1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas Pada Agregat Anak Usia
Sekolah Di Komunitas”.
Surabaya, Oktober
2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
II
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
III
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
3
C. Tujuan................................................................................................................................
4
D. Manfaat..............................................................................................................................
4
BAB II: TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas
1. Definisi Keperawatan Komunitas...............................................................................
5
2. Tujuan Dan Fungsi Keperawatan Komunitas.............................................................
6
3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas...............................................................
7
B. Asuhan Keperawatan Komunitas......................................................................................
8
1. Pengkajian...................................................................................................................
8
2. Analisa Dan Diagnosa Keperawatan Komunitas........................................................
8
3. Perencanaan.................................................................................................................
9
4. Penatalaksanaan (Implementasi).................................................................................
9
5. Evaluasi.......................................................................................................................
10
C. Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Community Health Nusring)
1. Definisi........................................................................................................................
10
2. Tujuan..........................................................................................................................
11
3. Sasaran........................................................................................................................
11
D. Anak Usia Sekolah............................................................................................................
14
E. Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah...............................................................................
15
1. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)..................................................................
15
2. Pemberian Asupan Gizi Seimbang..............................................................................
17
3. Menjaga Kebersihan Gigi Dan Mulut.........................................................................
20
BAB III: PENGKAJIAN KOMUNITAS AGREGAT ANAK USIA
SEKOLAH..............................................................................................................................
23
BAB IV: DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS....................................................
30
BAB V: RENCANA DAN STRATEGI POKJAKES ANAK USIA SEKOLAH...............
33
BAB VI: KESIMPULAN.......................................................................................................
38
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan
nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006).
Keperawatan komunitas di bagi berdasarkan kelompok usia
diantaranya adalah kelompok usia anak sekolah. Menurut Wong (2008), anak
sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi
pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung
jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka,
teman sebaya, dan orang lainnya.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 mulai masuk
sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan anak. Banyak
masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya
pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi
dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi,
kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi.
Pelayanan kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia
sekolah. (Profil Kesehatan Indonesia, 2014)
Sulitnya memenuhi target penjaringan SD/MI dapat disebabkan oleh
beberapa masalah. Masalah utama yang sering ditemukan di daerah yaitu
kurangnya tenaga di puskesmas sedangkan jumlah SD/MI cukup banyak,
sehingga untuk melaksanakan penjaringan kesehatan membutuhkan waktu
lebih lama. Selain itu juga manajemen pelaporan belum terintegrasi dengan
baik. Walaupun kegiatan penjaringan kesehatan telah dilaksanakan di
puskesmas namun di beberapa provinsi, pengelola program UKS di
kabupaten/kota berada pada struktur organisasi yang berbeda sehingga
menjadi penyebab koordinasi pencatatan dan pelaporan tidak berjalan dengan
baik. (Profil Kesehatan Indonesia, 2014)
2
Penjaringan kesehatan diukur dengan menghitung persentase SD/MI
yang melakukan penjaringan kesehatan terhadap seluruh SD/MI yang menjadi
sasaran penjaringan. Cakupan SD atau sederajat yang melaksanakan
penjaringan kesehatan untuk siswa kelas satu pada tahun 2014 di Indonesia
sebesar 82,17%, mengalami peningkatan dibandingkan cakupan tahun 2013
yang sebesar 73,91%. Namun, belum mencapai target Renstra 2014 sebesar
95%. Dari Gambar 5.39 diketahui bahwa sebagian besar provinsi belum
memenuhi target Renstra 2014 yang sebesar 95%, hanya delapan provinsi
yang telah mencapai target. Terdapat empat provinsi dengan capaian 100%,
yakni Provinsi Kalimantan Barat, Bali, DI Yogyakarta, dan Kepulauan
Bangka Belitung. Capaian terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 0%,
diikuti oleh Nusa Tenggara Timur sebesar 13,51%, dan Papua Barat sebesar
41,81%. (Profil Kesehatan Indonesia, 2014)
Indikator Penjaringan pada Renstra 2010-2014, berbeda dengan
Renstra 2015-2019. Jika pada akhir tahun 2014 indikator difokuskan kepada
sekolah, maka pada renstra 2015 lebih difokuskan kepada Puskesmas.
