Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS, POLA MAKAN, AKTIFITAS

FISIK, MEROKOK DAN LAMA TIDUR DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA LANSIA (Studi Kasus di Desa Limbung Dusun
Mulyorejo dan Sido Mulyo Posyandu Bunda Kabupaten Kubu Raya)

Fany Ilyasa Gusti 1, Ridha Abduh. 2 Budiastutik Indah3

1
Fakultas Ilmu Kesehatan, Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FIK UMP (gusti_fanny@yahoo.com)
2
Dosen Peminatan Pendidikan Kesehatan Ilmu Perilaku FIK UMP
3
Dosen Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FIK UMP (Indahbudiastutik@gmail.com)

ABSTRAK

Berdasarkan data WHO 2011, Hipertensi menyebabkan 8 juta kematian per tahun di
seluruh dunia dan 1.5 juta kematian per tahun di wilayah Asia Tenggara. Menurut Data
Surveilans Terpadu Kabupaten Kubu Raya tahun 2013 jumlah hipertensi pada usia 45-69 tahun
sebanyak 2539 kasus (38%). Jumlah rata-rata kejadian hipertensi di Desa Limbung Dusun
Mulyorejo dan Sidomulyo setiap bulannya sebesar 20% lansia mengalami hipertensi (Posyandu
Bunda, 2013)
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara obesitas, pola makan,
aktifitas fisik, merokok dan lama tidur dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Limbung
Dusun Mulyorejo dan Dusun Sidomulyo Posyandu Bunda Kabupaten Kubu Raya. Penelitian ini
termasuk jenis penelitian observasional analitik dalam rancangan penelitian Case Control.
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di Desa Limbung Dusun Mulyorejo
berjumlah 50 lansia dan Dusun Sidomulyo berjumlah 100 lansia. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 84 sampel dengan jumlah 43 kasus dan 43 kontrol. Uji statistik yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square
Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara pola makan (pencegah) (value =
0,000; OR=36,833), pola makan (pemicu) (value = 0,009; OR=3,529), aktifitas fisik (value =
0,002; OR=4,449), merokok (value = 0,012; OR=4,504) dengan kejadian hipertensi pada lansia
di Desa Limbung Dusun Mulyorejo dan Dusun Sidomulyo Posyandu Bunda Kabupaten Kubu
Raya dan tidak ada hubungan antara obesitas (p value = 0,119) dan lama tidur (p value =
0,458) dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Limbung Dusun Mulyorejo Posyandu
Bunda Kabupaten Kubu Raya
Diharapkan pihak Dinas Kesehatan Kab. Kubu Raya bekerja sama dengan Puskesmas Sungai
Durian dan Posyandu Bunda untuk melakukan penyuluhan dan sosialisasi terhadap dampak atau
resiko terjadinya hipertensi dan kepada responden untuk selalu menjaga konsumsi makanan,
khususnya makan pemcu terjadi hipertensi dan olah raga secara teratur.

Kata kunci : Obesitas, lama tidur, pola makan, aktifitas fisik, merokok dan hipertensi
Daftar Pustaka : 32 (2003-2013)

110 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik


CORRELATION OF OBESITY, EATING PATTERN, PHYSICAL
ACTIVITY, SLEEP DURATION, AND HYPERTENSION IN
ELDERLY (A Case Study in Desa Limbung Dusun Mulyorejo and Sido
Mulyo, Posyandu Bunda Kabupaten Kubu Raya)
Fany Ilyasa Gusti 1, Ridha Abduh. 2 Budiastutik Indah3

1
Fakultas Ilmu Kesehatan, Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FIK UMP (gusti_fanny@yahoo.com)
2
Dosen Peminatan Pendidikan Kesehatan Ilmu Perilaku FIK UMP
3
Dosen Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FIK UMP (Indahbudiastutik@gmail.com)

ABSTRACT

Data from WHO in 2011 showed that hypertension lead to 8 million deaths per year
worldwide and 1.5 million deaths per year in the region of Southeast Asia. On the other hand,
integrated surveillance data of Kabupaten Kubu Raya in 2013 indicated that the number of
hypertension cases in elderly ( 45-69 years old) was 2539 cases (38%). Meanwhile, as many
as 20% elderly in Desa Limbung Dusun Mulyo Rejo and Sidomulyo got hypertension each
month (Posyandu Bunda, 2013)
This study aimed at figuring out the correlation of obesity, eating pattern, physical
activity, sleep duration, and hypertension in elderly in Desa Limbung Dusun Mulyorejo and
Sido Mulyo, Posyandu Bunda Kabupaten Kubu Raya. An observational analytic, as well as a
cross sectional approach, was carried out in this study. The population were 50 elderly from
Desa Limbung Dusun Mulyorejo and 100 elderly from Dusun Sidomulyo.
The study revealed two findings. First, there were correlation of preventive eating
pattern (p value=0,000; OR=36,833), triggered eating pattern (p value=0,009; OR=3,529),
physical activities (p value=0,002;OR=4,449), smoking habit (p value=0,012; OR 4,504), and
hypertension cases in elderly in Desa Limbung Dusun Mulyorejo and Sido Mulyo, Posyandu
Bunda Kabupaten Kubu Raya. Second, there were no correlation of obesity (p value=0,119),
sleep duration (p value=0,458) and hypertension cases in elderly in Desa Limbung Dusun
Mulyorejo and Sido Mulyo, Posyandu Bunda Kabupaten Kubu Raya.
As a result, health department of Kabupaten Kubu Raya should cooperate with
Puskesmas Sungai Durian and Posyandu Bunda to conduct more socialization and counseling
on the hypertension risks. They also should encourage the respondents to exercise regularly and
consume healthy food and avoid taking food which can trigger hypertension.

Keywords: obesity, eating pattern, smoking, sleep duration, and hypertension.


References: 41 (2002-2013)

