Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN KEPERAWATAN I

Gaya Kepemimpinan dalam Manajemen Keperawatan

OLEH :

KELOMPOK 5

I Gede Angga Putrawan 17.321.2666

I Ketut Antono 17.321.2669

I Wayan Gede Yudi Wigata 17.321.2672

Komang Purnama Sari 17.321.2676

Ni Luh Asriani 17.321.2688

Ni Luh Putu Kusuma Sari Dewi 17.321.2693

Ni Putu Linda Kusuma Wardani 17.321.2701

Ni Putu Yunita Diyantari 17.321.2703

Putu Eka Wulandari 17.321.2707

A11-A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemimpin memegang peran yang strategis dan menentukan dalam
menjalankan roda organisasi, menentukan kinerja suatu lembaga dan bahkan
menentukan mati hidup atau pasang surutnya kehidupan suatu bangsa dan negara. Ia
merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dibuang atau diabaikan (sine qua non)
dalam kehidupan suatu organisasi atau suatu bangsa dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Baik atau buruknya kondisi suatu organisasi, bangsa dan negara,
banyak ditentukan oleh kualitas pemimpinnya dan kepemimpinan yang
dijalankannya.
Namun, akhir-akhir ini ada kecenderungan menurunnya kepercayaan
masyarakat kepada para pemimpin. Menurunnya kepercayaan ini dapat menjurus
pada krisis kepercayaan kepada para pemimpin dan mempengaruhi gerak
pembangunan. Beberapa indikator menurunnya kepercayaan masyarakat kepada
pemimpin antara lain berupa kondisi kesejahteraan masyarakat yang masih
memprihatinkan, pelayanan publik yang belum memenuhi harapan, kasus-kasus
penyalahgunaan kekuasaan oleh sebagian pemimpin sampai tindak pidana korupsi,
kasus-kasus pelanggaran “tiga ta” (skandal harta, tahta dan wanita) yang melibatkan
sebagian pemimpin, serta kemampuan sebagian pemimpin yang kurang memadai
dihadapkan pada situsasi krisis multidimensi yang melanda masyarakat bangsa
dewasa ini.
Untuk itu perlu dicari suatu solusi bagaimana mengatasi krisis
kepemimpinan dan suatu tipe kepemimpinan yang cocok untuk diterapkan sesuai
situasi dan kondisi setempat. Tidak dapat disangkal bahwa peran pemimpin dan
kepemimpinannya mampu memberi pengaruh (positif atau negatif) pada kondisi
gatra-gatra ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan
(Ipoleksosbudhankam) yang pada akhirnya berpengaruh pada kondisi ketahanan
nasional dan ketahanan daerah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian masing-masing gaya kepemimpinan dalam manajemen
keperawatan?
2. Bagaimana karakteristik masing-masing gaya kepemimpinan dalam manajemen
keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memenuhi penugasan mata kuliah Manajemen Keperawatan I.
2. Mengembangkan teori tentang pengertian gaya kepemimpinan dalam
manajemen keperawatan.
3. Mengembangkan teori tentang karakteristik gaya kepemimpinan dalam
manajemen keperawatan.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Agar dapat memperdalam dan mempraktekkan tentang pengertian gaya
kepemimpinan dalam manajemen keperawatan.
2. Agar dapat memperdalam dan mempraktekkan tentang karakteristik gaya
kepemimpinan dalam manajemen keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gaya Kepemimpinan


A. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Tipe kepemimpinan ini menghimpun sejumlah perilaku atau gaya
kepemimpinan yang bersifat terpusat pada pemimpim (sentralistik) sebagai satu-satunya
penentu, penguasa dan penguasa dan pengendali anggota organisasi dan kegiatanya
dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Para pemimpin otoriter melakukan
pengambilan keputusan sendiri tanpa berkonsultasi dengan para karyawannya. Mereka
menghasilkan keputusan, mengomunikasikannya kepada bawahan dan mengharapkan
implementasi atas instruksi mereka dengan segera. (Boone & Kurtz, 2007). Ciri-ciri
gaya kepemimpinan otoriter yaitu :
1. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan
2. Keputusan dan Kebijakan dibuat oleh pemimpin
3. Komunikasi berlangsung 1 (satu) arah
4. Pengawasan dilakukan secara ketat
5. Prakarsa dari atas dan tanpa kesempatan bawahan untuk memberikan
kesempatan
6. Lebih banyak kritik dari pada pujian
7. Pimpinan menuntut kesetian dan prestasi sempurna
8. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh pimpinan