Penentuan target didapatkan dari data dasar akhir tahun 2014 dimana cakupan
sekolah yang melaksanakan sebesar 82% (bila dikonversi kedalam jumlah
puskesmas menjadi sebesar inimal 40%) dari target sebesar 95% dengan rata-
rata peningkatkan indicator ini sebesar 5% dan peningkatan sebesar 8,3%
dibandingkan tahun 2013. Pada capaian tahun 2015, puskesmas
melaksanakan penjaringan kesehatan peserta didik kelas I mencapai target
yang telah ditetapkan. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015)
Capaian pada tahun 2015 sebesar 57% yang berarti sebanyak 5.541
puskesmas sudah melaksanakan penjaringan peserta didik kelas I. sedangkan
target nasional tahun 2015 sebesar 50% dengan demikian dari 34 provinsi
terdapat 19 provinsi yang mencapai target Puskesmas melaksanakan
penjaringan kesehatan peserta didik kelas I. (Profil Kesehatan Indonesia,
2015)
Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk
pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka
juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan
baik. Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa
SD/sederajat kelas satu. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan bersama tenaga lainnya yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter
kecil). Tenaga kesehatan yang dimaksud yaitu tenaga medis, tenaga
keperawatan atau petugas puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai
tenaga pelaksana UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru
yang ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih
tentang UKS/UKGS. Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang
biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah
mendapatkan pelatihan dokter kecil. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015)
Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan
kesehatan gigi bisa dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut pada khususnya dan kesehatan tubuh serta
lingkungan pada umumnya. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015)
Upaya kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui
penjaringan kesehatan terhadap murid SD/MI kelas satu juga menjadi salah
satu indikator yang dievaluasi keberhasilannya melalui Renstra Kementerian
Kesehatan. Kegiatan penjaringan kesehatan selain untuk mengetahui secara
dini masalah-masalah kesehatan anak sekolah sehingga dapat dilakukan
tindakan secepatnya untuk mencegah keadaan yang lebih buruk, juga untuk
memperoleh data atau informasi dalam menilai perkembangan kesehatan anak
sekolah, maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun
perencanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS). (Profil Kesehatan Indonesia, 2015)
Masalah-masalah kesehatan pada anak usia sekolah yang muncul
biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan. Sehingga
isu yang lebih menonjol adalah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
seperti cara menggosok gigi yang benar, cuci tangan pakai sabun, dan
kebersihan diri lainnya. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, menunjukkan
bahwa kurang dari 10% orang-orang Indonesia yang menggosok gigi dengan
benar.
Menurut Depkes RI 2007, beberapa penyakit yang dapat ditularkan di
sekolah akibat perilaku tidak sehat anak sekolah maupun akibat lingkungan
yang tidak sehat adalah ISPA, diare dengan atau tanpa muntah, infeksi virus
lain (cacar/rubela), infeksi kulit (termasuk kutu rambut), infeksi telinga
(manifestasi infeksi virus/ISPA).
Berdasarkan hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada
tahun 2007, prevalensi ISPA di Indonesia sekitar 25,5% dengan prevalensi
tertinggi terjadi pada bayi dua tahun (>35%). Jumlah balita dengan ISPA di
Indonesia pada tahun 2011 adalah lima diantara 1.000 balita yang berarti
sebanyak 150.000 balita meninggal pertahun atau sebanyak 12.500 balita
perbulan atau 416 kasus sehari atau 17 balita perjam atau seorang balita
perlima menit. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi penderita ISPA di
Indonesia adalah 9,4% ( Depkes, 2012).
