Anda di halaman 1dari 9

RESUME KEWASPADAAN ISOLASI

Resume ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Patient Safety

Dosen Pembimbing : Sri Widiyati, SKM, M.Kes

Disusun Oleh :

Nama : Widyastuti Ayu Wulandari

NIM : P1337420119037

Kelas : 1 A 1 Reguler

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


SEMARANG

TAHUN 2019/2020
A. Pengendalian Lingkungan

1. Pembersihan permukaan horizontal ruang rawat pasien : lantai tanpa karpet,


permukaan datar lain, meja pasien harus dibersihkan secara teratur dan bila tampak
kotor/kena kotoran /cairan tubuh.
2. Pembersihan dinding,tirai,jendela bila tampak kotor/kena kotoran.
3. Fogging dengan disinfektan seharusnya tidak dikerjakan.

Prinsip pengendalian lingkungan :


 Virus dan bakteri dapat bertahan dilingkungan beberapa jam-hari
 Dikurangi dg pembersihan
 Diinaktivasi dg disinfektan (Na hipoklorit, alkohol, komponen phenol,komponen
quarternary ammonium,komponen peroksigen )
 Mengurangi jumlah patogen di permukaan yang terkontaminasi
 Disinfeksi: mematikan mikroba tidak termasuk spora

B. Penanganan Limbah
1. Identifiasi Limbah
Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat, cair, dan
gas. Sedangkan kategori limbah secara umum terdiri dari benda
tajam, limbah infeksius, limbah non infeksius,limbah
radioaktif, limbah sitotoksik dan limbah beracun.
2. Pemisahan
a) Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah
b) Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
 Limbah infeksius: adalah limbah yang diduga mengandung patogen (bakteri, virus,
parasit, dan jamur) dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit.
Limbah infeksius juga bisa diberi penjelasan sebagai limbah yang terkontaminasi
darah dan cairan tubuh. Limbah jenis ini dimasukkan kedalam tempat limbah
berwarna kuning. Contoh: sampel laboratorium, limbah patologis (jaringan, organ,
bagian dari tubuh, otopsi, cairan tubuh, produk darah yang terdiri dari serum, plasma,
trombosit dan lain-lain), diapers dianggap limbah infeksius bila bekas pakai pasien
infeksi saluran cerna, menstruasi dan pasien dengan infeksi yang di transmisikan
lewat darah atau cairan tubuh lainnya.
 Limbah non-infeksius: Limbah yang tidak terkontaminasi darah dan cairan tubuh.
Limbah ini dimasukkan ke dalam tempat limbah berwarna hitam. Contoh: sampah
rumah tangga, sisa makanan, sampah kantor.
 Limbah radioaktif : adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah jenis ini umumnya
cairan radioterapi yang tidak digunakan atau cairan penelitian laboratorium. Itu juga
dapat terdiri dari gelas atau persediaan lain yang terkontaminasi dengan cairan ini.
Limbah ini dimasukkan ke dalam tempat limbah berwarna merah.
 Limbah obat sitotoksik : adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan
terapi sitotoksik.Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-
obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat,
obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah yang
dihasilkan selama produksi obat- obatan. Limbah ini dimasukkan ke dalam tempat
limbah berwarna ungu
 Limbah beracun : adalah limbah yang mengandung zat kimia yang berasal dari
aktifitas diagnostic, pemeliharaan kebersihan, dan pemberian desinfektan, sisa suatu
usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya karna sifat konsentrasinya
dan jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya : formaldehid, zat kimia fotografis, solven, dll. Limbah ini dimasukkan ke
dalam tempat limbah berwarna coklat.
c). Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
d). Limbah cair segera dibuang ke wastafel di spoelhoek
3. Labeling
4. Penampungan
 Limbah padat infeksius : Plastik kantong kuning atau kantong warna
lain tapi diikat tali warna kuning
 Limbah padat non infeksius: Plastik kantong warna hitam
 Limbah radioaktif : dimasukkan ke dalam tempat limbah berwarna
merah.
 Limbah sitotoksik : dimasukkan ke dalam tempat limbah berwarna
ungu
 Limbah beracun : dimasukkan ke dalam tempat limbah berwarna
coklat.
 Kantong pembuangan diberi label biohazard atau sesuai jenis limbah
5. Packing
 Tempatkan dalam wadah limbah tertutup
 Tutup mudah dibuka, sebaiknya bisa dengan menggunakan kaki
 Kontainer dalam keadaan bersih
 Kontainer terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
 Tempatkan setiap kontainer limbah pada jarak 10 – 20 meter
 Ikat limbah jika sudah terisi 3/4 penuh
 Kontainer limbah harus dicuci setiap hari
6. Penyimpanan
 Simpan limbah di tempat penampungan sementara khusus
 Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat
 Beri label pada kantong plastik limbah – Setiap hari limbah diangkat dari
tempat penampungan sementara
 Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
 Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup
 Tidak boleh ada yang tercecer
 Sebaiknya lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien
 Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah
 Tempat penampungan sementara harus di area terbuka, terjangkau (oleh
kendaraan), aman dan selalu dijaga kebersihannya dan kondisi kering.

