Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGATAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa atas segala rahmat dan hidayahNya, sehingga
Laporan Rencana Kegiatan (LRK) Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Universita Diponegoro Periode Tim I Tahun 2020 di Desa
Rowoboni, Kecamatan Banyubiru dapat diselesaikan dengan
baik.
Kami ingin berterima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu kami dalam penyusunan Laporan Rencana
Kegiatan, yaitu kepada:
1. Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.H., selaku Rektor
Universitas Diponegoro;
2. Prof. Dr. Jamari, S.T., M.T., selaku Ketua Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
(LPPM) Universitas Diponegoro atas bimbingan dan
bantuan pusat koordinasi antara mahasiswa dengan
pihak Desa Rowoboni;
3. Fahmi Aridan, S.T., M.Eng., selaku Kepala P2KKN
UNDIP;
4. Kurniawan Teguh Martono, S.T., M.T., selaku
Sekretaris P2KKN UNDIP;
5. Dr. Sri Winarni, M.Kes., selaku Koordinator Dosen
Lapangan KKN UNDIP Tim I Tahun Akademik
2019/2020 di Kabupaten Semarang 1;
6. Dr. Ari Pradhanawati, M.S., selaku Dosen Pembimbing
Lapangan KKN UNDIP Tim I Tahun Akademik
2019/2020, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten
Semarang;
7. Bogi Budi Jayanto,S.Pi, M.Si., selaku Dosen
Pembimbing Lapangan KKN UNDIP Tim I Tahun
Akademik 2019/2020, Kecamatan Banyubiru,
Kabupaten Semarang;
8. Dr. Akhmad Ismail, M.Si.Med., selaku Dosen
Pembimbing Lapangan KKN UNDIP Tim I Tahun
Akademik 2019/2020, Kecamatan Banyubiru,
Kabupaten Semarang;
9. Bapak Agus Salim selaku Kepala Desa Rowoboni,
Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang;
10. Perangkat Desa Rowoboni, Pimpinan Puskesmas
Kecamatan Banyubiru, dan masyarakat Desa
Rowoboni yang telah membantu dan melancarkan
segala kegiatan survey yang dilaksanakan oleh KKN
UNDIP Tim I Tahun 2019/2020;
Kami menyadari bahwa penyusunan Diary KKN ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari semua
pihak. Akhir kata, semoga Laporan Rencana Kegiatan Kuliah
Kerja Nyata di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang
Tahun Akademik 2019/2020 ini dapat bermanfaat.

Rowoboni, 11 Februari
2020

Penulis
DAFTAR ISI
CATATAN HARIAN

MINGGU PERTAMA

“Perjumpaan bukanlah sesuatu hal yang menyakitkan


melainkan rancangan indah menuju pertemuan selanjutnya.”

HARI 01 ( 02 JANUARI 2020)

Mataku melirik ke kanan dan ke kiri saat melihat


segerombolan manusia berkumpul di lapangan WIDYA
PURAYA UNDIP untuk mengikuti upacara pelepasan
mahasiwa KKN oleh rektor. Aku duduk di deretan kursi yang
telah disediakan. Mataku beralih ketulisan kecamatan
Banyubiru. Sedikit mengernyit kemudian tersenyum simpul. “
Semoga baik-baik saja dan menyenangkan” batinku. Aku
tersadar dari lamunanku ketika sang Pembina upacara
memasuki lapangan. Sontak aku beridiri mengikuti yang lain
dan mengikuti upacara dengan baik.

Di hadapanku beridirlah 4 orang anak manusia. Saling


tersenyum jaim. “Ya maklum masih belom kenal” pikirku.

“Yuk foto” ajakku pada keempat orang itu. Mereka kompak


mengganguk-angguk.

“Sayang ya nggak full team” ujarku lagi yang di balas


anggukan lagi. “Poskoku kok meneng-meneng ngene ki piye?”
aku membatin pada diriku.

HARI 02 ( 03 JANUARI 2020)

Pada pukul 07.00 WIB aku dan temanku berangkat bersama-


sama menuju Gedung Profesor Soedarto,SH. Grup Semarang
I dan Semarang II diberangkatkan dari Gedung ini. Dari
kejauhan terlihat sudah banyak mahasiswa bergerombol dan
elf berjejer-jejer sesuai dengan desanya. Kamipun turun dan
mengangkat koper dan barang bawaan kami masuk dalam elf.
Setelah barang kami masuk bagasi, kami menunggu di depan
elf. Beberapa menit kemudian korcam menghampiri kami dan
memberikan presensi offline dan memberikan sedikit
beberapa informasi kepada kami untuk disampaikan kepada
teman-teman kami. Sekitar pukul 08.00 kami mulai berangkat
menuju rumah dinas Bupati Kabupaten Semarang untuk
upacara penerimaan KKN UNDIP TIM 1 2020 oleh wakil
bupati Kabupaten Semarang. Perjalanan kami menempuh
waktu kurang lebih 30 menit dengan melewati tol. Setelah
sampai kamipun melakukan gladi bersih. Gladi bersih
dilakukan hingga 2 kali. Karena menurut bapak ajudan wakil
bupati kami kurang keras menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Tidak lama kemudian upacara penerimaan di mulai. Acara
berlangsung dengan khidmat. Setelah upacara kami berfoto
bersama-sama dengan bapak wakil bupati dan bapak ibu
dosen pembimbing lapangan kami. Tak lupa juga berfoto
dengan kawan-kawan kami sekecamatan Banyubiru. Seteah
itu kami langsung berangkat menuju desa masing-masing.