B. Gaya Kepemimpinan Demokrasi


Kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
mau bekerja untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagi
kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Pemimpin dengan gaya ini bertindak berdasarkan kepercayaan, integrity, kejujuran,
quality, terbuka. Kepemimpinan demokratis menunjukan pengakuan dan perhatian
kepada orang lain dengan mendengarkan dan memahami dengan empati.
Kepemimpinan demokratis mempunyai penekanan akan pentingnya kerjasama tim
sementara dirinya memposisikan sebagai fasilitator untuk membangun sinergi antara
individu di dalam kelompok. Kepemimpinan demokratis mengharapkan adanya
feedback dari bawahan sehingga diamengetahui kondisi dan kebutuhan organasisasi.
Kepemimpinan demokratis sangat memahami kesalahan dan lebih memilih reward
dibandingkan dengan punishment. Ciri-ciri kepemimpinan demokratis :
1. Wewenang pimpinan tidak mutlak
Yaitu keputusan pimpinan bisa dipengaruhi oleh masukan dari bawahan bukan
sebagai bentuk interferensi, dalam hal ini lebih ditekankan dari asas musyawarah
2. Pimpinan melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
Yaitu tidak semua keputusan bergantung pada pimpinan semata.
Bawahanmemiliki wewenang untuk membuat keputusan, namun masih berada
dalam batas yang sewajarnya.
3. Keputusan dibuat bersama antar pimpinan dan bawahan
Yaitu setiap keputusan yang diambil tidak hanya berasal dari pimpinan mutlak,
namun telah dimusyawarahkan terlebih dahulu bersama bawahannya.
4. Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
5. Komunikasi berlangsung timbal balik
Komunikasi antar pimpinan dengan bawahan berlangsung dengan baik tanpa
adanya rasa takut atau canggung karena jabatan.
6. Pengawasan dilakukan secara wajar
Pemimpin tidak melakukan pengawasan kegiatan secara over atau over
protective, sehingga tidak ada tekanan pada bawahan saat melakukan
kegiatannya, bawahan pun menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan
atasannya.
7. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk mengeluarkan pendapat
Bawahan bebas untuk berpendapat sesuai dengan asas demokrasi
8. Tugas diberikan bersifat permintaan
Tugas yang diberikan pimpinan bisa berasal dari permintaan bawahan
yangtentunya berdampak positif bagi organisasi tersebut.
9. Pujian dan kritik seimbang
Pimpinan dan bawahan tidak selalu saling memuji atau mengkritik, keduanya-
duanya berjalan seimbang sesuai dengan kebutuhan organisasi tersebut.
10. Pimpinan mendorong prestasi bawahan
11. Kesetiaan bawahan secara wajar
Bawahan tidak bersifat sebagai budak yang selalu manut pada atasannya,
namun bawahan tetap memiliki rasa hormat yang tinggi pada atasannya.
12. Memperhatikan perasaan bawahan
Pemimpin bersikap mengayomi kepada bawahan, sehingga pemimpinmengerti
apa masalah yang ada pada bawahan, sehingga pemimpin bisa mengambil
kebijakan dengan segera
13. Suasana saling percaya, menghormati dan menghargai
Suasana yang selalu harmonis dalam lingkungan organisasi.
14. Tanggungjawab dipikul bersama
Kelebihan yang paling utama, yaitu saling bekerja sama dalam mencapai tujuan
organisasi.

