris dengan lensa.1,2
4
Terdapatnya darah dan eksudat pasca trauma di sudut bilik mata depan dan
kontak lama antara iris dan trabekular meshwork dapat menyebabkan sinekia
anterior dan penutupan sudut bilik mata depan. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intraokular.
2.6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik .
Gejala yang dapat ditimbulkan adalah 3,5
1. Nyeri kepala yang sangat hebat
2. Mual dan muntah muncul tiba-tiba
3. Kehilangan lapangan pandang
Apabila mata diperiksa, ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva
bulbi yang sangat hiperemik (kongestif), injeksi siliar dan kornea yang suram.
Bilik mata depan dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata
depan dari samping. Pupil tampak melebar. Reflek pupil lambat atau tidak ada.
Tajam penglihatan menurun sampai hitungan jari. Melihat warna pelangi di
sekitar lampu.5
Diagnosis baru dapat ditegakkan jika tekanan bola mata diukur, lalu
didapatkan tinggi sekali. Apabila tidak ada tonometer Schiotz, harus dipakai cara
digital. Mereka yang tidak biasa untuk menafsir tekanan bola mata dengan jari dan
merasa ragu-ragu, dianjurkan untuk membandingkan dengan mata orang lain atau
mata pemeriksa.5
Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan 1
Penurunan visus
Iluminasi oblik dari COA
5
COA diiluminasi dengan sinar dari lampu tangensial menuju bidang iris. Pada
mata dengan kedalaman COA yang normal, iris tampak seragam saat
diiluminasi. Pada mata dengan COA yang dangkal dan sudut yang tertutup
baik sebagian ataupun seluruhnya, iris menonjol ke anterior dan tidak seragam
saat diiluminasi.
Slit-lamp Biomikroskopi
a. Konjungtiva bulbi: hiperemia kongestif, dengan injeksi siliar, dan injeksi
konjungtiva.
b. Sklera dan episklera: pelebaran pembuluh darah episklera
mengindikasikan peningkatan tekanan vena episklera.
c. Kornea : tampak edema dan keruh.
d. COA : dangkal
e. Iris: .gambaran corak bergaris tak beraturan karena iris yang edem. dilatasi
pembuluh darah iris
f. Pupil : tetap pada posisi semi-dilatasi, kadang-kadang didapat midriasis
yang total, tidak ada reaksi terhadap cahaya
Tonometri
Tujuan pemeriksaan dengan tonometri adalah untuk mengetahui tekanan bola
mata seseorang(tekanan intra okuler). Rentang tekanan intra okuler normal
adalah 10-20 mmHg.
Funduskopi
Glaukoma menyebabkan perubahan yang khas pada optic cup. cup adalah
lekukan fisiologis dan bentuknya hampir selalu bulat .
6
Gambar 2.3 optic cup pada glaukoma
2.7. Diagnosis Banding
1. Iritis akut :1
a) Nyeri mata pada iritis tidak sehebat glaukoma akut.
b) Fotofobia lebih hebat daripada glaukoma akut.
c) Kornea masih mengkilat.
d) Pupil kecil
e) Bilik mata depan tidak terlalu dangkal atau normal.
f) Tekanan bola mata biasa atau rendah.
