Anda di halaman 1dari 26

PANCASILA UNTUK KEKUATAN BANGSA INDONESIA

Oleh : Dr. SEPRANADJA, SH., MH

Landasan Filosofis :
Nilai-nilai luhur Pancasila sudah ada dari sejak jaman batu dan kemudian diikuti
oleh seluruh kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia sejak tahun 400 M dan yang utama
ajarannya adalah Damai.
Istilah Ideologi berasal dari kata “idea” yang berarti “ gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita” dan “logos” yang berati “ilmu”, Kata “idea” berasal dari kata bahasa Yunani
“eidos” yang artinya “bentuk”. Disamping itu ada kata “idein” yang artinya “melihat”. Maka
secara harafiah, ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar . Dalam pengertian sehari-
hari, “idea” disamakan artinya dengan “cita-cita”. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita
yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus
merupakan dasar, pandangan atau faham . Memang pada hakikatnya, antara dasar dan cita-
cita itu sebenarnya dapat merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena atas suatu
landasan, asas atau dasar yang telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencakup
pengertian tentang idea-idea, pengertian dasar, gagasan dan cita-cita .
Pengertian Ideologi secara umum : Kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan,
kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut bidang politik (termasuk
didalamnya bidang pertahanan dan keamanan), bidang sosial, bidang kebudayaan, bidang
keagamaan.
Ideologi Pancasila : Mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai mahluk
individu dan mahluk sosial, oleh karena itu dalam ideologi pancasila mengakui atas
kebebasan dan kemerdekaan individu namun dalam hidup bersama juga harus mengakui hak
dan kebebasan orang lain secara bersama-sama sehingga dengan demikian harus mengakui
hak-hak masyarakat.
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa
Indonesia. Oleh karena itu sudah merupakan keharusan moral untuk secara konsisten
merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan secara filosofis dan objek dan objektif bahwa
bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat dan bernegara mendasarkan pada nilai-nilai
yang tertuang dalam sila-sila Pancasila yang secara filosofis merupakan filosofi bangsa
Indonesia sebelum mendirikan negara.

Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai


bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan objektif

1
bahwa manusia adalah mahkluk Tuhan yang Maha Esa. Syarat mutlak suatu negara adalah
adanya persatuan yang terwujudkan sebagai rakyat (merupakan unsur pokok negara),
sehingga secara filosofis negara berpersatuan dan berkerakyatan. Konsekuensinya rakyat
adalah merupakan dasar ontologis demokrasi, karena rakyat merupakan asal usul kekuasaan
negara.
Atas dasar pengertian filosofis tersebut maka dalam hidup bernegara nilai-nilai
Pancasila merupakan dasar filosofis negara. Konsekuensinya dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk sistem
peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan
termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa Pancasila
merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan baik dalam pembangunan nasional,
ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, maupun pertanahan dan keamanan.

1. Pengertian Pancasila secara Etimologis

Sebelum kita membahas isi arti dan fungsi pancasila sebagai dasar negara, maka
terlebih dahulu perlu dibahas asal kata dan istilah “Pancasila” beserta makna yang
terkandung di dalamnya. Secara Etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta
dari India (Bahasa Kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta.
Menurut Muhammad Yamin dalam bahasa Sansekerta perkataan “Pancasila”
memiliki dua macam arti secara Leksikal yaitu :
“panca” artinya “lima”
“syila” vokal i pendek artinya “batu sendi” alas “, atau “dasar”
“syiila” vokal i panjang artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang
penting atau yang senonoh”.
Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa
diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara
Etimologis kata “Pancasila” yang dimaksudkan adalah istilah “Panca Syila” dengan
vokal i pendek yang memiliki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah
“dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf
Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting (Yamin. 1960 : 437).
Perkataan Pancasila mula-mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India. Ajaran
Budha bersumber pada kitab suci Tri Pataka, yang terdiri atas tiga macam buku besar
yaitu : Suttha Pitaka, Abludama Pitaka dan Vinaya Pitaka. Dalam ajaran Budha terdapat

2
ajaran moral untuk mencapai Nirawana dengan melalui Samadhi dan setiap golongan
berbeda kewajiban moralnya. Ajaran-ajaran moral tersebut adalah sebagai berikut :
Dasasyiila
Saptasyiila
Pancasyiila
Ajaran Pancasyiila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau
Five Moral Principles yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa dan
awam. Pancasyiila yang berisi lima larangan atau pantangan itu menurut isi lengkapnya
adalah sebagai berikut :
Panatipada veramani sikhapadam samadhi artinya “ jangan mencabut nyawa
mahkluk hidup” atau dilarang membunuh.

Dinna dana veramani shikapadam samadiyani artinya “janganlah mengambil


barang yang diberikan”, maksudnya dilarang mencuri.

Kamesha micchacara veramani shikapadam sumadiyani artinya “jangan


berhubungan kelamin, yang dimaksud berzina.

Musawada veramani sikapadam samadiyani , artinya “janganlah berkata


palsu, atau dilarang berdusta.

Sura meraya musjja pamadu tikana veramani , artinya janganlah meminum


minuman yang menghilangkan pikiran, yang maksudnya dilarang minum minuman
keras (Zainal Abidin. 1958 : 361).

Dengan masuknya kebudayaan India ke Indonesia melalui penyebaran agama


Hindu dan Budha, maka ajaran “Pancasila” Budhisme pun masuk ke dalam kepustakaan
Jawa, terutama pada zaman Majapahit. Perkataan “Pancasila” dalam khasanah
kesusastraan nenek moyang kita di zaman keemasan keprabuan Majapahit dibawah Raja
Hayam Wuruk dan Maha Patih Gadjah Mada, dapat ditemukan dalam keropak
Negarakertagama, yang berupa kakawin (syair pujian) dalam pujangga istana bernama
Empu Prapanca yang selesai ditulis pada tahun 1365, dimana dapat kita temui dalam
sarga 53 hait ke 2 yang berbunyi sebagai berikut :
“Yatnaggegwani pancasyiila kertasangskarbhisekaka krama” yang artinya
Raja menjalankan dengan setia kelima pantangan (Pancasila), begitu pula upacara-
upacara ibadat dan penobatan-penobatan.
Begitulah perkataan Pancasila dari bahasa Sansekerta menjadi bahsa Jawa Kuno
yang artinya tetap sama yang terdapat dalam zaman Majapahit. Demikian juga pada
zaman Majapahit tersebut hidup berdampingan secara damai kepercayaan tradisi agama
Hindu Syiwa dan agama Budha Mahayana dan campurannya Tantrayana. Dalam

3
kehidupan tersebut setiap pemeluk agama beserta alirannya terdapat Penghulunya
(kepala urusan agama). Kepala Penghulu Budha disebut “Dharmadyaksa ring kasugatan”,
adapun untuk agama Syiwa disebut “ Dharmadyaksa ring kasyaiwan” (Slamet Mulyono
1979 : 202).
Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam mulai tersebar ke seluruh Indonesia
maka sisa-sisa pengaruh ajaran moral Budha (Pancasila) masih juga dikenal di dalam
masyarakat Jawa, yang disebut dengan “lima larangan” atau “lima pantangan” moralitas
yaitu dilarang :
Mateni, artinya membunuh
Maling, artinya mencuri
Madon, artinya berzina
Mabok, meminum minuman keras atau menghisap candu
Main, artinya berjudi.

