Disusun Oleh
FEBRIANTI IBRAHIM
17.011
CI Lahan CI Institusi
(………………………………)
(………………………………)
Peningkatan
tekanan sistemik
Gangguan perfusi
jaringan serebral
Aneurisma / APM
Vasospasme Arteri
serebral
Perdarahan
Arakhnoid/ventrikel
Iskemik/infark
otak
Deficit neurologi
Hematoma serebral
Penekanan saluran
pernafasan Deficit perawatan Hambatan
diri Mobilitas fisik
Bersihan jalan
Risiko gangguan Risiko
nafas tidak efektif
integritas kulit ketidakseimbangan
nutrisi
Kerusakan fungsi N
VII dan N XII Kontrol spingter
ani menhilang
Hambatan
Inkontinensia
komunikasi verbal
urine/retensi urine
Gangguan
Risiko jatuh Eliminasi Urine
5. Penatalaksanaan Medis
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :
1. Posisikan kepala dan badan atas 20 – 30o, posisi miring jika muntah dan
boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital usahakan stabil
4. Bedrest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Kandung kemih yang penuh kosongkan, bila perlu lakukan katerisasi
7. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
8. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK
9. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik, jika kesadaran
menurun atau gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.
Penatalaksanaan medis secara spesifik berupa :
1. Mengobati penyebabnya,
2. Neuroprotektor
3. Tindakan pembedahan
4. Menurunkan TIK yang tinggi
6. Komplikasi
Komplikasi stroke hemoragik meliputi
Infark Serebri
Hidrochepalus yang sebagian kecil menjadi hidochepalus normotensif
Fistula caroticocavernosum
Epitaksis
Peningkatan TIK, Tonus otot abnormal
7. Pemeriksaan Penunjang
Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari pukulan secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau keberadaan pecah dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aunerisme atau malformasi vascular
Lumbal Fungsi
Tekanan yang meningkat dan istirahat bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan keberadaan hemoragik pada subarachnoid atau
perdarahan pada intracranial
CT Scan
Pemeriksaan ini memperlihatkan secara spesifik letak busung, posisi
hematoma, keberadaan jaringan otak yang infark atau iskemia dan
posisinya secara pasti
MRI
Mengungkap gelombang maghnetik untuk menentukan posisi dan besar
terjadinya perdarahan otak . Hasil yang didapat daerah yang meningkat
lesi dan infark dari hemoragik
EEG
Pemeriksaan ini mengharapkan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark jadi menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian
diambil.
2. Keluhan utama
Keluhan yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidak
responsif, dan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat –
obat antib koagulan, aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif, kegemukan.
Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti
pemakaian antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya.
Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dan generasi terdahulu.
6. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Bernafas
Pasien dapat mengalami sesak, pola nafas tidak efektif.
2) Nutrisi
Mengalami kelemahan otot pengunyah sehingga pasien tidak dapat
mengunyah makanan keras bahkan dipasang NGT.
3) Eliminasi
Terjadi kelemahan otot panggul dan springter pada anus sehingga dapat
menyebabkan pasien mengalami konstipasi.
4) Aktivitas
Terjadi gangguan mobilitas akibat hemiparesis pada satu sisi anggota
gerak. Disarankan bed rest total.
5) Istirahat
Pasien istirahat dengan normal.
6) Pengaturan Suhu
Suhu tubuh pasien biasanya dalam batas normal.
7) Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat
kelemahan yang dialami.
8) Rasa aman
Pasien dan keluarga biasanya merasa khawatir terhadap perubahan yang
terjadi seperti keemahan anggota gerak, gangguan berbicara dll.
9) Rasa Nyaman
Kadang pasien akan mengalami nyeri hebat pada bagian kepala yang
mengakibatkan pasien tidak nyaman serta merasa kepala berputar.
10) Sosial
Terjadi gangguan pada pasien saat berkomunikasi pada orang
disekitarnya.
11) Pengetahuan/Belajar
Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya serta
apa pemicu munculnya stroke tersebut.
12) Rekreasi
Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah
karena disarankan bed rest total.
13) Prestasi
14) Spiritual
7. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Melangalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia.
Tanda – tanda vital : TD meningkat, nadi bervariasi.
2) Sistem integument
Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, perubahan
warna kulit; muka tampak pucat.
3) Kepala
Normo cephalic, simetris, biasanya terdapat nyeri kepala/sakit kepala.
4) Muka
Asimetris, otot muka dan rahang kekuatan lemah.
5) Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor,
sclera ikterus (-/ -), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan tidak dapat
dievalusai,mata tampak cowong.
6) Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal
7) Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping
hidung tidak ada.
8) Mulut dan faring
Biasanya terpasang NGT
9) Leher
Simetris, kaku kuduk, tidak ada benjolan limphe nodul.
10) Thoraks
Gerakan dada simetris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-),
perkusi resonan, rhonchi -/- pada basal paru, wheezing -/-, vocal
fremitus tidak teridentifikasi.
11) Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics
2 sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi S1
dan S2 tunggal; dalam batas normal, gallop(-), mumur (-). capillary
refill 2 detik .
12) Abdomen
Terjadi distensi abdomen, Bising usus menurun.
13) Genitalia-Anus
Pembengkakan pembuluh limfe tidak ada., tidak ada hemoroid,
terpasang kateter.
14) Ekstremitas
Akral hangat, kaji edema , kaji kekuatan otot , gerak yang tidak disadari
, atropi atau tidak, capillary refill, Perifer tampak pucat atau tidak.
B. Diagnosa Keperawatan
Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual
maupun potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam
mengidentifikasi dan mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah
kesehatan klien yang menjadi tanggung jawabnya.
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran
darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial.
2. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol
otot facial atau oral.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
4. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai
dengan ketidakmampuan menelan.
5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi.
6. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya
refleks batuk dan menelan, imobilisasi, produksi sputum yang tidak bisa
keluar
7. Resiko gangguan integritas kulit ditandai dengan tirah baring lama.
8. Gangguan eliminasi urin (incontinensia uri) yang berhubungan dengan
penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk
berkomunikasi.
9. Risiko jatuh ditandai dengan penurunan kesadaran.
C. Perencanaan
NO Diagnosa NOC NIC
1. Gangguan perfusi 1. Circulation status Peripheral Sensation
jaringan cerebral 2. Tissue Prefusion : Management (Manajemen
berhubungan cerebral sensasi perifer)
dengan gangguan Kriteria Hasil : 1. Monitor adanya daerah
aliran darah 1. mendemonstrasikan tertentu yang hanya peka
sekunder akibat status sirkulasi yang terhadap
peningkatan ditandai dengan : panas/dingin/tajam/tump
tekanan a. Tekanan systole ul
intracranial. dandiastole dalam 2. Monitor adanya paretese
rentang yang 3. Instruksikan keluarga
diharapkan untuk mengobservasi
b. Tidak ada kulit jika ada lsi atau
ortostatikhipertensi laserasi
c. Tidak ada tanda 4. Gunakan sarun tangan
tanda peningkatan untuk proteksi
tekanan intrakranial 5. Batasi gerakan pada
(tidak lebih dari 15 kepala, leher dan
mmHg) punggung
2. mendemonstrasikan 6. Monitor kemampuan
kemampuan kognitif BAB
yang ditandai dengan: 7. Kolaborasi pemberian
a. berkomunikasi analgetik
dengan jelas dan 8. Monitor adanya
sesuai dengan tromboplebitis
kemampuan 9. Diskusikan menganai
b. menunjukkan penyebab perubahan
perhatian, sensasi
konsentrasi dan
orientasi
c. memproses
informasi
d. membuat keputusan
dengan benar
e. menunjukkan
fungsi sensori
motori cranial yang
utuh : tingkat
kesadaran
mambaik, tidak ada
gerakan gerakan
involunter
2. Hambatan 1. Anxiety self control Communication
komunikasi verbal 2. Coping Enhancement : Speech
berhubungan 3. Sensory function : Deficit.
dengan kehilangan hearing & vision 1. Gunakan penerjemah,
kontrol otot facial 4. Fear self control jika diperlukan
atau oral. Kriteria hasil : 2. Beri satu kalimat simple
1. Komunikasi : setiap bertemu, jika
penerimaan, diperlukan
interpretasi, dan 3. Dorong pasien untuk
ekspresi pesan lisan, berkomunikasi secara
tulisan, dan non verbal perlah dan untuk
meningkat. mengulangi permintaan
2. Komunikasi ekspresif 4. Berikan pujian positif
(kesulitan berbicara) :
ekspresif pesan verbal
dan atau non verbal
yang bermakna.
3. Komunikasi resptif
(kesulitan mendengar) :
penerimaan komunikasi
dan interpretasi pesan
verbal dan/atau non
verbal.
4. Gerakan terkoordinasi :
mampu
mengkoordinasi
gerakan dalam
menggunakan isyarat
5. Pengolahan informasi :
klien mampu untuk
memperoleh, mengatur,
dan menggunakan
informasi
6. Mampu mengontrol
respon ketakutan dan
kecemasan terhadap
ketidakmapuan
berbicara
7. Mampu manajemen
kemampuan fisik yang
dimiliki
8. Mampu
mengkomunikasikan
kebutuha dengan
lingkungan.
