Oleh :
Mohamad Rosyid Anwari
Pembimbing :
Prof. Dr. Sultana M. Hussein Faradz., Ph.D
Dr. Purwanto AP., SpPK-K
0
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persebaran penyakit thalassemia ini mulai Mediterania, Afrika utara, Timur Tengah,
India, Burma serta daerah antara Cina selatan, Thailand, semenanjung Malaysia,
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa tidak kurang dari 250 juta
penduduk dunia ( 4,5% total penduduk dunia ) adalah pembawa sifat ( bentuk
heterozigot ).6 Dari jumlah tersebut sebanyak 80-90 juta adalah pembawa sifat
Thalassemia adalah kelainan akibat kelemahan dan mudah rusaknya sel darah
merah yang disebabkan oleh gangguan pada pembentukan struktur hemoglobin pada
sel darah merah ( protein yang berfungsi sebagai pembawa oksigen ). Pada penderita
thalassemia hemoglobin yang dibentuk serta jumlah sel darah merah yang beredar
lebih sedikit daripada orang normal, sehingga penderita nampak sebagai penderita
transfusi secara rutin. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah adanya penumpukan
1
10%,9,10 Berdasar hasil di atas dan dengan memperhitungkan angka kelahiran
baru yang lahir setiap tahun di Indonesia cukup tinggi, yakni sekitar 2.500 anak.
Sementara biaya pengobatan suportif seperti transfusi darah dan kelasi besi
seumur hidup pada pasien thalassemia sangat besar, yakni berkisar 200-300 juta
rupiah/anak/tahun, diluar biaya pengobatan jika terjadi komplikasi. Selain itu, ada
beban psikologis yang juga harus ditanggung oleh pasien dan keluarganya.10
satunya bagi pasien adalah bersifat suportif dengan melakukan transfusi darah ( rata-
rata 1 bulan sekali seumur hidup ), terapi kelasi besi untuk mengeluarkan
kelebihan besi dalam tubuh akibat transfusi darah rutin perlu dilakukan.
lainnya umumnya muncul pada dekade kedua, dengan tatalaksana yang baik usia
Anak, FKUI-RSCM, mencatat usia tertua pasien mencapai 40 tahun dan bisa
sampai bulan Agustus 2009 mencapai 1.494 pasien dengan rentang usia terbanyak
antara 11-14 tahun. Jumlah pasien baru terus meningkat setiap tahunnya mencapai
100 orang/tahun.10
thalassemia baru. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan melakukan skrining
2
thalassemia terutama pada pasangan usia subur yang dilanjutkan dengan diagnosis
Jumlah ini tentu jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya penanganan satu
orang pasien selama setahun. Jika penanganan seorang pasien sekitar 300 juta rupiah
maka biaya tersebut setara dengan biaya pemeriksaan skrining thalassemia untuk
sekitar 750 orang. Lebih lanjut WHO menyatakan besarnya biaya tahunan program
untuk penanganan medis 1 orang pasien selama 1 tahun. Biaya program pencegahan
thalassemia ini relatif konstan, sementara biaya penanganan medis cenderung terus
meningkat dari tahun ke tahun. Meski dampak ekonomi dan psikososial yang
diakibatkan cukup berat, namun sampai saat ini belum ada kebijakan nasional dalam
Tujuan Penulisan
penyakit thalassemia dengan membahas penyebab dan kelainan genetik yang ada
berikut kelainan klinis, laboratoris serta komplikasi yang dapat terjadi. Di bagian
akhir tulisan akan dirangkum semua bahasan yang telah diutarakan sebelumnya.
3
BAB 2
β THALASSEMIA
Pengertian
Patologi β thalassemia
Semua gen globin pada manusia mempunyai 3 coding sequences ( exons ) dan 2 non
area yang tidak tertranslasi . Coding yang tejadi tergantung pada 3 susunan nukeotide
yang dikenal sebagai codon dan akan mengkode ( menghasilkan ) asam amino yang
spesifik. 5’ pada tiap gen merupakan promoter yang mengikat RNA polymerase dan
faktor transkripsi untuk menginisiasi proses transkripsi. 11 Pada daerah ini terdapat
4
Gambar 1.11
Lokasi gen ß globin pada lengan pendek
dari kromosom 11
Gambar 2.11
Representasi secara diagramatis dari kluster gen ß globin
(Dikutip dari Bain Barbara J., Hemoglobinopathy diagnosis, 2 nd edition, Blackwell Publishing)
perkembangan bergantung pada daerah pengatur utama yang disebut daerah kontrol
lokus ( LCR/Locus control Region ) di 5 sampai 25 kb arah hulu dari gen ε globin
(gambar 2). Lima DNAase HSs ada pada daerah ini dan masing-masing HS
DNA. LCR penting untuk mengontrol ekspresi gen ß globin seperti telah ditunjukkan
telah dijumpai, terbesar adalah mutasi pada urutan fungsional dari gen ß globin.
5
Berbeda dengan α thalassemia, penghapusan gen adalah jarang pada ß thalassemia.2
Tabel 1.2
Mutasi yang menyebabkan ß thalassemia
(Dikutip dari Pignati Caterina B., Galanello Renzo, Thalassemia and related disorder : quantitative
disorder of hemoglobin synthesis, In : Wintrobe’s clinical hematology, 11 th edition, Lippincott
Williams & Wilkins)
Pembagian β thalassemia
menyebabkan penamaan yang berbeda pada penyakit ini, sebagai contoh untuk β
thalassemia dengan anemia berat dan perlu transfusi terus menerus disebut sebagai β
6
thalassemia major atau Cooley’s anemia. Ada yang tanpa gejala sama sekali dan
keadaan hemoglobin yang luas pada β thalassaemia maka perlu dijelaskan perbedaan
fenotip berdasar temuan klinis pada carrier β thalassemia termasuk kadar HbA2.
