Anda di halaman 1dari 20

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

PUSAT PEMETAAN TATA RUANG

MODUL 1
PENGANTAR PEMETAAN
RENCANA DETAIL TATA RUANG

0
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

DAFTAR ISI

DAFTAR ISTILAH .............................................................................1


1 PENDAHULUAN..........................................................................2
A Latar Belakang ........................................................................................ 2
B Maksud dan Tujuan .............................................................................. 3
2 PERAN INFORMASI GEOSPASIAL DALAM PENATAAN
RUANG .........................................................................................4
A Alat Inventarisasi sumberdaya ...................................................... 4
B Alat delineasi batas peruntukan ruang ....................................... 4
C Alat identifikasi tumpang tindih peruntukan ruang............. 4
D Alat bantu analisis keruangan ......................................................... 5
E Alat memonitor perubahan pemanfaatan ruang.................... 5
F Alat koordinasi antar stakeholder................................................. 5
3 GAMBARAN UMUM PENYUSUNAN PETA RENCANA
DETAIL TATA RUANG .............................................................6
A Penyiapan Sumber Data ..................................................................... 6
B Pembuatan Peta Dasar ........................................................................ 7
C Pengumpulan dan Analisis Data Tematik .................................. 8
D Penyusunan Peta Rencana RDTR................................................... 9
E Penyusunan Album Peta RDTR ....................................................... 9
4 KEDALAMAN PETA RENCANA DETAIL TATA RUANG ........ 11
A Kedalaman Peta Menurut Hirarki Rencana Tata Ruang .. 11
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

B Kedalaman Peta Rencana Detail Tata Ruang ........................ 11


5 MEKANISME KONSULTASI PETA RENCANA DETAIL TATA
RUANG ....................................................................................... 15
A Permohonan Konsultasi .................................................................. 15
B Pelaksanaan Konsultasi ................................................................... 16
C Penerbitan surat keterangan persetujuan Peta RTR ..... 17
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

DAFTAR ISTILAH
❖ Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); merupakan
dokumen rencana ruang yang mengatur peruntukan fungsi pada
seluruh wilayah negara Indonesia. Dokumen ini berlaku secara
nasional dan menjadi acuan dalam penyusunan rencana tata
ruang pada level provinsi dan kabupaten/kota.
❖ Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP); merupakan
penjabaran RTRWN pada masing-masing provinsi. Dokumen ini
berlaku pada masing-masing provinsi yang diaturnya, sebagai
contoh RTRW Provinsi Jawa Barat hanya berlaku pada wilayah
hukum Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya dokumen ini dijabarkan
dalam bentuk dokumen RTRW Kabupaten/Kota dan dokumen
detil lainnya.
❖ Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK);
merupakan penjabaran dari dokumen RTRWN dan RTRWP pada
level kabupaten/kota. Dokumen ini berlaku pada masing-masing
wilayah administratif kabupaten/kota.
❖ RTRWK selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk dokumen detil
ruang untuk kawasan-kawasan tertentu. Dalam pelaksanaan
pembangunan, dokumen RTRWK merupakan acuan bagi
pemerintah kabupaten/kota dalam menerbitkan Izin Prinsip dan
Izin Lokasi bagi investor/masyarakat pengguna ruang.
❖ RDTR yang selanjutnya disebut Rencana Detail Tata Ruang
adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah
kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi.
❖ Data Geospasial yang selanjutnya disingkat DG adalah data
tentang lokasi geografis, dimensi atau ukuran, dan/atau
karakteristik objek alam dan/atau buatan manusia yang
berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi.
❖ Informasi Geospasial yang selanjutnya disingkat IG adalah DG
yang sudah diolah sehingga dapat digunakan sebagai alat
bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan,
dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan
ruang kebumian.

1
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

Modul 1 akan membahas mengenai


pemahaman tentang Pemetaan RDTR
Secara umum dan akan menghabiskan
60 menit pembelajaran.