Semua huruf dari ajaran moral tersebut diawal dengan huruf “M” atau dalam
bahasa Jawa disebut “Ma”, oleh karena itu lima prinsip moral tersebut “Ma lima” atau “M
5” yaitu lima larangan (Ismaun. 1981 : 79). Dalam sejarah sudah dapat diisimpulkan
bahwa Landasan adalah Kodrat manusia sebagai ciptaan Tuhan.

SEJARAH NILAI-NILAI LUHUR PANCASILA DARI ASAL KERAJAAN-KERAJAAN DI


INDONESIA

A. Zaman Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan ditemukannya
prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu). Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui
bahwa Raja Mulawarman keturunan dari Raja Aswawarman keturunan dari Kudungga.
Raja Mulawarman menurut prasasti tersebut mengadakan kenduri dan memberi sedekah
kepada para Brahmana, dan para Brahmana membangun yupa itu sebagai tanda terima
kasih Raja yang dermawan (Bambang Sumadio, dkk. 1977 : 33-32). Masyarakat Kutai
yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai
sosial politik, dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para
Brahmana.
Bentuk kerajaan dengan agama sebagai tali pengikat kewibawaan raja ini tampak
dalam kerajaan-kerajaan yang muncul kemudian di Jawa dan Sumatra. Dalam zaman
kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan yang berhasil mencapai integrasi dengan wilayah

4
yang meliputi hampir separoh Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia sekarang yaitu
kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit yang berpusat di Jawa.

B. Zaman Sriwijaya
Menurut Mr. Yamin bahwa berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang
bangsa Indonesia. Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu :
- Pertama, Zaman Sriwijaya dibawah Wangsa Syailendra (600-1400) yang bercirikan
Kedatuan;
- Kedua, negara kebangsaan Zaman Majapahit (1293-1525) yang bercirikan
Keprabuan.
(Kedua tahap tersebut merupakan Negara kebangsaan Indonesia Lama)
- Ketiga, negara kebangsaan modern yaitu Negara Indonesia merdeka (sekarang
Negara Proklamasi 17 Agustus 1945).

Kerajaan Sriwijaya di Sumatra pada abad ke VII dibawah kekuasaan Wangsa


Syailendra, dalam bahasa Melayu Kuno huruf Pallawa Kerajaan ini adalah Kerajaan
Maritim yang mengandalkan kekuatan laut menguasai Selat Sunda (686), Selat Malaka
(775) dan disegani di kawasan Asia Selatan.
Saat ini mempersatukan pedagang, pengrajin dengan pegawai Raja yang disebut
TUHA AN VATAKVURAH (gotong royong – koperasi) dan nilai Ketuhanan yaitu
Kerajaan dalam menjalankan pemerintahannya tidak terlepas dari Nilai Ketuhanan
(toleransi beragama).

C. Zaman Kerajaan-kerajaan sebelum Majapahit


Kerajaan Majapahit adalah suatu kerajaan yang mencanangkan nilai-nilai Nasioal,
telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti:
- Kerajaan Kalingga (Abad ke VII)
- Kerajaan Sanjaya (Abad ke VIII)
Kedua kerajaan ini ikut membantu membangun candi Kalasan untuk Dewa Tara dan
sebuah Vihara untuk Pendeta Budha di Jawa Tengah bersama dengan Dinasti
Syailendra (abad ke VII dan IX) membangun Candi Borobudur (agama Budha) dan
Candi Prambanan (agama Hindu abad ke X).
- Muncul kerajaan kerajaan di Jawa Timur diantaranya Kerajaan ISANA (abad ke IX),
kerajaan Darmawangsa (abad ke X), kerajaan Airlangga abad XI, saat Kerajaan

5
Airlangga sangat mengedepankan sikap kekuatan Toleransi beragama (dulu agama
yang ada adalah Hindu, Budha, Wisnu, Syiwa, semuanyan hidup berdampingan
secara damai, nilai-nilai kerakyatan dan nilai kemanusiaan dan persatuan.
Kerajaan-kerajaan ini tetap menganut nilai-nilai luhur pancasila sebagai kekuatan dan
kejayaan bangsa.

D. KERAJAAN MAJAPAHIT
Kerajaan Majapahit berdiri tahun 1293 dibawah Raja Hayam Wuruk dengan Maha
Patih Gajah Mada kepercayaannya dari Semenanjung Melayu (Malaysia) sampai dengan
Irian Barat melalui Kalimantan Utara. Saat ini agama Hindu dan Budha hidup
berdampingan sangat erat dan damai, Empu PRAPANCA menulis
NEGARAKERTAGAMA, dalam buku ini telah ditulis PANCASILA yang terbit dengan
bukunya SUTASOMA karangan Empu TANTULAR dan dalam buku ini ditulis persatuan
Nasional yaitu BHINNEKA TUNGGAL IKA yang bunyi lengkapnya “BHINNEKA TUNGGAL
IKA TAN HANA DHARMA MANGRUA” artinya walau berbeda-beda namun tetap satu dan
tidak ada agama yang memiliki Tuhan berbeda.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Maha Patih Gajah Mada (1331) yaitu cita-cita
mempersatukan seluruh Nusantara bahkan dengan Negara lain. Hayam Wuruk
berhubungan tetangga dengan baik.
Majapahit namanya menjulang dalam arena sejarah Indonesia dan banyak
meninggalkan nilai-nilai yang diangkat dalam Nasionalisme negara kebangsaan Indonesia
17 Agustus 1945.

E. Zaman Penjajahan
Setelah Majapahit runtuh pada abad XVI maka berkembanglah agama Islam
dengan pesat di Indonesia bersamaan dengan itu berkembang kerajaan-kerajangan
Islam seperti Kerajaan Demak dan diikuti dengan kedatangan orang-orang Eropa di
Nusantara, seperti Eropa, Portugis dan Spanyol yang ingin mencari tanaman Rempah-
rempah yang awalnya berdagang dan menjadi praktek penjajahan misalnya Malaka
tahun 1511, abad ke XVI datang Belanda ke Indonesia dengan mendirikan VOC
(Vereenigde Oost Indische Compagnie) yang dikenal dengan istilah Kompeni dengan
kerja paksa rodi. Adanya penjajahan ini dilakukan dengan perlawanan rakyat dibawah
kerajaan Mataram Raja Sultan Agung (1613-1645) dengan menyerang Batavia 1528 dan
1629 (Jendral J.P Coen) tewas oleh serangan kedua Sultan Agung Mataram.