3. Hambatan 1. Joint Movement : Exercise therapy :
mobilitas fisik Active ambulation
berhubungan 2. Mobility Level 1. Monitoring vital sign
dengan kerusakan 3. Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan
neuromuscular 4. Transfer performance dan lihat respon pasien
Kriteria hasil: saat latihan
1. Klien meningkat 2. Konsultasikan dengan
dalam aktivitas fisik terapi fisik tentang
2. Mengerti tujuan dari rencana ambulasi sesuai
peningkatan mobilitas dengan kebutuhan
3. Memverbalisasikan 3. Bantu klien untuk
perasaan dalam menggunakan tongkat
meningkatkan saat berjalan dan cegah
kekuatan dan terhadap cedera
kemampuan 4. Ajarkan pasien atau
berpindah tenaga kesehatan lain
4. Memperagakan tentang teknik ambulasi
penggunaan alat 5. Kaji kemampuan pasien
Bantu untuk dalam mobilisasi
mobilisasi (walker) 6. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan
4. Resiko NOC : NIC :
ketidakseimbangan 1. Nutritional Status Nutrision Management
nutrisi kurang dari 2. Nutritional Status : 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh food and fluid intake makanan
ditandai dengan 3. Nutritional Status : 2. Kolaborasi dengan ahli
ketidakmampuan nutrient intake gizi untuk menentukan
menelan. 4. Weight control jumlah kalori dan nutrisi
Kriteria Hasil : yang dibutuhkan pasien
1. Adanya peningkatan 3. Anjurkan pasien untuk
berat badan sesuai meningkatkan intake Fe
dengan tujuan 4. Anjurkan pasien untuk
2. Berat badan ideal sesuai meningkatkan protein
dengan tinggi badan dan vitamin C
3. Mampu 5. Monitor jumlah nutrisi
mengidentifikasi dan kandungan kalori
kebutuhan nutrisi 6. Berikan informasi
4. Tidak ada tanda-tanda tentang kebutuhan
malnutrisi nutrisi
5. Menunjukkkan 7. Kaji kemempuan pasien
peningkatan fungsi untuk mendapatkan
pengecapan dari nutrisi yang dibutuhkan
menelan
6. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
5. Deficit perawatan 1. Activity Self-Care Assistance:
diri berhubungan Intolerance Bathing/Hygiene
dengan 2. Mobility: Physical 1. Monitor kemampuan
hemiparese/hemipl impaired pasien terhadap
egi. 3. Self Care Deficit perawatan diri
Hygiene 2. Monitor kebutuhan akan
4. Sensory perpeption, personal hygiene,
Auditory disturbed berpakaian, toileting
Kriteria Hasil: dan makan.
1. Pasien dapat 3. Beri bantuan sampai
melakukan klien mempunyai
aktivitas sehari-hari kemapuan untuk
(makan, merawat diri
berpakaian, 4. Bantu klien dalam
kebersihan, memenuhi
toileting, ambulasi) kebutuhannya.
2. Kebersihan diri 5. Anjurkan klien untuk
pasien terpenuhi. melakukan aktivitas
3. Mengungkapkan sehari-hari sesuai
secara verbal kemampuannya
kepuasan tentang 6. Pertahankan aktivitas
kebersihan tubuh perawatan diri secara
dan hygiene oral. rutin
4. Klien terbebas dari 7. Evaluasi kemampuan
bau badan klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
8. Berikan reinforcement
atas usaha yang
dilakukan dalam
melakukan perawatan
diri sehari hari.
D. Implementasi
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun pada
uraian rencana keperawatan.
E. Evaluasi
Evaluasi tindakan disesuaikan dengan kriteria hasil pada tujuan di rencana
tindakan.
Discharge planning bagi pasien stroke
1. Memastikan keamanan bagi pasien setelah pemulangan.
2. Memilih perawatan, bantuan, atau peralatan khusus yang dibutuhkan.
3. Merancang untuk pelayanan rehabilitasi lanjut atau tindakan lainnya di rumah
(misal kunjungan rumah oleh tim kesehatan).
4. Penunjukkan health care provider yang akan memonitor status kesehatan
pasien.
5. Menentukan pemberi bantuan yang akan bekerja sebagai partner dengan
pasien untuk memberikan perawatan dan bantuan harian di rumah, dan
mengajarkan tindakan yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 3
Jakarta : EGC