Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
kami serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
dan literatur yang kami miliki,sehingga makalah ini jauh dari sempurna,sehingga
besar harapan kami untuk menerima saran dan kritik yang bersifat konstruktif.
Kami mengucapkan selamat membaca semoga makalah ini ada manfaatnya bagi
Kelompok 13
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan
Masalah 1
1.3. Tujuan Pembelajaran 1
BAB II
PEMBAHASAN 2
2.1. Pengertian
2
2.2. Klasifikasi
2
2.3. Tanda dan
Gejala 6
2.4. Pemeriksaan Yang Di
Lakukan 7
2.5. Pengobatan
7
BAB III
PENUTUP 1
3.1. Kesimpulan
10
3.2. Saran
10
DAFTAR
PUSTAKA
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah istilah klinis umum untuk infeksi
traktus genital atas. Terdapat sekitar 1 juta kasus PID di Amerika Serikat setiap
Resiko meningkat pada daerah dengan prevalensi penyakit menular seksual tinggi
akibat dari aktivitas seksual bebas dan berganti pasangan. Negara berkembang
seperti Indonesia memiliki segala resiko yang menyebabkan rentannya terjadi PID
tentang PID agar dapat dicegah, didiagnosa dini, dan ditatalaksana dengan cepat
dan segera.
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan penulisan yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu:
disease (PID)?
PEMBAHASAN
infeksi pada alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium,
adalah infeksi yang paling peting dan merupakan komplikasi infeksi menular
seksual. (Yani,2009;h.45)
morbiditas yang tinggi. Batas antara infeksi rendah dan tinggi ialah ostium
1. Endometritis
ditemukan terutama:
c. Penggantian darah
e. Tindakan bedah
a. Endometritis akut
1) Penyebab:
IUD, kuretase
2) Gejala-gejala :
Demam
Lochia berbau
3) Penatalaksanaan :
pengobatannya adalah:
Uterotonik
Antibiotik
b. Endometritis kronika
Leukorea
kronika ditemukan
Pada tuberculosis
2. Myometritis
2) Lymphogen
4. Salpingitis akut
tinggi, dan leokosite tidak seberapa. Jika tes kehamilan positif, maka
meradang
bilateral.
b. Gejala:
rangsangan peritoneum
5) Terkadang ada tendensi pada anus karena proses dekat pada rectum
dan sigmoid
6) Pada periksa dalam, nyeri jika portio digoyangkan, nyeri kiri dan
5. Pelvioperitonitis (Perimetritis)
a. Etiologi :
1) GO
3) Dari appendicitis.
nanah.
1) Pelvioperitonitis akut
Diagnosa :
Pada periksa dalam teraba infiltrat dalam cavum douglasi, tapi kadang-kadang
hanya ada penebalan lipatan cavum douglasi yang teraba sebagai piggir yang
ini dapat pecah ke dalam rectum atau ke dalam fornix posterior vaginae.
f) Pelveoperitonitis purulenta.
berkembang).
Gejala :
b) Tanesmi ad anum.
Diagnosa :
a) Pada periksa dalam teraba masa yang kenyal yang berfluktuasi dalam cavum
Diagnosa banding :
menjadi keras.
dapat digerakkan.
Terapi :
a) Antibiotik bordspecrtum
Tanda :
· Nyeri abdominal bawah, biasanya bilateral
spekulum
· Nyeri pergerakan pada Serviks dan nyeri adneksa pada pemeriksaan vagina
bimanual
Gejala :
atau neisseria gonorhoe
Gonorea, hasil (-) masih bisa menunjukkan PID akibat penyebab alin
3. Meningkat nya laju endap darah dan C-protein: menunjukkan adanya infeksi
4. Biopsy endometrium
Pemeriksaan USG per vaginam dan per pelvis: untuk menyingkirkan KET usia >
6 minggu
hemoperitoneum (berasal dari KET yang rupture atau kista hemoragik) yang dapat
menyebabkan sepsis pelvis (salpingitis, abses pelvis rupture, atau apendiks yang
ruptur)
penyakit infeksi pelvis, bila antibiotik yang diberikan selama 48 jam tak member
Catatan:
· Tak ada satu pun pemeriksaan yang sensitive atau pun spesifik untuk
· Bila pasien dicurigai menderita PID maka temui dokter secepatnya untuk
2.5. Pengobatan
Terapi PID harus ditunjukan untuk mencegah kerusakan tuba yang menyebabkan
infertilitas dan kehamilan ektopik, serta pencegahan infeksi kronik. Banyak pasien
yang berhasil diterapi dengan rawat jalan dan terapi rawat jalan dini harus menjadi
Untuk pasien denagn PID ringan atau sedang terapi oral dan parenteral
mempunyai daya guna yang sama. Sebagian besar klinisi menganjurkan terapi
parenteral paling tidak selama 48 jam kemudian dilanjutkan dengan terapi oral 24
1. Terapi Parenteral
badan) diikuti dengan dosis pemeliharaan (1,5 mg/kg berat badan) setiap 8 jam.
Tiga terapi alternatif telah dicoba dan mereka mempunyai cakupan spektrum yang
luas.
2. Terapi Oral
Terapi oral dapat dipertimbangkan umtuk penderita PID ringan atau sedang
karena kesudahan klinisnya sama dengan terapi parenteral. Pasien yang mendapat
terapi oral dan tidak menunjukkan perbaikan setelah 72 jam harus dire-evaluasi
untuk memastikan diagnosanya dan diberikan terapi parenteral baik dengan rawat
b. Rekomendasi terapi B
sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazol 500 mg oral 2x sehari
doksisiklin oral 2x sehari selama 14 hari dengan atau tanpa metronidazol 500 mg
(Sarwono.2011;h.230)
PID tanpa komplikasi bisa di obati dengan antibiotik dan penderita tidak perlu di
rawat. Jika terjadi komplikasi atau penyebaran infeksi, maka penderita harus
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pelvic inflammatory disease (PID) adalah penyakit infeksi dan inflamasi pada
traktur reproduksi bagian atas, termasuk uterus, tuba fallopi, dan struktur
atas dari vagina dan seviks. Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas
diagnose PID didasarkan pada trias tanda dan gejala yaitu, nyeri pelvic, nyeri pada
gerakan serviks, dan nyeri tekan adnexa, dan adanya demam. Laparoskopi adalah
standar baku untuk diagnosis defenitif PID. Terapi dimulai dengan terapi
yang tidak mengalami perbaikan klinis setelah 72 jam terapi harus dievaluasi
pada umunya baik jika didiagnosa dan diterapi segera. Prognosis pada umunya
kebanyakan wanita sebaiknya dimulai terlebih dahulu dari hal yang paling mudah
yaitu menjaga diri termasuk merawat pada daerah yang rawan mikroba termasuk
di daerah genetalia bagian dalam vagina,agar terhindar dari bakteri yang dapat
menyebabkan rasa nyeri,serta harus setia pada satu pasangan saja.Dan mulailah
DAFTAR PUSTAKA
http://modulkesehatan.blogspot.co.id/2013/05/makalah-pelvic-inflammatory-