“Bagus ik, pemandangannya. Adem gitu diliate” aku


mengerjap mendengar sebuah suara. Aku mengosok-gosok
mataku. Tampak dari kanan dan kiri elf adalah pemandangan
hamparan sawah yang luas. Elf kami sampai di sebuah rumah
berhalaman luas, bercat biru, dengan pohon manga yang
menjulang ke atas. Kamipun turun dari elf. Aku menoleh ke
kanan dna ke kiri melihat keadaan sekitar.

“Mari mbak dan mas, kulo anter nggih ke samping” kata


seorang wanita paruh baya menggenangkan jilbab. Kami
mendorong koper kami menuju bangunan sebelah rumah.
Bangunan bertuliskan “PKD Desa Rowoboni”. Kamipun masuk
kedalam bangunan PKD dan menempati kamar yang paling
belakang.

“Enak disini” batinku sebelum melihat temanku yang bernama


Maria membuka gorden jendela.

“Lho mburine kamar e kene kuburuan” kata Maria yang


langsung mengundang rasa terkejutku.

“Lho ya sing nggenah kon” kataku sambal menghampiri Maria


memastikan bahwa yang dilihat benar-bensr pemakaman. Dan
yang kulihat adalah gundukan-gundukan tanah, pohon
kenanga, dan juga batu nisan. “Khas kuburan sekali” batinku.

“Oh oke, kita harus posthink” kata Gustyn menenangkan.

Aku dan Maria mengganguk lemah.

HARI KE 03 ( 04 JANUARI 2020)

Kami mengunjungi rumah Kepala Dusun Gondnagsari. Beliau


bernama Pak Sulambyah. Berpawakan kurus tinggi, mata
beliau teduh, dan ramah banget!

“Yang krasan ya mas mbak” kata Pak Sulam.

“Nggih pak” kami kompak menjawab.

Kamipun berbincang – bincang panjang lebar. Hingga tak


terasa sudah 2 jam berlalu.

“Yang kamarnya di belakang siapa?” tanya beliau kepada


kami.
“ Yang cewek pak” jawab Galuh, si Koordinator Desa. Tapi
sering kupanggil Ulil karena wajahnya mirip dengan adik
tingkatku semasa D-III dulu.

Bapak Sulam tersenyum simpul. “Kalau ada bunyi berisik


biarin aja ya mbak” ujar beliau. Dahiku mengernyit. Setelah
kami berpamitan kami langsung pulang. Setelah sampai
posko, kami langsung masuk ke kamar masing-masing. Aku
mengambil air wudhu. Setelah itu melaksanakan shalat Isya’.
Saat rakaat keempat berakhir, aku mendengar suara dinding
di ketuk.

“Posthink, ini sapaan” ujarku pada diriku sendiri.

HARI KE 05 ( 06 JANUARI 2020)

Aku menelusuri jalan setapak dan kebun pisang.Dari kejauhan


tampak danau Rawa Pening terlihat. Kami terus menelusuri
jalan dan berakhir dengan ujung jalan yang dipenuhi degan
eceng gondok. Di sebelah kanan dan kiri terdapat perahu-
perahu. Desa Rowoboni memang terkenal dengan penghasil
eceng gondok terbesar sekecamatan Banyubiru. Rata-rata
para masyarakat mengambil batang eceng gondok untuk di
jual ke pengepul.

“Mas mbak, lek mau nyari naik perahu saja” kata seorang pria
paruh baya menghampiri kami.

“Lho pak, biasane niki ndanyung sendiri?” tanya Galuh.

“Iyo mas, ndayung dhewe wis biasa” jawab laki-laki itu.

“Yowis ayo gas” kata Gustyn. Kami bertiga, aku, Maria, dan
Adit menoleh pada kordes kami.

“Kon dhisik, kordes” ujarku sambal menepuk bahunya.


“Halah mesti kon aku dhisik o, yawes kono minggir-minggir”
katanya sambal menyuruh kami minggir.

Gustyn dan Galuh menaiki perahu berwarna biru. Tangan


kanan Gustyn memegangi sampan.

“Lho lho ki piye to kok malah Gustyn sing ndayung” kata Adit.

“Ra cetho blas I bocah” tambah Maria

“Dheloken ta mbengok-mbegok kae lho” tambahku mengikuti.

Seketika kami disuguhi pemandangan Gustyn yang


mendayung perahu dan Galuh terlihat seperti agak panik takut
nyemplung. Gustyn dengan santainya mendayung ke sana
kemari. Tak lama kemudian mereka sampai ketengah dan
mengambil beberapa eceng gondok. Setelah mengambil
beberapa daun, mereka kembali ke daratan.

“Mau nyoba po?” tanya Maria kepadaku. Aku mengganguk.


Kamipun naik perahu dan Maria yang mendayung. Sejujurnya
baru pertama kali ini aku naik perahu. Dan jujur saja aku deg-
degan setengah mati, takut kalua nyemplung gitu ☹. Tapi
pada akhirnya aku Cuma diam dan berdoa agar perahu kami
tidak nyemplung.

Anda mungkin juga menyukai