Anda di halaman 1dari 1

Pendidikan pada Indonesia sangat perlu menerima perhatian spesifik dari banyak sekali pemangku

& pelaksana kebijkasanan pendidikan, misalnya Kementrian Pendidikan, Dinas Pendidikan, Tenaga
Pendidik, Pengamat Pendidikan, dan bahkan orang tua. Pendidikan nir hanya sebatas transfer apa yg
terdapat pada kitab hingga sampaipada peserta didik dan akhirnya mencapaihasil (kognitif), tetapi
terdapat pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri yg semestinya nir terlupakan. Menurut Undang-
Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, pendidikan adalah sebuah usaha yang secara sadar &
terstruktur dalam mewujudkan suasana aktivitas belajar mengajar sedemikian rupa agar peserta
didik mampu secara aktif menyebarkan potensi dirinya agar memiliki pengendalian diri, kecerdasan,
keterampilan dalam hayati bermasyarakat, berkekuatan spiritual keagamaan, berkepribadian dan
akhlak mulia. Sesuai menggunakan Undang-Undang tersebut dan dikaitkan dengan pendidikan yang
terdapat sekarang ini merupakan perlunya penanaman pendidikan karakter yang terstruktur
kepada setiap aspek pendidikan, pada hal ini difokuskan dalam pendidikan formal di sekolah.
Kementerian Pendidikan telah menggembor-gemborkan pendidikan karakter ini sejak tahun 2010 yg
waktu itu diangkat menjadi tema dalam peringatan hari Pendidikan Nasional “Pendidikan Karakter
buat Membangun Keberadaban Bangsa”. Hal ini berarti bahwa Kementerian Pendidikan sudah
melihat bahwa pendidikan pada bangsa ini memang perlu pulang ke tujuan awal adanya pendidikan
formal yaitu menyebarkan potensi peserta didik supaya sebagai manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, &
sebagai warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3). Melihat ke belakang, pendidikan karakter
sebenarnya telah diajarkan oleh bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menggunakan
kalimatnya yang sudah tidak asing lagi kita dengar yaitu ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun
karsa, tut wuri handayani. Kalimat itu dikenal dengan Trilogi Pendidikan, dimana artinya merupakan
ing madya mangun karsa (di tengah atau pada antara murid, guru harus menciptakan prakarsa &
ide), & ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau model
tindakan yg baik), tut wuri handayani (dari belakang seseorang guru wajib sanggup memberikan
dorongan dan arahan). Semboyan tersebut memiliki makna yg dalam sehingga mampu mencakup
apa yg menjadi tujuan adanya pendidikan. Meskipun pendidikan karakter telah populer semenjak
lama, tetapi mengapa pendidikan kita ini belum mampu mewujudkan karakter bangsa yg sesuai
dengan amanat pada UUD’45 dan Pancasila? Begitu mulia dan tingginya cita-cita serta tujuan
pendidikan pada bangsa kita ini, tetapi sayang dampak menurut pendidikan itu sendiri belum
terlihat secara signifikan. Segala bentuk tindak kriminal, misalnya kekerasan, tawuran antar pelajar,
minum-minuman keras, seks bebas, dan konsumsi obat-obatan terlarang, justru banyak dilakukan
sang anak-anak yang masih di bangku sekolah. Permasalahan ini, telah kentara bertentangan
dengan tujuan pendidikan yang menginginkan pelajarnya menjadi pelajar yang berakhlak mulia,
bertaggung jawab dan beriman kepada Tuhan YME. Penanaman kembali secara detail, terstruktur,
& terprogram terhadap pendidikan yg berkarakter merupakan solusi yang pas buat mengatasi
perseteruan-permasalahan tersebut. Pendidikan karakter dapat diterapkan di segala jenjang
pendidikan formal, mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas,
bahkan sampai dalam perguruan tinggi. Penumbuhan karakter yg menjadi ciri bangsa Indonesia ini,
nir hanya mengandalkan mata pelajaran pancasila atau keagamaan saja, tetapi setiap pemegang
tanggung jawab mata pelajaran lain pun mempunyai kewajiban untuk membentuk karakter peserta
didik yang sesuai dengan UUD’45 dan Pancasila, tentunya hal ini nir terlepas pada pemenuhan baku
kompetensi pada tiap mata pelajaran. Lalu, bagaimana apabila pendidikan karakter diterapkan pada
mata pelajaran eksak misalnya matematika?

Anda mungkin juga menyukai