Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH GIZI KESEHATAN MUTAKHIR

“ANEMIA”
DOSEN PEMBIMBING :

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Anggota :
Amilia Rahmah P07131117087
Ilham Ramadhan P07131117099
Mufida Rahma P07131117106
Norhamidah P07131117112
Nur Anisa P07131117115
Salsabella P07131117122
Yuli Pratiwi P07131117126

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM DIPLOMA III JURUSAN GIZI
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta kasih sayang dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan- Nya, shalawat dan salam semoga dilimpahkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW. Berkat kemudahan yang diberikan Allah SWT, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ANEMIA”
Adapun tujuan dari Penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah gizi
kesehatan mutakhir. Dalam Penyusunan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami semua pada khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin. Kami sebagai penyusun
sangat menyadari bahwa dalam Penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk
membangun.

Banjarbaru, 09 Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................3
BAB 1....................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.................................................................................................................................5
a. Latar Belakang...........................................................................................................................5
b. Rumusan Masalah......................................................................................................................7
c. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................7
BAB II...................................................................................................................................................9
PEMBAHASAN...................................................................................................................................9
A. Definisi Anemia.........................................................................................................................9
B. Klasifikasi Anemia......................................................................................................................10
C. Macam-macam Anemia...........................................................................................................10
D. Etiologi anemia........................................................................................................................11
E. Fisiologi/patologi.....................................................................................................................12
F. Tanda dan Gejala Anemia........................................................................................................12
G. Penatalaksanaan / Penanganan.................................................................................................15
BAB III................................................................................................................................................17
PENUTUP...........................................................................................................................................17
A. Kesimpulan..............................................................................................................................17
B. Saran........................................................................................................................................17
Tambahan .........................................................................................................................................18

Lampiran Pertanyaan .......................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19

3
BAB 1

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam


sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya
sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. (Wasdinar, 2007)
Anemia merupakan masalah gizi yang paling umum di seluruh dunia,
terutama dise-babkan karena defisiensi besi. Kekurangan zat besi tidak terbatas
pada remaja status sosial ekonomi pedesaan yang rendah tetapi menun-jukkan
peningkatan prevalensi di masyarakat yang makmur dan berkembang. Prevalensi
anemia remaja 27% di negara-negara berkem-bang dan 6% di negara maju.
Prevalensi ter-tinggi di kalangan anak-anak dan wanita usia subur (WUS)
khususnya pada wanita hamil. Anemia sangat tinggi (berkisar antara 80-90%) pada
anak-anak prasekolah, remaja, ibu hamil dan menyusui. Di India 55,8% dari remaja
berusia 15-19 tahun dilaporkan menjadi anemia. Menurut WHO apabila prevalensi
anemia >40 % termasuk kategori berat.
Masa remaja telah dilaporkan menjadi kesempatan untuk pertumbuhan
catch-up. Kecepatan pertumbuhan yang tinggi menyeba-bakan remaja
membutuhkan energi dan pro-tein yang tinggi. Masa remaja merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik, mental, dan aktivitas sehingga,
kebutuhan makanan yang mengandung zat-zat gizi menjadi cukup besar. Remaja
putri ba nyak mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi makanan sehari-
harinya. Kekura ngan zat besi dianggap penyebab paling umum dari anemia secara
global, tetapi beberapa lain-nya kekurangan gizi (termasuk folat, vitamin B12 dan
vitamin A), akut dan peradangan kro-nis, parasit infeksi dapat menyebabkan
anemia. Sekitar 43% dari kematian remaja terkait dengan kehamilan. Kehamilan
selama masa remaja menghalangi anak-anak dari mencapai pertumbuhan penuh
mereka sesuai dengan genetik mereka potensial. Salah satu cara un-tuk memutus
siklus antar generasi malnutrisi adalah untuk meningkatkan gizi remaja putri