6
Sultan Agung runtuh oleh Belanda karena strategi Politik Adu Domba (De Vide Et
Impera) dan yang pertama diadu-dombakan adalah tentang perbedaan agama, hingga
Mataram berhasil dikuasai oleh Belanda dengan politik yang licik.
Perlawanan Sultan Hasanudin di Makasar melawan Belanda (1667), perlawanan
Banten Sultan Ageng Tirtayasa (1684), Trunojoyo (1648), Untung Surapati abad ke XVII,
Ibnu Iskandar Minangkabau, Pattimura di Maluku (1817), Baharudin di Palembang
(1819), Imam Bonjol di Minangkabau (1821-1837), Pangeran Diponegoro Jawa Tengah
(1825-1830), Jlentik, Polim, Teuku Tjik Di Tiro, Teuku Umar dan Perang Aceh (1810),
Anak Agung Made dalam perang Lombok (1894-1895), Sisingamangaraja di Batak
(1900), semua perlawanan Bangsa Indonesia kandas oleh praktek De Vide Et Impera
(Politik Adu Domba) Belanda hingga Belanda menerapkan sistem monopoli Tanam Paksa
(1830-1870) yang menghisap rakyat untuk memperbanyak kekayaan bangsa Belanda,
karena kekuatan rakyat terbelah oleh politik adu domba Belanda (de vide et impera)
yang akhirnya bangsa saling membenci dan karena adu domba Belanda.

F. Kebangkitan Nasional
Kebangkitan Nasional 1908 dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dengan Budi
Utomonya, grakan ini adalah gerakan awala gerakan Nasional Budi Utomo didirikan
tanggal 20 Mei 1908 kemudian muncul organisasi-organisasi pergerakan lainnya, antara
lain, Sarekat Dagang Indonesia (SDI-1909) yang kemudian dengan cepat mengubah
namanya menjadi Gerakan Politik yang bernama Sarekat Islam (SI) tahun 1911 dibawah
HOS. Cokroaminoto, kemudian Indische Partij (1913) yang dipimpin oleh 3 (tiga)
serangkai yaitu Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo, Suwardi Suryadiningrat yang
dikenal Ki Hajar Dewantoro dan dibuang ke Luar Negeri (1913), muncul Partai Nasional
Indonesia (PNI) tahun 1927 dipelopori oleh Soekarno, Ciptomangunkusumo, Sartono,
dan lain-lain dengan tujuan Indonesia Merdeka diikuti dengan golongan pemuda yang
tokoh-tokohnya antara lain : Muh. Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro Purbopranoto, dan
lain-lain yang melahirkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yaitu Satu Nusa, Satu
Bahasa, Satu Bangsa dan Satu Tanah Air Indonesia diikuti oleh Partai Indonesia
(Partindo 1931), golongan Demokrat yaitu Moch. Hatta dan St. Syahrir, Alisyahbana PNI
Baru 1933 dengan semboyannya Kemerdekaan harus dicapai dengan kekuatan sendiri.
Semua Kekuatan Belanda berhasil menjajah Indonesia dengan politik adu domba
(De Vide Et Impera) dan yang pertama diadu dombakan adalah tentang Agama, Suku,
Adat Istiadat, Budaya, Warna Kulit dan lain-lain, kemudian dilanjutkan oleh Penjajahan
Jepang.

7
G. Zaman Penjajahan Jepang
Janji Belanda tentang Indonesia Merdeka di kelak kemudian hari dalam
kenyataannya hanya suatu kebohongan belaka sehingga tidak pernah menjadi kenyataan,
bahkan sampai akhir pendudukan pada tanggal 10 Maret 1940 kemerdekaan Indonesia
tidak pernah terwujud.
Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang Peminpin Asia, Jepang
saudara tua bangsa Indonesia” akan tetapi dalam perang melawan sekutu Barat yaitu
Amerika, Inggris, Rusia, Perancis, Belanda dan Negara sekutu lainnya, nampaknya
Jepang semakin mendesak, dan agar mendapat dukungan dari bangsa Indonesia
pemerintah Jepang bersifat murah hati dan menjanjikan Indonesia merdeka di kelak
kemudiian hari.
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang
beliau memberikan hadiah ulang tahun kepada bangsa Indonesia yaitu janji kedua
pemerintah Jepang berupa “kemerdekaan tanpa syarat”, janji ini disampaiakn seminggu
sebelum bangsa Jepang menyerah, dengan Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi
Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di seluruh Jawa dan Madura) No. 23 dalam janji
kemerdekaan yang kedua tersebut bangsa Indonesia diperkenankan untuk
memperjuangkan kemerdekaannya. Bahkan dianjurkan bangsa Indonesia untuk berani
mendirikan Negara Indonesia merdeka dihadapan musuh-musuh Jepang yaitu Sekutu
termasuk kaki tangannya Nica (Nitherlands Indie Civil Administration) yang ingin
mengembalikan kekuansaan kolonialnya di Indonesia. Bahkan Nica telah melancarkan
serangannya di pulau Tarakan dan Morotai.
Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari Bangsa Indonesia maka sebagai
realisasi sesuai janji tersebut maka dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk
menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaann Indonesia yaitu Badan Penyelidik
Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritu Zyunbi Tioosokai, dan hari
itu juga diumumkan nama-nama ketua, wakil serta para anggota sebangai berikut :
- Ketua (Kaicoo) : Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat
- Ketua Muda : Itibangase (seorang anggota luar biasa)
- (Fuku Kaicoo : Tokubetsu Iin)
- Ketua Muda : R.P. Soeroso (merangkap Kepala)
- (Fuku Kaicoo atau Zimukyoku Kucoo)

8
60 orang angggota biasa (Iin) bangsa Indonesia (tidak termasuk ketua dan ketua
muda) yang kebanyakan berasal dari Pulau Jawa tetapi terdapat beberapai dari Sumatra,
Maluku, Sulawesi dan beberapa orang peranakan Eropa, Cina, Arab. Semuanya itu
bertempat tinggal di Jawa, karena Badan Penyelidik itu diadakan oleh Saikoo Sikikan
Jawa.

J. Sidang BPUPKI Pertama


Sidang BPUPKI pertama dilaksanakan selama 4 hari berturut-turut yang tampil
untuk berpidato menyampaikan usulannya adalah sebagai betikut :

a. Mr. Muhammad Yamin ( tanggal 29 Mei 1945)


Pada tanggal 29 Mei 1945 tersebut BPUPKI mengadakan sidangnya yang pertama.
Pada kesempatan ini Mr. Muhammad Yanim mendapat kesempatan yang pertama untuk
mengemukakan pemikirannya tentang dasar negara di hadapan sidang lengkap Badan
Penyelidik. Pidato Mr. Muhammad Yamin ini berisikan lima dasar asas dasar negara
Indonesia Merdeka yang diidam-idamkan sebagai berikut :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato beliau juga menyampaikan usul tertulis mengenai rancangan
UUD Republik Indonesia. Di dalam Pembukaan dari rancangan UUD tersebut tercantum
rumusan lima asas dasar negara yang rumusannya adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Karakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam perwakilan
musyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Perlu diketahui bahwa dalam kenyataannya terdapat rumusan yang berbeda di


antara rumusan dalam isi pidatonya dengan usulannya secara tertulis, maka bukti
sejarah tersebut harus dimakluminya.