C. Gaya Kepemimpinan Partisipatif


Gaya kepemimpinan ini mengemukakan analisis masalah dan mengajukan
alternatif penyelesaian serta meminta tanggapan, saran dan kritik dari staf kemudian
pimpinan memutuskan sesuai masukan staf, dampak positif pada staf. Kewenangan
manager untuk mengontrol bawahan tinggi. Ciri-ciri kepemimpinan partisipatif, antara
lain :
1. Pemimpin memberikan dukungan tinggi dan sedikit pengarahan.
2. Posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dipegang
secara bergantian antara pemimpin dan bawahan. Komunikasi dua arah
ditingkatkan.
3. Pemimpin mendengarkan bawahan secara aktif.
4. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pengambilan keputusan sebagian
besar pada bawahan.
D. Gaya Kepemimpinan Karismatik
Karismatik dalam bahasa Yunani berarti "karunia diinspirasi ilahi. Orang orang
yang karismatik memiliki daya tarik tersendiri bagi orang orang yang ada di sekitamya
sehingga membuat orang orang yang ada di sekitamya secara tidak sadar mengikuti
orang yang karismatik tersebut. Kepemimpinan karismatik membuat para anggota yang
di pimpinnya mengikuti inovasi inovasi yang di ajukan oleh pemimpin ini.
Pemimpin karismatik dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu karismatik visioner
dan karismatik di masa krisis. Pemimpin karismatik visioner mengekpresikan visi
bersama mengenai masa depan. Melalui kemampuan komunikasi, pemimpin karismatik
visioner mengaitkan kebutuhan dan target dari pengikutnya dengan targaet atau tugas
dari organisasi. Mengaitkan para pengikut dengan target dari pengikut dengan visi, misi,
dan tujuan organisasi akan lebih mudah jika mereka merasa tidak puas atau tidak
tertantang dengan keadaan pada saat ini. Pemimpin karismatik visioner memiliki
kemampuan untuk melihat sebuah gambar besar dan peluang yang ada para gambar
besar. Ciri- ciri gaya kepemimpinan karismatik :

1. Menyampaikan sebuah visi yang menarik


2. Menggunakan bentuk komunikasi yang kuat dan ekspresif saat mencapai visi itu
3. Mengambil resiko pribadi dan membuat pengorbanan diri untuk mencapai visi
itu
4. Menyampaikan harapan yang tinggi
5. Memperlihatkan keyakian akan pengikut
6. Pembuatan model peran dari perilaku yang konsisten dari visi tersebut
7. Mengelola kesan pengikut akan pemimpin
8. Membangun identifikasi dengan kelompok atau organisasi
9. Memberikan kewenangan kepada pengikut

E. Gaya Kepemimpinan Laissze Faire


Lassiez-faire berasal dari bahasa perancis yang berarti “tinggalkan itu sendiri”.
Gaya kepemimpinan ini lebih banyak menekankan keputusan kelompok dan
memperbolehkan kelompok yang memimpin dalam menentukan tujuan dan metode
mereka yang akan di capai. Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan
pemimpin yang secara keseluruhan memberikan bawahannya atau kelompok kebebasan
dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut
bawahannya paling sesuai. Ciri-ciri gaya kepemimpinan lassiez-faire adalah sebagai
berikut :
1. Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
2. Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
3. Bawahan dapat mengambil keputusan yang relavan untuk mencapai tujuan
dalam segala hal yang mereka anggap cocok.