111 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik


LATAR BELAKANG risiko hipertensi, jenis kelamin perempuan
Penyakit hipertensi menduduki lebih tinggi dari pada laki-laki dan umur
peringkat ke tiga dari 14 Kabupaten yang jika umur bertambah maka tensi darah
ada di Kalimantan Barat dengan jumlah akan meningkat. Kelompok kedua adalah
23.236 kasus dari total kasus tersebut faktor yang dapat di kontrol
terdapat 18% penderita pada lansia. (kegemukan/obesitas, aktifitas fisik,
Kabupaten Sambas menduduki peringkat merokok dan pola konsumsi garam yang
pertama kasus terbesar penderita berlebih). Hipertensi dapat dicegah
hipertensi pada kelompok usia lansia dengan mengatur pola makan yang baik
sebanyak 4033 orang, sedangkan Kab dan aktifitas fisik yang cukup. Hipertensi
Kubu Raya menduduki pada peringkat ke sering kali menimbulkan gejala,
dua dengan kasus usia lansia sebanyak sementara tekanan darah yang terus
2539 kasus1 menerus tinggi dalam jangka waktu lama
Berdasarkan hasil laporan Dinas dapat menimbulkan komplikasi.
Kesehatan Kabupaten Kubu Raya tahun Hipertensi terus menerus adalah salah satu
2013 dari 19 Puskesmas yang ada di penyebab stroke, serangan jantung, gagal
Kabupaten Kubu Raya, Puskesmas Sungai jantung, dan merupakan penyebab utama
Raya menduduki peringkat pertama kasus gagal ginjal kronis4
terbesar penderita hipertensi sebanyak 246 Obesitas berisiko hipertensi
kasus, sedangkan Puskesmas Sungai dikarenakan daya pompa jantung dan
Durian menduduki peringkat ke dua sirkulasi volume darah penderita obesitas
dengan kasus sebanyak 235 Kasus2. Dari lebih tinggi dibanding orang dengan
delapan Desa Wilayah Kerja Puskesmas mempunyai berat badan normal5. ada
Sungai Durian Tahun 2013 Desa Limbung hubungan antara obesitas dengan kejadian
menduduki peringkat pertama penyakit hipertensi dengan nilai OR sebesar 1,808
hipertensi pada lansia dengan jumlah 48 dengan nilai (CI = 0,84-3,87)6
Kasus, sedangkan Desa Kuala Dua Pola makan yang tidak seimbang
menduduki peringkat kedua dengan antara asupan dan kebutuhan, jumlah
jumlah 45 kasus3 maupun jenis makanannya, seperti
Berdasarkan loparan bulanan makanan-makanana tinggi lemak, kurang
Posyandu Bunda Desa Limbung Dusun mengkonsumsi sayuran dan buah,
Sidomulyo dan Mulyorejo penyakit makanan tinggi natrium, dapat
hipertensi selalu menduduki 5 penyakit meningkatkan resiko terjadinya
7
terbesar yang ada di Dusun Mulyorejo dan hipertensi
Sidomulyo dengan jumlah kasus 5-7 Pola makan berpengaruh terhadap
orang rata-rata setiap bulan 20 persen kejadian hipertensi8. Responden dengan
lansia mengalami hipertensi pola makan yang kurang baik lebih
Faktor-faktor pemicu kemunculan banyak yaitu konsumsi garam yang tinggi,
hipertensi dapat dibedakan menjadi dua komsumsi alkohol, kebiasaan minum
kelompok. Kelompok pertama adalah kopi, dan masih banyak pengaruh lain9
faktor yang tidak dapat dikontrol Kebiasaan sering konsumsi lemak
(keturunan keluarga yang mempunyai jenuh (≥3 kali) dalam seminggu terbukti

112
sebagai faktor risiko hipertensi OR= 7,72 Gangguan tidur yang terjadi pada
dan 95% CI=2,45– 24,38)10. Pada pasien lansia yang terjadi secara terus-menerus
rawat jalan di RSUD Kabupaten dapat menyebabkan perubahan fisiologis
Karanganyar yang menunjukan bahwa tubuh dimana keseimbangan antara
pola konsumsi makanan sumber natrium pengaturan sistem saraf simpatis dan
merupakan faktor yang berhubungan parasimpatis terganggu. Sistem simpatis
dengan kejadian hipertensi (OR=6,875)11. akan ditingkatkan sehingga memicu
Asupan natrium merupakan faktor risiko terjadinya peningkatan tekanan darah pada
paling kuat (OR = 7.389, 95% CI = 1.875 orang yang mengalami gangguan tidur
– 29.111) terhadap kejadian hipertensi12. tersebut. Sebalinya aktivitas sistem
Ada hubungan antara kebiasaan asupan parasimpatis diturunkan17
garam (p = 0,001), konsumsi makanan Penjelasan tersebut juga mendukung
berlemak (p = 0,029) dengan kejadi kepada hasil penelitian sebelumnya yang
hiperensi pada lansia di Pusling Desa mengatakan bahwa terdapat hubungan
Klumpit UPT Puskesmas Gribig antara kualitas tidur dengan tekanan
13
Kabupaten Kudus . darah, yakni kualitas tidur yang buruk
Ada hubungan yang bermakna menyebabkan peningkatan tekanan darah
antara aktivitas fisik dengan hipertensi (hipertensi)18 Tidur yang berlebihan juga
dengan nilai p value 0,000 memiliki risiko meningkatkan risiko hipertensi (OR, 1.11;
hipertensi, dengan OR sebesar 44,1 kali 95% CI, 1.04-1.18; P=0.003)19.
dibandingkan dengan orang yang Peneliti mengambil Desa Limbung
memiliki akitivitas fisik teratur14. Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu
Aktivitas fisik ialah gerakan fisik yang Raya sebagai tempat dalam penelitian
dilakukan oleh otot tubuh dan sistem dengan alasan berdasarkan hasil
penunjangnya. Aktivitas fisik adalah wawancara dengan tenaga kesehatan yang
setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh ada di Puskemas Sungai Durian, bahwa
otot rangka yang memerlukan pengeluaran dari 8 Desa yang ada di wilayah kerja di
energi. kurangnya aktivitas fisik Puskemas Sungai Durian, Desa Limbung
merupakan faktor risiko penyakit kronis15 memiliki kasus hipertensi paling tinggi
Perokok berat dapat dihubungkan 32%. Sedangkan Desa Limbung memiliki
dengan peningkatan insiden hipertensi 4 dusun, yaitu Dusun Limbung Jaya,
maligna dan risiko terjadinya stenosis Dusun Merdeka, Dusun Mulyorejo dan
arteri renal yang mengalami Dusun Sido Mulyo. Peneliti mengambil
16
ateriosklerosis . Kebiasaan merokok tempat penelitian di Dusun Mulyorejo dan
dengan hipertensi terdapat ada Dusun Sidomulyo, karena Dusun tersebut
hubungan, dengan nilai p value 0,000 dan memiliki Posyandu lansia yang masih
nilai OR menunjukan bahwa, risiko aktif dan berdasarkan hasil studi
menderita hipertensi bagi orang yang pendahuluan yang dilakukan peneliti
menghisap rokok adalah 8,1 kali lebih kepada 10 Orang Lansia di Desa Limbung
besar dibandikan orang yang tidak Dusun Mulyorejo dan Dusun Sidomulyo
menghisap rokok14. Posyandu Bunda Kabupaten Kubu Raya
ditemukan 60% lansia mengalami

