NAMA : ANRIANI
NIM : 17005
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
B. Etiologi
Menurut Patrick Davey penyakit penyebab sindrom nefrotik seperti diabetes ( yang telah
berlangsung lama), glomerulonephritis (lesi minimal, membranosa, fokal segmental),
almiloid ginjal (primer, myeloma), penyakit autoimun, misalnya SLE, obat-obatan
misalnya preparatemas, penisilamin.
Menurut Wiguno penyebab SN dan klasifikasinya dibagi menjadi :
Penyebab Kriteria
Glomerulonephritis primer GN lesi minimal (GNLM)
Glomerulosklerosis fokal (GSF)
GN membranosa (GNMN)
GN membranoproliferatif (GNMP)
GN proliferative lain
Glomerulonephritis Infeksi :
Sekunder akibat : - HIV, hepatitis Virus B dan C
- Sifilis, malaria, skistosoma
-Tuberkulosisi, lepra
Keganasan :
- Adenokarsinoma paru, payudara,
kolon, limfoma hodkin, myeloma
multiple dan karsinoma ginjal
C. Manifestasi Klinis
1. Edema
2. Oliguria
3. Tekanan Darah Normal
4. Proteinuria sedang sampai berat
5. Hipoproteinemia dengan rasio albumin : globulin terbalik
6. Hiperkolesterolemia
7. Ureum / kreatinin darah normal atau meninggi
8. Beta 1C globulin (C3) normal
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan elektrolit, keratinin, bersihan keratinin, tes dipstick urine.
2. USG saluran ginjal
3. Immunoglobulin (elektroforesis protein), glukosa, ANF, ANCA
4. Biopsy ginjal (untuk mengetahui penyebab proteinuria)
Penatalaksanaan
Pengobatan SN terdiri dari pengobatan spesifik yang ditunjukan terehadap penyakit
dasar dan pengobatan non-spesifik untuk mengurangi proteinuria, mengontrol edema dan
mengobati komplikasi. Etiologi sekunder dari sindrom nefrotik harus dicari dan diberi
terapi dan obat-obatan yang menjadi penyebabnya disingkirkan.
Diuretic : diuretic kuat misalnay furosemide (dosis awal 20-40 mg/hari) atau
golongan tiazid dengan atau tanpa kombinasi dengan potassium sparing diuteric
digunakan untuk mengobati edema dan hipertensi. Penurunan berat badan tidak boleh
melibihi 0,5 kg/hari
Diet : diet untuk pasien SN adalah 35kal/kgbb/hari, sebagian besar terdiri dari
karbohidrat. Diet rendah garam (2-3 gr/hari), rendah lemak harus diberikan.
Pembatasan asupan protein 0,8-1,0 gr/kgbb/hari dapat mengurangi proteinuria.
Tambahan vitamin D dapat diberikan kalau pasien mengalami kekurangan vitamin
ini.
Terapi antikoagulan : bila didiagnosa adanya peristiwa thromboembolism, terapi
antikoagulan dengan heparin harus dimulai. Jumlah heparin yang diperlukan untuk
mencapai waktu tromboplastin parsial (PTT) terapiutik munglkin meningkat karena
adanya penurunan jumlah antitrombin dll. Setelah terapi heparin intravena,
antikoagulasi oral dengan warfarin dilanjutkan sampai sindrom nefrotik dapat diatasi.
Terapi obat : terapi khusus untuk sindrom nefrotik adalah pemberian kortikosteroid
yaitu prednisone 1-1,5 mg/kgbb/hari dosis tunggal pagi hari selama 4-6 minggu.
Kemudian dikurangi 5 mg/minggu sampai tercapai dosis maintenance (5-10 mg)
kemudian diberikan 5 mg selang sehari dan dihentikan dalam 1-2 minggu. Bila pada
saat tapering off, keadaan penderita memburuk kembali (timbul edema, protenuri),
diberikan kembali full dose selama 4 minggu kemudian tapering off kembali.
Obat antiradang nonsteroid (NSAID) telah digunakan pada pasien dengan nefropati
membranosa dan glomerulosklerosis fokal untuk mengurangi sintesis prostaglandin yang
menyebabkan dilatasi. Ini menyebabkan vasokontriuksi ginjal, pengurangan tekanan
intraglomerulus dan dalam banyak kasus penurunana proteinuria sampai 75.
Sitostatika diberikan bila dengan pemberian prednisone tidak ada respon, kambuh
yang berulang kali atau timbul efek samping kortikosteroid. Dapat diberikan
siklofosfamid 1,5 mg/kgbb/hari
Obat penurun lemak golongan statin seperti simvastamin, pravastatimn dan lovastin
dapat menurunkan kolesterol LDL, trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL.
Obat anti proteinurik misalnya ACE inhibitor ( Captopril 12,5 mg), kalsium antagonis
(Herbeser 180 mg) atau beta bloker. Obat penghambat enzim konversi angiotensis II
dapat menurunkan tekanan darah dan kombinasi keduanya mempunyai efek aditif dalam
menurunkan proteinuria.