4
sebelum konsepsi. Life cycle malnutrisi, jika tidak rusak, akan berlangsung
menghasilkan konsekuensi lebih banyak dan lebih parah.
Anemia gizi pada remaja putri atribut tingkat tinggi kematian ibu, tingginya
insiden bayi berat lahir rendah, kematian prenatal ting-gi dan akibatnya tingkat
kesuburan yang tinggi. Hal penting dalam mengontrol anemia pada ibu hamil adalah
dengan memastikan kebu-tuhan zat besi pada remaja terpenuhi. Gizi remaja adalah
refleksi dari awal kekurangan gizi anak usia dini. Banyak anak di negara ber-
penghasilan menengah memasuki masa remaja dengan warisan malnutrisi dari anak
usia dini, yang berarti mereka kerdil atau anemia, dan sering menampilkan
defisiensi mikronutrien. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan
menderita anemia. Karena pada masa itu mereka juga mengalami menstruasi, lebih-
lebih pengetahuan mereka yang kurang akan anemia. Pada saat remaja putri
mengala-mi menstruasi yang pertama kali membutuh-kan lebih banyak besi untuk
menggantikan ke-hilangan akibat menstruasi tersebut. Jumlah kehilangan besi
selama satu siklus menstruasi (sekitar 28 hari) kira-kira 0,56 mg per hari. Jumlah
tersebut ditambah dengan kehilangan basal sebesar 0,8 mg per hari. Sehingga jum-
lah total besi yang hilang sebesar 1,36 mg per hari.
Anemia menyebabkan darah tidak cukup mengikat dan mengangkut oksigen
dari paru-paru ke seluruh tubuh. Bila oksigen yang diperlukan tidak cukup, maka
akan berakibat pada sulitnya berkonsentrasi, sehingga prestasi belajar menurun,
daya tahan fisik rendah se-hingga mudah lelah, aktivitas fisik menurun, mudah sakit
karena daya tahan tubuh rendah, akibatnya jarang masuk sekolah/bekerja.
Remaja putri pada umumnya memili-ki karakteristik kebiasaan makan tidak
sehat. Antara lain kebiasaan tidak makan pagi, malas minum air putih, diet tidak
sehat karena ingin langsing (mengabaikan sumber protein, karbo-hidrat, vitamin dan
mineral), kebiasaan nge mil makanan rendah gizi dan makan makanan siap saji.
Sehingga remaja tidak mampu me-menuhi keanekaragaman zat makanan yang
dibutuhkan oleh tubuhnya untuk proses sin-tesis pembentukan hemoglobin (Hb).
Bila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kadar Hb
terus berkurang dan menimbulkan anemia.
Program penanggulangan anemia yang selama ini lebih terfokus pada ibu
hamil, pada-hal remaja putri adalah calon ibu yang harus sehat agar melahirkan bayi
sehat sehingga akan tumbuh dan berkembang menjadi sumber daya manusia yang
tangguh dan berkualitas dengan harapan. Program yang ditargetkan kepada wanita

5
usia reproduktif merupakan intervensi yang sangat strategis dalam menentukan kua
litas sumber daya manusia Indonesia. Dampak kekurangan zat besi pada wanita
hamil dapat diamati dari besarnya angka kesakitan dan ke-matian maternal,
peningkatan angka kesakitan dan kematian janin, serta peningkatan resiko
terjadinya berat badan lahir rendah. Secara khusus, kontrol anemia pada wanita usia
su bur sangat penting untuk mencegah bayi lahir rendah berat badan dan kematian
perinatal dan ibu, serta prevalensi penyakit di kemudian hari. Anemia saling terkait
dengan lima global lainnya target gizi (stunting, berat badan lahir rendah, masa
kanak-kanak, kelebihan berat badan, pemberian ASI eksklusif dan wasting). Oleh
karena itu dalam pembuat kebijakan un-tuk melakukan investasi yang diperlukan
pada anemia sekarang sebagai sarana untuk mem-promosikan modal manusia
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi negara mereka dan jangka panjang
kesehatan, kekayaan dan kesejahteraan.

b. Rumusan Masalah
 Apa definisi anemia ?
 Apa saja klasifikasi anemia ?
 Apa saja macam-macam anemia ?
 Apa saja etiologi pada anemia ?
 Apa saja patofisiologi untuk penyakit anemia ?
 Apa saja tanda dan gejala pada penyakit anemia ?
 Bagaimana cara penatalaksanaan/penanganan pada penyakit anemia ?

c. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Mampu memahami secara umum tentang anemia dan melaksanakan asuhan


kebidanan yang komprehensif.

