Oleh :
NIM : 17.321.2738
KELAS : A11-B
DENPASAR
2019
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
(Keperawatan Medikal Bedah Vol.2 hal 935, 2001)
Penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit (red
cell count). (NANDA NIC-NOC Jilid 1 hal 35, 2015)
Tetapi harus diingat pada keadaan tertentu dimana ketiga parameter
tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan
akut dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya
sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang
menyebabkan anemia tersebut.
2. Etiologi
Anemia ialah bukan suatu penyakit tersendiri, tetapi merupakan gejala
berbagai macam penyakit dasar. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena :
gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang, kehilangan darah keluar
tubuh(perdarahan), prosespenghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya
(hemolisis). Faktor penyebab lainnya meliputi kehilangan darah, kekurangan
nutrisi, faktor keturunan, dan penyakit kronis Anemia kekurangan besi adalah
anemia yang terbanyak diseluruh dunia.
3. Faktor predisposisi
- Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat.
- Kelainan gastrointestinal.
- Penyakit kronis.
- Riwayat Keluarga.
- Gangguan pembentukan eritrosit Gangguan pembentukan eritrosit terjadi
apabila terdapat defisiensi substansi tertentu seperti mineral (besi, tembaga),
vitamin (B12, asam folat), asam amino, serta gangguan pada sumsum tulang.
- Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah
merah dalam sirkulasi.
- Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit.
4. Klasifikasi
Klasifikasi Anemia Secara morfologis, Anemia dapat diklasifikasikan menurut
ukuran sel dan hemoglobin yang dikandungnya.
a. Makrositik
Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah
hemoglobin tiap sel juga bertambah.
Ada dua jenis anemia makrositik yaitu :
1) Anemia Megaloblastik adalah kekurangan vitamin B12, asam folat dan
gangguan sintesis DNA.
2) Anemia Non Megaloblastik adalah eritropolesis yang dipercepat dan
peningkatan luas permukaan membran.
b. Mikrositik
Mikrositik adalah mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan oleh
defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin dan heme serta gangguan
metabolisme besi lainnya.
c. Normositik
Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah, ini disebabkan
kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma secara
berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal, dan hati.
5. Gejala Klinis
- Pusing
- Mudah berkunang-kunang
- Lesu
- Aktivitas kurang
- Rasa mengantuk
- Susah konsentrasi
- Cepat lelah
- Prestasi kerja fisik/pikiran menurun
6. Pemeriksaan Fisik
Integument
Inspeksi : Warna kulit, keadaan jari ada/tidaknya nicotine staining/clubbing
fingers, edema
Palpasi : Keadaan turgor kulit, kelemahan/ketegangan otot, cyanosis
Neurologi
Tingkat kesadarannya
Kepala dan Leher
Inspeksi : Keadaan konjunctiva, sklera, ada/tidaknya xantelasma, hidung,
arteri karotis dan serta keadaan vena jugularis dan reflux hepatojugular
Gastrointestinal
Keadaan mukosa mulut
Thoraks
Keadaan bentuk thoraks,
Jantung
Iktus cordis,
7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
Tes penyaring yaitu tes pada tahap awal mengenai adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut, yaitu meliputi pengkajian pada
komponen : kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCV dan MCHC)
Pemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung leukosit, trombosit, laju
endap darah (LED) dan hitung retikulosit
Pemeriksaan sumsum tulang : memberikan informasi mengenai keadaan
system hematopoesis
Pemeriksaan atas indikasi khusus
Anemia dengan defisiensi besi : serum iron, TIBC, Saturasi transferrin
dan ferritin serum
Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vitamin B12
Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs dan elektroforesis
Hb
Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia
- Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin, asam
urat, faal hati, biakan kuman
- Radiologi : thoraks, bone survey, USG atau linfangiografi
- Pemeriksaan sitogenetik
- Pemeriksaan biologi molekuler (PCR=Polymerase chain raction,
FISH=fluorescence in situ hybridization)
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia berdasarkan penatalaksanaannya :
Anemia aplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-
10 hari. Jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil, bila diperlukan dapat
diberikan transfuse RBC rendah leukosit dan platelet.
Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
kalau tersedia dapat diberikan eritropoetin rekombinan
Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemianya. Dengan menangani anemia yang mendasarinya,
maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
Anemia pada defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas
ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5
gr %
Anemia megaloblastik
- Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12 bila
disebabkan oleh defek absorbsi / tidak tersedianya faktor intrinsic dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM
- Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia
pernisiosa/melabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi
- Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari
- Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs
penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara
IM
Anemia pasca perdarahan
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma, dalam keadaan darurat
diberikan cairan Intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
Aemia hemolitik
2. Diagnosa Keperawatan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay oksigen
dan kebutuhan, ditandai dengan kelemahan dan keletihan, mengeluh
penurunan toleransi aktivitas atau latihan, lebih banyak memerlukan istirahat
dan tidur, palpitasi, takikardia, peningkatan tekanan darah.
Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
ditandai dengan nafsu makan menurun
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tidak adekuat.
Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb
dan darah, suplai oksigen berkurang ditandai dengan palpitasi, angina, kulit
pucat, membran mukosa kering, ekstremitas dingin, mual/muntah, distensi
abdomen, perubahan TD
3. Intervensi
5. Implementasi
6. Evaluasi
No Tgl/Hari/ Nama Diagnosa Evaluasi Nama dan
jam TTD
1 Intoleransi S: Pasien mengatakan sudah tidak merasa
Aktivitas lemas.
O: Pasien dapat melakukan aktivitas
ringan secara mandiri, TD : 120/80
mmHg, s : 36°C, RR: 20 X/Mnt, Nadi:
82x/menit, mampu berpindah tanpa
bantuan alat/dibantu orang lain
A: Apakah kriteria hasil pada intervensi
tercapai, tercapai sebagian dan /atau tidak
tercapai
P: Pertahankan Kondisi Pasien
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 1.Jogjakarta:Mediaction Jogja