2. Konjungtivitis akut :1
a) Tidak ada nyeri atau mungkin hanya sedikit
b) Tidak ada perubahan tajam penglihatan
c) Ada secret mata
d) Hiperemisberat pada konjungtiva, tidak ada hiperemi perikorneal
3. Aneurisma intracranial sakit kepala yang sangat hebat.7
4. Akut abdomen mual, muntah, diare.7
2.8. Tatalaksana
Prinsipnya, tujuan terapi glaukoma akut adalah: menurunkan tekanan
intraokular, menjaga agar kornea tetap bening dan menurunkan nyeri. Tekanan
intraokular harus segera diturunkan. Jika dalam 6 jam TIO dapat diturunkan,
operasi dilakukan dikemudian hari. Tapi jika lebih dari 6 jam maka operasi harus
dilakukan segera.3
Obat-obatan yang dapat digunakan adalah:
7
a. Gliserin oral 1-1,5 gr/kgBB atau mannitol 1-2 gr/kgBB secara intravena untuk
menurunkan tekanan osmotik sistemik sehingga volume cairan intraokular
berkurang.2
b. Carbonic anhydrase inhibitor : Asetazolamid 250-500 mg tablet untuk
menurunkan produksi aqeuous humor. Tetapi jika mual dirasakan sangat kuat,
asetazolamid dapat diberikan secara intravena 500 mg, kemudian disusul
dengan tablet asetazolamid 250 mg setiap 4 jam jika keluhan mual sudah
hilang.Kedua step ini dapat menurunkan TIO sampai dibawah 50-60 mmHg. 2,3
c. Topical miotik agent seperti pilokarpin. Untuk terapi awal, dapat diberikan
pilokarpin 1% setiap 15 menit. Jika tidak cukup efektif untuk menurunkan
TIO maka konsentrasinya ditambah menjadi 4% dan diberikan setiap 5 menit
sekali. Baru kemudian diberikan setiap 1 jam selama satu hari. Pilokarpin
tidak cocok diberikan sebagai terapi awal karena otot pupil iskemik akibat
TIO >40-50 mmHg sehingga tidak akan berespon dengan miotic agent.3,2
d. Obat simtomatik: anti emetik, analgetik untuk menurunkan nyeri, dan sedatif.
Anestesi retrobulbar dengan xilokain 2% dapat mengurangi produksi aqeuous
humor dan rasa sakit. Rasa sakit yang sangat dapat dikurangi dengan
menggunakan morfin 50 mg subkutis. 3,2
Pada pengobatan ini, tekanan intraokular turun setelah 30 menit atau
beberapa jam kemudian. Tetapi, hanya pembedahan yang dapat mengobati
glaukoma akut kongestif. Tindakan pembedahan harus dilakukan pada mata
dengan glaukoma sudut sempit karena serangan akan berulang suatu saat nanti.
Pembedahan dilakukan jika mata sudah tenang, tekanan bola mata normal dan
persiapan untuk operasi sudah siap.2
Jadi, jika glaukoma akut berespon dengan baik dengan terapi obat-obatan.
Lapangan pandang kembali membaik, kornea jernih, sudut yang terbentuk
terbuka, TIO turun dengan sangat cepat dan pupil konstriksi maka dilakukan
operasi laser iridotomi setelahnya. Tapi jika respon terhadap terapi obat-obatan
hanya partial (sebagian) maka periksa ulang sudutnya terbuka atau tidak, jika ragu
maka lakukan iridotomi dalam 2 jam.7
Jika respon terapi obat-obatan sangat buruk, TIO >40 mmHg dengan
terapi yang intensive, dan edema kornea persisten maka harus dilakukan laser
8
iridoplasty segera yaitu 2 jam sejak konsultasi. Jika pupil terus berdilatasi maka
sebaiknya dikombinasikan antara iridoplasty dengan pupiloplasty. 7
9
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Parluasan
II. ANAMNESIS
- Dilakukan autonamnesis pada tanggal 9 Desember 2015, jam 10.00 WIB.
- Keluhan utama : Pasien mengeluh penglihatan mata kanan dan kiri buram
sejak 4 hari lalu.
- Keluhan tambahan : Pasien juga mengeluh kedua mata merah, berair, nyeri
dan pegal sekitar mata, sakit kepala, melihat pelangi dan silau.