113 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik


Hipertensi dengan tekanan darah diatas Umur
140/90 mmGh. Dari hasil informasi yang 45-59 tahun 23 53,5 23 53,5
di dapat hasil survey diketahui penyebab > 59 tahun 20 46,5 20 46,5
Hipertensi pada lansia di Desa Limbung Pendidikan
Dusun Mulyorejo dan Dusun Sidomulyo SD 13 30,2 11 24
Posyandu Bunda diantaranya Obesitas SMP 18 41,9 23 53,5
40% kebiasaan merokok 40% aktifitas SMA 11 25,6 9 20,9
fisik 40% konsumsi pola makan 60% dan S1 1 2,3 0 0
rata-rata yang menderita hipertensi adalah Pekerjaan
berjenis kelamin wanita 60% IRT 6 14 16 37,2
PNS 7 16,3 3 7,0
Metodologi Penelitian WIRASWAS 8 18,6 6 14
Penelitian ini termasuk jenis TA
penelitian observasional bersifat PETANI 22 51,2 18 41,9
rancangan penelitian Case Control yaitu Obesitas
studi epidemiologi yang mempelajari Obesitas 13 30,2 6 14
hubungan antara paparan (faktor Tidak
penelitian) dan penyakit, dengan cara 30 69,8 37 86
obesitas
membandingkan kelompok kasus dan Pola makan pencegah
kelompok kontrol. Populasi dalam Jarang 39 90,7 9 20,9
penelitian ini adalah lansia yang berada di Sering 4 9,3 34 79,1
Desa Limbung Dusun Mulyorejo Pola makan pemicu
berjumlah 50 lansia dan Dusun Sido Sering 26 60,5 13 30,2
Mulyo berjumlah 100 lansia jadi total Jarang 17 39,5 30 69,8
populasi 150 orang. Sampel dalam
penelitian ini menggunakan 1 : 1
kelompok kasus dan kelompok kontrol. Aktivitas fisik
kelompok kasus berjumlah 43 sampel dan Ringan 26 60,5 11 25,6
kelompok kontrol berjumlah 43 sampel Sedang 17 39,5 32 74,4
Teknik analisis data yang Kebiasaan merokok
dipergunakan penelitian adalah analisis Ya 16 37,2 5 11,6
univariat dan analisis bivariat Tidak 27 62,8 38 88,4
menggunakan uji Chi Square Lama tidur
Kurang 13 30,2 9 20,9
HASIL DAN PEMBAHASAN Cukup 30 69,8 34 79,1
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Pada tabel 1 diketahui bahwa, dari
Responden dan Analisa Univariat hasil analisa yang dilakukan terhadap 86
Jenis Kasus Kontrol responden diperoleh bahwa pada
Kelamin n % n % kelompok kasus sebagian responden
Perempuan 27 62,8 27 62,8 berjenis kelamin perempuan (62,8%).
Laki-laki 16 37,2 16 37,2 Pada kelompok kontrol sebagian dari

114 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik


responden berjenis kelamin perempuan
(62,8%). Pada kelompok kasus sebagian Varia Kasus Kontrol
responden berumur 45-59 tahun (53,5%). bel n % n % p
Pada kelompok kontrol sebagian dari Obesit
13 30,2 6 14
responden berumur 45-59 tahun (53,5%). as
pada kelompok kasus terbanyak Tidak 0,119
obesita 30 69,8 37 86
responden berpendidikan SMP (41,9%).
s
Pada kelompok kontrol erbanyak
Jarang 39 90,7 9 20,9
responden berpendidikan SMP (53,5%). 0,000
Sering 4 9,3 34 79,1
pada kelompok kasus terbanyak
Sering 26 60,5 13 30,2 0,009
responden bekerja sebagai petani (51,2%).
Jarang 17 39,5 30 69,8
Pada kelompok kontrol terbanyak bekerja
Ringan 26 60,5 11 25,6 0,002
sebagai petani (41,9%). Adapuan analisa
Sedang 17 39,5 32 74,4
univariat: obesitas pada kelompok kasus
Ya 16 37,2 5 11,6 0,012
sebagian besar responden tidak obesitas
Tidak 27 62,8 38 88,4
(69,8%). Pada kelompok kontrol sebagian
Kuran 0,458
besar tidak obesitas (86%), makanan 13 30,2 9 20,9
g
pencegah pada kelompok kasus sebagian Cukup 30 69,8 34 79,1
besar responden jarang makan makanan Tabel 2 Analisa Bivariat
pencegah (90,7%). Pada kelompok
kontrol sebagian besar sering makan- Pada tabel 2 hasil penelitian
makanan pencegah (79,1%), makanan menunjukan bahwa terdapat
pemicu pada kelompok kasus sebagian kecenderungan pada kelompok kasus yang
besar responden jsering makan-makanan obesitas yaitu sebesar 30,2% lebih besar
pemicu (60,5%). Pada kelompok kontrol di bandingkat pada kelompok kontrol.
sebagian besar jarang makan-makanan Berdasarkan hasil perhitungan Uji statistik
pemicu (69,8%). Aktivitas fisik pada Chi Square (X2) diperoleh p value = 0,119
kelompok kasus sebagian besar (>0,05) sehingga Ha ditolak. Dengan
responden aktifitas ringan (60,5%). Pada demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
kelompok kontrol sebagian besar aktifitas ada hubungan antara obesitas dengan
sedang (74,4%), kebiasaan merokok pada kejadian hipertensi pada lansia di Desa
kelompok kasus sebagian besar Limbung Dusun Mulyorejo Posyandu
responden tidak merokok (62,8%). Pada Bunda Kabupaten Kubu Raya. terdapat
kelompok kontrol sebagian besar tidak kecenderungan pada kelompok kasus yang
merokok (88,4%). Lama tidur pada pola makan pencegah jarang yaitu sebesar
kelompok kasus sebagian besar 90,5% lebih besar di bandingkat pada
responden cukup tidur (69,8%). Pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil
kelompok kontrol sebagian besar cukup perhitungan Uji statistik Chi Square (X2)
tidur (79,1%). diperoleh p value = 0,000 (<0,05)
sehingga Ha diterima. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara pola makan pencegah dengan