D. Masalah yang Lazim Muncul
1. Ketidak efektifan pola napas b/d ekspansi paru tidak maksimal ditandai dengan sites,
dyspnea
2. Ketidak efektifan bersihan jalan napas
3. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b/d menurunnya suplai O2, hipertensi
4. Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload, kontraktilitas dan frekuensi jantung
5. Kelebihan volume cairan b/d akumulasi cairan didalam jaringan, gangguan
mekanisme regulasi
6. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan asupan oral,
mual, muntah
7. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan sekunder imunosupresi
8. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
dalam tubuh
9. Gangguan citra tubuh b/d perubahan bentuk tubuh
10. Hambatan mobilitas fisik b/d kelemahan
E. Discharge Planning
Berikan pada anak dan orang tua instruksi lisan dan tulisan yang sesuai dengan
perkembangan mengenai penatalaksanaan di rumah tentang hal-hal berikut :
1. Proses penyakit
2. Pengobatan
3. Perawatan kulit dan pemberian Nutrisi
4. Pencegahan infeksi dan penatalaksanaan nyeri
5. Pembatasan aktivitas
6. Pemeriksaan lebih lanjut
7. Diet rendah garam dan tirah baring dapat membantu mengontrol edema
8. Pembatasan supan protein 0,8-1,0g/kg berat badan/hari dapat mengurangi proteinuria
9. Kontrol hipertensi untuk mengecek kerusakan ginjal terutama pada penderita diabetes
F. Pathways
Nekrosis
Intoleransi
aktivitas
Efek
vasokontriksi
arterioral Volume plasma
perifer
Tekanan darah
Penurunan
curah jantung
(Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015)
G. Konsep Asuhan Keperawatan pada Sindrom Nefrotik
Pengkajian
Identitas Klien
1) Umur: Lebih banyak pada anak umur 3-4 tahun dengan perbandinagn pasien
wanita dan pria 1: 2
2) Jenis kelamin: Agama
3) Suku/bangsa
4) Status
5) Pendidikan
6) Pekerjaan
Identitas penanggung jawab
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pendidikan, agama, dan hubungannya
dengan klien.
Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama: Kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik, perut membesar
(adanya acites)
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawatan perlu menanyakan
hal berikut:
3) Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output
4) Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai dengan
adanya keluhan pusing dan cepat lelah
5) Kaji adanya anoreksia pada klien
6) Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat perlu mengkaji:
1) Apakah klien pernah menderita penyakit edema?
2) Apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya?
3) Penting juga dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti DM yang memicu
timbulnya manifestasi klinis sindrom nefrotik
Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
1) Pola nutrisi dan metabolisme: Anoreksia, mual, muntah.
2) Pola eliminasi: Diare, oliguria.
3) Pola aktivitas dan latihan: Mudah lelah, malaise
4) Pola istirahat tidur: Susah tidur
5) Pola mvekanisme koping : Cemas, maladaptif
6) Pola persepsi diri dan konsep diri : Putus asa, rendah diri
Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
2) Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit berat
3) Kesadaran: biasanya compos mentis
4) TTV: sering tidak didapatkan adanya perubahan.
5) Pemeriksaan sistem tubuh
a) B1 (Breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas
walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase akut.
Pada fase lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan
nafas yang merupakan respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
b) B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder dari
peningkatan beban volume.
c) B3 (Brain)
Didapatkan edema terutama periorbital, sklera tidak ikterik. Status
neurologis mengalami perubahan sesuai dengan tingkat parahnya azotemia
pada sistem saraf pusat.
d) B4 (Bladder)
Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola
e) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites pada abdomen.
f) B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari
edema tungkai dari keletihan fisik secara umum
Pemeriksaan Diagnostik
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria, terutama
albumin. Keadaan ini juga terjadi akibat meningkatnya permeabilitas membran
glomerulus.
2. Diagnosa Keperawatan
Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis
(hipoproteinemia) dan kurang asupan makanan (anoreksia)
Gangguan citra tubuh b/d penyakit (edema)
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d mokus dengan jumlah berlebihan (efusi
pleura)
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penekanan tubuh terlalu dalam akibat
edema
Ketidakefektifan pola nafas b/d nafas tidak adekuat
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum
Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi jantung
(NANDA, 2015)
3. Intervensi
No Tujuan & Intervensi Rasional
Dx. Kriteria Hasil
1. Setelah dilakukan Kaji lokasi dan luasnya
tindakan keperawatan edema Mencegah edema
selama … x 24 jam, bertambah parah
diharapkan kelebihan Berikan cairan dengan
volume cairan tidak tepat
terjadi dengan kriteria
hasil : Timbang berat badan setiap Estimasi penurunan
a. Terjadi penurunan hari dan monitor status edema tubuh
edema dan ascites pasien
b. Tidak terjadi
peningkatan berat Jaga intake /asupan yang Diberikan dini pada fase
akurat dan catat output
badan oliguria untuk mengubah
Kolaborasi pemberian ke fase nonoliguria, dan
diuretik
meningkatkan volume
urine adekuat
2. Setelah dilakukan Monitor kalori dan asupan Membantu dan
tindakan keperawatan makanan mengidentifikasi
selama … x 24 jam, defisiensi dan
diharapkan kebutuhan diet
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Lakukan atau bantu pasien Mulut yang bersih dapat
kebutuhan tubuh terkait perawatan mulut meningkatkan nafsu
tidak terjadi, dengan sebelum makan makan
kriteria hasil :
a. Nafsu makan Pastikan makanan Meningkatkan selera dan
klien meningkat disajikan secara menarik nafsu makan
b. Tidak terjadi dan pada suhu yang paling
hipoproteinemia cocok untuk konsumsi
c. porsi makan yang secara optimal
dihidangkan
dihabiskan Anjurkan pasien terkait Pasien dapat kooperatif
dengan kebutuhan diet dan melakukan apa yang
untuk kondisi sakit dianjurkan