Tugas :26
Nama :Khaira Ummah
NIM :I1031181047
Tema :Konsep Keluarga dan Kesehatan Reproduksi dalam
Keluarga
Daftar Isi
A. Pendahuluan.............................................................................................................................2
B. Tinjauan Pustaka.....................................................................................................................6
B.1.Pengertian Keluarga........................................................................................................6
B.2.Kedudukan Keluarga......................................................................................................6
C. Rangkuman............................................................................................................................10
D. Soal..........................................................................................................................................10
E. Daftar pustaka.......................................................................................................................10
1
A. Pendahuluan
Frame
Masalah Kesehatan Reproduksi Keluarga menjadi hal yang sangat penting
untuk dibahas dikarenakan peran keluarga saat ini kurang mendominasi dalam
menyampaikan sumber informasi terkait kesehatan reproduksi khususnya bagi
remaja. Mengenai hal itu maka perlu peran dan dukungan lebih efektif dalam
menyampaikan informasi terkait KRR. Hal ini dikarenakan peran anggota keluarga
yang menjadi sumber informasi dan pendidik utama tentang kesehatan reproduksi
remaja, juga tentang perencanaan kehidupan remaja di masa yang akan datang.
Peningkatan kesehatan reproduksi bagi remaja dan generasi muda merupakan
salah satu upaya peningkatan kualitas hidup manusia yang akan meningkatkan indeks
sumber daya manusia di masa yang akan datang. Hal tersebut disebabkan karena
jumlah remaja cukup besar yaitu 26,67% dari total penduduk Indonesia, dimana usia
15-24 tahun tidak kurang dari 40,75 juta jiwa dan usia 10- 14 tahun sebanyak 22,7
juta jiwa (Kusyogo dkk, 2008).
Pengaruh-pengaruh negatif yang rawan di masa remaja seperti narkoba,
kriminal, dan kejahatan seks. Ketidaksiapan remaja dalam menghadapi perubahan-
perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungan sekitarnya dapat menimbulkan
berbagai perilaku menyimpang ( Ramdhiani, 2011). Kenyataan yang ada di Indonesia
saat ini, masalah yang paling banyak terjadi pada remaja yaitu kehamilan dan infeksi
menular seksual (IMS), HIV/AIDS, penyalahgunaan obat dan narkotika, merokok,
dan perilaku kekerasan seperti perkosaan.
Masalah
Masalah remaja dengan alat reproduksinya kurang mendapat perhatian karena
umur relatif muda, masih dalam status pendidikan dan seolah-olah remaja bebas dari
kemungkinan menghadapi masalah penyulit dan penyakit yang berkaitan dengan alat
reproduksinya. Tindakan menyimpang yang mengkhawatirkan adalah masalah yang
berkaitan dengan seks bebas, penyebaran penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah,
atau kehamilan yang tidak dikehendaki. Remaja yang mencari identitas diri akan
sangat mudah menerima informasi berkaitan dengan masalah fungsi alat
reproduksinya yang cenderung menjurus kearah pelaksanaan hubungan seks. Hal ini
dikarenakan kurangnya peran serta orangtua, karena kesibukan mencari nafkah
sehingga kurang memperhatikan anaknya, serta kurangnya pengetahuan orangtua
yang berhubungan dengan pendidikan mereka).
Dalam hal kesehatan, permasalahan juga banyak ditemukan seperti seks
bebas, penyebaran penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah dan kehamilan yang
tidak dikehendaki. Menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia tahun
2007, sebesar 1,3% perempuan mengaku pernah melakukan hubungan seks sebelum
menikah dan 6,4 % remaja laki-laki pernah melakukan hubungan seks sebelum
menikah. Menurut Dien (2007), berbagai faktor seperti jenis kelamin, usia pubertas,
pengetahuan, pola asuh orang tua, jumlah pacar, lama pertemuan dengan pacar dan
paparan media elektronik dan cetak berhubungan dengan perilaku seksual remaja.
Penelitian lain menunjukan bahwa pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin,
2
pendidikan, status ekonomi rumah tangga, akses terhadap informasi, komunikasi
dengan orang tua, dan keberadaan teman memiliki hubungan yang signifikan dengan
perilaku berisiko seperti merokok, minum alkohol, melakukan hubungan seksual pra
nikah dan penyalahgunaan narkoba pada remaja di Indonesia ( Lestary dkk, 2011).