115 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik


kejadian hipertensi pada lansia di Desa kecenderungan pada kelompok kasus yang
Limbung Dusun Mulyorejo Posyandu aktifitas fisik ringan yaitu sebesar 60,5%
Bunda Kabupaten Kubu Raya. Dengan lebih besar di bandingkat pada kelompok
nilai OR 95% CI 36,833 (10,402- kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan Uji
130,424)berarti responden dengan pola statistik Chi Square (X2) diperoleh p value
makan pencegah jarang berisiko 36,833 = 0,002 (<0,05) sehingga Ha diterima,
kali mengalami kejadian hipertensi dengan demikian dapat disimpulkan
dibandingkan dengan pola makan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik
pencegah sering. Terdapat kecenderungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di
pada kelompok kasus yang pola makan Desa Limbung Dusun Mulyorejo
pemicu sering yaitu sebesar 61,9% lebih Posyandu Bunda Kabupaten Kubu Raya,
besar di bandingkat pada kelompok dengan nilai OR 95% CI 4,449 (1,776-
kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan Uji 11,144) berarti responden dengan aktivitas
statistik Chi Square (X2) diperoleh p value ringan berisiko 4,449 kali mengalami
= 0,009 (<0,05) sehingga Ha diterima. kejadian hipertensi dibandingkan dengan
Dengan demikian dapat disimpulkan responden aktivitas ringan. terdapat
bahwa ada hubungan antara pola makan kecenderungan pada kelompok kasus yang
pemicu dengan kejadian hipertensi pada merokok yaitu sebesar 37,2% lebih besar
lansia di Desa Limbung Dusun Mulyorejo di bandingkat pada kelompok kontrol.
Posyandu Bunda Kabupaten Kubu Raya, Berdasarkan hasil perhitungan Uji statistik
dengan nilai OR 95% CI 3,529 (1,445- Chi Square (X2) diperoleh p value = 0,012
8,619) berarti responden dengan pola (<0,05) sehingga Ha diterima. Dengan
makan pemicu sering berisiko 3,529 kali demikian dapat disimpulkan bahwa ada
mengalami kejadian hipertensi hubungan antara merokok dengan
dibandingkan dengan pola makan pemicu kejadian hipertensi pada lansia di Desa
jarang. terdapat kecenderungan pada Limbung Dusun Mulyorejo Posyandu
kelompok kasus yang aktifitas fisik ringan Bunda Kabupaten Kubu Raya, dengan
yaitu sebesar 60,5% lebih besar di nilai OR 95% CI 4,504 (1,471-13,787)
bandingkat pada kelompok kontrol. berarti responden yang merokok berisiko
Berdasarkan hasil perhitungan Uji statistik 4,504 kali mengalami kejadian hipertensi
Chi Square (X2) diperoleh p value = 0,002 dibandingkan dengan responden yang
(<0,05) sehingga Ha diterima, dengan tidak merokok. terdapat kecenderungan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada pada kelompok kasus yang lama tidur
hubungan antara aktivitas fisik dengan kurang yaitu sebesar 30,2% lebih besar di
kejadian hipertensi pada lansia di Desa bandingkat pada kelompok kontrol.
Limbung Dusun Mulyorejo Posyandu Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik
Bunda Kabupaten Kubu Raya, dengan Chi Square (X2) diperoleh p value = 0,458
nilai OR 95% CI 4,449 (1,776-11,144) (>0,05) sehingga Ha ditolak. Dengan
berarti responden dengan aktivitas ringan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
berisiko 4,449 kali mengalami kejadian ada hubungan antara lama tidur dengan
hipertensi dibandingkan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa
responden aktivitas ringan. terdapat

116 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik


Limbung Dusun Mulyorejo Posyandu sedangkan ada cara lain untuk mengukur
Bunda Kabupaten Kubu Raya obesitas yaitu dengan mengunakan IMT
dengan cara mengukur tinggi badan dan
berat badan.
PEMBAHASAN

Hubungan antara obesitas dengan Hubungan antara pola makan


kejadian hipertensi pada lansia di Desa pencegah dengan kejadian hipertensi
Limbung Dusun Mulyorejo dan Dusun pada lansia di Desa Limbung Dusun
Sidomulyo Posyandu Bunda Mulyorejo dan Dusun Sidomulyo
Kabupaten Kubu Raya Posyandu Bunda Kabupaten Kubu
Hasil penelitian menunjukan
Raya
bahwa terdapat kecenderungan pada Hasil penelitian menunjukan
kelompok kasus yang obesitas yaitu bahwa terdapat kecenderungan pada
sebesar 30,2% lebih besar di bandingkat kelompok kasus yang pola makan
pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil pencegah jarang yaitu sebesar 90,5% lebih
perhitungan Uji statistik Chi Square (X2) besar di bandingkat pada kelompok
diperoleh p value = 0,119 (>0,05) kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan Uji
sehingga Ha ditolak. Dengan demikian statistik Chi Square (X2) diperoleh p value
dapat disimpulkan bahwa tidak ada
= 0,000 (<0,05) sehingga Ha diterima.
hubungan antara obesitas dengan kejadian Dengan demikian dapat disimpulkan
hipertensi pada lansia di Desa Limbung bahwa ada hubungan antara pola makan
Dusun Mulyorejo Posyandu Bunda pencegah dengan kejadian hipertensi
Kabupaten Kubu Raya. pada lansia di Desa Limbung Dusun
Berdasarkan hasil analisis besar Mulyorejo Posyandu Bunda Kabupaten
risiko obesitas terhadap kejadian Kubu Raya, dengan nilai OR 95% CI
hipertensi didapatkan nilai OR sebesar 36,833 (10,402-130,424)berarti responden
1,808 dengan nilai lower limit = 0,844 dan dengan pola makan pencegah jarang
upper limit = 3,872. Karena nilai lower berisiko 36,833 kali mengalami kejadian
limit dan upper limit mencakup nilai satu, hipertensi dibandingkan dengan pola
maka nilai 0,682 dianggap tidak makan pencegah sering.
bermakna6. Jenis makanan buah-buahan
Tidak ada hubungan anatara pencegah hipertensi yang sering
obesitas dan hipertensi karena responden dikonsumsi adalah pisang (95%). Pisang
banyak yang tidak obesitas dan mengandung bioflavonoid (termasuk
berdasarkan fakta di lapangan obesitas rutin), protein, lemak, gula (glukosa,
tidak berpengaruh disebabkan karena fruktosa), adenin, trigonelin, kholin,
rutinitas responden sebagai petani yang mineral (Ca, Mg, P, K, Na, Fe, sulfur,
mengeluarkan kalori dan energi lebih klorin), vitamin (B1, B2, B6, C, E,
banyak. Pengukuran penelitian ini likopen, niasin), dan histamin. Rutin dapat
mengunakan obesitas sentral dengan memperkuat dinding kapiler pembuluh
mengukur lingkar perut dengan tali pita darah. Klorin dan sulfur adalah trace

