Anda di halaman 1dari 5

Apapun Profesinya: Makin Cerdas

Spiritual Makin Lebih Profesional

Oleh: Marzal, M.Pd*

Widyaiswara Muda BDK Palembang

Abstrak

Paling tidak ada 4 (empat) penyakit yang menghinggapi pegawai negeri sipil dan ini
merupakan penyakit yang menahun sehingga menjadi masalah yang harus ditanggulangi,
yaitu: Kudis (Kurang disiplin), Kurap (Kurang profesional), Kutil (kurang teliti), dan Kuper
(Kurang perhatian/kurang prima dalam melayani). Keempat permasalah di atas sering terjadi
kalau tidak diawasi langsung oleh pimpinan dalam bekerja dan berkarya. Permasalahan-
permasalahan tersebut terjadi disinyalir karena kurangnya kecerdasan spiritual para pegawai.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis akan menawarkan obat yang insyaAllah akan menjadi
obat mujarab dalam mengatasi permasalahan-permasalah tersebut. Penulis akan mengulas
secara komprehensip mengenai kecerdasan spiritual (spiritual quotient) yang merupakan salah
satu kecerdasan yang amat penting pada manusia yang akan mempengaruhi kecerdasan-
kecerdasan yang lain karena kecerdasan ini merupakan pusat paling dasar dari segala
kecerdasan.

Kecerdasan spiritual akan membuat seseorang akan menjadi lebih utuh perpaduan antara jiwa
dan raganya, oleh karena itu kecerdasan spiritual akan membuat seseorang menjadi lebih
seimbang dalam kehidupannya untuk berhubungan dengan sesama manusia dan Tuhannya.
Dengan demikian seseorang akan menjadi lebih bermanfaat sebesar-besarnya bagi dirinya
sendiri, keluarga, masyarakat, agamanya, bangsa dan negara untuk memberikan yang terbaik.
Orang yang cerdas spiritualnya akan selalu berorientasi pada nilai-niai ibadah yang luhur
sehingga akan memberikan yang terbaik dalam setiap melaksanakan tugasnya apapun
profesinya termasuk pegawai negeri sipil.

Kata Kunci: Cerdas, Spiritual dan Profesional

A.    Pendahuluan

Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan berhasil tidaknya seseorang
dalam melaksanakan tugas profesinya. Manusia yang mempunyai taraf kecerdasan rendah
sulit  diharapkan berprestasi tinggi dalam pelaksanaan tugasnya. Tetapi tidak ada jaminan
bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan berhasil atau berkinerja
tinggi kalau tidak diasah (updated and upgrade) secara terus menerus. Kecerdasan merupakan
kemampuan yang berhubungan dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu,
kemampuan menangani situasi-situasi baru. Ada beberapa teori kecerdasasn yang
dikemukakan oleh para ahli yang batasan definsi kecerdasannya didasarkan pada teorinya
masing-masing.

Beberapa ahli mengelompokkan kecerdasan seseorang menjadi empat, yang terdiri dari;
kecerdasan intelektual (inteligent quotient), kecerdasan spiritual (spiritual quotient),
kecerdasan emosional (emotional quotient), dan kecerdasan daya tahan (adversity quotient).
Dalam kesempatan ini penulis  akan mengulas secara komprehensip pada salah satu
kecerdasan manusia yang amat penting dan akan mempengaruhi kecerdasan-kecerdasan yang
lain karena kecerdasan ini merupakan pusat paling dasar dari segala kecerdasan, yaitu
kecerdasan spiritual (spiritual quotient).

Kecerdasan spiritual dewasa ini telah menjadi salah satu pilihan alternatif bagi para pimpinan
baik swasta maupun pemerintahan dalam hal ini pegawai negeri sipil untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan pegawainya yang kurang disiplin, kurang profesional, kurang
teliti, dan kurang perhatian dalam melayani masyarakat/pelanggannya.

 B.   Pentingnya Kecerdasan Spiritual Bagi Seseorang

Menurut Munandir, kecerdasan spritual tersusun dalam dua kata yaitu “kecerdasan” dan
“spiritual”.  Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan pikiran. Sementara itu Mimi Doe
& Marshal Walch mengungkapkan bahwa spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri,
nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang
kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri
kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang
kita namakan sebagai sumber keberadaan kita. Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin,
mental, moral.