2. Tujuan Khusus

Memahami hal-hal yang berkaitan dengan anemia yaitu :

a) Definisi

b) Klasisfikasi

6
c) Macam-macam

d) Etiologi

e) Patofisiologi

f) Tanda dan gejala

g) Penatalaksanaan/Penanganan

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Anemia
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah
merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari
paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah,
sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan
tubuh (kamus bahasa indonesia). Berikut pengertian anemia menurut para ahli
diantaranya :

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada
banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999).

Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral FE
sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Arif Mansjoer, Kapita
Selekta, Jilid 2 edisi 3, Jakarta 1999).

Anemia secara umum adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam
darah (Anonim). Anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap
laboratorium.

1. Nilai Hb normal

a) Pria : 13.8 - 17.2 gram/dl

b) Wanita : 12.1 – 15.1 gram/dl

2. Nilai Hb anemia

a) Pria : <13.8 – 17.2 gram/dl

8
b) Wanita : <12.1 – 15.1 gram/dl

(WHO.2008)

B. Klasifikasi Anemia

1. Anemia defisiensi besi (62,3%)


Anemia jenis ini berbentuk normositik dan hipokromik di sebabkan oleh
kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam diet, malabsorpsi, kehilangan darah
yang banyak (persalinan yang lalu, haid, dll)
2. Anemia megaloblastik (29,0%)

Anemia ini berbentuk makrositik, penyebabnya adalah kekurangan asam folik


dan kekurangan vitamin B12 tetapi jarang terjadi.

3. Anemia anemia hipoblastik (8,0%)

Anemia jenis ini di sebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-
sel darah merah baru. Untuk itu di perlukan pemeriksaan :

a) Darah tepi lengkap


b) Pemeriksaan fungsi sterna
c) Pemeriksaan retikulosit, dll
4. Anemia hemolitik (0,7%)
Anemia jenis ini di sebabkan penghancuran/pemecahan sel darah nerah
yang lebih cepat dari pembuatannya.

C. Macam-macam Anemia
1. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli.
Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:

a) Tidak anemia dengan Hb lebih dari 11gr%

b) Anemia ringan dengan Hb 9-10gr%

c) Anemia sedang dengan Hb 7-8gr%

d) Anemia berat dengan Hb kurang dari 7gr%

9
2. Berdasarkan klasifikasi WHO kadar hemoglobin pada wanita hamil dapat dibagi 3
kategori yaitu (Manuaba, 2002):
1) Anemia Ringan : Kadar Hb 9 – 11 gr%
2) Anemia Sedang : Kadar Hb 7 – 8 gr%
3) Anemia Berat : Kadar Hb < 7 gr%

D. Etiologi anemia
1. Berdasarkan ukuran sel darah merah ( Varney H,2006.;h.624)
a) Anemia mikrositik (penurunan ukuran sel darah merah)
1) Kekurangan zat besi
2) Talasemia (tidak efektifnya eritropoiesis dan meningkatnya hemolisis
yang mengakibatkan tidak ade kuatnya kandungan hemoglobin)
3) Ganguan hemoglobin E (jenis hemoglobin genetik yang banyak di
temukan di Asia Tenggara)
4) Keracuanan timah
5) Penyakit kronis (infeksi, tumor)
b) Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal)
1) Sel darah merah yang hilang atau rusak meningkat
2) Kehilangan sel darah merah akut.
3) Gangguan hemolisis darah

(a) Penyakit sel sabit hemoglobin (sickle cell disease)

(b) Ganggauan C hemoglobin

(c) Sterocitosis banyak di temukan di eropa utara

(d) Kekurangan G6PD (glucose-6-phosphate dehi-drogenase)

(e) Anemia hemolitik (efek samping obat)