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ruang merupakan sumber daya yang secara kuantitatif jumlahnya
terbatas dan memiliki karakteristik yang tidak seragam sehingga
tidak semua jenis fungsi ruang dapat dikembangkan pada ruang yang
tersedia. Keterbatasan ruang tersebut merupakan dasar
dibutuhkannya kegiatan penataan ruang yang terdiri atas
perencanaan ruang yang menghasilkan dokumen rencana tata ruang,
pemanfaatan ruang yang mengacu pada dokumen tata ruang yang
berlaku, serta pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan
untuk memastikan bahwa fungsi yang dikembangkan sesuai
peruntukan sebagaimana ditetapkan dalam dokumen rencana tata
ruang antara lain dengan menggunakan instrumen perizinan
pembangunan.
Keluaran dokumen tata ruang tidak terlepas dari perpetaan. Peta
mempunyai peranan penting dalam kegiatan perencanaan
pembangunan, baik dalam skala regional maupun nasional.
Perencanaan pembangunan fisik, sarana maupun prasarana selalu
memerlukan visualisasi permukaan bumi dalam bentuk peta. Secara
umum pengertian peta adalah penyajian grafis dari seluruh atau
sebagian permukaan bumi dalam suatu bidang datar dengan
menggunakan skala dan suatu sistem proyeksi tertentu.
Modul 1 ini membahas secara umum tentang proses penyusunan
peta RDTR dari awal sampai akhir. Selain itu dijelaskan pula
spesifikasi output akhir peta RDTR. Melalui modul ini diharapkan
penyusun RDTR memahami gambaran besar proses penyusunan
peta RDTR.

2
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

B. Maksud dan Tujuan


Modul ini dimaksudkan sebagai panduan bagi penyusun peta RDTR
untuk memahami gambaran umum proses pemetaan RDTR serta
outputnya.
Tujuan dari modul 1 ini adalah memberikan gambaran umum dan
pengetahuan tentang :
1. Peran Informasi Geospasial dalam Rencana Tata Ruang
2. Gambaran Umum Penyusunan Peta Rencana Detail Tata
Ruang
3. Kedalaman Peta Rencana Detail Tata Ruang
4. Mekanisme Konsultasi Peta Rencana Tata Ruang

3
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

BAB 2
PERAN INFORMASI GEOSPASIAL
DALAM PENATAAN RUANG

Informasi Geospasial merupakan alat bantu untuk memperkuat


informasi secara spasial dalam perencanaan tata ruang, sehingga
informasi yang ditampilkan tidak hanya berupa data numerik atau
tabular, tetapi juga menjelaskan tentang aspek lokasi dan
persebarannya. Beberapa manfaat informasi geospasial dalam
penataan ruang antara lain:
A. Alat Inventarisasi sumberdaya
Informasi geospasial umum dimanfaatkan dalam pemetaan
sumberdaya (lahan, air, mineral) pada suatu wilayah. Melalui
pemetaan sumberdaya, dapat dengan mudah diketahui informasi
jumlah, sebaran bahkan sampai perubahannya. Informasi tersebut
sangat membantu dalam perencanaan tata ruang. Dalam pemetaan
tata ruang, data terkait sumberdaya sangat diperlukan, misalnya
informasi tentang tutupan lahan, kawasan hutan, potensi
pertambangan, curah hujan, dan sebagainya.
B. Alat untuk delineasi batas peruntukan ruang
Rencana tata ruang merupakan sebuah produk hukum yang
mengatur tentang peruntukan pemanfaatan ruang, sehingga
delineasi batas peruntukan merupakan hal yang sangat penting.
Informasi geospasial dapat digunakan untuk mendelineasi batas,
diantaranya batas wilayah, batas peruntukan ruang maupun batas
perizinan pemanfaatan ruang. Batas-batas tersebut tergambar pada
peta dan menjadi lampiran produk hukum penataan ruang yang
disepakati bersama. Kepastian penggambaran pada peta akan
meminimalisir konflik peruntukan ruang.
C. Alat untuk identifikasi tumpang tindih peruntukan ruang
Dalam pemanfaatan ruang, sering terjadi tumpangtindih antar
pemanfaatan ruang. contoh yang sering terjadi misalnya peruntukan
pertambangan, perkebunan, dan kawasan hutan, dimana izin