117 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik


element yang berkhasiat detoksikan. Terdapat hubungan yang
Klorin alamiah menstimulir kerja hati bermakna (signifikan secara statistik
untuk membuang racun tubuh dan sulfur dengan nilai p (0,007) < α(0,05)) antara
melindungi hati dari terjadinya sirosis hati asupan serat dengan tekanan darah pada
dan penyakit hati lainnya. penderita hipertensi lansia di Perumahan
Jenis makanan ikan, ayam, dan “Kusumawardani” dan Panti Wredha
daging pencegah hipertensi yang paling Pucang Gading Semarang21.
sering dikonsumsi adalah tongkol (93%).
Ikan tongkol mempunyai kandungan gizi Hubungan antara pola makan pemicu
55,72% inti protein dan 4,11% untuk dengan kejadian hipertensi pada lansia
lemak pada kadar air 4,95%. Selain itu, di Desa Limbung Dusun Mulyorejo
kandungan omega 3 yang ada dalam ikan dan Dusun Sidomulyo Posyandu Bunda
tongkol berguna sebagai zat untuk Kabupaten Kubu Raya
mencegah terjadinya hipertensi. Jenis Hasil penelitian menunjukan
makanan ikan lain yang direkomendasikan bahwa terdapat kecenderungan pada
oleh DASH bagi penderita hipertensi kelompok kasus yang pola makan pemicu
adalah bandeng presto dan sardin. sering yaitu sebesar 61,9% lebih besar di
Memang harga yang ada di pasaran lebih bandingkat pada kelompok kontrol.
mahal sehingga jarang dikonsumsi, tetapi Berdasarkan hasil perhitungan Uji statistik
mengingat kandungan gizi yang ada Chi Square (X2) diperoleh p value = 0,009
dalam kedua jenis ikan tersebut, mungkin (<0,05) sehingga Ha diterima. Dengan
bisa dijadikan alternatif makanan untuk demikian dapat disimpulkan bahwa ada
dikonsumsi. hubungan antara pola makan pemicu
Hasil penelitian yang mengaitkan dengan kejadian hipertensi pada lansia di
kacang-kacangan dan risiko rendah Desa Limbung Dusun Mulyorejo
penyakit jantung koroner, juga diterbitkan Posyandu Bunda Kabupaten Kubu Raya,
dalam British Journal of Nutrition. Dalam dengan nilai OR 95% CI 3,529 (1,445-
studi ini, peneliti melihat empat besar 8,619) berarti responden dengan pola
studi epidemiologi Adventist Health makan pemicu sering berisiko 3,529 kali
Study, studi Iowa Women’s, Nurses mengalami kejadian hipertensi
Health Study dan Doctor’s Health. Ketika dibandingkan dengan pola makan pemicu
hasil dari empat penelitian jarang.
dikombinasikan, subjek yang Jenis makanan tinggi natrium yang
mengkonsumsi kacang minimal 4 kali paling sering dikonsumsi adalah keripik
seminggu menunjukkan penurunan risiko (42%), untuk jenis makanan yang
37% dari penyakit jantung koroner diawetkan adalah pindang (93%). Keripik
dibandingkan dengan mereka yang tidak yang bahan utamanya berasal dari
pernah atau jarang makan kacang. singkong, sering dikonsumsi di dalam
Kesimpulan lain adalah penurunan risiko masyarakat. Hal ini juga dipengaruhi
penyakit hipertensi sebesar rata-rata 8,3% dusun Sidomulyo dan Mulyorejo yang
pada orang yang mengkonsumsi kacang 4 sebagian masyarakatnya menanam
kali seminggu20 singkong sebagai hasil pertanian. Oleh

118 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik


karena mudah dalam mendapatkan bahan kekurangan zat gizi pada jenis makanan
utamanya, menjadikan keripik mudah yang satu akan dilenkapi oleh keunggulan
untuk diperoleh dan harga yang susunan zat gizi jenis makanan yang lain,
ditawarkan juga murah. Kandungan garam sehingga diperoleh asupan zat gizi yang
yang berlebihan yang didapat melalui sembang. Selain itu, konsumsi makanan
makanan (keripik dan pindang), akan yang lebih beragam dapat memperbaiki
diserap kembali secara tidak proporsional kecukupan akan zat-zat gizi dan
sekitar 20%, melalui proses yang dikenal menunjukkan perlindungan terhadap
sebagai osmosis, sehingga air garam tetap serangan berbagai penyakit kronik yang
stabil. Kandungan garam yang berlebihan berhubungan dengan proses penuaan22.
secara terus menerus mengakibatkan Ketidakseimbangan antara
volume di dalam peredaran darah menjadi konsumsi karbohidrat dan kebutuhan
lebih tinggi dari yang seharusnya, energi, dimana konsumsi terlalu
akibatnya kelebihan cairan tersebut berlebihan dibandingkan dengan
meningkatkan tekanan pada dinding kebutuhan atau pemakaian energi akan
pembuluh darah. Dinding ini bereaksi menimbulkan kegemukan atau obesitas.
dengan cara penebalan dan penyempitan, Kelebihan energi dalam tubuh disimpan
menyediakan ruangan yang lebih sempit dalam bentuk jaringan lemak. Pada
di kapiler darah, dan meningkatkan keadaan normal, jaringan lemak ditimbun
“resistensi” yang pada akhirnya dalam beberapa tempat tertentu,
membutuhkan tekanan yang lebih tinggi diantaranya di jaringan subkutan dan
untuk memindahkan darah ke organ20 didalam jaringan usus (omentum).
Hipertensi Grade II Pada Jaringan lemak subkutan didaerah dinding
Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten perut bagian depan (obesitas sentral)
Karanganyar) sering mengkonsumsi asin sangat berbahaya daripada jaringan lemak
(p=0,0001, OR adjusted=3,95 dan 95% di pantat. Karena menjadi risiko terjadinya
CI=1,87–8,36). Jika asupan garam 5–15 penyakit kardiovaskuler23
gram/hari prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 15-20 %22. Hubungan antara aktifitas fisik dengan
Ada hubungan antara kebiasaan hipertensi pada lansia di Desa Limbung
asupan garam (p = 0,001), konsumsi Dusun Mulyorejo dan Dusun
makanan berlemak (p = 0,029) dengan Sidomulyo Posyandu Bunda Kabupaten
kejadi hiperensi pada lansia di Pusling Kubu Raya
Desa Klumpit UPT Puskesmas Gribig Hasil penelitian menunjukan
Kabupaten Kudus13. bahwa terdapat kecenderungan pada
Pola makan lansia dapat diperoleh kelompok kasus yang aktifitas fisik ringan
kesimpulan pada umumnya para lansia yaitu sebesar 60,5% lebih besar di
kurang mengonsumsi buah-buahan dan bandingkat pada kelompok kontrol.
sayuran. Konsumsi makanan harus Berdasarkan hasil perhitungan Uji
beragam karena tidak ada satu jenis statistik Chi Square (X2) diperoleh p value
makanan yang mengandung komposisi = 0,002 (<0,05) sehingga Ha diterima,
gizi yang lengkap. Oleh karena itu, dengan demikian dapat disimpulkan