F. Gaya Kepemimpinan Transformasional


Komariah dan Triatna (2008:80) menyebutkan bahwa kepemimpinan
transformasional dapat dilihat secara mikro maupun makro. Secara mikro
kepemimpinan transformasional merupakan proses mempengaruhi antar individu,
sementara secara makro merupakan proses memobilisasi kekuatan untuk mengubah
system sosial dan mereformasi kelembagaan. Menurut Burns (Northouse 2007:176),
kepemimpinan transformasional merupakan sebuah proses saling menguatkan diantara
para pemimpin dan pengikut ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi.
Kepemimpinan transformasional bukan hanya langsung dan top-down (dari atas ke
bawah), namun juga dapat diamati secara tidak langsung, dari bawah ke atas (Bottom
up), dan secara horizontal. Pemimpin disini bukan hanya mereka yang berada pada
level-manajerial tertinggi di dalam organisasi, tetapi juga mereka yang berada pada
level formal dan informal, tanpa memperhatikan posisi atau jabatan mereka. Bass
(1985:20) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional memotivasi para
pengikutnya untuk melakukan sesuatu yang lebih dari yang diharapkan dengan
melakukan hal- hal berikut ini :
a. Meningkatkan tingkat kesadaran pengikut tentang arti penting dan nilai tujuan
yang ditentukan dan diiinginkan.
b. Meminta para pengikut untuk mengutamakan kepentingan organisasi di atas
kepentingan pribadi
c. Menggerakkan pengikut untuk menuju kebutuhan pada level yang lebih tinggi.
Adapun karakteristik kepemimpinan transformasional menurut Avoliodkk
(Stone et al, 2004) adalah sebagai berikut :
a. Idealized influence (or charismatic influence)
Idealized influence mempunyai makna bahwa seorang pemimpin
transformasional harus kharisma yang mampu “menyihir” bawahan untuk
bereaksi mengikuti pimpinan. Dalam bentuk konkrit, charisma ini ditunjukan
melalui perilaku pemahaman terhadap visi dan misi organisasi, mempunyai
pendirian yang kukuh, komitmen dan konsisten terhadap setiap keputusan yang
telah diambil, dan menghargai bawahan. Dengan kata lain, pemimpin
transformasional menjadi role model yang dikagumi, dihargai, dan diikuti oleh
bawahannya.
b. Inspirational motivation
Inspirational motivation berarti karakter seorang pemimpin yang mampu
menerapkan standar yang tinggi akan tetapi sekaligus mampu mendorong
bawahan untuk mencapai standar tersebut. Karakter seperti ini mampu
membangkitkan optimism dan antusiasme yang tinggi dari para bawahan.
Dengan kata lain, pemimpin transformasional senantiasa memberikan inspirasi
dan memotivasi bawahannya.
c. Intellectual stimulation
Intellectual stimulation karakter seorang pemimpin transformasional yang
mampu mendorong bawahannya untuk menyelesaikan permasalahan dengan
cermat dan rasional. Selain itu, karakter ini mendorong para bawahan untuk
menemukan cara baru yang lebih efektif dalam menyelesaikan masalah. Dengan
kata lain, pemimpin transformasional mampu mendorong (menstimulasi)
bawahan untuk selalu kreatif dan inovatif.
d. Individualized consideration
Individualized consideration berarti karakter seorang pemimpin yang mampu
memahami perbedaan individual para bawahannya. Dalam hal ini, pemimpin
transformasional mau dan mampu untuk mendengar aspirasi, mendidik, dan
melatih bawahan. Selain itu, seorang pemimpin transformasional mampu
melihat potensi prestasi dan kebutuhan berkembang para bawahan serta
memfasilitasinya. Dengan kata lain, pemimpin transformasional mampu
memahami dan menghargai bawahan berdasarkan kebutuhan bawahan dan
memperhatikan keinginan berprestasi dan berkembang para bawahan.

G. Gaya Kepemimpinan Transaksional


Menurut Odumeru dan Ifeanyi (2013:358) gaya kepemimpinan transaksional
adalah gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya pada
transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan
pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi
sasaran, standar kerja, dan penghargaan. Sehingga dapat diartikan, kepemimpinan
Transaksional sebagai cara yang digunakan seorang pemimpin dalam menggerakkan
anggotanya dengan menawarkan imbalan atau akibat kontribusi yang diberikan oleh
anggota kepada organisasi. Bass dalam Yukl (2010:260) mengemukakan bahwa
hubungan pemimpin transaksional dengan karyawan tercermin dari tiga hal yakni
pemimpin mengetahui apa yang diinginkan karyawan dan menjelaskan apa yang akan
mereka dapatkan apabila kerjanya sesuai dengan harapan, pemimpin menukar usaha-
usaha yang dilakukan oleh karyawan dengan imbalan, dan pemimpin responsif terhadap
kepentingan pribadi karyawan selama kepentingan tersebut sebanding dengan nilai
pekerjaan yang telah dilakukan karyawan. Kepemimpinan transaksional sangat
memperhatikan nilai moral seperti kejujuran, keadilan, kesetiaan dan dan tanggung
jawab. Kepemimpinan ini membantu orang ke dalam kesepakatan yang jelas, tulus hati,
dan memperhitungkan hak-hak serta kebutuhan orang lain. Kepemimpinan ini memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a. Contingent reward
Kontrak pertukaran penghargaan untuk usaha, penghargaan yang dijanjikan
untuk kinerja yang baik, mengakui pencapaian.
b. Active management by exception
Melihat dan mencari penyimpangan dari aturan atau standar, mengambil tindakan
perbaikan.
c. Pasive management by exception
Intervensi hanya jika standar tidak tercapai.
d. Laissez-faire
Melepaskan tanggung jawab, menghindari pengambilan keputusan.
Kondisi yang dianggap sesuai dalam menerapkan kepemimpinan transaksional :
• Internal
a) Struktur organisasi (mekanistik, peraturan, prosedur jelas, sentralisasi tinggi)
b) Teknologi organisasi (teknologi proses, kontinue, mass-production)
c) Sumber kekuasan dan pola hubungan anggota organisasi (sumber kekuasaaan
di dalam struktur, hubungan formal)
d) Tipe kelompok kerja (kerja tim, sifat pekerjaan umumnya engineering/teknis)
• Eksternal
a) Struktur lingkungan luar (baik, norma kuat, status quo)
b) Kondisi perubahan (lambat, tidak stabil, ketidakpastian rendah)
c) Kondisi pasar (stabil)