4
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

kawasan masuk dalam kawasan hutan. Selain itu dalam peta rencana
tata ruang, seringkali ditemukan pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan peruntukannya. Melalui IG, hal tersebut dapat dengan
mudah teridentifikasi, sehingga langkah penanggulangannya akan
semakin mudah.
D. Alat bantu analisis keruangan
Terdapat banyak manfaat IG dalam pengambilan kebijakan, termasuk
diantaranya dalam penataan ruang. Informasi geospasial dapat
diolah sedemikian rupa untuk menghasilkan data baru yang lebih
bermanfaat, misalnya peta kerawanan bencana, peta kesesuaian dan
kemampuan lahan, sampai pada analisis pemodelan spasial untuk
tujuan tertentu. Hasil analisis tersebut selanjutnya dimanfaatkan
oleh stakeholder dalam pengambilan keputusan.
E. Alat untuk memonitor perubahan pemanfaatan ruang
Fenomena yang sering dijumpai saat ini misalnya penggundulan
hutan, alih fungsi lahan pertanian, perkembangan area terbangun,
dan lainnya dapat dengan mudah diidentifikasi menggunakan
informasi geospasial. Melalui IG kita dapat memonitor fenomena
tersebut dari tahun ke tahun didukung dengan data yang memadai.
Hasil monitoring tersebut selanjutnya dapat dijadikan sebagai ukti
jika terjadi pelanggaran pemanfaatan ruang.
F. Alat Koordinasi antar stakeholder
Peta yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan pembangunan
haruslah peta yang sudah menjadi kesepakatan semua pihak, serta
telah divalidasi oleh instansi yang berwenang. Dalam penyusunan
peta rencana tata ruang, data dasar yang digunakan harus mengacu
pada Informasi Geospasial Dasar (IGD), serta Informasi Geospasial
Tematik (IGT) yang digunakan dalam analisis peta harus merupakan
IGT yang dikeluarkan oleh walidatanya. Apabila hal tersebut sudah
dilaksanakan maka seluruh stakeholder akan bersepakat terhadap
produk turunannya, seperti misalnya peta rencana tata ruang.

5
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

BAB 3
GAMBARAN UMUM PENYUSUNAN
PETA RENCANA DETAIL TATA RUANG

Tahapan pemetaan RDTR adalah semua proses penyusunan peta


dari awal, yaitu penyiapan sumber data sampai pada tahap ouput
peta berupa proses layout peta untuk menghasilkan produk peta
RDTR. Secara umum tahapan yang harus dilalui dapat dijabarkan
seperti bagan dibawah ini:

Gambar 3.1. Tahapan Penyusunan Peta RDTR

Pemetaan RDTR dibuat pada skala 1:5.000 memiliki beberapa


konsekuensi teknis. Adapun gambaran umum masing-masing
proses pemetaan RDTR adalah sebagai berikut:
A. Penyiapan Sumber Data
Sumber data yang dapat digunakan untuk pemetaan skala 1:5.000
antara lain: foto udara, LIDAR, citra satelit resolusi tinggi, dan foto
UAV. Pada saat ini sumber data yang paling populer dimanfaatkan
adalah citra satelit resolusi tinggi, karena memiliki beberapa
keunggulan diantaranya:
➢ biaya relatif murah dibanding metode lainnya;
➢ memungkinkan mendapat data yang relatif baru;
➢ sebagian data CSRT sudah tersedia di BIG dan LAPAN.

6
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

Adapun metode lain juga memiliki keunggulan dan kelemahan


masing-masing. Misalnya sumber data berupa LIDAR dan foto
udara memiliki kekurangan pada biaya yang cukup mahal,
sedangkan metode UAV memiliki keterbatasan pada spesifikasi
alatnya. Sumber data (dalam hal ini berupa CSRT) yang
diharapkan untuk peta RDTR adalah:
➢ Data merupakan data yang relatif baru sehingga cukup
akurat menggambarkan kondisi tutupan lahan saat ini.
➢ Data bersih, yaitu tidak terhalang misalnya awan atau
kabut sehingga memudahkan dalam proses interpretasi.
➢ Spesifikasi data memenuhi syarat dari aspek tahun
perekaman, tutupan awan dan sudut perekaman.