(f) Anemia hemolisis autoimun

2. Penurunan produksi sel darah merah

(a) Anemia aplastik (gagal sumsum tulang belakang yamg mengancam jiwa)

(b) Penyakit kronis (penyakit hati, gagal ginjal, infeksi, tumor)

10
(c) Ekpansi berlebihan volume plasma pada kehamilan dan hidrasi berlebihan

(d) Anemia makrositik (peningkatan ukuran sel darah merah)

1) Kekurangan vitamin B12

2) Kekurangan asam folat

3) Hipotiroid

4) Kecanduan alkohol

5) Penyakit hati dan ginjal kronis

E. Fisiologi/patologi
1. Fisiologi dan patologi (Wiknjosastro,2006,Hal.448-450)
Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hypervolemia)
merupakan hasil dari peningkatan volume plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang
beredar dalam tubuh. Tetapi peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma
peningkatannya jauh lebih besar sehingga menberikan efek yaitu konsentrasi HB
berkurang dari 12 mg/10 ml.
Pengenceran darah (Hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan
peningkatan volume plasma 30%-40% peningkatan sel darah merah 18-30 % dan
hemoglobin 19 % secara fisiologi hemodilusi untuk mengurangi beban kerja jantung.
Hemodilusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada
kehamilan 32-36 minggu. bila hemoglobin itu sebelum sekitar 11 gr% maka
terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologi dan Hb akan menjadi 9,5
sampai 10 gr%

F. Tanda dan Gejala Anemia


Penyebab Anemia yang paling sering adalah karena perdarahan yang
berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan atau yang sering disebut
dengan Hemolisis atau pembentukan sel darah merah / hematopoiesis yang tidak
efektif, kekurangan zat besi, pendarahan usus, kekurangan vitamin B12, kekarangan
asam folat, gangguan fungsi sumsum tulang, Penyakit kronis tertentu, contohnya
kanker dan HIV/AIDS. Dapat mempengaruhi produksi sel darah merah.

Adapun Penyebab umum dari anemia, seperti:

11
1. Perdarahan Hebat

Akut (mendadak)

· Kecelakaan

· Pembedahan
· Persalinan

· Pecah pembuluh darah

Kronik (menahun)

· Perdarahan hidung

· Wasir (hemoroid)

· Ulkus peptikum

· Kanker atau polip di saluran pencernaan

· Tumor ginjal atau kandung kemih

· Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

2. Berkurangnya pembentukan sel darah merah

· Kekurangan zat besi

· Kekurangan vitamin B12

· Kekurangan asam folat

· Kekurangan vitamin C

· Penyakit kronik

3. Meningkatnya penghancuran sel darah merah

· Pembesaran limpa

· Kerusakan mekanik pada sel darah merah

· Reaksi autoimun terhadap sel darah merah

12
· Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

· Sferositosis herediter

· Elliptositosis herediter

· Kekurangan G6PD

· Penyakit sel sabit

Selain itu terdapat gejala anemia ( kurang darah )yang paling sering di tunjukkan
antara lain sebagai berikut :

1. Kulit Wajah terlihat Pucat

Penderita anemia biasanya jelas terlihat pada wajah dan kulit yang terlihat pucat.

2. Kelopak Mata Pucat

Selain wajah kelopak mata pasien yang mengalami kurang darah juga terlihat pucat.
ini merupakan salah satu gejala umum anemia. pemeriksaan biasanya dilakukan dengan
cara meregangkan kelopak mata. dan melihat warna kelopak mata bagian bawah.

3. Ujung Jari Pucat

pemeriksaan bisa kita lakukan dengan cara menekan ujung jari, normal nya setelah
di tekan daerah tersebut akan berubah jadi merah. Tetapi, pada orang yang mengalami
anemia, ujung jari akan menjadi putih atau pucat.

4. Terlalu Sering dan mudah lelah

Terlalu mudah lelah, padahal aktivitas yang dilakukan tidaklah berat, jika anda
merasa mudah lelah sepanjang waktu dan berlangsung lama kemungkinan anda
mengalami penyakit anemia. hal ini terjadi karena pasokan energi tubuh yang tidak
maksimal akibat kekurangan sel-sel darah merah yang berfungsi sebagai alat transportasi
alami didalam tubuh.