Tahun 2010, pemeriksaan gigi mulut dilakukan pada 1.012.469 murid
dari 4.374.983 murid SD/MI (23,14%) dan sebanyak 546.465 anak
membutuhkan perawatan,namun hanya 60,28% murid yang mau dirawat. Hal
ini mungkin disebabkan karena anak-anak takut pada peralatan gigi sehingga
mereka menolak dirawat. Sementara untuk pelayanan di poli gigi puskesmas
tercatat 222.022 tindakan pencabutan gigi tetap dan 148.279 tindakan
penambalan dengan rasio tambal / cabut sebesar 0,67. (Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Timur, 2010)
Berdasarkan masalah diatas, maka untuk dapat mencapai kondisi
kesehatan yang optimal, kesehatan masyarakat Indonesia haruslah dimulai
dari bawah, yaitu terciptanya keadaan dan kesadaran tiap individu atau
keluarga dalam masyarakat untuk mengupayakan hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana mahasiswa mampu menerapkan konsep asuhan keperawatan
komunitas pada anak usia sekolah?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar serta asuhan keperawatan
komunitas pada agregat anak usia sekolah.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi keperawatan komunitas
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dan fungsi keperawatan
komunitas
c. Mahasiswa mampu menjelaskan strategi intervensi keperawatan
komunitas
d. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan
komunitas
e. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep keperawatan kesehatan
masyarakat (Community Health Nursing)
f. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian anak usia sekolah
g. Mahasiswa mampu menjelaskan upaya kesehatan anak usia sekolah
h. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan komunitas pada
agregat anak usia sekolah
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan makalah ini dapat membantu dan mempermudah
mahasiswa dalam memahami dan membentuk kerangka berpikir secara
sistematis tentang asuhan keperawatan komunitas pada agregat anak usia
sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus yaitu agregat anak usia sekolah.
b. Masyarakat khususnya anak usia sekolah serta orang tua dan
masyarakat mampu memahami dan menerapkan prinsip hidup bersih
dan sehat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
A. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas
1. Definisi Keperawatan Komunitas
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma
dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di
dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui,
kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam
suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam
kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang,
masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak,
2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi, 2010).
7
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat
Keterangan :
a. Dapat diganti dengan makanan penukarnya seperti roti, jagung,
kentang, sagu.
b. Diartikan sumber protein hewani : daging, telur, hati, ikan laut,
ikan tawar.
c. Diartikan sumber protein nabati : tahu, tempe, kacang-kacangan.
d. Dapat diganti dengan makanan penukar sebanyak 25 gram.
e. Berat biskuit “Regal” : 8-10 gr/buah
f. Berat biskuit “ Farley” : 15-16 gr/buah
g. Urt : ukuran rumah tangga
h. G : gram
Jenis bahan makanan pokok untuk dihidangkan terdiri atas : 1)
Serealia, yang merupakan makanan pokok dan sumber kalori.
Misalnya tepung, beras, ubi, ketela, sagu, jagung. 2) Makanan asal
hewan sebagai lauk-pauk dan sumber protein hewan, seperti telur,
daging, jeroan, ikan tawar , ikan laut, dan daging unggas. 3) Sayuran
sebagai lauk-pauk. Misalnya kacang-kacangan sebagai sumber protein
nabati, seperti kacang hijau, kacang panjang, daun-daunan seperti
bayam, kangkung, daun ketela, kubis, dan umbi-umbian seperti
wortel, bit (makanan yang telah diolah menjadi tahu dan tempe). 4)
Buah-buahan merupakan sumber vitamin A dan vitamin C, seperti
alpukat, nenas, pisang, jeruk, pepaya, dan mangga (Markum, dkk,
2002).
b. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
Angka kecukupan gizi (AKG) atau Recommended Dietary
Allowances (RDA) adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang
harus dipenuhi dari makanan untuk mencukupi hampir semua orang
sehat. Tujuan utama penyusunan AKG ini adalah untuk acuan
perencanaan makanan dan menilai tingkat konsumsi makanan
individu/masyarakat ( Almatsier, 2001).