B. Pembuatan Peta Dasar


Pembuatan peta dasar merupakan proses penggambaran unsur-
unsur rupabumi dari data raster (CSRT) menjadi peta garis
(vektor). Unsur yang digambarkan dalam peta RDTR yaitu:
➢ garis pantai; yaitu merupakan garis pertemuan antara
daratan dengan lautan yang dipengaruhi oleh pasang
surut air laut.
➢ hipsografi; atau garis kontur merupakan garis khayal
untuk menggambarkan semua titik yang mempunyai
ketinggian yang sama.
➢ perairan; merupakan kumpulan masa air pada suatu
wilayah tertentu, baik yang bersifat dinamis (laut, sungai)
maupun statis (danau, waduk, setu, kolam, dll).
➢ nama rupabumi; atau toponim adalah nama yang melekat
pada unsur rupabumi baik berupa unsur alam maupun
buatan.
➢ batas wilayah; merupakan garis yang memisahkan dua
wilayah atau lebih untuk membatasi wilayah kepemilikan
atau pengelolaan, dalam pemetaan RDTR selain batas
wilayah juga diperlukan batas wilayah perencanaan.

7
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

➢ transportasi dan utilitas; merupakan unsur yang


menggambarkan fasilitas transportasi terutama jaringan
jalan dan fasilitas lainnya.
➢ bangunan dan fasilitas umum; yaitu unsur rupabumi yang
menggambarkan objek buatan berupa bangunan dan
fasilitas yang mendukung kegiatan manusia.
➢ penutup lahan, adalah gambaran mengenai kenampakan
biofisik permukaan bumi.
C. Pengumpulan dan Analisis Data Tematik
Kelengkapan data tematik yang diperlukan dalam penyusunan
peta RDTR antara lain:
➢ data sumberdaya air: air tanah dan air permukaan
➢ data sumberdaya tanah: jenis tanah
➢ data topografi (ketinggian) dan kelerengan,
➢ data geologi lingkungan: geologi
➢ data klimatologi: curah hujan
➢ data sumberdaya alam (lindung dan budidaya):
kesesuaian lahan
➢ data kerawanan bencana
➢ data jumlah dan kepadatan penduduk
➢ data sebaran fasilitas umum dan jaringan prasarana
➢ data peruntukan ruang: penggunaan lahan, kawasan
hutan, LP2B, pertambangan, status hak atas tanah.
Data tematik idealnya tersedia pada skala 1:5.000 untuk
mendukung output peta RDTR. Akan tetapi sebagian besar data
tematik diatas tidak tersedia pada skala 1:5.000, sehingga prinsip
yang digunakan adalah data terbaik yang dimiliki (best available
data).
Selain pengumpulan dari data tematik diatas, selanjutnya data
tematik juga digunakan untuk analisis untuk menghasilkan peta
pola ruang. Misalnya dapat diketahui bahwa peta pola ruang berisi
informasi yang memuat: data penggunaan lahan, data
izin/penetapan pemanfaatan ruang (kawasan hutan, kebun,
tambang) analisis kawasan lindung (sempadan, rawan bencana)
dan analisis lainnya.