Sampaikan dampak
Masalah reproduksi remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat
berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan
kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak
hanya berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga,
masyarakat dan bangsa pada akhirnya. Permasalahan kesehatan reproduksi pada
remaja dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) perilaku berisiko, (2) kurangnya
akses pelayanan kesehatan, (3) kurangnya informasi yang benar dan dapat
3
dipertanggungjawabkan, (4) banyaknya akses pada informasi yang salah tanpa
tapisan, (5) masalah PMS termasuk infeksi HIV/AIDS, (6) tindak kekerasan seksual,
seperti pemerkosaan, pelecehan seksual dan transaksi seks komersial, (6) kehamilan
dan persalinan usia muda yang berisiko kematian ibu dan bayi. Dan (7) kehamilan
yang tak dikehendaki, yang sering kali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan
komplikasinya ( Hasanah, 2016).
Area specifik
Akibat berubahnya nilai-nilai kehidupan keluarga dan masyarakat menjadikan
masa remaja menjadi masa yang tidak begitu menguntungkan. Remaja dinilai
memiliki pengetahuan yang rendah terkait dengan fungsi dan anatomi alat reproduksi.
Kondisi tersebut diperparah dengan adanya informasi yang tidak valid mengenai
kesehatan reproduksi sehingga berdampak pada ketidakmampuan remaja dalam
merawat alat reproduksinya. Hal ini bisa saja menyebabkan terjadinya kehamilan
yang tidak diinginkan, praktik aborsi yang dapat membawa resiko kematian pada
remaja. Rendahnya pemenuhan hak-hak reproduksi dapat diketahui dengan masih
tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Bawah Lima Tahun (AK BALITA) yang terjadi saat ini, sehingga
mengharuskan adanya peran orang terdekat seperti keluarga untuk bisa mengatasinya
(Anas, Hikmah, 2010)
Elaborasi
Berdasarkan hasil penelitian Gustiani tahun 2016 dia menyatakan bahwa
remaja adalah populasi yang rentan mengalami masalah seksual dan perlu mendapat
perhatian khusus. Penelitiannya menunjukkan tujuan dan memberikan gambaran
fungsi afektif keluarga dan perilaku seksual remaja di salah satu Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri di Kota Depok.
Hasil penelitiannya menunjukkan remaja yang mendapatkan pengetahuan dan
pola asuh secara afektif dari keluarga yang baik memiliki resiko masalah kesehatan
reproduksi yang rendah. Sehingga menunjukkan pentingnya fungsi afektif keluarga.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Utami (2012) mengenai hubungan
peer group dengan perilaku seksual remaja yang menunjukkan bahwa sebagian besar
remaja memiliki perilaku seksual yang aman.
Namun hal ini berbeda dengan hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja
Indonesia (SKRRI) tahun 2002-2003 yang menemukan remaja yang pernah
berhubungan seksual pada usia 14-19 tahun untuk perempuan sebanyak 34,7% dan
laki-laki sebanyak 30,9%. Hasil survey Komnas Perlindungan Anak di 33 provinsi
tahun 2008 di Indonesia didapatkan bahwa 97% remaja SMP dan SMA pernah
menonton film porno, 93,7% remaja pernah ciuman, stimulasi genital dan seks oral,
62,7% sudah tidak perawan lagi, dan 21,2% remaja mengaku pernah aborsi (Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan Keluarga Berencana, 2010)
Kesenjangan
Berdasarkan hasil oleh Schoeny (2010) mengenai asosiasi longitudinal dengan
perilaku seksual remaja menunjukkan bahwa orang tua memainkan peran penting
4
untuk intervensi keluarga dalam pencegahan risiko seksual. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa angka kejadian perilaku seksual remaja minoritas, tetapi tidak
dipungkiri bahwa perilaku seksual berisiko rendah dapat berkembang menjadi
perilaku seksual berisiko tinggi jika tidak ada pengawasan dari guru atau orang tua
remaja tersebut. Namun tidak hanya peran keluarga yang berkembang setelah
diakukannya dukungan afektif ternyata pengaruh dari luar seperti teman sebaya juga
dapat menyebabkan masalah dalam kesenjangan perilaku seksual pada remaja seperti
tentang pemahaman tata nilai dan agama yang baik serta memberikan informasi yang
baik dan bertanggung jawabagar remaja tidak salah dalam mendapatkan informasi
dan memilih teman sebaya (Qoriaty, Azizah, 2017).