Hardiansyah dan Tambunan (2004) mengartikan Angka
Kecukupan Energi (AKE) adalah rata-rata tingkat konsumsi energi
dari pangan yang seimbang dengan pengeluaran energi pada kelompok
umur, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat) dan tingkat kegiatan fisik
agar hidup sehat dan dapat melakukan kegiatan ekonomi dan sosial
yang diharapkan. Selanjutnya Angka Kecukupan Protein (AKP) dapat
diartikan rata-rata konsumsi protein untuk menyeimbangkan protein
yang hilang ditambah sejumlah tertentu, agar mencapai hampir semua
populasi sehat (97.5%) di suatu kelompok umur, jenis kelamin, dan
ukuran tubuh tertentu pada tingkat aktivitas sedang.
Table 1.2 Angka kecukupan energi dan protein pada anak usia sekolah
Tabel 1.2 Berat Tinggi Badan Angka Angka
Angka Badan (kg) (kg) Kecukupan Kecukupan
Kecukupan Energi Protein
Energi dan (kkal/orang/har (gram/orang/ha
Protein pada i) ri)
Anak Usia
Sekolah Umur
(tahun)
7-9 25.0 120 1800 45
Pria 35.0 138.0 2050 50
10-12
Wanita 10-12 38 145 2050 50
Sumber : Hardiansyah dan Tambunan (2004) diacu dalam Widya
karya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 2004.
Elemen Deskripsi
Lingkungan Perumahan
Fisik Hampir seluruh warga dengan anak usia sekolah memiliki
rumah dengan status kepemilikan sendiri. Seluruh rumah
bertipe permanen dengan lantai terbuat dari tegel. Terdapat
jendela disetiap rumah di RT 01 RW 03 namun jendela
jarang dibuka karena tidak terbiasa. Pencahayaan di dalam
rumah di siang hari sebagian besar baik, namun masih ada
beberapa ruamah dengan pencahayaan yang kurang. Jarak
antara rumah dengan tetangga sebagian besar rumah warga
saling berhimpitan, jalan/gang kecil dan sempit dan hanya
cukup dilalui satu motor atau sepeda jalan ini juga sering
digunakan oleh anak-anak sebagai tempat bermain sepatu
roda. Sebagian besar rumah RT 01 RW 03 tidak memiliki
halaman dengan rerata luas rumah 4 m2 , terdapat 1 KK
yang memiliki kandang untuk ternak burung dan terdapat
tikus disekitaran gang.
Sumber air :
Sekitar 70% warga di RT 01 RW 03 menggunakan air
PDAM untuk masak dan minum sedangkan sisanya sudah
mulai menggunakan air sumur, warga yang menggunakan
air PDAM untuk keperluan minum selalu memasak air
terlebih dahulu. Untuk keperluan mandi/mencuci sebagian
besar warga menggunakan air PDAM sedangkan sisanya
menggunakan air sumur. Jarak antara sumber air dengan
septic tank yakni >10 m pada hampir semua rumah.
Sebagian masyarakat menggunakan bak penampungan air
sementara, dengan kondisi tempat penampungan yang
sebagian besar dalam keadaan tertutup. Kondisi air dalam
penampungan semuanya tidak berasa/berwarna dan bersih.
Serta tidak terdapat jentik dalam tempat penampungan air.
Pembuangan sampah :
Semua warga di RT 01 RW 03 membuang sampah di TPA
dengan frekuensi pengambilan sampah oleh petugas setiap
1x sehari, jarak tempat sampah dan rumah > 5m
Pembuangan limbah :
Semua keluarga di RT 01 RW 03 terbiasa BAB dan BAK di
jamban/WC. Jenis jamban yang digunakan merupakan
jamban leher angsa. Semua keluarga memiliki tempat
pembuangan limbah berbentuk got dan hampir sebagian
besar kondisi air mengalir lancar.
Layanan Sosial :
Fasilitas pendidikan yang ada di wilayah Gresikan adalah
satu SD, satu TK, dan satu PAUD, tidak ada sarana olahraga
di wilayah Gresikan, terdapat satu masjid dan satu mushola
sebagai sarana tempat ibadah, dan terdapat satu pasar
tradisional sebagai sarana kegiatan ekonomi warga.