8
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

D. Penyusunan Peta Rencana RDTR


Peta rencana, dalam hal ini yang dimaksud adalah output dari
pemetaan RDTR yang terdiri dari:
➢ Peta rencana pola ruang; berupa peta yang
menggambarkan distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya;
➢ Peta struktur ruang; berupa peta yang menggambarkan
susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsional;
➢ Peta Sub BWP Prioritas; yaitu peta yang menggambarkan
wilayah yang dianggap memiliki prioritas tinggi
dibandingkan Sub BWP lainnya.
Penyusunan peta rencana RDTR harus memperhatikan dokumen
materi teknis dan raperda-nya. Pada tahapan pemeriksaan peta
RDTR terdapat tahapan untuk memeriksa kesesuaian antara peta
dengan raperda. Melalui pemeriksaan tersebut diharapkan output
peta RDTR sudah sinkron dengan perda RDTR.
E. Penyusunan Album Peta RDTR
Album peta RDTR merupakan produk akhir proses penyusunan
peta RDTR. Peta yang mejadi produk akhir RDTR terdiri dari:
a. Peta rencana pola ruang; dibuat dalam 2 format yaitu
format utuh seluruh BWP (skala mengikuti luasan BWP)
dan format per NLP (nomor lembar peta) pada skala
1:5.000.
b. Peta struktur ruang; dibuat dalam format utuh untuk
seluruh BWP yang menggambarkan susunan pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat. Peta struktur ruang, terdiri dari:
➢ peta rencana pengembangan pusat pelayanan;

9
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

➢ peta rencana jaringan transportasi; dan


➢ peta rencana jaringan prasarana; meliputi:
• Rencana Pengembangan Jaringan
Energi/Kelistrikan
• Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
• Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
• Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
• Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
• Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya
Peta rencana jaringan dilayout secara utuh seluruh BWP
dengan skala mengikuti luasan BWP/ukuran kertas (A1).
c. Peta penetapan Sub BWP prioritas; dilayout secara utuh
mengikuti luasan area dan skala mengikuti luas wilayah
sub BWP/ukuran kertas.

10
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

BAB 4
KEDALAMAN PETA RENCANA DETAIL TATA RUANG

A. Kedalaman Peta Menurut Hierarki Rencana Tata Ruang


Skala peta pada masing-masing tingkatan rencana tata ruang
berbeda-beda, seperti yang terlihat tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 Hierarki Rencana Tata Ruang dan Skala
Jenis Rencana Umum Rencana Rinci Tata Ruang
RTR Tata Ruang
1. RTRW Nasional RTR Pulau
Skala ≥1:1.000.000 Skala ≥1:500.000
RTR Kawasan Strategis Nasional
Skala ≥1:250.000
2. RTRW Provinsi RTR Kawasan Strategis Provinsi
Skala ≥1:250.000 Skala ≥1:50.000
RTRW Kabupaten Kawasan Strategis Kabupaten
3. Skala ≥1:50.000 Skala ≥1:25.000
RDTR Kabupaten
Skala ≥1:5.000
RTRW Kota Kawasan Strategis Kota
4. Skala ≥1:25.000 Skala ≥1:25.000
RDTR Kota
Skala ≥1:5.000

Perbedaan skala peta rencana tata ruang memiliki konsekuensi pada


sumber data yang diacu. Idealnya rencana tata ruang yang lebih
besar skalanya tidak bisa menggunakan data dari skala yang lebih
kecil dalam analisis spasialnya. Selain itu hierarki skala peta rencana
tata ruang menggambarkan kebutuhan peta dasarnya.
B. Kedalaman Peta Rencana Detail Tata Ruang
Kedalaman Peta Rencana Detail Tata Ruang akan membahas
mengenai kedalaman substansi dan kedalalaman muatan peta
rencana detail tata ruang.

11
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

B.1 Kedalaman Output Peta RDTR


1. Rencana Pola Ruang
❖ Rencana pola ruang dalam RDTR merupakan rencana
distribusi subzona peruntukan yang antara lain meliputi
hutan lindung, zona yang memberikan perlindungan
terhadap zona di bawahnya, zona perlindungan setempat,
perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, dan
RTNH, ke dalam blok-blok.
❖ Rencana pola ruang dimuat dalam peta yang juga berfungsi
sebagai arahan zoning map bagi peraturan zonasi.
Klasifikasi muatan Rencana Pola Ruang :
a. Zona lindung yang meliputi:
• zona hutan lindung (HL)
• zona yang memberikan perlindungan terhadap zona
dibawahnya (PB)
• zona perlindungan setempat (PS)
• zona RTH kota (RTH)
• zona konservasi (KS)
• zona lindung lainnya
b. Zona budi daya yang meliputi:
• zona perumahan (R)
• zona perdagangan dan jasa (K)
• zona perkantoran (KT)
• zona sarana pelayanan umum (SPU)
• zona industri (I)
• zona lainnya
• zona campuran (C)

2. Rencana struktur ruang


❖ Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.