9
b. Prof. Dr. Soepomo ( tanggal 31 Mei 1945)
Berbeda dengan usulan Mr. Muh. Yamin, Prof. Dr. Soepomo mengemukakan teori-
teori negara sebagai berikut :
1. Teori negara perseorangan (Individualis) , sebagaimana diajarkan oleh Thomas
Hobbes (abad 17), Jean Jacques Rousseau (abad 18), Herbert Spencer (abad 19),
H.J. Laski (abad 20). Menurut paham ini negara adalah masyarakat hukum (legal
society) yang disusun atas kontrak antara seluruh individu (contract social). Paham
negara ini banyak terdapat di Eropa dan Amerika.
2. Paham negara kelas (Class theory) atau teori “golongan”, Teori ini
sebagaimana diajarkan oleh Marx, Engels dan Lenis. Negara adalah alat dari suatu
golongan (suatu klasse) untuk menindas klasse lain. Negara kapitalis adalah alat dari
kaum borjuis, oleh karena itu kaum Marxis menganjurkan untuk meraih kekuasaan
agar kaum buruh dapat ganti menindas kaum borjuis.
3. Paham negara integralistik, yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller, Hegel
(abad 18 dan 19). Menurut paham ini negara bukanlah untuk menjamin
perseorangan atau golongan akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat
seluruhnya sebagai suatu persatuan. Negara adalah susunan masyarakat yang
integral, segala golongan, bagian atau anggotanya saling berhubungan erat satu
dengan lainnya dan merupakan kesatuan organis. Menurut paham ini yang
terpenting dalam negara adalah penghidupan bangsa seluruhnya. Negara tidak
memihak kepada golongan yang paling kuat atau yang paling besar, tidak
memandang kepentingan seseorang sebagai pusat akan tetapi negara menjamin
keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu persatuan (Sekretariat Negara,
1995 : 33).
Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar filsafat negara Indonesia Soepomo
mengusulkan hal-hal sebagai berikut :
a. Saya mengusulkan pendirian negara nasional yang bersatu dalam arti totaliter
sebagaimana yang saya uraikan tadi, yaitu negara yang tidak akan mempersatukan
diri dengan golongan terbesar, akan tetapi yang mengatasi semua golongan, bail
golongan besar atau kecil. Dalam Negara yang bersatu ini urusan agama diserahkan
kepada golongan-golongan agama yang bersangkutan.

10
b. Kemudian dianjurkan supaya para warga negara takluk kepada Tuhan supaya tiap-
tiap waktu ingat kepada Tuhan.
c. Mengenai kerakyatan disebutkan sebagai berikut : untuk menjamin supaya pimpinan
negara terutama kepala negara terus-menerus bersatu jiwa dengan rakyat dalam
susunan pemerintahan negara Indonesia harus dibentuk badan permusyawaratan.
Kepala negara akan terus bergaul dengan badan permusyawaratan supaya
senantiasa mengetahui dan merasakan rasa keadilan dan cita-cita rakyat.
d. Menurut Prof. Soepomo dalam lapangan ekonomi negara akan bersifat kekeluargaan
juga, oleh karena kekeluargaan itu sifat masyarakat timur yang harus kita pelihara
sebaik-baiknya. Sistem tolong menolong, sistem koperasi hendaknya dipakai sebagai
salah satu dasar ekonomi negara Indonesia yang makmur, bersatu, berdaulat, adil.
e. Mengenai hubungan antar bangsa Prof. Soepomo membatasi diri dan menganjurkan
supaya negara Indonesia bersifat negara Asia Timur Raya, anggota dari kekeluargaan
Asia Timur Raya.

c. Ir. Soekarno ( tanggal 1 Juni 1945 ).


Pada tanggal 1 Juni 1945 tersebut Soekarno mengucapkan pidatonya dihadapan
sidang Badana Penyelidik, dalam pidatonya tersebut diajukan oleh Soekarno secara lisan
usulan lima asas sebagai dasar negara Indonesia yang akan dibentuknya yang
rumusannya adalah sebagai berikut :
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisma atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Untuk usulan tentang rumusan dasar negara tersebut beliau mengajukan usul agar
dasar negara tersebut diberi nama “Pancasila”, yang dikatakan oleh beliau istilah itu atas
saran dari seorang ahli bahasa, namun sayangnya tidak disebutkan nama seorang ahli
bahasa tersebut. Usul mengenai nama “Pancasila” bagi dasar negara tersebut secara
bulat diterima oleh sidang BPUPKI.
Selanjutnya beliau mengusulkan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi
“Tri Sila” yang rumusannya :
1. Sosio Nasional yaitu “Nasionalisme dan Internasionalisme”
2. Sosio Demokrasi yaitu “Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat”

11
3. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Adapun “Tri Sila” tersebut masih diperas lagi menjadi “Eka Sila” atau satu sila yang
intinya adalah “gotong-royong”.
Pada tahun 1947 pidato Ir. Soekarno tersebut ditertibkan dan dipublikasikan dan
diberi judul “Lahirnya Pancasila”, sehingga dahulu pernah populer bahwa tanggal 1 Juni
adalah hari Lahirnya Pancasila.

d. Sidang BPUPKI Kedua ( 10 – 16 Juli 1945)


Hari pertama sebelum sidang BPUPKI kedua dimuai, diumumkan oleh Ketua
penambahan 6 anggota baru Badan Penyelidik yaitu : (1) Abdul Fatah Hasan, (2) Asikin
Natanegara, (3) Soerjo Hamidjojo, (4) Muhammad Noor, (5) Besar, dan (6) Abdul Kaffar.
Selain tambahan anggota BPUPKI Ir. Soekarno sebagai Ketua Panitia Kecil
melaporkan hasil pertemuanyya yang dilakukan sejak tanggal 1 Juni yang telah lau.
Menurut laporan itu pada tanggal 22 Juni 1945 Ir. Soekarno mengadakan pertemuan
antara Panitia Kecil dengan anggota-anggota badan Penyelidik. Yang hadir dalam
pertemuan itu berjumlah 38 Anggota, yaitu anggota-anggota yang bertempat tinggal di
Jakarta dan anggota-anggota Badan Penyelidik yang merangkap menjadi anggota Tituoo
Sangi In dari luar Jakarta, dan pada waktu itu Jakarta menjadi tempat rapat Tituoo Sangi
In. Pertemuan antara 38 orang anggota itu diadakan di gedung kantor besar Jawa Hooko
Kai (Kantornya Bung Karno sebagai Honbucoo/Sekretaris Jendral Jawa Hooko Kai).
Mereka membentuk Panitia kecil terdiri dari 9 orang dan popular disebut “Panitia
Sembilan” yang anggotanya adalah sebagai berikut :
1. Ir. Soekarno
2. Wachid Hasyim
3. Mr. Muh. Yamin
4. Mr. Maramis
5. Drs. Moh. Hata
6. Mr. Soebardjo
7. Kyai Abdul Kahar Moezakir
8. Abikoesno Tjokrosoejoso
9. Haji Agus Salim
Panitia sembilan ini setelah mengadakan pertemuan secara masak dan sempurna telah
mencapai suatu hasil yang baik yaitu suatu modus atau persetujuan antara golongan
Islam dengan golongan Kebangsaan. Modus atau persetujuan tersebut tertuang dalam
suatu rancangan Pembukaan Hukum Dasar, racangan Preambule Hukum Dasar yang