Zohar dan Marshal mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk


menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dari pada yang lain.
Kecerdasan spiritual menurut Khalil A Khavari di definisikan sebagai fakultas dimensi non-
material kita atau jiwa manusia. Ia menyebutnya sebagai intan yang belum terasah dan
dimiliki oleh setiap insan. Kita harus mengenali seperti adanya, menggosoknya sehingga
mengkilap dengan tekad yang besar, menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai
kebahagiaan yang abadi.

Secara etimologi arti dari dua kata kerdasan spiritual dapat diartikan sebagai kemampuan
seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai,
batin, dan kejiwaan. Kecerdasan ini terutama berkaitan dengan abstraksi pada suatu hal di luar
kekuatan manusia yaitu kekuatan penggerak kehidupan dan semesta.

Dengan demikian kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan etika
dan moral yang dapat memberikan pemahaman secara utuh kepada seseorang untuk
membedakan yang benar dan yang salah. Kecerdasan spiritual sangat penting karena
kecerdasan ini mempunyai kemampuan untuk mendengarkan suara hati nurani untuk
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dan menjalin Komunikasi dengan sesama
manusia dalam memberikan yang terbaik dan bermanfaat. Kecerdasan spiritual juga
merupakan kecerdasan jiwa dalam memaknai hidup yang dapat membantu seseorang dapat
membangun dirinya untuk tumbuh, berkembang dan seimbang.

Kecerdasan spiritual dapat membuat manusia menyadari dan menentukan makna, nilai, moral,
serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena lahir
kesadaran sebagai bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat manusia dapat menempatkan
diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang
hakiki.

 C.   Kecerdasan Spiritual Pusat dari Segala Kecerdasan

Kecerdasan spiritual menurut Stephen R. Covey adalah pusat paling mendasar di antara
kecerdasan yang lain, karena dia menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya.
Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas.
Oleh karena itu kecerdasan spiritual dapat digambarkan sebagai sutau kecerdasan yang akan
mempengaruhi kecerdasan-kecerdasan yang lain, misalnya seseorang yang kurang pada
kecerdasan intelektual (intelligent quotient), dengan tingginya kecerdasan spiritualnya maka
seseorang tersebut akan termotivasi untuk meningkatkan kecerdasan intelektualnya melaui
pendidikan, pelatihan, dan belajar secara otodidak. Hal ini memungkinkan untuk terjadi
karena pada prinsipnya orang yang cerdas spiritualnya betul-betul menyadari bahwa apabila
kita sebagai manusia ingin bahagia di dunia harus dengan ilmu, kalau ingin bahagia di akhirat
juga harus dengan ilmu, begitu juga jika kita sebagai manusia ingin bahagia di kedua-duanya
(dunia dan akhirat) maka juga harus dengan ilmu. Menyadari akan hal ini maka orang yang
cerdas spiritualnya akan slalu berupaya untuk menimbah ilmu pengetahuan dan meningkatkan
kemampuan keterampilanya secara terus menerus karena ingin bahagia di dunia dan akhirat.
Sehingga pada akhirnya secara bertahap baik cepat ataupun lambat kemampuan intelektual
mereka pun akan meningkat dan insyaAllah mendapatkan keberkahan.

Begitu juga kecerdasan spiritual dapat mempengaruhi kecerdasan daya tahan (adversity
quotient) dengan prinsip kesabaran dan tidak pernah putus asa dalam menghadapi segala
persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Sedangkan kesabaran dan tak
pernah putus asa dalam mencari jalan keluar atau solusi terbaik atas persoalan yang dihadapi 
itu merupakan dua inti sari atau nilai yang terkandung di dalam kecerdasan spiritual.

Kecerdasan spiritual juga dapat mempengaruhi kecerdasan emosional (emotional quotient),


yang mana inti kecerdasan emosional dapat membuat seseorang untuk berhubungan dengan
orang lain, baik secara berkelompok maupun secara pribadi, sehingga kecerdasan emosional
juga disebut sebagai kecerdasan/kompetensi sosial. Bagaimana kecerdasan spiritual dapat
mempengaruhi kecerdasan emosional dapat digambarkan secara sederhana, sesorang yang
cerdas spiritualnya akan menyadari betul bahwa berhubungan dengan dengan orang lain,
bersilaturrahmi antar sesama merupakan suatu pekerjaan yang sangat mulia dan sangat
dianjurkan oleh ajaran agama manapun, karena untuk berhubungan, bersilaturrahmi, dan
berkomunikasi serta bertoleransi antar sesama akan membawa kebaikan yang luar biasa.
Bersosialisi, berkomunikasi dan bersilaturahmi merapukan wujud dari aplikasi kecerdasan
spiritual.