12
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

Penjabaran muatan rencana struktur ruang :


➢ peta rencana pengembangan pusat pelayanan;
➢ peta rencana jaringan transportasi; dan
➢ peta rencana jaringan prasarana; meliputi:
• Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan
• Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
• Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
• Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
• Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
• Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya

3. Penetapan Sub BWP Yang Diprioritaskan Penanganannya


❖ Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
merupakan upaya dalam rangka operasionalisasi rencana
tata ruang yang diwujudkan ke dalam rencana penanganan
Sub BWP yang diprioritaskan.
❖ Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
bertujuan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi,
memperbaiki, mengkoordinasikan keterpaduan
pembangunan, dan/atau melaksanakan revitalisasi di
kawasan yang bersangkutan, yang dianggap memiliki
prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya.
❖ Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan
lokasi pelaksanaan salah satu program prioritas dari RDTR.
Kriteria penetapan Sub BWP Prioritas :
a. Sub BWP merupakan faktor kunci yang mendukung
perwujudan rencana pola ruang dan rencana jaringan
prasarana, serta pelaksanaan peraturan zonasi di BWP;
b. Mendukung tercapainya agenda pembangunan dan
pengembangan kawasan;
c. Merupakan Sub BWP yang memiliki nilai penting dari
sudut kepentingan ekonomi, sosial-budaya, pendayagunaan
sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup, dan/atau memiliki nilai
penting lainnya yang sesuai dengan kepentingan
pembangunan BWP; dan/atau

13
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

d. Merupakan Sub BWP yang dinilai perlu dikembangkan,


diperbaiki, dilestarikan, dan/atau direvitalisasi agar dapat
mencapai standar tertentu berdasarkan pertimbangan
ekonomi, sosial-budaya, dan/atau lingkungan.

Muatan informasi Sub BWP Prioritas :


Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
harus memuat sekurang-kurangnya:
a. Lokasi
Lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
digambarkan dalam peta. Lokasi tersebut dapat meliputi
seluruh wilayah Sub BWP yang ditentukan, atau dapat
juga meliputi sebagian saja dari wilayah Sub BWP
tersebut.
b. Tema Penanganan
Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi.

14
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

BAB 5
MEKANISME KONSULTASI PETA
RENCANA DETAIL TATA RUANG

Konsultasi pemetaan tata ruang merupakan sebuah tahapan yang


harus ditempuh pada saat penyusunan peta rencana tata ruang.
Konsultasi pemetaan tata ruang memiliki banyak manfaat dalam
penyusunan rencana tata ruang, diantaranya:
1. Sebagai media untuk memberikan edukasi mengenai pemetaan
khususnya kebermanfaatannya dalam penyusunan rencana
tata ruang.
2. Upaya untuk meminimalisir konflik keruangan seperti
tumpangtindih batas wilayah, kawasan hutan, perizinan kebun,
pertambangan, dll.
3. Sebagai pedoman dalam pemanfaatan peta untuk
pembangunan agar IG yang digunakan dapat berfungsi
maksimal dan meningkatkan kualitas penataan ruang.
Konsultasi pemetaan tata ruang sendiri merupakan amanat dari
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2013 Tentang Ketelitian Peta
Rencana Tata Ruang. Pada pasal 7 disebutkan bahwa dalam
penyusunan peta rencana tata ruang wajib dikonsultasikan kepada
BIG. Selain itu sudah diatur tata cara konsultasi peta rencana tata
ruang dalam Peraturan Kepala BIG No. 6 Tahun 2014. Tahapan
konsultasi peta rencana tata ruang adalah sebagai berikut.
A. Permohonan Konsultasi
Permohonan konsultasi disampaikan dari penyusun rencana tata
ruang, baik itu pemerintah daerah maupun K/L. Surat permohonan
diajukan Pemohon kepada Pejabat Tinggi Pratama (Kepala Pusat
Pemetaan Tata Ruang dan Atlas) dengan tembusan Pejabat Tinggi
Madya (Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik). Surat
permohonan konsultasi dapat dikirim melalui: faximili; pos; kurir;
dan/atau surat elektronik.