12
dipermaklumkan oleh Panitia kecil Badan Penyelidik dalam rapat BPUPKI kedua tanggal
10 Juli 1945. Adapun bagian terakhir naskah Preambile tersebut adalah sebagai berikut:
“.........maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu hukum
dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syari:at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Terdapat hal yang sangat menarik perhatian juga yaitu pemakaian istilah “hukum dasar”
yang kemudian diganti dengan istilah Undang-Undang Dasar. Hal ini menurut Prof.
Soepomo dalam rapat tanggal 15 Juli 1945, bahwa istilah dalam bahasa Belanda “recht”
itu meliputi yang tertulis dan tidak tertulis, sedangkan UUD adalah hukum yang tertulis.
Oleh karena itu tidak lagi digunakan istilah hukum dasar untuk rancangan yang harus
disusun oleh Panitia Perancang yang dibentuk dalam rapat 11 Juli, adapun istilah yang
benar adalah Undang-Undang Dasar.
Beberapa keputusan penting yang patut diketahui dalam rapat BPUPKI kedua
adalah sebagai berikut :
- Rapat tanggal 10 Juli 1945 antara lain diambil keputusan tentang bentuk negara.
Dari 64 suara (ada beberapa anggota yang tidak hadir) yang pro Republik 55 orang
yang meminta kerajaan 6 orang adapun bentul lain dan blangko 1 orang.
- Rapat tanggal 11 Juli 1945 keputusan yang penting adalah tentang luas wilayah
negara baru, terdapat tiga usul yaitu (a) Hindia Belanda yang dulu, (b) Hindia
Belanda ditambah dengan Malaya, Borneo Utara (Borneo Inggris), Irian Timur, Timor
Portugis dan pulau-pulau sekitarnya dan (c) Hindia Belanda ditambah Malaya, akan
tetapi dikurangi dengan Irian Barat. Berdasarkan hasil pemungutan suara dari 66
orang suara yang memilih (a) Hindia Belanda ada 19, yang memilih (b) yaitu daerah
yang terbesar yaitu jumlah yang terbanyak yaitu 39 orang, sedangkan yang memilih
(c) ada 6 lain-lain daerah 1 serta blangko 1. Jadi pada waktu itu angan-angan
sebagian besar anggota Badan Penyelidik adalah menghendaki Indonesia Raya yang
sesungguhnya yang mempersatukan semua kepulauan Indonesia yang pada bulan
Juli 1945 itu sebagian besar wilayah Indonesia kecuali Irian, Tarakan dan Morotai
yang masih dikuasai Jepang.

Keputusan-keputusan lain adalah untuk membentuk panitia kecil yaitu :


1. Panitia perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno

13
2. Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai oleh Drs. Moch. Hatta
3. Panitia Pembelaan Tanah Air diketuai oleh Abikusno Tjokroseojoso.

Pada tanggal 14 Juli 1945 Badan Penyelidik bersidang lagi dan Panitia Perancang
Undang-Undang Dasar melaporkan hasil pertemuannya.
Susunan Undang-Undang Dasar yang diusulkan atas 3 bagian yaitu :
a. Pernyataan Indonesia Merdeka, yang berupa dakwaan di muka dunia atas
penjajahan Belanda;
b. Pembukaan yang didalamnya terkandung dasar negara Pancasila;
c. Pasal-pasal Undang-Undang Dasar (Pringgodigdo, 1979 : 169-170)

e. Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI


Kemenangan Sekutu dalam perang Dunia membawa hikmah bagi bangsa
Indonesia, menurut pengumuman Nanpoo Gun (Pemerintah Tentara Jepang untuk
seluruh daerah selatan), tanggal 7 Agustus 1945 (Kan Poo No. 72/2605.k.11), pada
pertengahan bulan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia atau “Dokuritu Zyunbi Iinkai” .
Untuk keperluan membentuk panitia, pada tanggal 8 Agustus 1945, Ir. Soekarno,
Drs. Moch. Hatta dan Dr. Radjiman diberangkatkan ke Saigon atas panggilan Jendral
Besar Terauchi, Saiko Sikikan untuk Daerah Selatan (Nanpoo Gun), jadi penguasa
tersebut juga meliputi kekuasaan wilayah Indonesia menurut Ir. Soekarno, Jendral
Terauchi pada tanggal 9 Agustus 1945 memberikan kepadanya 3 cap yaitu :
1. Soekarno diangkat sebagai ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan, Moch. Hatta
sebagai Wakil Ketua, Radjiman sebagai Anggota;
2. Panitia persiapan boleh mulai bekerja pada tanggal 9 Agustus 1945;
3. Cepat atau tidaknya pekerjaan Panitia diserahkan sepenuhnya kepada Panitia.
Panitia Persiapan Kemerdekaan atau Dokuritu Zyunbi Iinkai terdiri dari 21 orang,
termasuk Ketua dan Wakil Ketua. Berbeda dengan Badan Penyelidik (Dokuritu Zyunbi
Tioosakai), dalam susunan kepanitian Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(Dokuritu Zyuni Iinkai) tidak duduk seorangpun bangsa Jepang, demikian pula dalam
kantor tata usahanya.
Sekembalinya dari Saigon pada tanggal 14 Juli 1945 di Kemayoran Ir. Soekarno
mengumunkan di muka orang banyak bahwa bangsa indonesia akan menrdek sebelum
jagung berbunga (secepat mungkin), dan Kemerdekaan bangsa Indonesia bukan

14
merupakan hadiah dari Jepang melainkan merupakan hasil perjuangan bangs Indonesia
sendiri. Oleh karena itulah maka ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
kemudian menambahkan sejumlah anggota atas tanggungjawabnya sendiri. Agar
dengan demikian sifat Panitia Persiapan Kemerdekaan itu berubah menjadi badan
pendahuluan bagi Komite Nasional. Dalam bathinnya sebagai Komite Nasional, Panitia
Persiapan Kemerdekaan itu menyelenggarakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia dan kemudian memilih Presiden dan Wakil Presiden. Dalam hal ini untuk tidak
dilupakan bahwa anggota-angotanya datang dari seluruh kepulauan Indonesia sebagai
wakil-wakil daerah masing-masing, kemudian ditambah dengan enam orang lagi sebagai
wakil golongan yang terpenting dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang pada hakikatnya juga sebagai Komite nasional
memiliki sifat representatif, sifat perwakilam bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan fakta sejarah tersebut ternyata bahwa Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia yang semula adalah merupakan badan bentukan Pemerintah Tentara Jepang,
kemudian sejak Jepang jatuh dan kemudian ditambahnya enam anggota baru atas
tanggungan sendiri maka berubahlah sifatnya dari badan Jepang menjadi badan Nasional
sebagai badan pendahuluan bagi Komite Nasional. Adapun enam anggota baru
tambahan tersebut adalah : (1) Wiranatakusuma, (2) Ki Hadjar Dewantoro, (3) Kasman
Singodimejo, (4) Sajuti Melik, (5) Mr. Iwa Kusuma Sumantri, dan (6) Mr. Achmad
Soebardjo.

f. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945


Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, maka kesempatan itu dipergunakan
sebaik-baiknya oleh pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia. Namun terdapat
perbedaan pendapat dalam pelaksanaannya serta waktu Proklamasi. Perbedaan itu
terjadi antara golongan pemuda antara lain : Sukarni, Adam Malik, Kusnaini, Syahrir,
Soedarsono, Soepomo, dkk. Dalam masalah ini golongan pemuda lebih bersikap agresif
yaitu untuk menghendaki kemerdekaan secepat mungkin. Perbedaan itu memuncak
dengan diamankannya Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok, agar tidak
mendapat pengaruh dari Jepang. Setelah diadakan pertemuan di Pejambon Jakarta pada
tanggal 16 Agustus 1945 dan diperoleh kepastian bahwa Jepang telah menyerah maka
Dwitunggal Soekarno-Hatta setuju untuk dilaksanakannya Proklamasi Kemerdekaan akan
tetapi dilaksanakan di Jakarta.
Untuk mempersiapkan Proklamasi tersebut maka pada tengah malam Soekarno-
Hatta pergi ke rumah Laksamana Maeda di Orange Nassau Boulevard (sekarang Jalan

15
Imam Bonjol No. 1) dimana telah berkumpul disana BM. Diah, Bakri, Sayuti Melik, Iwa
Kusumasumantri, Chaerul Saleh, dkk untuk menegaskan bahwa pemerintah Jepang tidak
campur tangan tentang Proklamasi. Setelah diperoleh kepastian maka Soekarno-Hatta
mengadakan pertemuan pada larut malam dengan Mr. Achmad Soebardjo, Soekarni,
Chaerul Saleh, BM. Diah, Sayuti Melik, Dr. Buntaran, Mr. Iwa Kusumasumantri dan
beberapa anggota PPKI untuk merumuskan redaksi naskah Proklamasi. Pada pertemuan
tersebut akhirnya konsep Soekarno lah yang diterima dan diketik oleh Sayuti Melik.
Pada pagi harinya tanggal 17 Agustus 1945 di Pengangsaan Timur 56 Jakarta,
tepat pada hari Jum’at legi, jam 10 pagi waktu Indonesia Barat ( jam 11.30 waktu
Jepang), Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta membacakan naskah Proklamasi
dengan Khidmat dan diawali dengan pidato sebagai berikut :

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal


yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lai-lain diselenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945

Atas Nama Bangsa Indonesia


Soekarno-Hatta

g. Sidang PPKI
Sehari setelah Proklamasi keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI
mengadakan sidangnya yang pertama. Sebelum sidang resmi dimulai, kira-kira 20 menit
dilakukan pertemuan untuk membahas beberapa perubahan yang berkaitan dengan
rancangan naskah Panitia Pembukaan UUD 1945 yang pada saat itu dikenal dengan
nama Piagam Jakarta, terutama yang menyangkut perubahan sila Pertama Pancasila.
Dalam pertemuan tersebut syukur Alhamdulillah para pendiri negara kita bermusyawarah
dengan moral yang luhur sehingga mencapai suatu kesepakatan, dan akhirnya
disempurnakan sebagaimana naskah Pembukaan UUD 1945 sekarang ini.

16
(1). Sidang pertama (18 Agustus 1945)
Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan-keputusan
sebagai berikut :
a. Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945 yang meliputi :
(1). Setelah melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang
kemudian berfungsi sebagai Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
(2). Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari Badan
Penyelidik pada tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami berbagai
perubahan karena berkaitan dengan perubahan Piagam Jakata, kemudian
berfungsi sebagai Undang-Undang Dasar 1945.
b. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama;
c. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan
musyawarah darurat.

Tentang pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat, dalam masa transisi dari
pemerintahan jajahan kepada pemerintahan Nasional, hal ini telah ditentukan dalam
pasal IV Aturan Peralihan, adapun keanggotaan Komite Nasional adalah PPKI sebagai
intinya ditambah dengan pemimpin-pemimpin rakyat dari semua golongan, aliran dan
lapisan masyarakat, seperti : Pamong Praja, Alim Ulama, Kaum Pergerakan, pemuda
pengusaha/pedagang, cendekiawan, wartawan dan golongan lainnya. Komite Nasional
tersebut dilantik pada tanggal 19 Agustus 1945 dan diketuai oleh Mr. Kasman
Singodimedjo. Komite Nasional ini kemudian dinamakan dengan Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) (Ismaun, 1981, 154-168).

(2). Piagam Jakarta (22 Juni 1945).


Pada Tanggal 22 Juni 1945 sembilan tokoh nasional yang juga tokoh Dokuritu
Zyunbi Tioosakay mengadakan pertemuan untuk membahas pidato serta usul-usul
mengenai dasar negara yang telah dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik
Sembilan tokoh tersebut dikenal dengan “Panitia Sembilan” yang setelah mengadakan
sidang berhasil menyusun sebuah naskah piagam yang dikenal “Piagam Jakarta” yang
didalamnya memuat Pancasila sebagai buah hasil pertama kali disepakati oleh sidang.
Adapun rumusan Pancasila sebagaimana termuat dalam Piagam Jakarta adalah
sebagai berikut :

17
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaaan dalam
pemusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Adapun perubahan yang menyangkut Piagam Jakarta menjadi Pembukaan Undang-


Undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut :

PIAGAM JAKARTA PEMBUKAAN UUD 1945

(1). Kata “ Mukadimah” diganti Pembukaan


(2). ‘dalam suatu Hukum Dasar diganti ‘dalam suatu UUD Negara...’
(3). ‘...dengan berdasar kepada diganti ‘........dengan berdasar kepada
Ketuhanan dengan kewajiban Ketuhanan Yang Maha Esa’
Menjalankan syari’at Islam
Bagi pemeluk-pemeluknya
(4).’...menurut dasar kemanusiaan diganti ‘......kemanusiaan yang adil dan
Yang adil dan beradab’ beradab’

Adapun perubahan yang menyangkut pasal-pasal UUD sebagai berikut :

RANCANGAN HUKUM DASAR UUD 1945

(1). Istilah “Hukum Dasar” diganti Undang-Undang Dasar


Atas usul Soepomo
(2). Dalam rancangan dua orang diganti seorang Wakil Presiden
Indonesia Wakil Presiden
(3). Presiden harus orang Indonesia diganti Presiden harus orang Indonesia

18
Asli yang beragama Islam Asli
(4). Dalam rancangan disebutkan
‘....selama pegang pimpinan dihapuskan
Perang, dipegang oleh Jepang
Dengan persetujuan Pemerintah
Indonesia.

Demikianlah berbagai perubahan yang menyangkut Piagam Jakarta menjadi


Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 beserta pasal-pasalnya.