5. Denyut Jantung menjadi tidak teratur

Denyut jantung yang tidak teratur, terlalu kuat dan memiliki kecepatan irama denyut
jantung yang tidak normal. hal ini terjadi sebagai akibat tubuh kekurangan oksigen.

13
sehingga jantung berdebar secara tidak teratur. pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan
oleh petugas kesehatan.

6. Sering merasa Mual

Biasanya penderita anemia sering mengalami Mual pada pagi hari. hampir sama
seperti tanda-tanda kehamilan. mual pada pagi hari biasa disebut dengan Morning
sickness.

7. Sakit kepala

Salah satu dampak kekurangan sel darah merah yaitu otak menjadi kekurangan
Oksigen. sehingga menyebabkan nyeri pada kepala. karena inilah penderita Anemia
sering mengeluh sakit kepala.

8. Kekebalan tubuh menurun

Kekebalan tubuh / sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun dan biasanya
penderita anemia sangat mudah terkena penyakit lain sebagai akibat melemahnya imun
tubuh.

9. Sesak napas

Penderita Anemia sering kali merasa sesak nafas dan merasa terengah-engah ketika
melakukan aktivitas, hal ini terjadi karena kurangnya oksigen didalam dalam tubuh,
akibat kurangnya sel darah merah.

Selain dari faktor penyebab anemia, penyakit kurang darah juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor resiko lain seperti :

1 Faktor dari keturunan


2 kurangnya asupan zat gizi
3 penyakit dan gangguan usus serta operasi yang berkaitan dengan usus kecil.
4 Pendarahan Menstruasi yang berlebihan.
5 Kehamilan.
6 penyakit kronis seperti penyakit kanker , dan gagal ginjal

14
G. Penatalaksanaan / Penanganan
1. Penanganan

a) Bila Anda merasakan gejala anemia di atas dan orang-orang di sekeliling Anda
melihat Anda tampak pucat dan lelah, segeralah berkonsultasi dengan dokter.
Dokter akan menanyakan kebiasaan makan Anda dan obat yang sedang Anda
minum. Anda lalu akan mendapatkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah dan
pemeriksaan penunjang lainnya untuk menentukan apakah terdapat anemia dan
apa penyebabnya.

b) Penanganan anemia tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah


kekurangan zat besi, dokter akan mencari tahu dan mengatasi penyebab
kekurangan tersebut. Suplemen zat besi dalam bentuk tablet atau sirup mungkin
diberikan. (Bila anemia disebabkan oleh masalah penyerapan pasca- operasi
gastrektomi, pemberian suplemen akan diberikan secara intramuskular atau
intravenal).

c) Pemulihan biasanya berlangsung enam hingga delapan minggu setelah


penanganan. Setelah anemia tertangani, Anda masih akan terus menerima asupan
suplemen zat besi hingga beberapa bulan untuk menjaga kondisi. Tinja Anda akan
berwarna hitam selama perawatan.

d) Bila anemia disebabkan penyakit tertentu, satu-satunya solusi adalah


menyembuhkan penyakitnya.

e) Anemia kronis yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut jantung cepat,
nafas tersengal dan pingsan mungkin harus segera ditangani dengan transfusi
darah.

2. Penatalaksanaan

a) Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan


antelmintik yang sesuai.

15
b) Pemberian preparat Fe: fero sulfat 3 x 325 mg secara oral dalam keadaan perut
kosong, dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap. Pada
pasien yang tidak kuat, dapat diberikan bersama makanan.

Fero glukonat 3 x 200 mg secsra oral sehabis makan. Bila terdapat intoleransi
terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga tidak dapat
diberikan oral, dapat diberikan secara perenteral dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB)
untuk tiap g% penurunan kadar Hb dibawah normal.