- Riwayat penyakit sekarang
Pasien laki-laki usia 45 tahun datang dengan keluhan penglihatan buram
sejak 4 hari lalu. Pasien mengeluh melihat buram pada kedua mata,
munculnya tiba-tiba dan hanya bisa melihat bayangan samar-samar
walaupun dengan melihat dekat. Pasien mengaku masih bisa melihat dari
samping kanan dan kiri walaupun agak buram. Pasien juga mengeluh
kedua matanya merah, munculnya berbarengan saat penglihatannya
menurun. Selain itu, pasien juga mengeluh nyeri yang dirasakan di dalam
mata dan sekitar mata serta menjalar ke seluruh kepala. Nyeri dirasakan
berdenyut-denyut namun tidak begitu hebat. Nyeri diarasakan terus
menerus dan hilang setelah tidur sebentar. Pasien juga mengeluh merasa
pegal dan sedikit berair pada kedua mata. Pasien mengaku merasa silau
jika melihat cahaya dan melihat seperti pelangi jika melihat kearah lampu.
10
Pasien menyangkal terdapatnya keluhan lain seperti adanya
belekan, kotoran dan gatal pada kedua mata. Pasien tidak mengeluh
mual, muntah dan demam.
Riwayat trauma dan penggunaan obat-obatan tetes mata yang lama
sebelumnya disangkal.
B. Status Oftalmologis
11
6/60 Visus 6/60
Ortoforia Kedudukan bola mata Ortoforia
Bola mata bergerak ke segala Pergerakan bola mata Bola mata bergerak ke segala
arah arah
Oedema (-), Hiperemis (-), Palpebra superior Oedema (-), Hiperemis (-),
Enteropion (-), Ekteropion (-), Enteropion (-), Ekteropion (-),
Trikiasis (-), Distikiasis (-) Trikiasis (-), Distikiasis (-)
Oedema (-), Hiperemis (-), Palpebra inferior Oedema (-), Hiperemis (-),
Enteropion (-), Ekteropion (-), Enteropion (-), Ekteropion (-),
Trikiasis (-), Distikiasis (-) Trikiasis (-), Distikiasis (-)
Hiperemis (-),Litiasis (-) Konjungtiva Tarsal Hiperemis (-), Litiasis (-)
Konjungtiva Superior
Hiperemis (-),Litiasis (-), Konjungtiva Tarsal Hiperemis (-),
Sekret (-) Inferior Litiasis (-), Sekret (-)
Injeksi silier (-), Injeksi Konjungtiva Bulbi Injeksi silier (-), Injeksi
konjungtiva (+), konjungtiva (+),
Subkonjungtival bleeding (-), Subkonjungtival bleeding (-),
Pinguekula (-), Pterigium (-) Pinguekula (-), Pterigium (-)
C. RESUME
Pasien laki-laki usia 45 tahun datang dengan keluhan penglihatan
buram sejak 4 hari lalu. Pasien mengeluh melihat buram pada kedua mata,
munculnya tiba-tiba dan hanya bisa melihat bayangan samar-samar
walaupun dengan melihat dekat. Pasien juga mengeluh kedua matanya
12
merah, munculnya berbarengan saat penglihatannya menurun, terdapat
nyeri yang dirasakan di dalam mata dan sekitar mata serta menjalar ke
seluruh kepala. Nyeri dirasakan berdenyut-denyut namun tidak begitu
hebat. Nyeri diarasakan terus menerus dan hilang setelah tidur sebentar.
Pasien juga mengeluh merasa pegal dan sedikit berair pada kedua mata.
Pasien mengaku merasa silau jika melihat cahaya dan melihat seperti
pelangi jika melihat kearah lampu.
Berdasarkan pemeriksaan oftalmologis, didapatkan visus occuli dextra
(OD) dan sinistra (OS) adalah 6/60. COA ODS dangkal dan ukuran pupil
OD (6mm) dan 0S (7mm). Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi
konjungtiva.
V. DIAGNOSIS BANDING
Iritis akut
Konjungtivitis akut
Keratitis
13
VII.PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Timol 0.5% eye drop 2 dd gtt I ODS
Polynel eye drop 6 dd gtt I ODS
Glaucon tab 2 dd I
KCL tab 2 dd I
Non-medikamentosa
Tidak terlalu beremosi.
Jangan membaca terlalu dekat.
Jangan berada lama di tempat gelap.
Pembedahan
Iridektomi
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad fungsionam : Ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
14
BAB III
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA