net/publication/331372726
CITATIONS READS
0 1,614
1 author:
Abdur Rahman
Universitas Lambung Mangkurat
27 PUBLICATIONS 10 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Abdur Rahman on 27 February 2019.
0
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
DAFTAR ISI
Halaman
i
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
ii
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
iii
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
iv
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
v
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
viii
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Gambar 78. Kotak dialog Finish pada new topology. ............................... 105
Gambar 79. Proses creating new topology pada layer baru....................... 106
Gambar 80. Feature Class Kedalaman_Tanah dalam Bentuk Raster
diubah ke Feature Class dalam bentuk Polygon
Kedalaman_Poly. ................................................................. 107
Gambar 81. Dialog open attribute pada layer........................................... 111
Gambar 82. Menambah field baru pada layer. ......................................... 115
Gambar 83. Pengisian nilai baru pada attribute layer. .............................. 116
Gambar 84. Menu Editing dan Atribut. .................................................... 117
Gambar 85. Editing Data Atribut Melalui Layer Aktif. ............................ 121
Gambar 86. Skema Overlay Landslide Kabupaten Purworejo. ................. 122
Gambar 87. Persiapan layer-layer pada proses Landslide Kabupaten
Purworejo............................................................................. 123
Gambar 88. Proses Operasi Intersect. ...................................................... 123
Gambar 89. Proses penyusunan layer pada Operasi Intersect. .................. 124
Gambar 90. Proses eksekusi operasi intersect. ......................................... 124
Gambar 91. Hasil Proses eksekusi operasi intersect. ................................ 125
Gambar 92. Hasil Proses Query pada Field Total. .................................... 126
Gambar 93. Penambahan Field baru . ...................................................... 127
Gambar 94. Proses Overlay Aritmatik untuk Modeling Landslide Kab.
Purworejo............................................................................. 128
Gambar 95. Hasil Akhir Proses Overlay Aritmatik untuk Landslide
Kabupaten Purworejo. .......................................................... 129
Gambar 96. Contoh hasil Layout Landslide Kabupaten Purworejo. ......... 129
Gambar 97. Contoh hasil Layout Landslide Kabupaten Purworejo. ......... 130
Gambar 98. Kotak Dialog Layout. ........................................................... 131
Gambar 99. Tampilan Preview Layout peta. ............................................ 131
Gambar 100. Toolbar Layout. .................................................................... 132
Gambar 101. Data Frame Pengaturan Sistim Proyeksi. .............................. 133
Gambar 102. Pengaturan halaman layout melalui langkah bypass. ............. 134
Gambar 103. Pengaturan halaman layout melalui Toolbar. ........................ 134
Gambar 104. Kotak dialog page and print setup. ....................................... 135
Gambar 105. Layout peta melalui dataframes properties. .......................... 136
Gambar 106. Menu properties. .................................................................. 136
Gambar 107. Menambah Grid melalui Data Frames Properties.................. 137
Gambar 108. Kotak dialog Grids and Graticules Wizard. .......................... 137
Gambar 109 . Kotak dialog Create a graticule. .......................................... 138
Gambar 110. Kotak dialog Axes and labels................................................ 138
Gambar 111. Kotak dialog Graticule Border. ............................................ 139
Gambar 112. Menambah skala pada layout peta. ....................................... 139
Gambar 113. Kotak dialog scale bar selector. ........................................... 140
Gambar 114. Kotak dialog scale text. ........................................................ 140
Gambar 115. Kotak dialog scale text selector. ........................................... 141
Gambar 116. Menambah orientasi arah. .................................................... 141
Gambar 117. Kotak dialog North arrow selector. ...................................... 142
Gambar 118. Kotak dialog Text. ................................................................ 142
Gambar 119. Memberi judul peta melalui fasilitas Text. ............................ 143
ix
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
x
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Alloh SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga buku Pengantar Kartografi dan
Sistim Informasi Geografis Teori dan Aplikasi Menggunakan Arc.GIS 9.1 (Studi
Kasus Longsor Kab. Purworejo) ini dapat terwujud. Buku ini disusun dalam rangka
membantu para pengambil keputusan yang berkecimpung dalam dunia perpetaan
untuk memecahkan permasalahan selanjutnya dapat dihasilkan keputusan yang
bersifat spasial agar hasil keputusan dapat dimengerti oleh pengguna kebijakan
khususnya pihak-pihak yang berhubungan dengan data spasial.
Buku ini ditujukan untuk semua pihak yang ingin mengenal lebih dalam
tentang kaedah perpetaan (Kartografi) dan Sistim Informasi Geografis, sekaligus
dapat mempraktikan secara langsung dengan menggunakan software Arc.GIS Ver
9.1, melalui latihan studi kasus longsor (landslide) di Kabupaten Purworejo.
Pada kesempatan ini kami sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terselesainya buku ini. Secara khusus kami sampaikan
kepada Pusat Peningkatan Pengembangan Aktifitas Instruksional (P3AI) UNLAM,
yang telah membiayai penulisan buku ini.
Akhir kata, kami menyadari buku ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
dengan segala kerendahan hati kami membuka kritik dan saran serta masukan dari
pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan buku ini di masa yang akan datang.
Semoga buku ini bermanfaat dan dapat menjadi sarana bagi para pengguna yang
ingin menambah khasanah pengetahuannya khususnya di bidang Kartografi dan
Sistim Informasi Geografis.
xi
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
xii
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Kupersembahkan karya pertama ini untuk Istriku tercinta ”Diana Agustina” dan
anakku tersayang”Waafiq Haafizhoh” yang rela diambil sedikit waktunya demi
terselesainya buku ini.
xiii
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
xiv
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
5. Menjelaskan konsep-konsep erosi, proses terjadinya erosi, jenis dan tipe erosi,
erosi yang diijinkan, model-model erosi, faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya erosi dan mengetahui tingkat bahaya erosi.
6. Menjelaskan proses sedimentasi, pembagian sedimentasi, pengukuran
sedimentasi, hasil sedimentasi dan upaya pengendalian sedimentasi.
Berikut adalah uraian singkat tentang setiap Bab dalam Buku Ajar ini.
Bab 1 Membahas tentang konsep-konsep yang harus ada dalam kartografi yaitu
batasan-batasan peta, beberapa fungsi peta, fungsi peta untuk perencanaan
regional, fungsi peta dalam kegiatan penelitian, klasifikasi Peta (Bos,
1977), simbolisasi peta, klasifikasi simbol peta, representasi data,
representasi data kualitatif, representasi data kuantitatif, penulisan nama-
nama geografi, skala peta, cara menyatakan skala, mencari skala dari
suatu peta yang tidak diketahui skalanya, proyeksi peta, klasifikasi bidang
proyeksi, berdasarkan bidang proyeksi yang digunakan, posisi sumbu
simetri berdasarkan kedudukan, persinggungan peta, sifat asli yang
dipertahankan kebenarannya, generasi atau cara memproyeksikan peta,
proyeksi yang sering digunakan, proyeksi universal transverse mercator
(utm), sistem koordinat utm, komposisi peta, komposisi peta-peta seri,
komposisi pada peta tematik, analisa peta, generalisasi, penentuan simbol
representasi peta, pencerminan data dan pengenalan simbol peta.
xv
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Bab 4 Studi kasus rawan bencana longsor di Indonesia khususnya studi kasus di
Kabupaten Purworejo. Faktor-faktor/parameter penyebab terjadinya
rawan longsor, Analisis Bencana Alam Tanah Longsor di Wilayah
Kabupaten Purworejo, Sistim Penanggulangan Bencana Alam Tanah
Longsor di Wilayah Kabupaten Purworejo.
Bab 5 sampai dengan Bab 11. Anda akan dibawa pada nuansa Praktikum melalui
kegiatan belajar 1 sampai kegiatan belajar 7 pada Studi Kasus Rawan
Longsor di Kabupaten Purworejo. Praktikum dilengkapi dengan bahan
praktik yang dapat dipraktikan langsung oleh mahasiswa/pembaca, dengan
menggunakan fasilitas Arc.GIS Ver 9.1. Melalui praktikum ini Anda
diperkenalkan secara mendetail tentang pengertian Arc.Catalog dan
Manajemen Geodatabase, bekerja dengan Arc. Map, menetapkan Rule of
Polygon, Editing data attributes, Overlay dan Querry, layout dan
pencetakan peta serta dilengkapi dengan Tip dan Trik.
xvi
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
BAB
PENGANTAR KARTOGRAFI
Abdur Rahman
1
PENDAHULUAN
SESI/PERKULIAHAN KE : 1
Pengertian Peta
Kartografi merupakan suatu ilmu dan teknologi untuk memperkecil
fenomena-fenomena di permukaan bumi atau benda-benda langit ke dalam suatu
bentuk yang mudah diobservasi. Pada dasarnya kartografi merupakan kebalikan dari
mikrografi, yang dengan menggunakan mikroskop sebagai alatnya, memperbesar
benda-benda kecil, seperti bakteri atau virus. Produk dari kartografi adalah peta.
Dengan menggunakan peta memudahkan orang untuk memperluas sudut pandang
normalnya, dan memungkinkan orang untuk melihat keterkaitan keruangan (spatial
relationship) antara satu daerah dengan daerah yang lain. Kartografi juga merupakan
suatu sistem komunikasi, dan dapat dianalogikan dengan bahasa lisan, sebagai suatu
sistem komunikasi pula. Secara umum sistem komunikasi terdiri dari komponen-
komponen sebagai berikut:
1
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Komunikasi lisan
Sumber : orang yang sedang berbicara
Encoder : mulut
Saluran : gelombang suara
Decoder : telinga
Penerima : orang yang diajak bicara
Noise : suara gaduh, suara tidak jelas, dll
1. Batasan-Batasan
a. Kartografi
Kartografi adalah seni, ilmu pengetahuan dan teknologi tentang pembuatan
peta-peta, sekaligus mencakup studinya sebagai dokumen-dokumen ilmiah dan hasil
karya seni (International Cartographic Association, 1973).
b. Peta
Peta adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-
kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya
dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan
2
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
3
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
4
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
3. Simbol area
Kenampakan-kenampakan geografis yang berdimensi dua (2D) seperti areah HPH,
perkebunan, wilayah administrasi, dll, dinyatakan dengan simbol area.