15
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

Pejabat Tinggi Pratama selanjutnya akan menjawab surat


permohonan konsultasi tersebut dilengkapi dengan waktu dan
tempat knsultasi.
B. Pelaksanaan Konsultasi
Pelaksanaan konsultasi pemetaan tata ruang dilakukan melalui
beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Penyerahan Data
Data yang diserahkan kepada tim konsultasi pemetaan tata ruang
yaitu: data geospasial rencana tata ruang, rancangan peraturan
perundang-undangan dan data lain yang diminta. Fokus pada
tahapan ini adalah bahwa pemohon sudah mempersiapkan data
peta tata ruang dalam format GIS, serta data lain sebagai bahan
konsultasi awal penyusunan rencana tata ruang.
2. Verifikasi Data
Proses verifikasi data peta rencana tata ruang terdiri dari
beberapa aspek yaitu:
➢ basisdata geospasial;
➢ manajemen data digital;
➢ Peta Dasar yang digunakan;
➢ Peta Tematik yang digunakan;
➢ data geospasial rencana tata ruang
➢ rancangan Peta Rencana Tata Ruang; dan
➢ kesesuaian antara rancangan peraturan perundang-
undangan dengan Peta Rencana Tata Ruang.
3. Penerbitan berita acara konsultasi
Berita acara konsultasi merupakan catatan yang menerangkan
bahwa telah dilakukan proses konsultasi, dan menerangkan
kondisi dan progres pemetaan tata ruang yang dikonsultasikan.
Dalam berita acara konsultasi memuat informasi berikut:
➢ waktu dan tempat pelaksanaan verifikasi
➢ materi verifikasi
➢ rekomendasi perbaikan
➢ tanda tangan Tim Konsultasi Pemetaan Tata Ruang dan
Pemohon
4. Perbaikan Peta RDTR
Perbaikan peta rencana tata ruang dilaksanakan berdasarkan
berita acara yang diterbitkan sebelumnya. Perbaikan
dilaksanakan oleh Pemohon. Hasil perbaikan dikonsultasikan

16
Modul 1 Pengantar Pemetaan Rencana Detail Tata Ruang

kembali kepada Tim Konsultasi Pemetaan Tata Ruang.


Secara teknis, tahapan pelaksanaan verifikasi peta tata ruang
dapat digambarkan seperti bagan dibawah ini:

Gambar 5.1. Tahapan Verifikasi Peta RDTR

C. Penerbitan surat keterangan persetujuan Peta Rencana


Tata Ruang
Penerbitan surat keterangan persetujuan Peta Rencana Tata
Ruang diterbitkan setelah seluruh tahapan konsultasi, artinya
seluruh masukan yang disampaikan dalam berita acara telah
diperbaiki. Rancangan surat keterangan persetujuan Peta
Rencana Tata Ruang sebagaimana dimaksud dalam disiapkan
oleh Tim Konsultasi Pemetaan Tata Ruang.
Surat keterangan persetujuan Peta Rencana Tata Ruang
ditandatangani oleh Pejabat Tinggi Pratama. BIG menyerahkan
surat keterangan persetujuan Peta Rencana Tata Ruang
kepada Pemohon. Surat keterangan persetujuan Peta Rencana
Tata Ruang menyatakan bahwa peta rencana tata ruang yang
disusun telah dinyatakan lengkap dan dapat dipergunakan
sebagai lampiran peraturan rencana tata ruang.

Catatan :
▪ Untuk proses digitasi peta dasar akan dijelaskan pada modul 5
▪ Layout lebih detail dapat dilihat di pada modul 8

17

Anda mungkin juga menyukai