7. Pengangkutan
 Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
 Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup
 Tidak boleh ada yang tercecer
 Sebaiknya lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien
 Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah.
8. Penanganan/pemusnahan
 Limbah infeksius di masukkan dalam incenerator
 Limbah non infeksius dibawa ke tempat pembuangan limbah umum
 Limbah cair dalam wastafel di ruang spoelhok
 Limbah feces, urine kedalam WC.
C. Penanganan Benda Tajam
Penanganan Limbah Benda Tajam :
 Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam
 Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat
 Segera buang limbah benda tajam ke kontainer yang tersedia tahan tusuk dan
tahan air dan tidak bisa dibuka lagi Selalu buang sendiri oleh si pemakai
 Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai
 Kontainer benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan.

Ada BeberapaTeknik Pengelolaan Limbah Benda Tajam :

A. Safety Box.
 Alternative 1 : Jarum dan syringe langsung dimasukkan ke dalam safety box pada
setiap selesai satu penyuntikan; setelah penuh, safety box dan isinya dikirim ke sarana
kesehatan lain yang memiliki incinerator dengan suhu pembakaran minimal 1000⁰C
atau memiliki alat pemusnah carbonizer.
 Alternatif 2 : Jarum dan syringe langsung dimasukkan ke dalam safety box pada
setiap selesai satu penyuntikan; Setelah penuh, safety box dan isinya ditanam di
dalam sumur galian yang kedap air (silo) atau needle pit yang lokasinya didalam area
unit pelayanan kesehatan.
B. Needle Cutter
 Alternatif 1: Jarum dipatahkan dengan needle cutter pada setiap selesai satu
penyuntikan; Potongan jarum yang terkumpul di dalam needle collection
container dimasukkan ke dalam safety box, kemudian dilanjutkan dengan
proses penanganan seperti yang dijelaskan dalam penanganan menggunakan
safety box.
 Alternatif 2 : Jarum dipatahkan dengan needle cutter pada setiap selesai satu
penyuntikan; Potongan jarum yang terkumpul di dalam needle collection
container dimasukkan ke dalam needle pit; Syringe bekas pakai didisinfeksi
dengan menggunakan larutan sodium hipoklorit 5% dan direndam selama 30
menit, sehingga syringe telah steril dan dapat didaur ulang.
C. Needle Burner
 Alternatif yang bisa dilakukan adalah : Jarum dimusnahkan dengan needle
burner langsung pada setiap selesai satu penyuntikan; Syringe selanjutnya
diproses seperti dijelaskan dalam penanganan dengan needle cutter; Hasil
proses pemusnahan dengan needle burner dimasukkan ke dalam kantong
plastic warna hitam, karena sudah tidak infeksius; Sisa proses bersama
kantong plastiknya langsung dibawa ke tempat penampungan sementara
limbah domestik.
D. Kesehatan Petugas
1. Dilakukan Vaksinasi
2. MCU teratur terutama petugas yg menangani kasus dengan penularan
melalui airborne
3. Penanganan paska pajanan yang memadai (ada alur pajanan, sebelum 4
jam sudah ditentukan penata laksanaan)
4. Petugas sakit ,pihak instansi menentukan berapa lama waktu untuk
diliburkan petugas tersebut.
5. Batasi kontak langsung dengan pasien
CONTOH KASUS YANG BERKAITAN :

A. Kasus Limbah Medis


Temuan penampungan limbah medis ilegal di tempat pembuangan
sementara (TPS) Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat,
pada akhir tahun 2017, menjadi kasus persoalan limbah medis yang paling
menggemparkan publik. Bisnis ‘haram’ yang sudah berlangsung sejak
tahun 2011 tersebut, sukses menimbun limbah medis yang jumlahnya
mencapai puluhan ton.
Timbunan limbah medis di sana tak hanya bersumber dari rumah sakit yang
berada di Jawa Barat saja. Ada pula limbah yang didatangkan dari Jakarta,
Surabaya, Jawa Tengah, sampai Lampung. Di TPS tersebut ditemukan berbagai
alat kesehatan bekas pakai. Jarum suntik bekas, selang infus bekas, sampai tabung
sampel darah yang masih ada sisa darah terlihat berserakan. Bahkan, ada pula
bekas vaksin Hepatitis B dan tabung darah yang bertuliskan HIV/AIDS. Tidak
lupa, pada limbah alat kesehatan tersebut juga masih menempel label rumah sakit
terkait. risiko penularan penyakit dari limbah infeksius dan benda tajam patogen
ke tubuh manusia, dapat terjadi melalui beberapa cara. Di antaranya melalui
tusukan, luka di kulit, selaput lendir, udara, dan menelan.
Adapun penyakit yang sangat berisiko tertular dari pengelolaan limbah medis
yang tak sesuai aturan di antaranya HIV/AIDS, hepatitis B dan C, infeksi kulit,
serta lainnya. Bahaya dari limbah medis tersebut dikarenakan karakteristik yang
terkandung di dalamnya, seperti kandungan genetik, bahan kimia beracun,
radioaktif dan benda tajam. Oleh karenanya, prosedur pengelolaan yang ilegal,
bukan tidak mungkin dapat dengan mudah menularkan penyakit pada warga
sekitarnya.