Hubungan antar simbol berdasarkan bentuk dengan berdasarkan wujud, seperti yang
terlihat pada tabel 1.
5
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Karena data kualititif tidak menyebutkan jumlah atau nilai, maka dalam
representasinya, hanya mengungkapkan agihan atau distribusi keruangan dari obyek
yang dipetakan.
6
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
1.5.2. Mencari Skala Dari Suatu Peta Yang Tidak Diketahui Skalanya
1. Membandingkan dengan peta lain yang daerahnya sama dan ada skalanya.
Rumus yang digunakan:
7
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Misalnya:
Jarak antara kota A dan B dalam peta adalah : 4 cm
Jarak horisontal kota A dan B di lapangan adalah : 10 km (1000000 cm)
4 cm
Maka skala peta adalah : 1.000.000 cm = 1 : 250000
8
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
9
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
10
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
11
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
12
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
13
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
14
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Setiap zone pada UTM mempunyai overlap sekitar 40 Km, sehingga pada
daerah overlap ini akan mempunyai dua harga koordinat. Dalam penerapan sistem
UTM bagi peta-peta dasar nasional seluruh Indonesia, BAKOSURTANAL membagi
Indonesia dalam 9 zone mulai dari bujur 90 BT sampai 144 BT dengan batas lintang
10 LU sampai 15 LS dengan 4 satuan daerah yaitu L,M,N dan P. Sebagai bidang
referensi digunakan spheroid GRS (Geodetic Reference System) 1967 dengan
parameter radius ekuator = 666378160 m dan penggepengan 1:298,25
15
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Komposisi peta diperlukan agar peta yang dibuat bisa menarik dan mudah
digunakan/dibaca. Salah satu faktor utama yang perlu diperhatikan adalah adanya
keseimbangan (balance) dalam tata letak informasi tepi.
16
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
17
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
1.8.1. Jarak
Jarak pada peta dapat diukur dengan menggunakan penggaris biasa,
kemudian hasilnya dikalikan dengan penyebut skala. Sebagai catatan bahwa jarak
yang diukur pada peta adalah jarak horisontal.
1.8.2. Arah
1.8.2.1. Bearing
Sudut arah diukur dengan garis pangkal utara atau selatan terhadap arah timur atau
barat, dengan nilai sudut antara 0° - 90°
18
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
1.8.2.2. Azimuth
Arah diukur mulai dari utara searah jarum jam, dengan besar sudut antar 0° - 360°
1.8.2.3. Lokasi
1.8.2.4. Berdasarkan lintang dan bujur
Titik T terletak pada 7° 30' LS dan 121° 35' BT artinya titik tersebut terletak 7° 30'
lintang selatan ekuator dan 121° 35' bujur sebelah timur Greenwich.
19
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
London digunakan sebagai dasar untuk menghitung panjang busur pada suatu paralel
ke arah timur atau barat sampai titik yang dituju.
• Jika hanya Longitude yang diberikan untuk suatu titik/tempat, kita tidak dapat
menentukan lokasi titik tersebut karena Longitude tersebut berlaku untuk seluruh
titik di suatu meridian.
• Oleh karena itu, suatu meridian dapat didefinisikan sebagai garis yang
menghubungkan titik-titik yang mempunyai longitude yang sama.
contoh : Meridian (garis bujur 10oBT) maka setiap titik pada meridian tersebut
mempunyai longitude 10o (λ = 10 o)
• Panjang sebenarnya dalam kilometer atau satuan panjang lainnya; 1 o of
longitude tergantung pada paralel mana derajat longitude itu diukur.
20
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
21
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
22
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
23
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Gambar 22. Contoh perhitungan luas area berbentuk poligon berdasarkan luas
segitiga
24
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Nilai ketinggian pada titik ketinggian bisa dibaca langsung pada peta. Sedangkan
nilai ketinggian diantara garis kontur harus dihitung dengan interpolasi yaitu mencari
suatu nilai diantara dua nilai yang diketahui.
Contoh:
Berapa ketinggian titik R?
Melalui R dibuat garis terpendek CD antara dua kontur 200 m dan 100 m. Dari
pengukuran diperoleh :
C - R = 1,6 cm
D - R = 1,2 cm
Beda tinggi CD adalah 200m - 100m = 100m
Tinggi titik R = 100m + 1,2 x 100m = 100m + 75m = 175 m
1,6
1.11. Generalisasi
Generalisasi adalah pemilihan dan penyederhanaan penyajian unsur-unsur
pada peta dan harus selalu sesuai dengan skala dan tujuan peta itu sendiri. Pada peta
selalu terjadi generalisasi atau generalisasi dilakukan dengan tujuan :
25
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Aspek yang perlu diperhatikan sebelum melakukan proses generalisasi antara lain :
1. Pemilihan
2. Penyederhanan
3. Penghilangan
4. Perbesaran
5. Displacement
6. Penekanan
26
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
7. Kombinasi
8. Klasifikasi
1. Generalisasi Geometris
Adalah penyederhanaan bentuk yang tergambar pada peta, terdiri dari :
a. Generalisasi Geometris Murni ; hanya bentuk Geometris
b. Generalisasi Geometris Konsep ; Selain bentuk Geometris juga dilakukan
Generalisasi Konsep, misalnya ; Klasifikasi Jalan, Klasifikasi Hutan, dan
sebagainya.
2. Generalisasi Konsep
Generalisasi ini dilakukan oleh Kartografer, tetapi dilakukan oleh orang yang
ahli dalam bidangnya.
Contoh ; Pembuatan peta tanah berbagai tingkat skala.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Generalisasi yaitu :
1. Skala
2. Maksud dan Tujuan Pembuatan Peta
27
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Tipe atau variasi yang dapat digunakan akan ditunjukkan oleh persepsi visual
yang diperoleh dan harus sesuai dengan ukuran atau skala data yang dicerminkannya.
Terdapat tujuh (7) tipe veriasi yang dapat digunakan sebgai fondasi menampilkan
informasi secara grafis yaitu :
1. Posisi
2. Bentuk
3. Orientasi/arah
4. Warna
5. Tekstur/Kepadatan
6. Nilai
7. Ukuran
1. Posisi : Posisi sebagai variabel visual secara mudah
bereferensi pada dimensi X,Y, yang menunjukkan
posisinya di peta. Posisi merupakan variabel visual
yang selalu digunakan atau dikombinasikan dengan
satu atau lebih variabel visual lain.
2. Bentuk : Bentuk dapat berupa simbol yang didesain berbeda,
dalam bentuk yang mudah digambar dan variasi
bentuk tidak terbatas.
3. Orientasi : Dalam praktek variabel visual orientasi mempunyai
keterbatasan maksimum hanya dapat membedakan
4 – 6 untuk simbol titik (tergantung dari bentuk yang
digunakan).
4. Warna : Sangat bagus dan hampir setiap kali digunakan
sebagai variabel visual dalam disain simbol. Warna
yang dipakai biasanya meliputi warna :
Hue : Panjang gelombang satu warna
Value/Nilai : Jumlah sinar yang dipantulkan oleh
satu warna (contoh ; Gray scale).
5. Tekstur : Variasi kepadatan pada elemen Grafis dengan
nilai/Value yang tetap.
28
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
a. Data Posisional/Titik
Simbol yang digunakan adalah bentuk simbol titik, yang dalam
pelaksanaannya dapat dipilih diantara piktoral, geometrik ataupun huruf.
b. Data Linear
Data linear biasanya digunakan untuk ; jalan, sungai, batas, rute perjalanan
atau arah lintasan angin.
c. Data Bidang/Luasan/Poligon
Data ini menggambarkan atau biasa digunakan untuk menggambarkan ; batas
administrasi, kota, desa, distribusi/persebaran tanah, batas kabupaten dan
sebagainya.
29
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
30
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Keterangan :
1. POSISI 5. TEKSTUR
2. BENTUK 6. NILAI
3. ARAH 7. UKURAN
4. WARNA
31
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Dimana :
K = jumlah kelas yang dicari
n = jumlah set data (Bos E.S., 1979)
Jumlah kelas yang terlalu sedikit (kurang dari 5 kelas) akan menghasilkan
peta yang kurang mencerminkan persebaran data asli, karena banyak data yang
tergeneralisasi. Sebaliknya bila kelas terlalu banyak (lebih dari 15 kelas) maka akan
terjadi beberapa kelas yang sama sekali tidak mengandung frekuensi.
range
Rumus Sturges i
K
Dimana :
Dimana :
A = nilai terendah
B = nilai tertinggi
n = jumlah kelas interval
Jika A dan B diketahui, maka x dapat dicari dan kemudian batas-batas kelas
dihitung dengan menggunakan rumus :
A-(A+x) perbedaannya x
( A + x ) – ( A + 3x ) perbedaannya 2x
( A + 3x ) – ( A + 6x ) perbedaannya 3x
( A + 6x ) – ( A + 10x ) perbedaannya 4x
( A + 10x ) – ( A + 15x ) perbedaannya 5x
( A + 15x ) – ( A + 21x ) perbedaannya 6x
(Bos, E.S., 1979)
32
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
A - Ax
Ax - Ax2 Dimana :
Ax2 - Ax3 A = nilai terendah dari set data
Ax3 - Ax4 x = harga yang belum diketahui
Ax4 - Ax5 n = jumlah kelas
Axn-1 - Axn
B = Axn B …………………(1)
Xn
A
atau : n log x = log B - log A
dimana :
B = batas atas
A = batas bawah
n = jumlah kelas
(Bos E.S., 1979)
33
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Data yang diplot ada yang sama, dengan demikian untuk plotting diadakan
beberapa kali, sesuai dengan besaran/angka yang ada tersebut. Besaran/angka
yang tidak terwakili dalam kelas interval pada grafik tidak diplot, hanya diartikan
sebagai atau disebut : “Break Point” (titik henti).
LATIHAN
RANGKUMAN
34
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
BAB
PENGANTAR SISTIM INFORMASI
GEOGRAFIS
Abdur Rahman
2
PENDAHULUAN
SESI/PERKULIAHAN KE : 2
35
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
“Suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses dan
output) data spasial/bereferensi geografis (Nuarsa, 2004).”
36
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Ditemukan direruntuhan kota Gasur (Babilonia pada 2500 s.m.), berupa tanah liat
Ditemukannya lembaran kertas (parchment) di Mesir pada Masa Raja Ramses II
(1292 – 1225 s.m.).
Pada jaman Yunani 300 s.m. ditemukan peta realistik sistim koordinat segiempat
Raja Eratosthenes (200 s.m.) meletakkan dasar sain Geodesi dan Kartografi,
seorang ahli matematika, astronomi dan geografi Yunani, ia menemukan keliling
Bumi 16x lebih besar daripada saat ini
Peta dunia pertama dibuat oleh ; Claudius Ptolemaeus dari Alexandria. Pada abad
ke-16 memperkenalkan sistim perhitungan bumi berdasarkan garis lintang, bujur,
sistim proyeksi peta, dan hitungan dimensi bumi.
Bangsa Romawi, kebutuhan peta untuk kepentingan militer dan status
kepemilikan tanah (Cadastre dan Cadastral)
Abad pertengahan Bangsa Arab memimpin dunia kartografi dan Geografi pada
abad ke-7, dengan diterjemahkan karya-karya Yunani. Mereka berlayar ke
Afrika Utara – Spanyol. Tokoh-tokoh (abad ke-10) seperti ; Al-Istakhri, Ibnu
Haukal, Al-Masudi) melengkapi data geografi ; Madagaskar, India, Sailan, Cina,
Korea, dan Jepang). Idrisi ahli ilmu falak, pertambangan, kartografi, dan geograf
dipakai oleh Raja Sicilia Roger II (1154M).
Claudius Ptolemaeus (abad ke-15) terjemahan “Geographia”
37
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Data pertama kali ditabulasi pada th. 1890, dengan menggunakan pentabulasi
data Hollertih untuk data sensus di Amerika.
Penggunaan komputer ENIAC (Electronic Numerical Integrator and Calculator)
Th. 1953 IBM mengeluarkan Komputer gernerasi pertama ; model 650, Whirlind
dan ENIAC menggunakan tabung hampa.
Th. 1960 Komputer generasi ke-2 lahir dengan menggunakan Transistor.
Pada Th. 1963, Sistim Imformasi Geografis Canada/CGIS (Canadian
Geographic Information System) mulai beroperasi dan menjadi SIG pertama di
dunia.
Pada Th. 1965 sistim yang sama lahir di AS dengan nama MIDAS.
38
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Universitas Harvard, mendirikan Lab. SIG pertama th. 1962 produk ; SYMAP
(Synagraphic Mapping), CALFORM, SYMVU, POLYVRT, dan ODYSSEY
ITC, Belanda, melahirkan perangkat lunak SIG ILWIS (Integragrated Land and
Water Information System), yaitu sistem informasi geografis untuk penentuan
zone penggunaan tanah dan manajemen pemanfaatan air.
Universitas Clark, AS, melahirkan Program IDRISI yaitu program SIG berbasis
Raster, pada th. 1987. Dibantu oleh UNITAR (United nations institute for
training and research) dan UNEP/GRID (United nations environmental
photogramme/global resources information database).
ESRI Inc. (Environment System Research Institute) didirikan pada th. 1969 oleh
Jack Dangermond dan Laura Dangermond. Merupakan provider terdepan
menghasilkan perangkat lunak SIG pada th. 1998 pendapatan 278 juta US$,
pada 1999 ber-tengger pada urutan ke-49 dari 500 provider terbesar di dunia.
Th. 1981 meluncurkan ARC/INFO
Th. 1991 meluncurkan ARC. VIEW didukung oleh extensi: Image analyst, 3D
analyst, Business analyst, network analyst, Tracking analyst, Internet Map
Server, dan modul lain.
39
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
40
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
41
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
42
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
43
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Semakin tinggi kualitas data yang ingin dihasilkan, maka semakin tinggi pula
biaya yang diperlukan untuk menghasilkan data tersebut.
44
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
SIG yang berbasis komputer, dalam arti data-data yang tersimpan didalamnya
memiliki format digital, memiliki berbagai kelebihan yaitu:
1. Variasi tampilan data
Data digital memiliki variasi tampilan yang hampir tidak terbatas. Bentuk,
warna, ukuran dari garis, simbol, dan teks yang tersaji dalam peta bisa dibuat
bervariasi sesuai dengan apapun keinginan pembuat. Disamping itu tema peta
dapat diubah dengan sangat cepat dan direproduksi dalam jumlah berapapun
dalam waktu singkat.
2. Keanekaragaman dan kombinasi
Data digital spasial memungkinkan dikombinasikan atau diintegrasikan data
lain baik spasial maupun non spasial, sehingga dapat menghasilkan keluaran
yang sangat beranekaragam. Misalnya peta kualitas lahan, dikombinasikan
dengan peta persil tanah, dapat digunakan untuk menaksir harga lahan, selain itu
juga peta kualitas lahan juga dapat dikombinasikan dengan tabel persyaratan
tumbuh tanaman, dapat menghasilkan peta tingkat kesesuaian lahan untuk jenis
tanaman tertentu.
3. Efisiensi
Satu set data digital dapat diakses secara bersama-sama oleh beberapa orang
sekaligus untuk dianalisis yang berbeda.
4. Pembaharuan
Data digital relatif lebih mudah diperbaharui, dengan fasilitas editing yang ada.
Tidak seperti peta manual yang harus digambar ulang secara keseluruhan, pada
peta digital data terbaru tinggal ditambahkan saja pada posisi-posisi yang akan
diperbaharui. Dengan demikian peta digital dapat dijaga untuk selalu baru.
45
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
46
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
47
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
48
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
mulut sungai terjadi jika tutupan hutan pada sebuah DAS dikonversi menjadi lahan
pertanian?
49
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Gambar.
50
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Analisis ini memperhatikan nilai-nilai tetangga disekitar titik atau lokasi yang
sedang dievaluasi. Misalnya berapa jumlah lokasi hot spot dalam radius 10 km dari
sebuah taman nasional? Contoh lain dari analisis permukaan/tetangga ini adalah
interpolasi. Interpolasi adalah proses untuk menentukan nilai dari suatu lokasi (mis:
ketinggian) yang belum diketahui berdasarkan nilai lokasi-lokasi lain yang sudah
diketahui.
51
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
52
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Gambar 38. Daerah aliran sungai dengan fungsi pencarian peta kontur (Meijerink,
1994
53
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
54
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
LATIHAN
RANGKUMAN
55
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
BAB
MITIGASI BENCANA
(Teori, Studi Kasus dan Praktik)
Abdur Rahman
3
PENDAHULUAN
SESI/PERKULIAHAN KE : 3
56
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
57
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
bencana letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana
banjir, dan lain-lain. Dari indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahwa
Indonesia memiliki potensi bahaya utama (main hazard potency) yang tinggi. Hal ini
tentunya sangat tidak menguntungkan bagi negara Indonesia.
Di samping tingginya potensi bahaya utama, Indonesia juga memiliki potensi bahaya
ikutan (collateral hazard potency) yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
indikator misalnya likuifaksi, persentase bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan
bangunan, dan kepadatan industri berbahaya. Potensi bahaya ikutan (collateral hazard
potency) ini sangat tinggi terutama di daerah perkotaan yang memiliki kepadatan, persentase
bangunan kayu (utamanya di daerah pemukiman kumuh perkotaan), dan jumlah industri
berbahaya, yang tinggi. Dengan indikator di atas, perkotaan Indonesia merupakan wilayah
dengan potensi bencana yang sangat tinggi (Permendagri,2006).
58
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
vertikal pada lantai dasar laut. Gelombang tsunami bergerak sangat cepat,
mencapai 600-800 km per jam, dengan tinggi gelombang dapat mencapai 20 m.
Pada sub bab ini agar disebutkan/diterangkan sejarah kejadian tsunami yang
pernah terjadi di daerah ini, dan lokasi-lokasi pantai yang rawan tsunami.
3. Letusan Gunung Api
Pada letusan gunung api, bencana dapat ditimbulkan oleh jatuhan material letusan,
awan panas, aliran lava, gas beracun, abu gunung api, dan bencana sekunder
berupa aliran Iahar. Luas daerah rawan bencana gunung api di seluruh Indonesia
sekitar 17.000 km2 dengan jumlah penduduk yang bermukim di kawasan rawan
bencana gunung api sebanyak kurang lebih 5,5 juta jiwa. Berdasarkan data
frekwensi letusan gunung api, diperkirakan tiap tahun terdapat sekitar 585.000
orang terancam bencana letusan gunung api. Pada sub bab ini agar diidentifikasi
gunung-gunung api yang masih aktif dan berpotensi menimbulkan letusan yang
berada di daerah yang bersangkutan ditunjukkan dengan peta lokasi.
4. Banjir
Indonesia daerah rawan bencana, baik karena alam maupun ulah manusia. Hampir
semua jenis bencana terjadi di Indonesia, yang paling dominan adalah banjir tanah
longsor dan kekeringan. Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah
manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu : hujan, kondisi
sungai, kondisi daerah hulu, kondisi daerah budidaya dan pasang surut air laut.
Potensi terjadinya ancaman bencana banjir dan tanah longsor saat Ini disebabkan
keadaan badan sungai rusak, kerusakan daerah tangkapan air, pelanggaran tata-
ruang wilayah, pelanggaran hukum meningkat, perencanaan pembangunan kurang
terpadu, dan disiplin masyarakat yang rendah. Pada sub bab ini perlu disebutkan
lokasi-lokasi yang rawan banjir di daerah yang bersangkutan.
5. Tanah Longsor
Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Pemicu dari terjadinya
gerakan tanah ini adalah curah hujan yang tinggi serta kelerengan tebing. Bencana
tanah longsor sering terjadi di Indonesia yang mengakibatkan kerugian jiwa dan
59
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
harta benda. Untuk itu perlu ditingkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi jenis
bencana ini.
6. Kebakaran
Potensi bahaya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia cukup besar. Hampir
setiap musim kemarau Indonesia menghadapi bahaya kebakaran lahan dan hutan
dimana berdapak sangat luas tidak hanya kehilangan keaneka ragaman hayati
tetapi juga timbulnya ganguan asap di wilayah sekitar yang sering kali
mengganggu negara-negara tetangga. Kebakaran hutan dan lahan dari tahun ke
tahun selalu terjadi. Hal tersebut memang berkaitan dengan banyak hal. Dari
ladang berpindah sampai penggunaan HPH yang kurang bertanggungjawab, yaitu
penggarapan lahan dengan cara pembakaran. Hal lain yang menyebabkan
terjadinya kebakaran hutan adalah kondisi tanah di daerah banyak yang
mengandung gambut. Tanah semacam ini pada waktu dan kondisi tertentu kadang-
kadang terbakar dengan sendirinya. Pada sub bab ini perlu disebutkan lokasi-
lokasi yang rawan kebakaran di daerah yang bersangkutan.
7. Kekeringan
Bahaya kekeringan dialami berbagai wilayah di Indonesia hampir setiap musim
kemarau. Hal ini erat terkait dengan menurunnya fungsi lahan dalam menyimpan
air. Penurunan fungsi tersebut ditengarai akibat rusaknya ekosistem akibat
pemanfaatan lahan yang berlebihan. Dampak dari kekeringan ini adalah gagal
panen, kekurangan bahan makanan hingga dampak yang terburuk adalah
banyaknya gejala kurang gizi bahkan kematian.
9. Kebakaran Gedung dan Pemukiman
Kebakaran gedung dan permukiman penduduk sangat marak pada musim
kemarau. Hal ini terkait dengan kecerobohan manusia diantaranya pembangunan
gedung/rumah yang tidak mengikuti standar keamanan bangunan serta perilaku
manusia. Hubungan arus pendek listrik, meledaknya kompor serta kobaran api
akibat lilin/lentera untuk penerangan merupakan sebab umum kejadian kebakaran
permukiman/gedung.
60
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
61
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
62
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
63
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif antara lain:
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan memasuki
daerah rawan bencana dsb.
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan ruang, ijin
mendirikan bangunan (IMB), dan peraturan lain yang berkaitan dengan
pencegahan bencana.
3. Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
64
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
4. Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang lebih
aman.
5. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat
6. Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi
bencana.
7. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan dan
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti: tanggul, dam,
penahan erosi pantai, bangunan tahan gempa dan sejenisnya.
3.5.2. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana
guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata
kehidupan masyarakat. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai
teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:
1. Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.
2. Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sector Penanggulangan bencana
(SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).
3. Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan
4. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
5. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna mendukung
tugas kebencanaan.
6. Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early warning)
7. Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)
8. Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan)
65
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
3.5.4. Pemulihan
Tahap pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya yang
dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan kondisi daerah yang
terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik, agar
kehidupan dan penghidupan masyarakat dapat berjalan kembali. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan meliputi:
1. Perbaikan lingkungan daerah bencana;
2. Perbaikan prasarana dan sarana umum;
3. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
4. Pemulihan sosial psikologis;
5. Pelayanan kesehatan;
6. Rekonsiliasi dan resolusi konflik;
7. Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;
8. Pemulihan keamanan dan ketertiban;
9. Pemulihan fungsi pemerintahan; dan
10. Pemulihan fungsi pelayanan publik
Sedangkan tahap rekonstruksi merupakan tahap untuk membangun kembali
sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna.
Oleh sebab itu pembangunannya harus dilakukan melalui suatu perencanaan yang
didahului oleh pengkajian dari berbagai ahli dan sektor terkait.
1. Pembangunan kembali prasarana dan sarana;
2. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
3. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;
66
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
4. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik
dan tahan bencana;
5. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha
dan masyarakat;
6. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
7. Peningkatan fungsi pelayanan publik; atau
8. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
LATIHAN
RANGKUMAN
67
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
BAB
STUDI KASUS BENCANA LONGSOR
(Studi Kasus Longsor Purworejo)
Abdur Rahman
4
PENDAHULUAN
SESI/PERKULIAHAN KE : 4
68
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
69
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
(joint), bidang perlapisan, jatuh bebas dan setelah mengenai tanah masa batuan
tersebut kemudian menggelinding. Pemicu jatuhan bisa karena hujan lebat, gempa
bumi dan beberapa penyebab lain. Aliran adalah gerakan tanah yang berperilaku
seperti fluida. Material yang mengalir bisa berukuran bongkah sampai dengan
lempung; dengan atau tanpa kandungan air.
Longsoran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu longsoran rotasional dan
longsoran planar/translational. Longsoran rotasional inilah yang umum dijumpai,
longsoran bergerak melalui bidang rotasional yang sumbunya sejajar dengan lereng
batuan. Pada keadaan tidak terjadi longsor (gambar 8a), maka akan terjadi
keseimbangan antara driving force terhadap resisting force. Jika driving force lebih
besar dari resisting force maka terjadilah longsor dan bila longsor terjadi, maka
bagian kepala (head of slide pada gambar 4b) akan turun dan pada bagian toe akan
terangkat (gambar 8b). Setelah terjadi longsor pada kepala terbentuk cekungan, air
terakumulasi padanya dan air tersebut meresap ke dalamnya sehingga kepala menjadi
tidak stabil. Di samping itu, di atas kepala longsoran meninggalkan tebing yang lebih
curam dibanding sebelum longsor dan hal inilah yang menyebabkan longsoran
berulang kembali di tempat yang sama.
70
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Gambar 43. Analisis stabilitas lereng pada longsoran rotasional (Abbott, 2004).
a. Sebelum terjadi longsor b. Setelah terjadi longsor
71
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
72
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
4.4. Geologi
Secara umum, setiap daerah memiliki kondisi geologi yang unik, yaitu:
sejarah, struktur atau kehadiran bidang diskontinyu, dan heteroginitas pada batuan
atau tanah yang berbeda-beda sehingga ekstrapolasi jarang dapat dilakukan secara
umum. Menurut Campy & Macaire (1989), sebagian longsoran berada di daerah
longsoran purba yang mengalami reaktivasi secara periodik akibat kondisi eksternal
yang luar biasa Dimensi unsur geologi juga mempengaruhi dimensi longsoran,
semakin besar dimensi unsur geologi yang terlibat akan cenderung semakin besar
cakupan gerakan tanah.
Gambar 45. Gerakan tanah akibat keadaan geologi dan struktur geologinya (Campy
& Macaire, 1989)
73
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
4.6. Tanah
Tekstur tanah merupakan karakter fisis tanah yang secara langsung dapat
dilihat, walaupun pengukurannya tidak semudah itu. Informasi mengenai tekstur
tanah cukup penting, karena dari tekstur tanah secara cepat akan diketahui sifat fisis
dan kimia fisik tanah, daya absorbsi tanah terhadap zat pencemar ataupun
permeabilitas tanah. Berdasarkan distribusi ukuran partikel, International Society of
Soil Science, mengusulkan suatu klasifikasi tekstur tanah berdasarkan kandungan
atau fraksi dari komponen yang terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu ; pasir (sand), lanau
(silt) dan liat (clay) (Notodarmojo, 2005).
Permeability merupakan sifat intrinsik dari medium tanah, ditentukan oleh
diameter butir dan porositas. Nilai permeabilitas dengan satuan luas (L2) diperoleh
dengan membagi hasil perkalian konduktivitas hidrolik (K) dan gravitasi (g) dengan
kekentalan kinematis (v).
Menurut Kodoatie (1996) dalam Notodarmojo (2005), harga yang disarankan
untuk koefisien permeability tanah terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu ; pasir sangat halus
sampai halus dengan gradasi buruk (Excessive) berdimensi 40 – 80 1/cm.dtk, pasir
medium sampai pasir kasar gradasi buruk (Moderate, Poor) berdimensi 80 – 120
1/cm.dtk dan pasir kasar gradasi baik (Well) berdimensi 120 – 150 1/cm.dtk.
Asdak (2002), membagi tanah berdasarkan kepekaannya terhadap erosi menjadi
5 kelas yaitu ; kelas 1 (tidak peka) terdiri dari Alluvial, Planosol, Hidromorf kelabu,
Laterik, kelas 2 (agak peka) terdiri dari tanah Latosol, kelas 3 (kepekaan sedang)
terdiri dari Tanah hutan coklat, tanah Medeteran, kelas 4 (peka) terdiri dari ;
Andosol, Laterik, Grumosol, Podsol, dan Podsolik dan kelas 5 (sangat peka) terdiri
dari ; Regosol, Litosol, Organosol, dan Renzina.
74
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
75
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
76
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
terjal. Ditinjau dari segi geologi, daerah rawan bencana tanah longsor memiliki
struktur tanah yang mempunyai formasi Andesit tua dan breksi andesit (Form.
Andesit Tua/Form. Bemelen, Peniron Formation) yang telah terpotong oleh beberapa
patahan dan kubah batuan yang sudah terkena oleh aliran terutama pada kawasan
yang berlereng curam. Longsor yang terjadi diumpai di sepanjang lereng kubah yang
merupakan titik rawan longsor.
Pada Gambar 46 di atas dapat dilihat bahwa tingkat rawan longsor paling
tinggi terletak pada lereng dengan kemiringan 25 – 45 % dan > 45 %, kerawanan
77
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Gambar 48. Grafik Overlay Rawan Longsor, Permeabilitas Tanah, Tekstur, Hujan
dan Kedalaman Tanah (Depth Soil)
Pada Gambar 47 di atas dapat dilihat bahwa daerah rawan longsor dengan
tingkat kerawanan rendah sampai sanga rendah mempunyai ciri-ciri ; jenis tanah
78
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
lempung (clay), dan pasir halus (Silt), curah hujan antara <1000 mm/th sampai 1500
– 2000 mm/th, permeabilitas tanah Excessive, Moderate/Poor, dan Well dengan
kedalaman tanah 30 – 60 m.
Tingkat kerawanan Sedang dicirikan dengan jenis tanah lempung (clay),
curah hujan antara <1000 mm/th sampai 1500 – 2000 mm/th, permeabilitas tanah
Well dengan kedalaman tanah 60 – 90 m.
Tingkat kerawanan tinggi sampai sangat tinggi dicirikan dengan jenis tanah
lempung (clay), curah hujan > 2500 mm/th, permeabilitas tanah Well dengan
kedalaman tanah 60 – 90 m.
Secara umum longsoran tanah yang terjadi di Kabupaten Purworejo
merupakan longsoran dengan bidang gelincir berbentuk lengkungan memanjang (tipe
longsoran rotasional, Abbot (2004). Material longsoran berupa tanah lempung
pasiran (Silty Clay) yang tercampur dengan hancuran batuan Andesit (Andesit,
Breccia Formation, Dacite)/fragmen breksi. Material lempung pasiran sangat mudah
meresapkan air hujan ke dalam lereng, sedangkan air yang meresap pada lapisan
tanah tidak dapat terserap pada lapisan batuan andesit yang kedap air (impermeable),
sehingga berpotensi untuk menjadi media gelinciran yang licin.
Material lempung pasiran sangat mudah meresapkan air hujan ke dalam
lereng, sedangkan air yang meresap tidka dapat menembus batuan andesit yang
kedap air, akibatnya air hanya tertahan dan terakumulasi dalam tanah di atas batuan
andesit/breksi andesit dan cenderung berusaha mengalir ke bawah sambil
menekan/mendesak pada lereng yang dapat menyebabkan longsoran tanah karena
adanya beban massa tanah di atasnya.
79
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
1. Faktor Alamiah
a. Kondisi Geologi
Adanya jalur patahan dan retakan batuan yang mengakibatkan kondisi lereng
dengan kemiringan >30o , sisa lapukan tanah lempung pasiran di atas batuan
kedap berupa andesit dan breksi andesit (Andesit, Breccia Formation, Dacite dan
Form. Andesit Tua/Form. Bemelen, Peniron Formation)
b. Kondisi Curah hujan yang cukup tinggi di wilayah rawan bencana.
c. Sistim Hidrologi (tata air) pada lereng.
80
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Pada Gambar 49 di atas dapat kita lihat bahwa potensi Tanah Longsor lebih
banyak terdapat pada daerah-daerah perbukitan/lereng, yang mempunyai tingkat
kemiringan lereng 25 – 45% sampai > 45%. Pada daerah ini terdapat struktur
geologi yang berpotensi mengandung sesar (patahan) dan kekar. Di wilayah
Kabupaten Purworejo daerah-daerah dengan kemiringan lereng tinggi terdiri dari
batuan dengan formasi Andesit tua/Bermelen, Breccia Formation, Formasi Peniron
dan Formasi Andesit tua/Bermelen Colluvium yang banyak mengandung batuan
breksi dan andesit .
81
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
82
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Perlakuan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara ; a) Penutupan lereng atau
mengubah bentuk geometri lereng; b) pengendalian air permukaan ; c) pengendalian
air rembesan dan d) penambatan
3. Sistim Peringatan Dini (Early Warning System)
Pengamatan gejala-gejala dan longsoran kecil, adanya retakan-retakan pada
lereng, hujan yang terjadi secara terus-menerus. Disampig itu perlu diadakan
penyuluhan-penyuluhan langsung ke daerah-daerah yang terkena potensi rawan
longsor dan dilakukan secara kontinu oleh petugas yang bersangkutan melalui
kegiatan gotong-royong, pengajian rutin disamping pembagian leaflet-leaflet yang
memperjelas pemahaman terhadap adanya longsor diharapkan akan menambah
wawasan dan mengubah tanggapan masyarakat setempat agar cepat tanggap terhadap
adanya rawan bencana longsor.
LATIHAN
RANGKUMAN
BAB
BEKERJA DENGAN ARC.GIS Ver. 9.1
(Studi Kasus Longsor Purworejo)
Abdur Rahman
5
PENDAHULUAN
SESI/PERKULIAHAN KE : 5
Kegiatan Belajar 1
Manajemen Geodatabase
84
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
85
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
86
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
4. Buat domain pada Geodatabse dengan cara buat Folder Personal Geodatabase di
dalam folder yang telah dibuat dengan mengklik kanan > New > Personal
Database > Beri nama Longsor_Purworejo.mdb
Klik Kanan
5. Buat Feature Dataset di dalam Geodatabase dengan nama Peta Dasar dan
Tematik Feature Kelas dengan nama Tematik dengan cara : Klik Kanan > New
> Feature Dataset > Next > Projected Coordinate System > UTM > WGS
1984 > WGS 1984 UTM Zona 49S > XY Tolerance > Finish. Pada XY
toleransi tertulis 0,001 meter, ini mempunyai titik akan melakukan snap pada
jarak 0,1 cm.
87
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
1
2
6. Salah satu input data yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan import data.
Cara ini dilakukan untuk data geologi, dan tataguna lahan (landuse). Cara yang
dilakukana yaitu ; pada Tematik > Klik Kanan > Import > Feature Class
88
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
89
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
7. Setelah import data selesai, lakukan pekerjaan yang sama untuk data curah hujan
di dalam Feature datasets Tematik.
Gambar 55. Import Data Input Curah Hujan dalam Feature Data Set
Gambar 56. Pembuatan kelas baru pada table New feature class
90
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Isikan Nama dengan Hujan, Alias bisa diabaikan pada Type of Feature pilih Polygon
Features > Klik Next, maka akan muncul kotak dialog sebagai berikut :
Klik kanan
Gambar 57. Pemilihan tipe data text pada kotak dialog New feature class
Pada Kolom Data Type Klik Kanan, Pilih Text, Klik Finish. Lakukan cara yang
sama untuk data Depth Soil, Permeabilitas, dan Tekstur.
91
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
BAB
INPUT DATA
Abdur Rahman
6
Kegiatan Belajar 2
Untuk membuka database yang telah dibangun dengan menggunakan fasilitas Arc.
Catalog, dilakukan dengan menggunakan Arc.Map. Langkah-langkah kerja adalah
sebagai berikut :
1. Mulai ArcMap dengan klik Start > Programs > ArcGIS > ArcMap atau
dengan klik ikon ArcMap pada desktop, atau dapat dilakukan dengan mengklik
ikon ,
Gambar 58. Memulai dan Membuka lembar kerja pada Arc.Gis 9.1.
92
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
2. Pada saat ArcMap dijalankan, maka akan terlihat kotak dialog Startup yang akan
memberi pilihan untuk memulai sebuah sesi pekerjaan. Kita dapat memilih antara
lain: membuka Project baru (open new map), membuka format yang telah
disediakan (template), atau membuka sebuah Project document yang telah ada
atau Project yang telah dibuat sebelumnya. Pilih A new Empty, klik OK.
3. Drag file Hujan1 dari database Feature Class Tematik, masukkan ke dalam layer
yang terdapat pada Arc.Map. Drag juga Layer rain.BMP, sebagai acuan untuk
melakukan proses Geoference dan Digitasi on Screen
93
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
4. Setelah peta diaktifkan dengan cara dicentang pada box, kemudian aktifkan
menu Geoference dengan cara Klik kanan pada menu Toolbar, kemudian
centang Geoferencing.
(Control point)
Rotasi
5. Untuk menentukan titik ikan (Control Point) pilih icon dimana tanda +
(hijau) merupakan source (koordinat image) dan + (merah) merupakan destination
(koordinat sebenarnya).
6. Pemberian titik kontrol dilakukan minimal pada 4 (empat) titik yang telah
ditentukan terlebih dahulu dengan cara klik kiri icon kemudian klik kiri,
maka akan keluar kotak dialog :
94
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
7. Isikan koordinat X dan Y sesuai dengan koordinat yang terdapat pada peta acuan
(dalam hal ini peta rain.BMP). Dibawah ini diilustrasikan pemberian titik ikat
(control point) untuk 4 (empat) titik ikan pada layer rain.BMP, yang akan
dijadikan acun untuk proses digitasi on screen Hujan1.
4 3
1 2
Gambar 62. Contoh pemberian titik ikat pada peta analog Kabupaten Purworejo
95
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
8. Setelah melakukan penentuan empat titik kontrol pada Layer rain.BMP, jangan
lupa lakukan proses Geoference Update.
1. Aktifkan layer Hujan1 dan rain.BMP dengan cara memberi centang pada kotak
box di sebelah kirinya.
2. Klik kanan pada layer rain.BMP, pilih Zoom to Layer untuk menampilkan layer
rain.BMP.
3. Agar layer Hujan1 sebagai target dapat digitasi, tampilkan dalam bentuk Hollow,
atur menu Editor dengan menambah transparant atau menguranginya, (Pada
praktikum ini digunakan tingkat transparancy 45 %).
4. Aktifkan menu Editor > pilih Start Editing.
5. Setelah melakukan digitasi bentuk poligon di dalam poligon (contoh kasus pada
layer Hujan1), jangan lupa untuk mengklik pilihan Clip yang terdapat pada menu
Editor.
96
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
6. Seleksi layer rain.BMP, jangan lupa layer Target pilih Hujan1. Layer Hujan1
siap didigitasi.
7. Lakukan Langkah 1 – 5 untuk Peta Permeabilitas
8. Langkah kerja untuk proses digitasi (langkah 1 – 5 ) divisualisasikan sebagai
berikut :
Sketch property
97
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
98
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
99
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
100
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
6. Aktifkan menu Edit dengan cara ; Editor > Start Edit > Pilih Kedalaman
Tanah. Setelah Semua terseleksi lakukan Tracing dengan menggunakan
Vectorization1). Setelah selesai, hapus hasil tracing sampai diperoleh hasil
seperti gambar di bawah.
1)
101
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
8. Agar hasil polygon Kedalaman_Tanah tidak bocor atau ada garis yang tidak
snap/Undangled dicek dengan menggunakan fasilitas topologi. Fasilitas
topologi dapat dimunculkan dengan cara : Klik Kanan pada Feature dataset
Tematik > New > Topology. Klik Next.
9. Pada Enter a name for your topology ketik Tematik_Topology (tanpa spasi,
diperbolehkan menggunakan underscore). Enter a cluster tolerance biarkan
pada default. Klik Next.
Gambar 73. Pengaturan Nama dan nilai toleransi pada kotak dialog now topology
102
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
10. Beri tanda centang pada Feature Class Kedalaman_Tanah dan Tekstur. Klik
Next.
103
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
13. Pilih Rule Must Not Have Dangles untuk feature class Kedalaman_Tanah, Klik
OK. Pada specify the rules for topology akan muncul rule yang sudah dipilih.
Klik Next.
Gambar 77. Pengesetan rule dengan menggunakan Must Not Have Dangles
104
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
14. Program akan melakukan proses Creating new topology, dan hasil dari topology
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
105
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
14. Setelah membangun Rule Polygon, klik Editor > Stop Editing. Masuk ke Arc.
Catalog, pilih menu . Menu ini digunakan untuk mengubah Feature
Dataset Kedalaman_Tanah yang berbentuk Raster ke bentuk Polygon. Pada
Menu Search Ketik Feature to Polygon > Double Klik Feature to Polygon.
Pada Kota dialog Feature to Polygon, pada kotak input masukkan data
D:\Gusdur_ArcGis\Longsor_Purworejo.mdb\Tematik\Kedalaman_Tanah (Data
ini secara otomatis terinput bila kita memilih feature class
Kedalaman_Tanah).
15. Pada Output Feature Class isikan D:\Gusdur_ArcGis\Longsor_Purworejo.mdb
\Tematik\Kedalaman_Poly.
16. Program akan melakukan proses Eksekusi Feature ke Polygon. Tunggu sampai
proses selesai. Akan diperoleh Feature Class Kedalaman_Tanah dalam bentuk
Raster sudah diubah dalam bentuk Polygon dengan nama Kedalaman_Poly.
Proses dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
106
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
107
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
BAB
RULE OF POLYGON
Abdur Rahman
7
Kegiatan Belajar 3
Feature titik dari sau layer harus bersinggungan dengan batas dari
feature poligon lainnya. Bila feature dari layer titik berada di luar
poligon, titik tersebut dianggap sebagai suatu kesalahan (error)
Feature titik pada suatu layer harus berada di ujung feature garis
atau layer lainnya. Bila feature titik berada di ujung/tepi feature
garis, maka titik tersebut dianggap sebagai error.
108
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Feature titik harus tercover oleh feature garis atau feature lainnya.
Titik yang tidak berada di atas feature garis dianggap sebagai
error.
109
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Garis dari suatu layer harus serupa dengan garis lain dari layer
lainnya. Garis pada layer pertama yang tidak serupa dengan
garis lain pada layer kedua dianggap sebagai error.
Garis dari satu layer harus tidak overlap dengan garis layer
lainnya. Garis yang merngoverlap dianggap sebagai error.
110
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Ujung garis paa suatu layer harus menyentuh lebih dari satu
garis dari layer yang sama. Titik ujung dimana garis menyentuh
titik ujung garis lainnya dianggap sebagai error.
Feature garis pada suatu layer tidak boleh memotong (intersect) atau
menumpang (overlap) dirinya sendiri. Garis yang menumpang
dirinya diaggap sebagai error
Feature garis pada suatu layer tidak boleh memotong featur itu
sendiri. Garis yang menumpang (overlap) feature itu sendiri, atau
titik dimana feature itu memotong dirinya sendiri dianggap sebagai
error.
Feature garis pada suatu layer tidak boleh terdiri lebih dari satu
bagian. Feature garis yang memiliki lebih dari satu garis dianggap
sebai error.
111
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Garis pada suatu layer harus menyentuh ujung garis dari layer
yang sama. Garis yang menumpang (overlap) atau titik
perpotongan dianggap sebagai error.
Ujung suatu garis pada suatu layer harus ditutup oleh feature titik
layer yang lain. Ujung garis yang tidak ditutup oleh feature titik
dianggap sebagai error.
Ruanng kosong tidak boleh ada diantara dua poligon pada satu
layer. Batas/tepi ruang kosong yang ada dianggap sebagai error
112
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Feature area/poligon paa satu layer dan feature area pada laer
lainnya harus saling menutupi satu sama laain. Area dimana feature
dari kedua layer tidak menutupi layer lainnya dianggap sebagai
error.
6. Must Be Covered By
Feature poligon pada suatu layer harus tercakup dalam feature dari
layer yang lainnya. Area pada layer pertama yangtidak tercakup
dalam feature pada layer kedua dianggap sebagai error.
113
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Tepi suatu poligon dari suatu layer harus ditutupi oleh garis dari
layer yang lain. Batas feaatre poligon yang tidak sejajar degan
feature garis dianggap sebagai error
Batas/tepi suatu feature poligon pada suatu layer harus ditutupi oleh
batas/tep dari efature poligon dari layer yang lain. Batas dari suatu
feature yang tidak ditutupi oleh tepi dari poligon lainnya dianggap
sebagai error.
9. Contains Points
114
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
BAB
EDITING DATA ATTRIBUTES
Abdur Rahman
8
Kegiatan Belajar 4
Editing data Attribut (input data) di dalam Arc.Gis dapat dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu secara langsung pada data spasial yang telah ada dan dengan
cara mengedit melalui Domain yang telah dibuat dalam Geodatabase.
Pada Praktikum Landslide Kabupaten Purworejo dilakukan dua cara
pengeditan data attribute : 1) Data Curah hujan, Permeabilitas, Kedalaman_Tanah
dan Tekstur Tanah diedit langsung melalui data spasial dan 2) Data Landuse,
Geology dan Slope (kemiringan Lereng) dilakukan editing data melalui Attribute.
115
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
1. Tambahkan Field baru Hujan1 dan Skore_Hjn dengan cara ; Option > Add Field
> Ketik Skore_Hjn > Type Text untuk Hujan1 dan Short Integer untuk
Skore_Hjn > OK
Catatan : Untuk menambah Field Baru, Modus Editing harus non aktif .
Sedangkan untuk mengisi data/menambah data, Modus Editing
harus Aktif
Klik Option
116
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
2. Mengisi Field Skore_Hjn yang telah dibuat di atas dapat dilakukan dengan cara ;
Klik Option > Select by Attribute > Get Unique Value
3. Pada kotak dialog SELECT *FROM Tematik Hujan1 WHERE ; otomatis akan
terketik bila kita memilih pada Get Unique Value dengan cara double klik logika
[Hujan1]=’>2500’ > Klik Apply
4. Pada Field Skore_Hjn > Klik Kanan > Field Calculator > pada Kotak dialog
Skore_Hjn= ketik angka skore misalnya 5 > OK
5. Isikan sampai semua Field Skore_Hujan sampai semua field terisi.
Langkah kerja 2 – 5 diilustrasikan pada Gambar di bawah ini.
Gambar.
117
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
6. Setelah pekerjaan editing dan pengisian data attribute selesai, jangan lupa modus
Editing di non aktifkan dengan memilih Editor > Stop Editing. Simpan hasil
editing atribut dengan klik Save Edit pada editor toolbar atau setelah Stop
Editing pilih Yes
7. Lakukan langkah 1 – 6 untuk data Permeabilitas, Kemiringan Lereng (Slope),
Geologi, Penggunaan Lahan (Landuse), Kedalaman tanah (Depth Soil), dan
Tekstur, dengan berpatokan pada Tabel di bawah ini.
118
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
119
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Menghapus kolom
120
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Area
Terseleksi
121
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
BAB
OVERLAY DAN QUERY
Abdur Rahman
9
Kegiatan Belajar 5
122
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
9.1. Overlay
2. Agar dapat dilakukan Overlay, Hilangkan tanda centang pada box, dan
pastikan tidak ada layer yang terseleksi dengan mengklik ikon ..
3. Klik Ikon pilih Intersect
123
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
4. Pada menu Intersect klik ikon , susun file dengan menggunakan atau
, pada Input Features, sehingga tersusun urutan-urutan layer : Geologi-
PL, Permeabilitas-Hujan1-Lereng-Depth_Soil-Texture.
5. Pada Output Feature Class beri nama Rawan, Klik OK. Komputer akan
melkukan Eksekusi, tunggu sampai selesai. Klik Close
6. Pada Layar Layer akan terbentuk Layer Baru dengan nama Rawan, beri
centang () untuk melihat hasil proses. Layer siap untuk dilakukan operasi
Queri seperti arahan model Aritmatik untuk Landslide Kabupaten Purworejo.