119 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik


bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik nilai 1 sehingga nilai OR yang diperoleh
dengan kejadian hipertensi pada lansia di bermakna secara statistik24
Desa Limbung Dusun Mulyorejo Aktivitas fisik ialah gerakan fisik
Posyandu Bunda Kabupaten Kubu Raya, yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
dengan nilai OR 95% CI 4,449 (1,776- penunjangnya. Aktivitas fisik adalah
11,144) berarti responden dengan aktivitas setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
ringan berisiko 4,449 kali mengalami otot rangka yang memerlukan pengeluaran
kejadian hipertensi dibandingkan dengan energi. kurangnya aktivitas fisik
responden aktivitas ringan. merupakan faktor risiko penyakit kronis15
Penelitian ini sejalan dengan Selama melakukan aktivitas fisik,
Anggara (2013), ada hubungan yang otot membutuhkan energi diluar
bermakna antara aktifitas fisik dengan metabolisme untuk bergerak, sedangkan
hipertensi dengan nilai p value 0,000 dan jantung dan paru-paru memerlukan
berolah raga tidak teratur memiliki risiko tambahan energi untuk mengantarkan zat-
hipertensi, dengan RP sebesar 44,1 kali zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan
dibandingkan dengan orang yang untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh
memiliki kebiasaan olah raga teratur. A banyaknya energi yang dibutuhkan
da hubungan antara aktifitas fisik (0,014) bergantung pada beberapa banyaknya otot
dengan kejadi hiperensi pada lansia di yang bergerak, berapa lama dan berapa
Pusling Desa Klumpit UPT Puskesmas beratnya pekerjaan yang dilakukan25
Gribig Kabupaten Kudus13. Aktifitas fisik secara teratur
Aktivitas fisik dengan kejadian bermanfaat untuk mengatur berat badan
hipertensi menunjukkan bahwa lebih dan menguatkan sistem jantung dan
banyak responden yang beraktivitas pembuluh darah26 . Kegiatan latihan fisik
fisik/olahraga ≥3 kali seminggu dan ≥30 sehari-hari yang dilakukan seseorang
menit dalam satu kali aktivitas yaitu secara teratur agar dapat memberikan
sebesar (36,0%) dibandingkan dengan kebugaran jasmani dalam seminggu
yang beraktivitas fisik <3 kali seminggu minimal 30- 45 menit menit/3-4 kali
dan <30 menit dalam satu kali aktivitas seminggu27
fisik yaitu sebesar (21,3%), sedangkan Ada hubungan antara aktivitas
responden yang tidak beraktivias fisik (Berolahraga) dengan kejadian
fisik/olahraga yaitu sebesar (42,7%) dan hipertensi, maka diharapkan lansia untuk
responden yang beraktivitas fisik/olahraga berolah raga secara teratur minimal 30
<3 kali seminggu dan <30 menit dalam menit dalam sehari dengan melakukan
satu kali aktivitas lebih banyak pada olahraga seperti aerobik, jogging, lari,
kelompok kasus yaitu sebesar (29,3%) bersepeda, berenang dan senam.
dibandingkan kelompok kontrol (13,4%).
Kurang aktivitas fisik/olahraga berisiko
2,67 kali menderita hipertensi
dibandingkan dengan yang sering
beraktivitas fisik/olahraga. Nilai LL dan
UL (95%CI 1,20-5,90) tidak mencakup

120 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik


Hubungan antara merokok dengan batang per hari dan lama merokok ≥10
hipertensi pada lansia di Desa tahun (47,0%) dibandingkan dengan
Limbung Dusun Mulyorejo dan Dusun responden yang merokok <20 batang per
Sidomulyo Posyandu Bunda Kabupaten hari dan lama merokok <10 tahun
Kubu Raya (12,2%), sedangkan responden yang tidak
Hasil penelitian menunjukan merokok (40,9%) dan responden yang
bahwa terdapat kecenderungan pada merokok ≥20 batang per hari dan lama
kelompok kasus yang merokok yaitu merokok ≥10 tahun lebih banyak pada
sebesar 37,2% lebih besar di bandingkat kelompok kasus (57,3%) dibandingkan
pada kelompok kontrol. pada kelompok kontrol (36,6%). Perilaku
Berdasarkan hasil perhitungan Uji merokok berisiko 2,32 kali menderita
statistik Chi Square (X2) diperoleh p value hipertensi dibandingkan dengan yang
= 0,012 (<0,05) sehingga Ha diterima. tidak merokok dengan nilai LL dan UL
Dengan demikian dapat disimpulkan (95%CI 1,24-4,35) tidak mencakup nilai 1
bahwa ada hubungan antara merokok sehingga nilai OR yang diperoleh
dengan kejadian hipertensi pada lansia di bermakna secara statistik atau variabel ini
Desa Limbung Dusun Mulyorejo merupakan faktor risiko kejadian
24
Posyandu Bunda Kabupaten Kubu Raya, hipertensi .
dengan nilai OR 95% CI 4,504 (1,471- Asap rokok mengandung kurang
13,787) berarti responden yang merokok lebih 4000 bahan kimia, 200 diantaranya
berisiko 4,504 kali mengalami kejadian beracun beberapa zat yang sangat
hipertensi dibandingkan dengan berbahaya antara lain adalah tar, nikotin,
responden yang tidak merokok. karbon monoksida, dan masih banyak lagi
Merokok dengan hipertensi zat berbahaya lainya. Seseorang perokok
menunjukan bahwa orang yang merokok berat akan memilih merokok daripada
beresiko menderita hipertensi 2,267 kali makan jika uang yang dimilikinya
lebih besar di bandingkan dengan orang terbatas5
yang tidak merokok28. Menurut Depkes RI Pusat Promkes
Kebiasaan merokok dengan (2008), telah dibuktikan dalam penelitian
hipertensi terdapat ada hubungan, bahwa dalam satu batang rokok
dengan nilai p value 0,000 dan resiko terkandung 4000 racun kimia berbahaya
menderita hipertensi bagi orang yang termasuk 43 senyawa. Bahan utama rokok
menghisap rokok adalah 8,1 kali lebih terdiri dari 3 zat, yaitu 1) Nikotin,
besar dibandikan orang yang tidak merupakan salah satu jenis obat
menghisap rokok14. Menunjukan bahwa perangsang yang dapat merusak jantung
ada hubungan antara merokok (0,003) dan sirkulasi darah dengan adanya
dengan kejadi hiperensi pada lansia di penyempitan pembuluh darah,
Pusling Desa Klumpit UPT Puskesmas peningkatan denyut jantung, pengerasan
Gribig Kabupaten Kudus14. pembuluh darah dan pengumpalan darah.
Perilaku merokok dengan kejadian 2) Tar, dapat mengakibatkan kerusakan
hipertensi menunjukkan bahwa lebih sel paru-paru dan menyebabkan kanker. 3)
banyak responden yang merokok ≥20 Karbon Monoksida (CO), merupakan gas