(3). Sidang Kedua (19 Agustus 1945)


Pada sidang Kedua PPKI berhasil menentukan ketetapan berikut :
1. Tentang daerah Propinsi, dengan pembagian sebagai berikut :
a. Jawa Barat
b. Jawa Tengah
c. Jawa Timur
d. Sumatera
e. Borneo
f. Sulawesi
g. Maluku
h. Sunda Kecil
2. Untuk sementara waktu kedudukan Kooti dan sebagainya diteruskan seperti
sekarang.
3. Untuk sementara waktu kedudukan kota dan Gemeente diteruskan seperti
sekarang.

Hasil yang ketiga dalam sidang tersebut adalah dibentuknya Kementerian, atau
Departemen yang meliputi 12 Departemen, sebagai berikut :
a. Departemen Dalam Negeri
b. Departemen Luar Negeri
c. Departemen Kehakiman
d. Departemen Keuangan
e. Departemen Kemakmuran
f. Departemen Kesehatan
g. Departemen Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan

19
h. Departeman Sosial
i. Departemen Pertahanan
j. Departemen Penerangan
k. Departeman Perhubungan
l. Departemen Pekerjaan Umum (Sekretariat Negara, 1995 ; 461).

(4). Sidang Ketiga (tanggal 20 Agustus 1945)


Pada sidang ketiga PPKI dilakukan perubahan terhadap agenda tentang “Badan
Penolong Keluarga Korban Perang”, adapun keputusan yang dihasilkan adalah
terdiri atas delapan pasal. Salah satu dari pasal tersebut yaitu, pasal 2 dibentuklah
suatu Badan yang disebut “Badan Keamanan Rakyat” (BKR).

(5). Sidang Keempat (tanggal 22 Agustus 1945)


Pada sidang keempat PPKI membahas agenda tentang Komite Nasional Partai
Nasional Indonesia yang pusatnya berkedudukan di Jakarta.

h. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan


Secara ilmiah Proklamasi Kemerdekaan dapat mengandung pengertian sebagai
berikut :
a. Dari sudut ilmu hukum (secara yuridis) Prokmalasi merupakan saat tidak berlakunya
tertib hukum kolonial, dan mulai berlakunya tertib hukum nasional.
b. Secara politis ideologis Proklamasi mengandung arti bahwa, bangsa Indonesia
terbebas dari Penjajahan bangsa asing dan memiliki kedaulatan untuk menentukan
nasib sendiri dalam suatu negara Proklamasi Republik Indonesia.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ternyata bangsa Indonesia


masih menghadapi kekuatan Sekutu yang berupaya untuk menanamkan kembali
kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu pemaksaan untuk mengakui pemerintah Nica
(Nitherlands Indie Civil Administration). Selain itu Belanda secara licik
mempropagandakan kepada duni luar bahwa negara Proklamasi R.I. hadiah dari Fasis
Jepang.
Untuk melawan propaganda Belanda pada dunia Internasional, maka pemerintah
R.I. mengeluarkan 3 buah maklumat :
1. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 yang menghentikan
kekuasaan luar biasa dari Presiden sebelum masa waktunya (seharusnya berlaku

20
selama 6 Bulan). Kemudian Maklumat tersebut memberikan kekuasaan MPR dan DPR
yang semula dipegang oleh Presiden Kepala KNIP.
2. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945, tentang pembentukan partai politik
yang sebanyak-banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai akibat dari anggapan pada saat
itu bahwa salah satu ciri demokrasi adalah multi partai. Maklumat tersebut juga
sebagai upaya agar dunia Barat menilai bahwa Negara Proklamasi sebagai Negara
Demokratis.
3. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945, yang intinya Maklumat ini
mengubah sistem Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parlementer berdasarkan asas
demokrasi liberal.
Keadaan yang demikian ini telah membawa ketidakstabilan di bidang politik.
Berlakunya sistem demokrasi liberal adalah jelas-jelas merupakan penyimpangan secara
konstitusional terhadap UUD 1945, serta secara ideologis terhadap Pancasila. Akibat
penerapan sistem kabinet parlementer tersebut maka pemerintahan Negara Indonesia
mengalami jatuh bangunnya kabinet sehingga membawa konsekuensi yang sangat serius
terhadap kedaulatan Negara Indonesia saat itu.

2. Pengertian Pancasila secara Historis

Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr.
Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada
sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara
Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada siang tersebut tiga orang
pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut Ir. Soekarno berpidato secara
lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk
memberi nama istilah dasar negara tersebut Ir. Soekarno memberikan nama
“Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Ir. Soekarno atas saran dari salah
seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan Kemerdekaannya,
kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945, disahkanlah Undang-Undang
Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 dimana didalamnya memuat isi rumusan
lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama “ Pancasila”.
Sejak saat itu perkataan Pancasila telah menjadi bahasa Indonesia dan merupakan
istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah

21
“Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut
dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam
rangka pembentukan calon rumusan dasar negara, yang kemudian secara spontan
diterima oleh peserta sidang secara bulat.
Demikianlah riwayat singkat Pancasila baik dari segi istilahnya maupun proses
perumusannya, sampai menjadi Dasar Negara yang sah sebagai mana terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945. Adapun secara terminologi historis proses perumusan Pancasila.

3. Pengertian Pancasila secara Terminologi.

Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara


Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan segara sebagaimana
lazimnya negara-negara yang merdeka, maka Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) segera mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah
berhasil mengesahkan UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945.
Adapun UUD 1945 tersebut terdiri atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-
pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1 Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal, dan 1
Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.
Dalam bagian Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut
tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 inilah


yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia yang
disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia. Namun dalam sejarah
ketatanegaraan Indonesia dalam upaya bangsa Indonesia mempertahankan Proklamasi
dan eksistensi negara dan bangsa Indonesia maka terdapat pula rumusan-rumusan
Pancasila sebagai berikut :

a. Dalam Konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat).

22
Dalam Konstitusi RIS yang berlaku tanggal 29 Desember 1949 sampai dengan 17
Agustus 1950, tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan sosial.

b. Dalam UUD (Undang-Undan Dasar Sementara 1950).


Dalam UUDS 1950 yang berlaku mulai tanggal 17 Agustus 1950 sampai tanggal 5
Juli 1959, terdapat pula rumusan Pancasila seperti rumusan yang tercantum dalam
Konstitusi RIS, sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan sosial

c. Rumusan Pancasila di Kalangan Masyarakat.


Selain itu terdapat juga rumusan Pancasila dasar negara yang beredar di kalangan
mayarakat luas, bahkan rumusannya sangat beranekaragam antara lain terdapat
rumusan sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kadaulatan Rakyat
5. Keadilan Sosial.

Dari bermacam-macam rumusan Pancasila tersebut di atas yang sah dan benar
secara konstitusional adalah rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945. Hal ini diperkuat dengan ketetapan No. XX/MPRS/1966, dan Inpres No. 12
tanggal 13 April 1968, yang menegaskan bahwa pengucapan, penulisan dan rumusan
Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia yang sah dan benar adalah sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

23
Proses terbentuknya negara dan bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah
yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan pada
abad IV, ke V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad
ke VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya di bawah Wangsa Syailendra di Palembang,
kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya.
Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang
kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang
kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada sumpah pemuda pada
tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mendirikan
negara tercapai dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945.