B. Kasus Penanganan Benda Tajam dan Kasus Kesehatan Petugas


Needle Stick Injury atau NSI (RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 24/06/2019)
merupakan istilah untuk kecelakaan kerja yang dialami oleh petugas kesehatan
yang disebabkan karena tertusuk jarum atau tertusuk benda medis tajam yang
sudah terkontaminasi cairan infeksius dari pasien. Sepintas, NSI tampak seperti
kecelakaan kerja yang ringan karena hanya sekedar tertusuk jarum atau tersayat
benda medis tajam. Namun ternyata ada potensi penularan infeksi penyakit yang
besar yang dapat ditularkan dari jarum /benda medis tajam yang bekas digunakan
untuk pasien yang kemudian melukai pada petugas terpajan. Oleh karena itu, kita
perlu meningkatkan kewaspadaan diri supaya kita jangan sampai mengalami
kejadian NSI tersebut. Adapun penyakit yang dapat ditularkan pada petugas dari
kejadian NSI ini adalah penyakit penyakit yang merupakan golongan Blood Borne
Disease. Blood Borne Disease merupakan penyakit yang ditularkan oleh
mikroorganisme yang dibawa melalui darah, yaitu Hepatitis B, Hepatitis C, dan
HIV. Penyakit tersebut merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang
dapat menimbulkan komplikasi yang berat dikemudian hari.

C. Kasus Kurang Perhatiannya Perawat dalam keselematannya Sendiri


Kasus ini terjadi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 24/06/2019 perawat dalam
melakukan tindakan terjadi hal yang tidak diharapkan ketika melakukan injeksi
atau NSI. NSI dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adanya perilaku
kurang berhati-hati, kurang patuh terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD),
adanya tindakan para petugas yang masih belum sesuai prosedur, adanya
tindakan / prosedur yang tidak aman serta belum adanya standar prosedur
operasional yang mencakup mengenai keamanan petugas dalam suatu tindakan
medis. Namun demikian, NSI dapat kita cegah dengan meningkatkan
kewaspadaan diri pada saat menggunakan alat medis tajam baik sebelum, selama
dan sesudah penggunaan, meningkatkan kepatuhan dalam penggunaan APD
secara rasional, senantiasa berhati-hati saat menggunakan jarum suntik atau alat
medis tajam dan menjalankan prosedur yang telah ada berkaitan penggunaan,
peletakan, serta pembuangan benda medis tajam tersebut.

D. Kasus Pengendalian Lingkungan Yang Kurang

Sampah Menumpuk, Ruang Inap di RSUD Siwa Dikeluhkan (Jayapura,


01/08/2020). Kebersihan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Siwa terkesan
tidak terawat yang mengakibatkan lingkungan terlihat kotor. Faktanya, tumpukan
sampah di sekitar ruang rawat menimbulkan bau tidak sedap.Tumpukan sampah
plastik, sisa makanan hingga kulit durian selain menimbulkan bau menyengat
juga mengundang serangga seperti lalat. Akibatnya, lalat yang berasal dari
sampah-sampah tersebut banyak beterbangan hingga keruang rawat inap pasien.
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/Admin/Downloads/313432830-Penanganan-Limbah-Infeksius-Dan-Non-
Infeksius-Edit.pdf diakses pada 19 maret 2020 pukul 7:27

https://www.slideshare.net/HildaHerman1/penanganan-limbah-klinik-dan-biologi diakses
pada 19 maret 2020 pukul 7:41

https://id.scribd.com/presentation/285106918/Kewaspadaan-Isolasi diakses pada 19 Maret


2020 pukul 7:50

https://www.persi.or.id/122-berita/sekilas-info/829-penyakit-kronis-dalam-bisnis-
limbah-medis diakses pada 19 Maret 2020 pukul 8:30

https://sardjito.co.id/2019/06/24/jangan-anggap-remeh-kasus-needle-stick-injury/ diakses
pada 21 Maret 2020 pukul 20:05

https://upeks.co.id/2020/01/08/sampah-menumpuk-ruang-inap-di-rsud-siwa-dikeluhkan/
diakses pada 21 Maret 2020 pukul 20:17

Anda mungkin juga menyukai