121 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik


beracun yang dapat mengakibatkan mengendapkan kolestrol pada pembulu
berkurangnya kemampuan darah darah, jantung koroner, sehingga jantung
membawa oksigen. Rokok mengandung bekerja lebih keras30.
nikotin yang dapat meningkatkan denyut Pada kelompok kontrol sebagian
jantung, tekanan darah sistolik dan merokok 11-20 batang (61,9%) dan pada
diastolik. kelompok kasus sebagian merokok 11-20
Peningkatan denyut jantung pada batang (33,3%). Pada kelompok kontrol
perokok terjadi pada menit pertama sebagian lama merokok ≥ 1 tahun
merokok dan sesudah 10 menit (14,39%) dan pada kelompok kasus ≥ 1
peningkatan mencapai 30%. Sedangkan tahun (66,7%). Jenis rokok pada
tekanan sistolik meningkat mancapai kelompok kontrol filter (14,3%), pada
10%. Menyatakan bahwa nikotin kelompok kasus kretek (71,4%). Pada
mengganggu sistem saraf simpatis yang kelompok kontrol di dalam rumah
mengakibatkan meningkatnya kebutuhan (19,1%) dan kasus di dalam rumah
oksigen miokard. Selain menyebabkan (42,9%)
ketagihan merokok, nikotin juga
meningkatkan frekuensi denyut jantung, Hubungan antara lama tidur dengan
tekanan darah, dan kebutuhan oksigen hipertensi pada lansia di Desa
jantung; merangsang pelepasan adrenalin, Limbung Dusun Mulyorejo dan Dusun
serta menyebabkan gangguan irama Sidomulyo Posyandu Bunda Kabupaten
jantung. Nikotin juga mengganggu kerja Kubu Raya.
saraf, otak, dan banyak bagian tubuh Hasil penelitian menunjukan
lainnya29 bahwa terdapat kecenderungan pada
Rokok dapat meningkatkan resiko kelompok kasus yang lama tidur kurang
kerusakan pembulu darah jantung yaitu sebesar 30,2% lebih besar di
koroner, sehingga jantung dapat bekerja bandingkat pada kelompok kontrol.
lebih keras dalam memompa dan Berdasarkan hasil perhitungan uji
menaikan tekanan darah30 statistik Chi Square (X2) diperoleh p value
Menurut ilmu kesehatan, salah = 0,458 (>0,05) sehingga Ha ditolak.
satu penyakit yang disebabkan oleh Dengan demikian dapat disimpulkan
merokok adalah brokitis yang biasanya bahwa tidak ada hubungan antara lama
disebut radang saluran pernapasan hal ini tidur dengan kejadian hipertensi pada
terjadi karena terdapat bahan-bahan kimia lansia di Desa Limbung Dusun Mulyorejo
yang berbahaya didalam rokok. Posyandu Bunda Kabupaten Kubu Raya
Kebiasaan merokok seharusnya Kualitas tidur yang buruk dapat
dihentikan karena aka terjadinyas mengakibatkan gangguan keseimbangan
peneyempitan dalam saluran paru-paru fisiologis dan psikologi. Fisiologi meliputi
dapat memacu kerja ginjal dan jantung penurunan aktifitas sehari hari, rasa lelah,
lebih cepat, sehingga menyebabkan lemah, proses penyembuhan lambat daya
tekanan dalam darah akan naik5. Rokok tahan tubuh menurun dan ketidak stabilan
dapat meningkatkan resiko kesrusakan tanda tanda vital. Sedangkan dampak
pembulu darah dengan cara psikologis meliputi depresi cemas dan

122 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik


tidak konsentrasi31. Fungsi tidur yang Posyandu Bunda Kabupaten Kubu
paling utama adalah untuk pemulihan Raya (p value = 0,119)
sistem syaraf setelah digunakan selama 2. Ada hubungan antara pola makan
satu hari. Beberapa penelitian yang (pencegah) dengan kejadian hipertensi
menyebutkan bahwa orang Indonesia tidur pada lansia di Desa Limbung Dusun
rata-rata pukul 22.00 dan bangun pukul Mulyorejo Posyandu Bunda
05.00 keesokan harinya. Secara umum Kabupaten Kubu Raya (p value =
gangguan tidur menjadi lebih sering 0,000; OR=36,833)
dialami dan sangat mengganggu seiring 3. Ada hubungan antara pola makan
dengan bertambahnya usia. Setelah (pemicu) dengan kejadian hipertensi
berusia diatas 40 tahun tubuh menjadi pada lansia di Desa Limbung Dusun
lebih nvata, jadi orang tua sering Mulyorejo Posyandu Bunda
mengalami tidur yang tidak berkualitas32 Kabupaten Kubu Raya (p value =
Tidur adalah fenomena alami, 0,009; OR=3,529)
tidur menjadi kebutuhan hidup manusia. 4. Ada hubungan antara aktifitas fisik
Tidur merupakan bagian hidup manusia dengan kejadian hipertensi pada lansia
yang memiliki porsi banyak, rata-rata di Desa Limbung Dusun Mulyorejo
hampir seperempat hingga sepertiga Posyandu Bunda Kabupaten Kubu
waktu digunakan untuk tidur. Tidur Raya (p value = 0,002; OR=4,449)
merupakan proses yang diperlukan oleh 5. Ada hubungan antara kebiasaan
manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh merokok dengan kejadian hipertensi
yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang pada lansia di Desa Limbung Dusun
rusak (Natural Healing Mechanism), Mulyorejo Posyandu Bunda
memberi waktu organ tubuh untuk Kabupaten Kubu Raya (p value =
beristirahat maupun untuk menjaga 0,012; OR=4,504).
keseimbangan metabolisme dan 6. Tidak ada hubungan antara lama tidur
33
biokimiawi tubuh dengan kejadian hipertensi pada lansia
Walaupun tidak ada hubungan di Desa Limbung Dusun Mulyorejo
antara lama tidur dengan kejadian Posyandu Bunda Kabupaten Kubu
hipertensi, tetapi diharapkan responden Raya. (p value = 0,458)
memiliki waktu tidur yang cukup minimal
yaitu dalam sehari 6-8 jam, sehingga SARAN
dapat terhindar dari gangguan 1. Diharapkan pihak Dinas Kesehatan
keseimbangan fisiologis dan psikologi bekerja sama dengan Puskesmas dan
yang dampaknya memiliki faktor resiko posyandu untuk melakukan
hipertensi penyuluhan mengenai pencegahan
hipertensi dan juga pengecekan
KESIMPULAN tekanan darah secara berkala.
1. Tidak ada hubungan antara obesitas 2. Memberikan pelayanan kesehatan
dengan kejadian hipertensi pada lansia khusus ruang konsultasi pada lansia
di Desa Limbung Dusun Mulyorejo dalam pencegahan hipertensi