HbA2. Secara ringkas variasi β thalassaemia berdasar fenotip dapat dilihat pada tabel
2 di bawah.14
Tabel 2.1
Pembagian β thalassemia berdasar perbedaan klinis
(Dimodifikasi dari Pignati Weatherall, DJ., Clegg JB., The thalassaemia syndromes, 4th edition,
Blackwell Sciences)
globin yang berbeda atau mutasi homozygot yang sama pada populasi dengan
disebabkan oleh mutasi pada lokus gen β globin dan menyebabkan rantai β globin
7
Manifestasi Klinis β Thalassemia
dalam aliran darah. Aktivitas Hemolitik pada sistem retikulo endotelial ( RES )
meningkat berhubungan dengan badan inklusi dalam eritrosit matang yang rusak
Splenomegali terjadi akibat pelebaran pulpa limpa dan peningkatan pooling eritrosit
akan menurunkan sel darah pada sirkulasi. Waktu sel darah berada di pulpa proses
Gambar 3.1
Splenomegali dan hepatomegali pada penderita
thalassemia
(Dikutip dari Weatherall, DJ., Clegg JB., The
thalassaemia syndromes, 4th edition, Blackwell Sciences)
8
Perluasan jaringan hemopoeisis ekstrameduler selain di hepar dan limpa juga
luar, sehingga pada kondisi tersebut dapat terjadi facies Cooley dimana tulang
Perluasan jaringan hemopoeisis pada tulang tersebut selain merubah bentuk luar
tulang juga mengakibatkan kerapuhan pada tulang, karena lapisan tulang yang
kompak akan berkurang dan tergantikan oleh struktur meduler ( gambar 5 ). Akibat
kerapuhan ini tulang yang panjang akan mudah mengalami fraktur. 1-5,11
Gambar 4.1
Facies Cooley pada β thalassemia berat
(Dikutip dari Weatherall, DJ., Clegg JB., The thalassaemia syndromes, 4 th edition, Blackwell
Sciences)
9
Gambar 5.1
Gambar X ray tulang penderita β
thalassemia berat.
(Dikutip dari Weatherall, DJ., Clegg JB.,
The thalassaemia syndromes, 4th edition,
Blackwell Sciences)
10
BAB 3
maka diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan spesimen darah dari penderita.
maupun untuk kepentingan skrining terhadap carrier penyakit ini. Secara singkat
pemeriksaan laboratorium klinis pada spesimen darah pasien dapat digunakan untuk
lengkap antara lain penurunan kadar Hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit , nilai
indeks eritrosit rerata seperti MCV (mean corpuscular volume) dan MCH (mean
corpuscular haemoglobin).1-5,10,13
bentuk target sel pada eritrosit ( gambar 6 ).1-5,14 Jika dilakukan pemeriksaan tes
fragilitas osmotik terhadap eritrosit, maka akan nampak bahwa eritrosit pada
11
eritrosit ini disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara rantai α dan β globin
dalam eritrosit.13,15
Gambar 6.1
Gambar preparat apus darah tepi pasien pasien homozigot β thalassemia
(Dikutip dari Weatherall, DJ., Clegg JB., The thalassaemia syndromes, 4 th edition, Blackwell
Sciences)
elektroforesis memberi nilai diagnostik yang akurat dengan angka spesifisitas dan
Pemeriksaan DNA
pengambilan sampel janin yang paling aman dan efektif adalah metode
chorionic villi sampling yang dilakukan antara usia gestasi 10-12 minggu dan
12
(1998) melaporkan hasil analisis mutasi DNA dengan menggunakan metode
terhadap 415 kehamilan dan bahwa ARMS dapat mengkonfirmasi diagnosis pada
98,3% kasus. Pemeriksaan ini relatif murah dan dapat digunakan untuk diagnosis
pranatal. Analisis DNA ini dapat juga digunakan untuk mendiagnosis carrier β
thalassemia, terutama untuk pasangan yang akan menikah guna keperluan edukasi. 10
13
RANGKUMAN
produksi dalam membentuk rantai β pada hemoglobin (β0 thalassemia ) atau produksi
rantai β berkurang (β+ thalassemia ). Lebih dari 200 mutasi berbeda yang
pembagian atau klasifikasi penyakit ini. Tanda klinis dan laboratoris β thalassemia
serta peningkatan kadar HbA2 dan HbF. Analisis DNA digunakan untuk digunakan
untuk mendiagnosis janin dengan β thalassemia dan edukasi pasangan yang akan
menikah.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Weatherall, DJ., Clegg JB., The thalassaemia syndromes, 4th edition, Blackwell
hematology, 11th edition, Lippincott Williams & Wilkins, Vol. 1., December
2003, 2646-702
Federation, 1994:20
15
10. Dirjen Bina Pelayanan Medik DepKes RI, Pencegahan thalassemia ( Hasil kajian
11. Bain Barbara J., Hemoglobinopathy diagnosis, 2nd edition, Blackwell Publishing,
2006, 89-116
13. Turgeon Mary L., Clinical hematology, theory & procedures, 5 th edition,
14. Wirawan Riadi, Setiawan Santy, Gatot Djajadiman, Peripheral blood and
repeated blood transfusion, Med J Indones, Vol. 13, No. 1, January-March 2004
15. Singh SP., Gupta SC., Effectiveness of red cell osmotic fragility test with
16