Iron dekstran mengandung Fe 50 mg/ml, diberikan secara intramuskuler mula-mula


50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan. Dapat
pula diberikan intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5
menit tidak menimbulkan reaksi, boleh diberikan 250-500 mg.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah
(Anonim).anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap
laboratorium. Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah
manusia dengan menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Banyak cara penangan
yang dilakukan untuk mengatasi penyakit ini salah satunya adalah pemberian fe, dan lain-
lain

B. Saran
Karena kesehatan adalah nikmat yang paling berharga yang diberikan oleh Tuhan
Maha Esa, maka dari itu keseharan perlu di pelihara, dan diertahankan. Sebelum
mengobati lebih baik mencegah.

17
TAMBAHAN

Dampak kelompok rawan anemia

1. Pada anak-anak
a. Menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar.
b. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
c. Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh
menurun.
2. Pada wanita
a. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
b. Menurunkan produktivitas kerja.
c. Menurunkan kebugaran.
3. Pada remaja putri
a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
c. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
d. Mengakibatkan muka pucat.
4. Ibu hamil
a. Menimbulkan pendarahan sebelum atau sesudah persalinan.
b. Meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah atau
BBLR

Sumber makanan anemia zat besi

Sumber Zat Besi Ada dua jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal
dari hem dan bukan hem. Walaupun kandungan zat besi hem dalam makanan hanya antara 5-
10% tetapi penyerapannya hanya 5%. Makanan hewani seperti daging, ikan dan ayam
merupakan sumber utama zat besi hem. Zat besi yang berasal dari hem merupakan Hb. Zat
besi non hem terdapat dalam pangan nabati, seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-
kacangan dan buah-buahan .

Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui suplemen tablet zat besi.
Suplemen ini biasanya diberikan pada golongan rawan kurang zat besi yaitu balita, anak
18
sekolah, wanita usia subur dan ibu hamil. Pemberian suplemen tablet zat besi pada golongan
tersebut dilakukan karena kebutuhan akan zat besi yang sangat besar, sedangkan asupan dari
makan saja tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Makanan yang banyak mengandung
zat besi antara lain daging, terutama hati dan jeroan, apricot, prem kering, telur, polong
kering, kacang tanah dan sayuran berdaun hijau (Pusdiknakes, 2003).

Penanggulangan dari pemerintah sampai ke puskesmas

Program pemerintah Indonesia yang fokus terhadap penanggulangan anemia remaja


putri yakni Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) dengan
sasaran anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) melalui
pemberi-an suplementasi kapsul zat besi.Penelitian PPAGB di Kabupaten Tasikmalaya pada
siswi SMP dan SMA dirasa belum efektif. Pemberian dengan pola setiap satu minggu sekali
dan 10 tablet saat menstruasi cenderung memiliki hasil tingkat kepatuhan konsumsi TTD
yang rendah. Selain itu juga program serupa yang dilakukan di Bekasi pada siswi SMP dan
SMK tidak meningkatkan kadar Hb setelah diberikan suplementasi. Upaya pemerintah dalam
menanggulangi masalah anemia gizi tidak selalu berjalan dengan baik dan efektif.

Penelitian Kheirouri menyebutkan bahwa selain ketersediaan tablet besi dan efek
samping yang ditumbulkan oleh tablet, terdapat faktor lainnya yang dapat memengaruhi
keefektifan program suplementasi besi yaitu dipengaruhi kualitas TTD, cara sosialisasi
kepada remaja putri, peran orangtua, kerjasama stakeholder, serta pelatihan edukator.

Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) tahun 2016 di
Kota Bogor baru berjalan di tahun kedua. Program di tahun pertama (2015) masih belum
berjalan secara efektif dan hanya melihat cakupan pemberian saja. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan mengkaji efektivitas program pemberian suplemen tablet tambah darah pada
remaja putri di Kota Bogor. Intervensi berupa pemberian suplemen besi bentuk tablet (60 mg
besi elemental dan 0.25 mg asam folat) selama 16 minggu pemberian. Subjek diberi
suplementasi besi dengan periode mingguan dan 10 tablet selama menstruasi. Total tablet
yang harus dikonsumsi yakni sebesanyak 52 tablet. Penelitian dilakukan di Kota Bogor,
Provinsi Jawa Barat.