123 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik


3. Melakukan kegiatan olah raga secara Maupun Secara Tradisional. Bee
rutin di posyandu, khususnya senam Media Indonesia. Jakarta
lansia sehingga dapat mencegah 5. Isnawati, dkk. 2009. Awas Anda Bisa
terjadi hipertensi Mati Cepat Akibat HIpertensi dan
4. Memasang poster-poster mengenai Diabetes. Power Books (IHDINA).
bahaya merokok dan pencegahan Yogyakarta
hipertensi. 6. Adhyanti, 2009, Awas! Anda Bisa
5. Diharapkan bagi lansia untuk selalu Mati Cepat Akibat Hipertensi &
mengkonsumsi makanan yang dapat Obesitas, Yogyakarta: Power Books
mencegah terjadinya hipertensi (IHDINA)
seperti sayur (bayan, tomat, buncis, 7. Achmad Djaeni Sediaoetama. 2008.
timun) dan buah-buahan (pisang, Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan
jeruk, mangga dan nenas) dan tidak Profesi. Jilid 1. Jakarta : Penerbit
memakan makanan yang dapat Dian Rakyat
menyebabkan terjadinya hipertensi 8. Hasanuddin, 2011. Hubungan Antara
seperti makanan berlemak, daging dan Gaya Hidup dan Stres Dengan
ikan asin Kejadian Hipertensi Pada Lansia di
6. Melakukan kegiatan olah raga seperti Wilayah Kerja UPTD Kecamatan
senam lansia secara teratur minimal Pontianak Utara. Skripsi Universitas
30-40 menit, 3-4 kali/minggu. Muhammadiyah Pontianak.
7. Diharapkan lansia untuk mengurangi Pontianak
merokok dengan melakukan kegiatan 9. Wijaya, 2013). Hubungan Antara
positif seperti olahraga jalan-jalan dan Konsumsi Makanan Dengan
bersepeda dan kegiatan organisasi Kejadian Hipertensi Pada Lansia
masyarakat seperti pengajian. (Studi di UPT Pelayanan Sosial
8. Diharap responden untuk tidur Lanjut Usia Jember). Bagian Gizi
minimal 6-8 jam/ hari Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Jember
DAFTAR PUSTAKA 10. Aris Sugiharto, dkk. 2012. Fakor-
faktor resiko Hipertensi Grade II
1. Dinkes Provinsi Kalbar. 2013. Profil Pada masyarakat (studi kasus di
Kesehatan Provinsi Kalimantan Kabupaten Karanganyar).
Barat. Pontianak :Dinkes Provinsi 11. Sheps, Hiron G. 2005. Mayo Clinic
Kalbar Hipertensi, Mengatasi Tekanan
2. Dinkes Kubu Raya, 2013. Penyakit Darah Tinggi.Jakarta: PT Intisari
Hipertensi Mediatama.
3. Puskesmas Sungai Durian, 2013. 12. Hermawan & Sulchan, dkk. 2009.
Profil Puskesmas Sungai Durian Faktor-Faktor yang Berhubungan
tahun 2013. Kubu Raya dengan Kejadian Hipertensi pada
4. Widjaja, 2009. Tindakan Pasien yang Berobat di Poliklinik
Pencegahan dan Pengobatan Secara Dewasa Puskesmas Bangkinang,

124 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik


Makalah. Universitas Riau. (tidak Perubahan Tekanan Darah pada
dipublikasikan) Lansia Penderita Hipertensi di
13. Djauhar Arif, dkk. 2013. Fator-faktor Puskesmas Mlati II, Sleman.
yang berhubungan dengan kejadian Universitas Gajah Mada.
hipertensi pada lansia di pusling desa 22. Sheps, Sheldon G. 2005. Mayo
klumpit upt puskesmas gribik Clinic Hipertensi, Mengatasi
kabupaten kudus. Tekanan Darah Tinggi.Jakarta: PT
14. Anggara, D.H.F, Dkk. 2013. Faktor- Intisari Mediatama
Faktor Yang Berhubungan Dengan 23. Yasir, Yuniastuti. 2007. Gambaran
Tekanan Darah Di Puskesmas Pengetahuan Pasien Mengenai
Telaga Murni, Cikarang Barat Hipertensi pada Lansia di RSU dr.
Tahun 2012. Jurnal. Kesehatan Djoelham Binjai. Skripsi. (tidak
Masyarakat Sekollah Tinggi Ilmu dipublikasikan)
Kesehatan Mh. Thamrin Jakarta 24. Hasrin Mannan. 2012. Faktor risiko
Timur. Jakarta Timur kejadian hipertensi di wilayah kerja
15. WHO, 2011. Tentang Hipertensi puskesmas bangkala kabupaten
16. Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. jeneponto
Hipertensi dan Faktor Risikonya 25. Almatsier, S. 2008. Penuntun Diet
dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Edisi Terbaru. Jakarta: PT.
Epidemiologi FKM UNHAS. 2007. Gramedia.
17. Wendi M, 2007. Marital Quality and 26. Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan
Mariatal Bed: Examining The Dasar. Badan Penelitian Dan
Convariation Between Relationship Pengembangan Kesehatan
Quality and Sleep. NIHPA Author Kementerian Kesehatan RI Tahun
Manuscirpts. 2013. Dinkes RI. Jakarta
18. Javaheri, 2008. Sleep Quality and 27. Depkes RI 2008. Bahaya Merokok .
Elevated Blood Pressure in Depkes RI. Jakarta
Adolescents. American Heart 28. Rosalina, 2007. Analisis Determinan
Assosiation. Inc. Journal Circulation Hipertensi Esensial di Wilayah Kerja
19. Kelly, J.H., Sabate J. 2006. Nuts and Tiga Puskesmas Deli Sedang Tahun
coronary heart disease an 2007. Tesis Universitas Sumatra
epidemical prespective Utara. (tidak dipublikasikan)
20. Widyanigrum, 2012). Hubungan 29. Aisyiyah, 2009. Faktor Risiko
Antara Konsumsi Makanan Dengan Hipertensi Pada Empat
Kejadian Hipertensi Pada Lansia Kabupaten/Kota Dengan Prevalensi
(Studi di UPT Pelayanan Sosial Hipertensi Tertinggi Di Jawa Dan
Lanjut Usia Jember). Bagian Gizi Sumatera. Departemen gizi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Masyarakat Fakultas Ekologi
Kesehatan Masyarakat Universitas Manusia Institut Pertanian Bogor
Jember 30. Sustrani, dkk. 2006. Hipertensi.
21. Dewanti, 2008. Hubungan Pola Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Makan, Aktivitas Fisik, dan Utama.

125 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik


31. Lestari, Noviani. Hubungan Asupan
Kalium, Kalsium, Magnesium, dan
Natrium,Indeks Massa Tubuh, serta
Aktifitas Fisik dengan Kejadian
Hipertensi pada Wanita Usia 30 – 40
Tahun (Skripsi). Semarang:
Universitas Diponegoro; 2010.
32. Depkes RI 2003. Hipertensi .
Depkes RI. Jakarta
33. Setiyo, 2007. Analisis Determinan
Hipertensi Esensial di Wilayah Kerja
Tiga Puskesmas Deli Sedang Tahun
2007. Tesis Universitas Sumatra
Utara. (tidak dipublikasikan)

126 I Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan - JuMantik

Anda mungkin juga menyukai