Studi Pendahuluan
Permasalahan-permasalahan yang terjadi diseputar kesehatan reproduksi
remaja seperti berpacaran, hingga kepersoaalan seks pranikah tidak lain berakar dari
kedekatan yang tidak terjalin antara orangtua dan anak. Kegagalan dalam
pembentukan sejak usia dini dapat menyebabkan anak tidak memiliki self respect dan
self esteem, anak tidak bisa melindungi diri dari pengaruh orang di luar rumah,
terlebih saat seorang anak memasuki usia remaja. Dimana masa remaja dianggap
masa topan badai dan stress, mereka sudah mulai memiliki keinginan sendiri dan
mulai dekat dengan teman-teman sebayanya. Kegagalan dalam masa pembentukan
dapat menyebabkan remaja tidak lihai menolak dan mengatakan tidak, mereka tidak
terlatih mengendalikan emosi termasuk mengalihkan keinginan terhadap dorongan
seksual ke kegiatan yang lebih positif, seperti berolahraga dan berkegiatan di
sekolah/kampus. Hasil analisis hubungan antara sikap keluarga dan perilaku keluarga
didapat nilai p. value 0,833, yang dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan antara
sikap keluarga dengan perilaku keluarga terhadap kesehatan reproduksi remaja di
Kabupaten Balangan 2015. Ini mengartikan ada factor lain yang menentukan
pembinaan keluarga tentang kesehatan reproduksi remaja selain sikap keluarga itu
sendiri (Qoriaty, Azizah, 2017)
5
Tujuan dan manfaat anda menulis tema tersebut
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui “Konsep Keluarga dan
Pentingnya Kesehatan Reproduksi dalam Keluarga”. Sedangkan manfaat dari
penulisan ini setidaknya dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang Konsep Keluarga secara utuh, khususnya bagi
mahasiswa Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu Kedokteran, Universitas
Tanjungpura Pontianak.
B. Tinjauan Pustaka
6
dalam kehidupannya. Peran penting orangtua dapat dimulai dengan memberikan
contoh perilaku kesehatan reproduksi dalam kehidupan sehari-hari seperti tidak
melakuakan hubungan seksual sebelum menikah, menjaga kebersihan alat kelamin
dan tidak mengkonsumsi napza.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Belian (2012), dengan hasil
penelitian ada hubungan antara peran orangtua dalam pendidikan menstruasi dengan
perilaku saat menstruasi pada siswi kelas VIII di SMP N 1 Banguntapan Bantul. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa orangtua para siswa telah menjadi pendamping
anaknya dalam proses perubahan dari masa anak anak kemasa remaja (masa pubertas)
hal ini tentunya sangat dipengaruhi juga oleh umur responden yang sebagian besar
masih berusia 13 tahun (53,0%). Ayah dan ibu adalah orangtua yang harus menjadi
orang yang terdekat dengan anak. Apabila orangtua dekat dengan anak, maka
otomatis mereka dapat melihat kemungkinan kesulitan yang dialami anak. Orangtua
berperan penting dalam pembentukan kepribadian anakdalam hal ini orangtua harus
mampu menjadi pendidik, pengasuh dan konsultan bagi anak. memberi saran bukan
yang menentukan keputusan. Namun orangtua harus tahu batas haknya sebagai
penanggung jawab.
7
1. B.3.1 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Keluarga
Ruang lingkup dalam Kesehatan Reproduksi Keluarga meliputi TRIAD KRR
yang terdiri dari Seksualitas, HIV/AIDS, dan NAPZA yang merupakan tiga resiko
terhadap kesehatan reproduksi yang umumnya menyerang remaja sebagai kelompok
yang paling beresiko dalam keluarga. Menurut BKKBN tahun 2007 ruang lingkup
dalam program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) meliputi : (a) Perkembangan
seksualitas dan resikonya, (b) HIV ( Human immunodefeciency virus ), dan AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrom), (c) NAPZA (Narkotika, Alkohol,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya). Permasalahan kesehatan reproduksi pada
remaja adalah keinginan untuk mengetahui masalah sehubungan dengan reproduksi,
khususnya masalah seksual dan NAPZA bahkan ingin mencobanya.
Hasil survei perilaku berisiko remaja oleh CDC tahun 2011, ditemukan bahwa
ada sebesar 47,4 % remaja pernah melakukan hubungan seksual, 39,8 % tidak
menggunakan kondom terakhir kali mereka berhubungan seks, dan 15,3 % pernah
melakukan hubungan seks dengan empat atau lebih orang selama hidup mereka.
Temuan ini memungkinkan remaja menjadi kelompok yang berisiko terhadap
Kehamilan Tidak Diinginkan, infeksi menular seksual termasuk HIV dan AIDS
(CDC, 2011). Selain masalah sexual, narkoba juga merupakan ancaman yang sedang
menjadi incaran bagi para remaja. Jumlah pengguna Narkoba ditemukan sampai
tahun 2008 adalah 115.404, dimana para pengguna diantaranya adalah remaja pelajar
sekolah berjumlah 5.484. (Badan Narkotika Nasional, 2008). Perilaku seks bebas dan
pengguna narkoba beresiko untuk terserang HIV/AIDS. Jumlah kasus AIDS secara
kumulatif sampai dengan Juni 2011 sebesar 26.483 kasus, 45,9% (Kemenkes RI,
2012)
8
tentang perilaku seks yang menyimpang pada remaja perlu di ajarkan sejak usia dini.