H. Gaya Kepemimpinan Caring Leadership


Caring leadership, adalah suatu konsep yang merupakan perluasan dari
transformasional yang menyatakan manajemen yang baik sebagian besar adalah urusan
caring, karena manajemen yang tepat melibatkan caring untuk orang lain, tidak
memanipulasi mereka. Caring leadership mengenali pentingnya caring dalam praktik
keperawatan yang mengkombinasikan konsep teori caring dan teori keperawatan. .
Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring leadership antara lain :
1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya
yang merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan
manfaat caring. Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa cemas
dan takut klien karena situasi tertekan.
2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat
dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan
dukungan. Ada dua jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-
kontak. Sentuhan kontak merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit.
Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak mata. Kedua jenis sentuhan
ini digambarkan dalam tiga kategori :
a. Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini.
Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan
memberikan rasa aman kepada klien.
b. Sentuhan Pelayanan (Caring)
Sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat punggung klien,
menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam pembicaraan
(komunikasi non-verbal).
c. Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk
melindungi perawat dan atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan
perlindungan adalah mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga
dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh.
3. Mendengarkan
Mendengarkan merupakan kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh
dan ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu perawat dalam memahami
dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien mencari cara untuk
mendapatkan kedamaian.
4. Memahami klien
Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat
keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap
klien sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya (Radwin,1995).
5. Caring Dalam Spiritual
Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan
fisik seseorang. Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat
dan klien dapat memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin
hubungan yang baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi
klien dan perawat, mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau
perasaan yang diterima klien, membantu klien dalam menggunakan sumber daya
sosial, emosional, atau spiritual, memahami bahwa hubungan caring
menghubungkan manusia dengan manusia, roh dengan roh.
6. Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan
bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat
untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menunjukkan perawatan keluarga
dan perhatian pada klien membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat
membentuk hubungan yang baik dengan anggota keluarga klien.

I. Gaya Kepemimpinan Servant Leadership


Servant leadership atau kepemimpinan pelayan adalah suatu kepemimpinan
yang berawal dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati untuk melayani,
menempatkan kebutuhan pengikut sebagai prioritas, menyelesaikan sesuatu bersama
orang lain dan membantu orang lain dalam mencapai suatu tujuan bersama. Menurut
Spears (2002:27-29), terdapat sepuluh karakteristik Servant Leadership, yaitu sebagai
berikut :
1. Mendengarkan (Listening) : Servant-leader mendengarkan dengan penuh
perhatian kepada orang lain, mengidentifikasi dan membantu memperjelas
keinginan kelompok, juga mendengarkan suara hati dirinya sendiri.
2. Empati (Empathy) : Pemimpin yang melayani adalah mereka yang berusaha
memahami rekan kerja dan mampu berempati dengan orang lain.
3. Penyembuhan (Healing) : Servant-leader mampu menciptakan penyembuhan
emosional dan hubungan dirinya, atau hubungan dengan orang lain, karena
hubungan merupakan kekuatan untuk transformasi dan integrasi.
4. Kesadaran (Awareness) : Kesadaran untuk memahami isu-isu yang melibatkan
etika, kekuasaan, dan nilai-nilai. Melihat situasi dari posisi yang seimbang yang
lebih terintegrasi.
5. Persuasi (Persuasion) : Pemimpin yang melayani berusaha meyakinkan orang lain
daripada memaksa kepatuhan. Ini adalah satu hal yang paling membedakan antara
model otoriter tradisional dengan servant leadership.
6. Konseptualisasi (Conceptualization) : Kemampuan melihat masalah dari
perspektif konseptualisasi berarti berfikir secara jangka panjang atau visioner
dalam basis yang lebih luas.
7. Kejelian (Foresight) : Jeli atau teliti dalam memahami pelajaran dari masa lalu,
realitas saat ini, dan kemungkinan konsekuensi dari keputusan untuk masa depan.
8. Keterbukaan (Stewardship) : Menekankan keterbukaan dan persuasi untuk
membangun kepercayaan dari orang lain.
9. Komitmen untuk Pertumbuhan (Commitment to the Growth of People) :
Tanggung jawab untuk melakukan usaha dalam meningkatkan pertumbuhan
profesional karyawan dan organisasi.
10. Membangun Komunitas (Building Community) : Mengidentifikasi cara untuk
membangun komunitas.