124
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
9.2. Query
Setelah proses tumpang susun (Overlay) dengan menggunakan fasilitas
Intersect selesai, maka tugas selanjutnya adalah membuat klasifikasi Landslide
sesuai dengan faktor berat (Weighting Factor) dan Derajat Rawan Longsor seperti
Tabel bawah ini dengan menggunakan fasilitas Query.
125
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Klik
Kanan
126
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
4. Tambahkan Field baru Rawan ; Klik Option > Add Field > Ketik Rawan >
Type Text > OK.
127
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Gambar 94. Proses Overlay Aritmatik untuk Modeling Landslide Kab. Purworejo
128
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Gambar 95. Hasil Akhir Proses Overlay Aritmatik untuk Landslide Kabupaten
Purworejo
129
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
BAB
LAYOUT DAN PENCETAKAN PETA
Abdur Rahman
10
Kegiatan Belajar 6
130
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
6. Pindahkan ke Layout View. Caranya, klik View > Layout View. Atau klik ikon
di
bagian bawah halaman data.
7. Setelah mengganti ke Layout View, maka peta akan disajikan pada halaman
layout. Halaman layout ini menyajikan satu atau lebih data frame.
Data Frame
Halaman
Layout
131
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
8. Layout toolbar memuat tools yang dipakai untuk mengedit layout. Tools tersebut
antara lain Zoom In, Zoom Out, Pan dan beberapa tools standar lain.
Keterangan :
132
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Bila data yang akan dilayout tidak diketahui sistim proyeksinya, maka terlebih
dahulu harus ditentukan sistim proyeksi dengan cara :
1. Klik kanan pada layer yang aktif. Lalu klik Properties > Data Frame Properties
> Coordinate System.
2. Akan muncul kotak Data Frame Properties > Coordinate System.
3. Pada kotak Select a coordinate system, pilih Predefined > Projected
Coordinate System > UTM > WGS1984 UTM Zone 49S
133
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
1. Untuk mengatur lebar halaman, klik kanan halaman di halaman layout. Lalu pilih
Page and Print Setup. Akan muncul kotak Page and Print Setup.
2. Langkah yang lain adalah dengan meng-klik menu File > Page and Print Setup.
Kemudian akan muncul kotak dialog Page and Print Setup.
134
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
3. Kotak dialog Page and Print Setup digunakan untuk mengubah orientasi
cetakan, portrait menjadi landscape atau sebaliknya. Ukuran halaman dapat
diubah dengan mengeditnya di kotak Properties.
4. Elemen-elemen penting lain yang wajib dicantumkan pada sebuah peta, antara
lain skala, legenda, panah penunjuk arah, judul dan koordinat peta.
135
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
7°20'0"S
7°30'0"S
136
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
3. Pada kotak dialog Data Frame Properties > Grids > New Grid.
4. Selanjutnya akan muncul kotak dialog Grids and Graticules Wizard. Kotak
dialog Grid and Graticules Wizard akan membimbing Anda melewati 4 tahap
untuk melengkapi peta dengan garis koordinat dan koordinatnya. Pada tahap
pertama, Anda akan memilih jenis koordinat dan garis koordinat yang
diinginkan. Klik Next.
137
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
5. Tahap kedua akan membimbing Anda untuk membuat garis koordinat dan
menentukan interval garis koordinat pada peta. Atur interval koordinat pada 2
menit, bila Anda merasa interval terlalu rapat ubah dengan interval yang lebih
besar. Lalu klik Next.
6. Tahap ketiga adalah untuk mengedit label koordinat dan garis koordinat. Atur
ukuran huruf menjadi 8, dengan mengubah di kotak Text Style. Atau sesuaikan
ukuran huruf sesuai yang Anda inginkan. Klik Next.
138
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
6. Tahap keempat untuk membuat batas kotak koordinat pada peta. Setelah selesai,
klik Finish.
139
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
2. Kotak dialog Scale Bar Selector akan muncul. Skala dapat diedit dengan
mengklik Properties.
140
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
7. Teks skala dapat diubah dengan memilih Properties. Setelah Anda memilih jenis
skala yang diinginkan, klik OK.
141
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
2. Selanjutnya, kotak dialog North Arrow Selector akan muncul. Panah penunjuk
arah dapat diedit dengan mengklik tombol Properties.
2. Selanjutnya, kotak dialog North Arrow Selector akan muncul. Panah penunjuk
arah dapat diedit dengan mengklik tombol Properties.
3. Pilih panah penunjuk arah yang diinginkan, lalu klik OK.
4. Klik panah penunjuk arah, tarik ke halaman kosong di halaman layout.
142
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
2. Tulis judul yang mewakili peta pada kotak judul. Untuk mengubah bentuk dan
ukuran judul sesuai kebutuhan, klik kanan pada kotak judul dan pilih Properties.
Setelah itu akan muncul kotak Properties. Ketiklah judul pada kolom text yang
telah disediakan.
143
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
2. Akan muncul kotak Insert Object. Anda dapat memilih tipe objek yang akan di
tampilkan pada layout. Bila objek gambar telah ada, klik Create From File, dan
pilih objek yang ingin ditampilkan pada layout.
144
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
2. Kemudian akan muncul kotak teks pada halaman layout. Klik kanan pada kotak
teks tersebut, dan pilih Properties. Akan muncul kotak dialog Properties.
3. Tulis teks untuk ditampilkan pada layout peta. Untuk mengatur jenis tulisan, klik
Change Symbol. Kemudian muncul kotak dialog Symbol Selector.
145
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
4. Klik OK
Extent rectangle berguna apabila Anda ingin menampilkan lebih dari satu data
frame, misalnya untuk insert peta. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Tambahkan data frame terlebih dahulu, yaitu dengan mengklik Insert > Data
Frame.
2. Klik kanan pada layer peta yang lebih besar, lalu klik Properties.
146
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
3. Akan muncul kotak dialog Data Frame Properties. Klik Extent Rectangles, lalu
pilih data yang akan dijadikan inset peta di kotak Other Data Frames. Klik
untuk memasukkan data satu per satu atau jika seluruh data ingin dijadikan
inset, klik OK.
4. Setelah itu, pada halaman layout akan tampil peta dan peta inset.
147
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
2. Kotak dialog Legend Wizard akan muncul. Kotak ini akan membimbing Anda
melalui 5 tahap dalam membuat legenda sesuai dengan yang diinginkan.
1. Pertama akan membimbing pengguna untuk memilih data-data yang ingin
ditampilkan pada kotak legenda. Pilih data yang diinginkan untuk
ditampilkan di kotak legenda. Klik Next.
2. Kedua membimbing Anda untuk membuat judul legenda sesuai dengan yang
diinginkan.
148
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
3. Tahap ketiga adalah untuk membuat kotak legenda sesuai yang ada diinginkan.
Klik menu Drop Down Border untuk menambah bingkai kotak legenda.
Pilih border garis hitam dengan ketebalan 3. Lalu klik menu Drop Down
Background untuk memilik warna latar. Pilih warna latar olive.
4. Keempat untuk mengedit ukuran dan bentuk lambang yang mewakili setiap
data sesuai yang Anda inginkan. Misalnya, lambang untuk data persil dapat
diubah ukurannya dan bentuknya menjadi oval, lingkaran atau kotak.
149
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Untuk menyimpan peta baru, klik menu File > Save As. Atau dengan meng-klik ikon
. Peta dapat disimpan dalam ekstensi mxd dan mxt. Ekstensi mxd adalah untuk
menyimpan peta dalam bentuk dokumen project, sedangkan ekstensi mxt untuk
menyimpan peta dalam bentuk template.
150
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
151
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
1. Klik menu File > Export Map. Peta dapat diekspor ke berbagai macam format,
seperti PDF, JPEG, TIFF, dan lain-lain.
152
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
BAB
TIP DAN TRIK
Abdur Rahman
11
Kegiatan Belajar 7
1. Siapkan Layer yang akan di Copy, dalam contoh memakai Hujan1 dan
Permeabilitas.
2. Buat Feature Class yang baru dengan cara pada Tematik Klik Kanan > New >
Feature Class > Permeabilitas > Polygon Features > Text > Finish
153
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
3. Aktifkan Modus Editor dengan Start Editing > Pilih Poligon Hujan1
4. Pada Layer Hujan1 Klik Kanan > Copy (Perhatikan Layer Target harus
Permeabilitas)
154
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
5. Arahkan ke Layer Permeabilitas Kemudian Klik Paste, Akan tercopy Layer Baru.
Poligon
Lama
Poligon Baru
155
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
6. Arahkan kursor ke layer yang baru (Permeabilitas), kemudian klik Editor >
Merge > Pada Kotak Dialog Merge Pilih Hujan1-1 > OK. Maka akan
terbentuk Poligon terluar yang sama dengan Poligon terluar Hujan1.
7. Hapus poligon lama dengan cara memilih poligon , lalu klik Delete.
156
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Poligon lama
Di Delete
Poligon Baru
Catatan :
Poligon terluar ini tidak boleh didigitasi, Poligon siap ditumpang susun dengan
Permeabiliy.BMP. Lakukan Proses Digitasi On Screen
157
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Langkah-Langkah Kerja :
1. Siapkan Layer Slope dan Layer yang akan disamakan batas terluarnya yaitu
Kedalaman Tanah (Depth Soil).
2. Klik Kanan pada Layer Slope > Data > Export Data > OK
3. Akan Muncul layer Baru dengan nama Export Output. (Cara ini digunakan
untuk mengamankan data asli agar tidak berubah).