Komunikasi informal :
Warga di wilayah Gresikan v RW... RT... biasanya
menggunakan speacker masjid untuk menyampaikan
pengumuman atau mengumpulkan warga.
B. Data Sekunder
1. Proporsi Anak Usia Sekolah RW 03 Berdasarkan Jenis Kelamin
JENIS KELAMIN
38; 56%
STATUS GIZI
2; 3%
16; 24%
50; 74%
68; 100%
Gosok Gigi
26; 38%
Rajin Tidak Rajin Tidak Pernah
42; 62%
26; 38%
Ya Tidak
42; 62%
Gambar 3.5 Proporsi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Kejadian Sakit Gigi di
RT 01 RW 03 Kelurahan Tambaksari Kecamatan Pacarkeling,
Kota Surabaya pada tanggal 1 Oktober 2016
Gambar 3.5 menunjukkan bahwa proporsi anak usia sekolah pada rentang
usia 5-12 tahun berdasarkan kejadian sakit gigi yaitu senyak 54 orang pernah
mengalami sakit gigi dan sebanyak 14 orang tidak pernah mengalami sakit gigi
KEJADIAN ISPA
12; 18%
Ya Tidak
56; 82%
A. Analisa Data
Dari hasil pendataan, maka data-data yang ada dianalisa sebagai berikut :
Tabel 4.1 Analisa data asuhan keperawatan komunitas di RT 01 RW 03 Kelurahan Tambaksari Kecamatan Pacarkeling, Kota Surabaya
pada tanggal 1 Oktober 2016
Sasaran Data Domain Kelas Kode Masalah
Keperawatan
Komunitas DO : Domain I : Kelas 2 : 000188 Perilaku kesehatan
1. Dari 68 anak di RT 01 RW 03 terdapat 26 Promosi Menejemen cenderung beresiko
orang anak atau 38% anak tidak rajin sikat gigi Kesehatan Kesehatan 00099 Ketidakefektifan
atau melakukan sikat gigi sesuai dengan aturan pemeliharaan
2. Terdapat 56 anak mengalami ISPA 6 bulan terakhir kesehatan
3. Terdapat lebih dari 50% anak yaitu 62% anak
mengalami sakit gigi 6 bulan terakhir
4. Tedapat 50 anak yang memiliki gizi baik, 16 anak
memiliki gizi cukup dan 2 orang anak memiliki
gizi
31
kurang.
5. Tampak ibu-ibu yang membiarkan anaknya jajan
sembarangan di lingkungan rumah.
6. Di waktu sekolah tampak pada jam istirahat anak-
anak menyerbu pedagang yang berjualan di luar
sekolah, jenis jajanan seperti “cilok”, baso goreng,
dll dengan saus warna merah terang.
7. Terdapat 1 kios kecil di dalam sekolah, namun
hanya menyediakan jajanan kering dan
gorengan.
8. Terdapat tempat cuci tangan di sekolah namun
hanya ada 3 keran tanpa ada sabun.
DS :
1. Ibu mengatakan anaknya sering belanja jajanan di
sembarang tempat
2. Beberapa orang tua mengatakan gigi anak mereka
berlubang dan berwarna hitam
3. Beberapa ibu mengatakan belum mengetahui secara
detail tentang penanganan secara mandiri anak usia
sekolah yang mengalami masalah kesehatan
khususnya kerusakan gigi
4. Beberapa orang tua mengatakan anaknya pernah
mengalami diare 6 bulan terakhir.
5. Beberapa ibu mengatakan anaknya pernak menderita
batuk, pilek, dan sakit gigi 6 bulan terakhir ini.