Pelaksanaan intervensi ini berlangsung selama empat bulan yaitu sejak bulan
September sampai Januari 2017. Penelitian ini dilakukan bersamaan dengan Program
Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi pada Remaja Putri SMP dan SMA yang

19
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan
etik dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
No.62/UN2.F1/ETIK/2017.

Populasi subjek dalam program suplementasi zat besi adalah remaja putri berusia 11-
18 dari SMP dan SMA di Kota Bogor yang mengikuti program pemberian TTD dari Dinas
Kesehatan. Program ini dilaksanakan pada 2 SMP dan 2 SMA sederajat di Kota Bogor.
Sekolah yang dipilih menggambarkan 6 kecamatan yang ada di Kota Bogor. Selain
keterbatasan penelitian dan cakupan, pemilihan sekolah-sekolah ini dipilih berdasarkan
kriteria: sekolah yang pro-aktif terhadap program dan berada di bawah puskesmas yang
berada di salah satu kecamatan di Kota Bogor, dibawah puskesmas yang mempunyai kinerja
cukup baik, tersedia laboratorium dan tenaga laboratorium untuk fasilitas pengambilan dan
pemeriksaan darah dengan metode cyanmethemoglobin.

Pemilihan subjek untuk program ini adalah siswa kelas satu yang termasuk dalam
penjaringan kesehatan oleh puskesmas yang membawahi. Kriteria inklusi pemilihan subjek
pada program pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi pada remaja putri SMP dan
SMA yakni siswa yang mengikuti penjaringan yang diadakan oleh puskesmas, mengikuti
program PPAGB, bersedia mengikuti penelitian hingga selesai serta mendapatkan izin dari
orangtua. Kriteria eksklusi subjek yaitu siswa pindah sekolah dan siswa sedang menjalani
pengobatan pada penyakit infeksi atau penyakit yang kontraindikasi dengan pemberian tablet
Fe. Jumlah responden yang memenuhi kriteria inklusi dan menyelesaikan penelitian
berjumlah 172 orang yang merupakan perwakilan masing-masing sekolah yang mewakili tiap
kecamatan di Kota Bogor.

Kasus anemia dari tahun ke tahun

Menurut data anemia hasil Riskesdas 2013 menunjukkan persentase anemia pada
WUS umur 15-44 tahun sebesar 35,3 persen. anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar
37,1%, dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama antara
dikawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%).

prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%. Penderita anemia berumur 5 -14 tahun
sebesar 26,4% dan penderita berumur 15-24 tahun sebesar 18,4% (Kemenkes RI, 2014).
Penderita anemia pada remaja juga dilaporkan tinggi berdasarkan data Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2013 dengan rincian yaitu prevalensi anemia pada balita

20
sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja puteri usia 10-18
tahun sebesar 57,1%, dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%.

Pada tahun 2015, di Asia Tenggara ada 202 juta wanita yang terkena anemia
sedangkan di Pasifik Barat, ada sekitar 100 juta jiwa. 41,8% ibu hamil dan kurang lebih 600
juta anak sekolah dasar dan anak usia sekolah di seluruh dunia adalah penderita anemia,
dimana hampir 60% kasus ibu hamil dan sekitar 50% dari kasus anak-anak disebabkan oleh
anemia.

Pada tahun 2016, Anemia merupakan masalah gizi yang mempengaruhi jutaan orang
di negara-negara berkembang dan tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan manusia.1
Prevalensi anemia diperkirakan 9 persen di negara-negara maju, sedangkan di negara
berkembang prevalensinya 43 persen. Anak-anak dan wanita usia subur (WUS) adalah
kelompok yang paling berisiko, dengan perkiraan prevalensi anemia pada balita sebesar 47
persen, pada wanita hamil sebesar 42 persen, dan pada wanita yang tidak hamil usia 15-49
tahun sebesar 30 persen.2 World Health Organization (WHO) menargetkan penurunan
prevalensi anemia pada WUS sebesar 50 persen pada tahun 2025.Pada tahun 2018, prevalensi
anemia yaitu untuk umur 15-24 tahun 84,6%, untuk umur 25-34 sebanyak 33,4%, pada umur
35-44 adalah 33,6% dan untuk umur 45-54 tahun memiliki prevalensi 25%. Dari data tahun
2018, jumlah ibu hamil yang mengalami anemia paling banyak pada usia 15-24 tahun sebesar
84,6 persen, usia 25-34 tahun sebesar 33,7 persen, usia 35-44 tahun sebesar 33,6 persen, dan
usia 45-54 tahun sebesar 24 persen. Yaitu dari 24,2 persen pada perempuan usia subur yang
hamil di 2013 menjadi 17,3 persen di 2018. Selain itu untuk perempuan usia subur tidak
hamil 20,8 persen di 2013 menurun jadi 14,5 persen pada 2018.