Kasus :
Seorang kepala ruangan di ruang rawat inap Janger di RSD Cipta Kencana memiliki
sikap yang sangat tulus dalam memimpin dan menjalankan tugas untuk memanajemen
ruangan dengan baik. Semua perawat sangat hormat kepadanya karena ia sangat pandai
untuk memilah rencana ruangan sesuai dengan kondisi ruangan dan prioritas, tidak
mengambil keputusan sendiri, selalu mengutamakan kepentingan golongan, dan selalu
memotivasi anggota untuk yakin dan berkomitmen agar tercapai tujuan bersama. Gaya
kepemimpinan yang dipakai oleh kepala ruangn rawat inap Janger di RSD Cipta
Kencana adalah….
a. Servant leadership
b. Caring leadership
c. Transaksional
d. Pasrtisipatif
e. Transformasional
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Para pemimpin otoriter melakukan pengambilan keputusan sendiri tanpa
berkonsultasi dengan para karyawannya. Mereka menghasilkan keputusan,
mengomunikasikannya kepada bawahan dan mengharapkan implementasi atas
instruksi mereka dengan segera. Kepemimpinan demokratis adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar mau bekerja untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan dengan cara berbagi kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama
antara pimpinan dan bawahan. Gaya kepemimpinan partisipatif ini mengemukakan
analisis masalah dan mengajukan alternatif penyelesaian serta meminta tanggapan,
saran dan kritik dari staf kemudian pimpinan memutuskan sesuai masukan staf,
dampak positif pada staf. Kepemimpinan karismatik membuat para anggota yang di
pimpinnya mengikuti inovasi inovasi yang di ajukan oleh pemimpin ini. Gaya
kepemimpinan laissez faire lebih banyak menekankan keputusan kelompok dan
memperbolehkan kelompok yang memimpin dalam menentukan tujuan dan metode
mereka yang akan di capai. Kepemimpinan transformasional memotivasi para
pengikutnya untuk melakukan sesuatu yang lebih dari yang diharapkan. Gaya
kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin
memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan
karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Caring leadership, adalah suatu
konsep yang merupakan perluasan dari transformasional yang menyatakan
manajemen yang baik sebagian besar adalah urusan caring, karena manajemen yang
tepat melibatkan caring untuk orang lain, tidak memanipulasi mereka. Servant
leadership atau kepemimpinan pelayan adalah suatu kepemimpinan yang berawal
dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati untuk melayani, menempatkan
kebutuhan pengikut sebagai prioritas, menyelesaikan sesuatu bersama orang lain
dan membantu orang lain dalam mencapai suatu tujuan bersama.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat lebih banyak lagi melakukan penelitian seputar
manfaat dari manajemen keperawatan terutama di bidang managemen keperawatan
guna memperkaya ilmu keperawatan yang dapat dikembangkan di masyarakat dan
rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Bass, B.M & Riggio,R.E. 2006. Transformational Leadership. New Jersey : LEA.
Publlisers Marwah.

Nuramanah. 2015. Makalah Kepemimpinan Demokratis. Tersedia pada


academia.edu/36640476/Makalah_Kepemimpinan_Demokratis.docx. Diakses
pada Jumat, 20 Maret 2020 pukul 21.00 WITA.

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Marselino. 2017. Gaya Kepemimpinan Transaksional. Tersedia pada


scribd.com/document/358240943/Gaya-kepemimpinan-transaksional-docx.
Diakses pada Kamis, 06 Maret 2020 pukul 10.200 WITA.

Vondey, M. 2010. The Relationships among Servant Leadership, Organizational


Citizenship Behavior, Person-Organization Fit, and Organizational
Identification. International Journal of Leadership Studies.

Yukl. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Tersedia pada


teorionlinejumal.files.wordpress.com/20 12/04/kepemimpinan-karismatik.
Diakses pada Jumat, 20 Maret 2020 pukul 21.00 WITA.

Anda mungkin juga menyukai