PANCASILA SEBAGAI KEKUATAN BANGSA INDONESIA


Seluruh bangsa Indonesia diwajibkan mempunyai agama, karena seluruh agama
tidak ada yang mengajarkan kejelekan-keburukan moral, dan seluruh agama mengajarkan
tentang kasih-sayang.
Sebagaimana kita ketahui agama Islam adalah nama suatu keyakinan yang ada
didunia, pemeluknya adalah umat muslim. Kata Islam memounyai beberapa arti, untuk lebih
mengetahui uraian singkatnya adalah sebagai berikut : arti Islam ditinjau dari segi bahasa,
hukum syara, dan istilah.
Secara segi bahasa (etimologi) kata Islam berasal dari kata arab yaitu kata :
aslama, salima, dan silmun, masing-masing mempunyai pengertian sebagai berikut :
Aslama, berarti berserah diri atas ketentuan dari Alloh SWT, maksudnya segala
sesuatu yang terjadi adalah kehendak yang Maha Kuasa, seperti adanya kelahiran, kehidupan
dan kematian, bahwa hidup adalah berwarna, semuanya berdasar atas kehendak-Nya, hal ini
dapat pula disebut Sunnatullah, suatu ketetapan Alloh SWT yang karena-Nya segala seuatu
Manusia tidak mempunyai kekuatan apa-apa selain karena-Nya.
Salima artinya selamat, maksudnya manusi dalam kehidupannya menginginkan
keselamatan, karenanya mesti ada dua hal yaitu berusaha dan doa, dalam salah satu
peribadahan Islam seperti sholat pada hakikatnya adalah berusaha untuk dapat
melaksanakan ibadah itu, dan berdoa karena arti shalat itu sendiri dari segi bahasa adalah
doa, dan dalam pelaksanaannya adalah isinya adalah doa. Itulah Islam membawa
keselamatan.

24
Silmun, artinya damai, yaitu bahwa agama Islam adalah agama yang damai atau
teartur baik dalam pelaksannan ibadah maupun dari segi kehidupan sesama manusi, serta
lingkunganya, contoh dalam melaksanakan Ibadah arkanul Islam seperti shalat, shaum atau
haji, terdapat keteraturan dalam melaksanakannya, semuanya diawali dari niat kemudian
struktur melaksanakannya sesuai aturan yang ditetapkan, dari simbol ini sehingga terciptanya
perdamaian di dalam Islam diajarkan dua hal yaitu :
1. Untuk mempererat persaudaraan sesama muslim (Ukhuwah Islamiyah)
2. Untuk mempererat persaudaraan sesama manusia (Ukhuwah Insaniyah)

Dari segi hukum syara, pengertian Islam berdasarkan dalil hadist riwayat Bukhori
Muslim, untuk umat muslim, bahwa Nabi Muhammad Swa, bersabda, Islam itu adalah
kewajiban setiap muslim (mukalaf) untuk melaksanakan arkanul Islam, secara baik dan
benar. Hal itu merupakan komitmen seorang muslim terhadap Islam serta konsekuensi
seorang muslim terhadap ajarannya dengan jaminan surga.
PANCASILA sebagai Ideologi bangsa Indonesia, untuk ketuhanan, kemanusiaan,
kedamaian-perdamaian, kesejahteraan, keadilan, kemanusiaan, kerakyatan dll. sebagaimana
termaktub dalam Tujuan Nasional : melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Makna dari melindungi segenap bangsa Indonesia adalah seluruh bangsa Indonesia
harus saling melindungi, sedangkan bangsa Indonesia masing-masing mempunyai agama,
suku, budaya, adat-istiadat, bahasa adat, dan lain-lain seluruhnya harus saling melindungi
dan dilindungi tanpa melihat status sosial, jenis kelamin, warna kulit termasuk kepada warga
negara keturunan Cina, warga negara Indonesia keturunan Arab, warga negara asli
keturunan pribumi dll. semuanya harus saling melindungi dan dilindungi artinya walaupun
adanya perbedaan apapun tetap satu (Bhinneka Tunggal Ika), sedangkan makna dari Seluruh
Tumpah Darah Indonesia adalah semua yang ada di Bumi Indonesia sebagai ciptaan Tuhan
YME. harus tetap dilindungi antara lain tanah, air, batu, gunung, hutan, laut, pasir, danau,
sungai, tumbuhan, hewan, langit, ruang angkasa dan lain-lain harus dilindungi oleh seluruh
bangsa Indonesia.
Archipelago adalah negara kepulauan, sedangkan archipelago menurut paham
barat adalah laut sebagai pemisah, akan tetapi archipelago menurut paham Indonesia adalah
laut sebagai penghubung.

25
Pemahaman Tentang kekuatan dan kekuasaan yang dikembangkan bangsa
Indonesia didasarkan pada pemahaman tentang perang dan damai serta disesuaikan dengan
kondisi dan konstalasi geografi Indonesia yang terletak diantara dua benua Asia dan benua
Australia dan dua samudra yaitu samudra Hindia dan samudra pasifik. Sedangkan
pemahaman tenatang negara Indonesia menganut paham negara kepulauan yaitu paham
yang dikembangkan dari Asas Archipelago, namun berbeda pemahaman antara Archipelago
negara barat dengan negara Indonesia :
Pemahaman Archipelago menurut paham negara-negara barat adalah laut
sebagai pemisah, sedangkan pemahaman Archipelago menurut paham Indonesia adalah laut
berperan sebagai penghubung sehingga seluruh pulau menjadi satu kesatuan yang utuh
sebagai “Tanah Air” Pasal 1 ayat 1 UUD’45 serta disebut sebagai Negara Kepulauan dan yang
dihubungkannya selain pemerintahan antara lain adat-istiadat, budaya, bahasa, agama dll
sebagaimana telah diuraikan diatas.
Pancasila yang dideklarasikan 1 Juni 1945 dan HAM yang dideklarasikan pada 10
Desember 1948, bila dilihat dari kedua deklarasi tersebut, maka Pancasila lebih awal
dideklarasiskan yaitu tanggal 1 Juni 1945 ketimbang HAM deklarasikan pada 10 Desember
1948. Begitupun isi dari deklarasi HAM ini banyak mengadopsi nilai-nilai luhur Pancasila
(Pancasila dan HAM adalah seiring dan sejalan).
Dengan demikian, bahwa ada 2 (dua) landasan Pancasila, HAM dan Agama, yaitu
yang pertama adalah kodrat manusia dan yang kedua yang paling penting adalah Tuhan
yang menciptakan manusia.
Dari seluruh uraian tersebut diatas maka Pancasila adalah sebagai kekuatan
bangsa Indonesia yang harus dipertahankan oleh seluruh bangsa Indonesia demi untuk
terwujudnya Tujuan Nasional, oleh karenanya JANGANLAH PANCASILA HANYA
DIJADIKAN HAFALAN BELAKA YANG SAMA SEKALI TIDAK BERMAKNA.

--------

26

Anda mungkin juga menyukai