B. Penapisan Masalah
Dari hasil analisa data, dilaporkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun
penapisan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.2 Penapisan masalah asuhan keperawatan komunitas di RW III RT I Kelurahan Pancarkelling Kec. Tambak Sari Kota Surabaya
Diagnosa keperawatan Pentingnya Perubahan positif untuk Penyelesaian untuk Total Score
penyelesaian masalah penyelesaian di komunitas peningkatan kualitas hidup
1 : rendah 0 : tidak ada 0 : tidak ada
2 : sedang 1 : rendah 1 : rendah
3 : tinggi 2 : sedang 2 : sedang
3 : tinggi 3 : tinggi
Perilaku kesehatan 3 3 2 8
cenderung berisiko pada
agregat anak usia sekolah di
RW III RT I Kelurahan
Pancarkelling Kec. Tambak
Sari Kota Surabaya
Ketidakefektifan 3 3 3 9
pemeliharaan kesehatan anak
usia sekolah di RW III RT I
Kelurahan Pancarkelling
Kec. Tambak Sari Kota
Surabaya
32
1. BAB V
A. Diagnosa Keperawatan
4. Dari hasil analisa data dan skoring, maka didapatkan diagnosa keperawatan komunitas sesuai prioritas sebagai berikut:
5. Tabel 5.1 Diagnosa keperawatan asuhan keperawatan komunitas RW 01 RW 03 Kelurahan Tambaksari Kecamatan Pacarkeling, Kota
Surabaya pada tanggal 1 Oktober 2016
6. Sas
aran 7. Domain 8. Kelas 9. Kode 10. Diagnosa Keperawatan Komunitas
11. Ko 12. Domain I : 14. Kelas 2 : 16. 000188 17. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
munitas 13. Promosi 15. Menejemen 21. 00099 22. Ketidakefektifan pemeliharaan
Kesehatan Kesehatan kesehatan
23.
B. Rumusan Diagnosis Keperawatan
24. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada agregat anak usia sekolah di RW III RT I Kelurahan Pancarkelling Kec. Tambak Sari
Kota Surabaya
25. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada agregat anak usia sekolah di RW III RT I Kelurahan Pancarkelling Kec. Tambak Sari
Kota Surabaya.
26. 26.
27. BAB VI
A. Kesimpulan
127. Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).
128. Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu,
dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-
langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).
129. Dalam proses keperawatan komunitas terdapat 3 sasaran dalam memberikan asuhan keperwatan , yaitu individu, keluarga
dan kelompok. Dalam kelompok khusus, salah satunya terdapak asuhan keperawatan komunitas pada kelompok anak usia sekolah.
Dimana menurut Wong (2008), anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak.
Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman
sebaya, dan orang lainnya.
130. Banyak masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan, kelainan
refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi. Oleh karena itu pelayanan kesehatan pada anak termasuk intervensi yang harus
diperhatikan oleh perugas kesehatan.
131.131.
B. Saran
132. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan asuhan keperawatan komunitas khususnya pada agregat
anak usia sekolah:
1. Pentingnya melibatkan warga masyarakat, orang tua, serta guru dalam mendukung pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) khususnya pada anak usia sekolah.
2. Perlu adanya pemantauan dan tindak lanjut terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan seperti promosi kesehatan ataupun
kegiatan-kegiatan pelatihan oleh kader kesehatan, petugas puskesmas dan instansi kesehatan.
3. Pemantauan dan tindak lanjut dilakukan dengan tujuan melihat apakah prinsip perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) telah
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
133.
134.
135.
136.DAFTAR PUSTAKA
137. 138. Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Status
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
139.
140. Gunarsah, Singgih 2008.Dasar dan Teori
Perkembangan Anak Seri Psikologi. Gunung
Mulia, Jakarta.
141.
142. Kementerian Kesehatan RI. 2006. Pedoman
Penyelenggaraan Upaya Keperawatan
Kesehatan Masyarakat di Puskesmas. Jakarta.
143.
144. . 2011. Pedoman
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Jakarta
145.
146. . 2012. Pedoman Paket
Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di
Puskemas. Jakarta
147.
148.....................................2015. Profil Kesehatan
Indonesia 2015. Jakarta
149.
150. Mubarak, dkk 2006. Ilmu Keperawatan
Komunitas Konsep dan Aplikasi, Salemba
Medika, Jakarta.
151.
152. Potter, Patricia A dan Perry , Anne Griffin.
2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Jakarta: EGC
153.
154. Wong, Donna L. 2008. Pedoman Klinis
155.
1