Pemahaman tata nilai dan agama yang baik serta memberikan informasi yang baik
dan bertanggung jawabagar remaja tidak salah dalam mendapatkan informasi dan
memilih teman sebaya.
9
handphone, warung internet, sekolah dan rumah yang tidak dipengaruhi oleh jenis
kelamin, usia dan etnis ( Borzekowski, 2006).
C. Rangkuman
Masalah Kesehatan Reproduksi Keluarga menjadi hal yang sangat penting
untuk dibahas dikarenakan peran keluarga saat ini kurang mendominasi dalam
menyampaikan sumber informasi terkait kesehatan reproduksi khususnya bagi
remaja. Mengenai hal itu maka perlu peran dan dukungan lebih efektif dalam
menyampaikan informasi terkait KRR. Hal ini dikarenakan peran anggota keluarga
yang menjadi sumber informasi dan pendidik utama tentang kesehatan reproduksi
remaja, juga tentang perencanaan kehidupan remaja di masa yang akan datang.
Keluarga memiliki peran yang besar dalam memberikan informasi terkait
kesehatan reproduksi pada anak remajanya. Semakin besar peran orangtua, semakin
baik juga praktik kesehatan reproduksi yang remaja lakukan Hal ini terjadi karena
orangtua merupakan lingkungan primer bagi anak-anaknya yaitu merupakan
hubungan antar manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi dalam keluarga
(Solehati, 2019)
D. Soal
1. Apa yang yang menjadi fokus dalam ruang lingkup Kesehatan Reproduksi
Keluarga?
1. Bagaimana pentingnya kedudukan keluarga dalam Kesehatan Reproduksi
Keluarga (KRR)?
2. Faktor-faktor apa yang mendasari masalah dalam Kesehatan Reproduksi
Keluarga (KRR)??
3. Bagaimana konsep keluarga secara umum ?
4. Apakah saat ini anda merasa peran keluarga sudah mendominasi dalam
Kesehatan Reproduksi Keluarga (KRR)?
E. Daftar pustaka
10
(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_ppb_040296_chapter1.pdf,
diakses22 November 2019).
Indonesia Young Adult Reproductive Health Survey (2007)
Nursal, Dien G.A. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Perilaku Seksual Murid
SMU Negeri di Kota Padang. (2007). Jurnal Kesehatan Masyarakat
Lestary, Heny dan Sugiharti. (2007). Perilaku Berisiko Remaja di Indonesia menurut
Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI). Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 2011; 1
Hasanah. (2016). Pemahaman Kesehatan Reproduksi bagi Perempuan : Strategi
mencegah berbagai resiko masalah reproduksi remaja. Jurnal Universitas
Islam Negeri WaliSongo Semarang. Volume 11, No 2, April 2016
Anas, Siti Hikmah. (2010). Sketsa Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Studi
Gender dan Anak Yin Yang
Nurmansyah, Aufa, Amran. (2013). Role of Family, Society, and Media as a Source
of Information on Reproductive Health Amongst University Students. Jurnal
Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 1, April 2013 : 16 – 23
BPMPKB. (2010). Panduan pengelolaan pusat informasi dan konseling remaja (PIK
Remaja). Jakarta: BPMPKB
Utami, P.P. (2012). Hubungan peer group dengan perilaku seksual remaja di SMA N
103 Jakarta Timur (Skripsi sarjana). Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia
BPMPKB. (2010). Panduan pengelolaan pusat informasi dan konseling remaja (PIK
Remaja). Jakarta: BPMPKB
11
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, (2012).Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kementrian Kesehatan.
Centers for Disease Control and Prevention [CDC]. (2011). Youth risk behavior
surveillance United States, 2009. MMWR, 59 (No. SS– 5).
12
Respati, W.S. (2010). Problematika Remaja Akibat Kurangnya Informasi Kesehatan
Reproduksi. Journal Ilmiah Bunga Rampai, Vol. 7 No. 1 Januari 2010
Manu, a., et al. 2015. Parent-Child Communication About Sexual and Reproductive
health: Evidence from The Brong Ahafo Region, Ghana. Reproductive Health
(2015)
12:16.
Borzekowski, D.L.G., Fobil, J.N., Asante, K.O. 2006. Online Access by Adolescents
in Acra: Ghanaian Teens' Use of The Internet for Health Information.
Developmental Psychology Vol. 42, No. 3, 450-458
Putro, G. (2009). Alternatif Pengembangan Model Kesehatan Reproduksi Remaja.
Jurnal Kesehatan Reproduksi Volume 1 no. 1: 23 -31
13
14