Dari uraian di atas sangat terlihat secara jelas bahwa kecerdasan spiritual merupakan
kecerdasan pusat dari segala macam kecerdasan, dari uraian di atas juga dapat disimpulkan
bahwa kecerdasan spiritual akan membuat seseorang akan menjadi lebih utuh perpaduan
antara jiwa dan raganya, oleh karena itu kecerdasan spiritual akan menbuat seseorang menjadi
lebih seimbang dalam kehidupannya untuk berhubungan dengan sesama manusia dan
Tuhannya. Dengan demikian sesorang akan menjadi lebih bermanfaat sebesar-besarnya bagi
dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, agamanya, bangsa dan negara untuk memberikan yang
terbaik.

 D.   Kesimpulan: Makin Cerdas Spiritual, Makin Lebih Profesional

Setiap manusia pada dasarnya sudah memiliki kecerdasan-kecerdasan yang sudah disebutkan
di atas tadi, termasuk juga kecerdasan spiritual. Yang dibutuhkan oleh seseorang ketika dia
sudah memiliki kecerdasan tersebut adalah keinginan untuk menumbuh kembangkannya
dengan baik dengan cara mengasah atau memupuknya secara terus menerus. Termasuk juga
kecerdasan spiritual yang harus selalu dipupuk dan diasah sedemikian rupa secara terus
menerus sehingga kecerdasan ini semakin lama semakin peka, semakin lama semakin
terinternalisasi dalam jiwa ataupun raga, semakin terinternalisasi semakin termotivasi untuk
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang sudah berusaha untuk
mengaplikasikan dan mewujudkan nilai-nilai kecerdasan spiritualnya maka secara otamatis
lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Ketika sudah menjadi kebiasan yang positif,
seseorang tersebut juga mendapatkan energi positif maka seseorang tersebut akan merasa
nyaman dalam berkarya menapaki profesinya untuk mengisi kehidupannya karena selalu
merasa ada keseimbangan pandangan antara dunia dan akhiratnya kelak di kemudian hari di
dalam bathinnya. Dengan keseimbangan itulah seseorang akan merasakan kehidupannya lebih
bermakna dan berbahagia bathinnya karena dapat berbuat lebih produktif, kontributif, inovatif
dan kreatif dalam keimanan.

Dengan logika diataslah seseorang akan menjadi lebih profesional ketika kecerdasan spiritual
nya semakin cerdas, hal ini disebabkan oleh dorongan energi positif dari dalam bathinnya
yang menganggap bahwa bekerja adalah bagian dari ibadah dan berorientasi pada nilai-nilai
luhur sehingga akan memberikan yang terbaik dalam setiap melaksanakan tugasnya apapun
profesi seseorang tersebut.   Wallahualam Bissawaf…

 *Penulis adalah Widyaiswara Muda Balai Diklat Keagamaan Palembang – Balitbang dan
Diklat Kementerian Agama RI

Daftar Bacaan

Agustian, 2001. Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual

Hawari, D. 2003. IQ, EQ, CQ & SQ. Kriteria Sumber Daya Manusia ( pemimpin) berkualitas

Hasil pembahasan kompetensi sosial dan spiritual. Pusdiklat pegawai Depnakertrans, 2005.

Harjani Hefni, 2008. The 7 Islamic Daily Habits, Percetakan IKADI, Jakarta.

Murdoko, W.W.H. 2006. Personal Quality management

Mujiman, 2008. Makalah presentasi tentang membangun SDM kompeten dan profesional.
APNI,

Sentani, 2007. Quantum Ikhlas.


Tobroni, 2005. The spiritual leadership. UMM Press, Malang.

Zohar,D. 2000. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam berpikir integralistik dan


holistik untuk memaknai kehidupan.

http://merahitam.com/kecerdasan-spiritual-menurut-para-ahli.html

Anda mungkin juga menyukai