21
LAMPIRAN PERTANYAAN

Riska Amalia ( kelompok 5 )

1. Apakah ada pengaruh junk food pada anemia

Jawab oleh AMILIA RAHMAH: Ada, karena junk food merupakan jenis makanan cepat
saji dengan tingkat zat gizi rendah dan kalori tinggi sehingga berpengaruh terhadap
penyerapan zat besi dalam tubuh. Kebiasaan makan junk food juga sering ditemui pada usia
remaja yang mana termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi anemia yaitu gaya
hidup.

Abdul Gani ( 1 )

2. Berdasarkan klasifikasi anemia yang disebutkan, manakah yang paling berat dan ringan ?

Jawab oleh AMILIA RAHMAH dan ILHAM RAMADHAN: Semua klasifikasi anemia
yang di disebutkan sangat berisiko apabila tingkat keparahannya tinggi bahakan semua jenis
anemia dapat menyebabkan hingga kematian. Seperti anemia megaloblastik terjadi pada ibu
hamil dapat menyebabkan kematian dan anemia hipoblastik menyebabkan kanker lambung.

Mutia Rahmah ( kelompok 4 )

3. Pada umur berapa anemia megaloblastik terjadi ?

Jawab oleh NURANNISA: untuk klasifikasi anemia megaloblastik biasa terjadi pada wanita
usia subur terutama pada ibu hamil

Helda Sari ( kelompok 2 )

4. sejauh ini bagaimana persentase capaian dari program suplementasi zat besi?

Jawab oleh NORHAMIDAH : berdasarkan riskesdas 2018 cakupan suplementasi zat besi
yang diperoleh remaja putri yang mendapatkan TTD adalah 76,2% dan yang tidak
mendapatkan adalah 23,8% dari cakupan tersebut yang dikonsumsi oleh remaja putri 98,6%
dan yang tidak dikonsumsi 1,5%. Sedangkan pada ibu hamil yang mendapatkan TTD adalah
73,2% dan yang tidak mendapatkan adalah 26,8% dari cakupan tersebut yang dikonsumsi
oleh ibu hamil adalah 61,9% dan yang tidak 38,1%.

22
M.Shadiq Luthfil Hakim ( Kelompok 6)

5. Dimanakah letak kesalahan dari program penanggulangan anemia dengan hasil riskesdas
yang terus meningkat?

Jawab oleh SALSA BELLA :


Tidak ada kesalahan pada program pemerintah tersebut, mungkin hanya saja
kurang optimalnya penyuluhan tentang pentingnya konsumsi fe bagi para ibu hamil dan
adanya kendala2 konsumsi yang dihadapi seperti mual dan pusing saat mengkonsumsi
tablet fe tersebut

23
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aes Cv Lapius FKUI.

Buku penyakit anemia /24 Nopember,2011

Cunningham Gary. F. Obstetri williams . Jakarta : EGC, 2005

Fraser M. Diane, Cooper A. Margaret. Buku ajar bidan. Jakarta : EGC, 2009

Geplaas deur Andi Dolphin om 9:36 vm. E-pos hierdieBlogDit!Deel op TwitterDeel op


FacebookDeel op Pinterest

Marlyn E. Doenges, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.

Varney Helen. Buku saku bidan. Jakarta : EGC, 2001.

a. www.kamusbesarbahasaindonesia.com

24

Anda mungkin juga menyukai