4. Hidupkan Mode Editor > Start Editing
158
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
5. Pada Layer Export Output > Klik Kanan > Copy (Pada Layer Target adalah
Depth Soil)
6. Klik Pada Layer Depth_Soil > Paste > Editor > Merge
7. Maka akan terbentuk Batas Poligon baru untuk Depth Soil.
8. Untuk Mencopy Depth_Soil yang masih berbentuk Feature line, terlebih dahulu
diubah featurenya menjadi poligon (Bab 2, Raster to Vector dengan Arc.
Scan), agar mempunyai dimensi yang sama.
9. Stop Editing > Save Edit, untuk mengakhiri proses
159
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
- Kekurangan :
Digitasi memerlukan perangkat yang cukup memadai, seperti ; mouse yang
baik, kapasitas processor yang tinggi
160
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
- Kekurangan :
Langkah kerja terlalu rumit, karena melibatkan tools-tools, dan biasa
dilakukan oleh orang-orang tertentu saja (Tingkat Advanced).
Sering Terdapat feature-feature seperti poligon, line, yang tidak snap, atau
Overlapping, sehingga diperlukan perlakuan Behaviour / Topology seperti
Must not overlap, dan lain-lain agar feature-feature tersebut tidak
bocor/nyambung.
Feature harus dalam bentuk kelas 2, agar dapat dilakukan proses Vectorizing,
atau proses Tracing.
161
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
LATIHAN
1. Buatlah laporan hasil praktikum yang telah anda lakukan menurut format
yang telah ditentukan.
2. Lakukan analisis dan pembahasan terhadap hasil praktikum yang telah anda
lakukan. Laporan hasil praktikum dikumpul paling lambat sebelum ujian
tengah semester dilaksanakan.
RANGKUMAN
Arc.Catalog adalah salah satu program dari ArcGIS yang bisa digunakan
antara lain untuk menelusuri atau mencari data (browsing), mengorganisir
(organizing), mendistribusikan (distributing) dan mendokumentasikan (documenting)
suatu struktur data dalam ArcGIS. ArcCatalog menyediakan beberapa fungsi antara
lain untuk menampilkan (preview), membuat dokumen dan mengatur data geografis
serta membuat geodatabase untuk menyimpan data spasial dan tabular.
Dengan menggunakan tools dari Arc.Gis, kita dapat melakukan analisis data
seperti: digitasi onscreen, menambah dan membuat layer baru, membuat rule of
polygon¸ menambah dan memberikan nilai atribute, melakukan proses querry,
selanjutnya melakukan analis terhadap proses spasial terhadap masalah yang dikaji
dan menampilkannya agar dapat dibaca oleh pengguna.
162
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
PENUTUP
Perpetaan (kartografi) pada saat ini memegang peranan penting dalam
kegiatan pembangunan di Indonesia. Diantara badan pemerintahan yang memegang
peranan ini di Indonesia diantaranya LAPAN, Bakosurtanal, Pertanahan, Jawatan
Topografi AD, Planologi, Dihidros AL, Pertambangan, Pertanian, Perairan dan
Irigasi, Perikanan, Pengembangan Wilayah, dan instansi-instansi lain yang
berkepentingan di bidang perpetaan. Untuk keragaman dalam output peta yang
dihasilkan Badan Informasi Geospasial (BIG) telah mengeluarkan Peraturan Tentang
Ketelitian Peta dan Rencana Tata Ruang melalui Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun
2013. (Lampiran).
Tidak terasa Anda sudah menyelesaikan seluruh pokok bahasan dari mata
kuliah Aplikasi Inderaja dan Sistim Informasi Geografis/Inderaja dan SIG Untuk
Perairan ini, yaitu sebagai berikut:
1. Pengantar Kartografi dan konsepsi-konsepsi yang melatar belakanginya.
2. Pengantar Sistim Informasi Geografis dan konsepsi-konsepsi yang
melatarbelakanginya.
3. Konsepsi Mitigasi Bencana.
4. Studi Kasus distribusi spasial Bencana Rawan Longsor di Kabupaten Purworejo.
5. Bekerja dengan ArcGis dalam memecahkan permasalahan Rawan Longsor di
Kabupaten Purworejo serta menggambarkannya secara spasial.
Semoga Anda mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang arah dan
tujuan dari perkuliahan yang sedang Anda ikuti ini. Dengan mengikuti kuliah ini
semoga Anda termotivasi untuk menyelesaikan mata kuliah-mata kuliah yang lain
dan dapat membangun kompetensi Anda menjadi seorang yang profesional dan dapat
memberikan kontribusi yang nyata khususnya dalam bidang Sistim Informasi
Geografis untuk penyadapan informasi sumberdaya lahan dan Perairan.
163
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, P. L., 2004, Natural Disaster. Fourth Edition. McGraw Hill, Higher
Education, New York, 460 pp.
Asdak, 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penerbit Gadjah
Mada University Press. 618 halaman.
--------, 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penerbit Gadjah
Mada University Press. Cetakan ke-5. 630 halaman.
Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor
-----------, 2000. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
GIS Implementation for Water and Wastewater Treatment Facilities. Jones, B.G,
dkk. Water Environment Federation. ISBN : 0-07-145305-9. Mc. Graw-Hill
Books, New.York. 2004.
Menganalisis Data Spasial dengan Arc.View. GIS 3.3 Untuk Pemula. Wayan
Nuarsa, I. Penerbit PT. Elex media Komputindo, Kelompok Gramedia,
Jakarta. 2005.
164
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
Notodarmojo. 2005. Pencemaran Tanah dan Air Tanah. Penerbit ITB Bandung.
488 halaman
Pengantar GIS, GPS dan Remote Sensing. Dwi Prabowo, dkk. Dept. GIS
Forest Watch Indonesia. 2006
Taufiq, H.P., dan Suharyadi, 2008. Landslide Risk Spatial Modeling Using
Geographical Information System. Tutorial Landslide. Laboratorium Sistim
Informasi Geografis. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. 9 halaman
Taufiq, H.P., dan Suharyadi, 2008. Landslide Risk Spatial Modeling Using
Geographical Information System. Tutorial Landslide. Laboratorium Sistim
Informasi Geografis. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. 9 halaman
165
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
INDEKS
Layer, iv, ix, x, 93, 94, 96, 97, 99, 100, 101, 121,
124, 153, 154, 155, 158, 159
A layout, x, xi, xv, 84, 131, 132, 134, 139, 140, 142,
Arah, i, iv, 18, 19, 141 144, 145, 147, 151
Arc.Catalog, iv, xv, 84, 85 line, 99, 108, 109, 159, 160, 161
Arc.Scan, iv, ix, 99, 100, 161 Lokasi, ii, 18, 19, 22, 23
ArcGis, 85, 106, 108, 163 Longitude, ii, 19, 20
area, viii, 5, 6, 12, 23, 24, 108, 109, 110, 112, 113, Longsoran, 59, 70, 71
114, 121 Luas dan volume, 18
D M
DAS, vii, 49 mitigasi, 35, 62, 64, 65
Digitasi on Screen, 93 Mitigasi Bencana, iii, xiii, 56, 62, 68, 163
E O
erosi, vii, xiv, 65, 74 overlay, viii, xiv, 50, 51, 84, 123, 158
F P
feature class, ix, 84, 90, 91, 104, 106, 108, 109, 112 point, 94, 95, 108, 114
Feature Datasets, 153 polygon, xi, 84, 99, 101, 102, 108, 112, 158
Polygon, x, xv, 91, 97, 106, 107, 153
proyeksi, i, viii, xiii, xiv, 1, 3, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15,
G 22, 37, 84, 133
garis, viii, 4, 6, 8, 15, 18, 20, 21, 24, 25, 26, 34, 37,
45, 46, 52, 63, 69, 73, 79, 97, 102, 108, 109, Q
110, 111, 112, 114, 137, 138, 149
Geodatabase, iv, ix, xv, 84, 85, 87, 115 querry, 84
Geoference, 93, 94, 96, 99
R
H raster, iii, 40, 41, 46, 85
Hazard, iii, xiv, 56, 58 rawan longsor, xiii, xv, 56, 68, 74, 76, 77, 78, 82,
83, 84
rule, ix, 84, 104, 108, 109, 112
I
input, 36, 41, 50, 84, 88, 106, 115 S
SDR, vii
J Sedimen, v, 164, 165
Jarak, i, 8, 18 sedimentasi, xiv
SIG, ii, iii, viii, ix, xiii, xiv, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41,
42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 52, 74, 85, 86,
K 89, 163
kartografi, xiii, xiv, 1, 2, 35, 37 simbolisasi, xiii, xiv, 1, 2, 3
Komposisi peta, viii, 15, 16 Sistim Informasi Geografis, vii, xiii, 35, 56, 68, 74,
84, 108, 163, 165
skala, x, xiii, xiv, 1, 3, 4, 7, 8, 12, 18, 22, 23, 24, 25,
L 26, 27, 28, 29, 58, 69, 85, 132, 135, 139, 140,
Landslide, vi, x, 75, 89, 99, 115, 122, 123, 124, 125, 141
128, 129, 130, 158, 165 Skala, i, iv, 6, 7, 15, 17, 26, 27, 139, 140
Latitude, ii, 19, 20, 21 spasial, xiii, 35, 36, 40, 41, 42, 45, 48, 49, 56, 68,
74, 84, 115, 122, 163
166
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
T U
tematik, xiv, 4, 6, 17, 84, 89 USLE, v, vii
tipe erosi, xiv UTM, i, viii, 13, 14, 15, 22, 87, 133
titik, viii, ix, 4, 6, 10, 13, 14, 19, 20, 21, 22, 23, 24,
25, 28, 29, 34, 42, 46, 51, 52, 77, 87, 94, 95, 96,
99, 108, 109, 111, 112, 161
V
Topology, ix, 102, 108, 161 vektor, iii, 40, 41, 46
Tracing, iv, 99, 101, 122, 161
167
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
168
Pengantar Kartografi & Sistim Informasi Geografis (Teori dan Praktik)
169