Disusun Oleh
Kelompok 5 AC:
2020
I. MEKANISME ABSORPSI OBAT
Large molecules
membrane
transport
passive
active transport
transport
facilitated
simple diffusion pumps
diffusion
permeases nonpolar
ions
II. PENYELESAIAN KASUS
2. Salah satu sistem penghantaran obat yang dirancang untuk melepaskan obat
di kolon adalah dengan memanfaatkan polimer yang memiliki ikatan silang
seperti azoaromatik yang hanya dapat didegradasi secara enzimatik di kolon.
Beri penjelasan kenapa hanya dapat degradasi kolon!
Kolon merupakan salah satu organ tubuh yang penting bagi tubuh. Fungsi utama
kolon adalah absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk feses yang padat
dan penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan (Guyton, 2008), kolon
mengubah 1000-2000mL kimus isotonik yang masuk setiap hari dari ileum menjadi
tinja semipadat dengan volume sekitar 200-250mL (Ganong, 2008). Banyak bakteri,
khususnya basil kolon, bahkan terdapat secara normal pada kolon pengabsorpsi.
Bakteri-bakteri ini mampu mencernakan sejumlah kecil selulosa, dengan cara ini
menyediakan beberapa kalori nutrisi tambahan untuk tubuh (Guyton, 2008).
Salah satu strategi untuk menargetkan obat ke kolon adalah dengan menggunakan
polimer atau obat yang terdegradasi oleh mikroflora dalam kolon. Mikroflora yang
hidup dalam kolon inilah yang menghasilkan Azoreductase yang dapat memotong
polimer ikatan silang seperti azo aromatik. Azoreductase adalah flavoenzim yang
dikarakterisasi dalam berbagai prokariot dan eukariot. Bacteri azoreduktase
dihubungkan dengan dua kelas obat yaitu obat azo untuk pengobatan radang usus dan
antibiotik nitrofuran. Azoreduktase pada manusia diketahui memberikan peran
penting dalam metabolisme sejumlah obat kemoterapi kanker yang mengandung
quinon. Pemotongan ikatan reduktif azo ini bertujuan untuk mendonorkan elektron
oleh NADH dan FMN (flavin mononukelotida) sebagai kofaktor. Enzim ini
memfasilitasi transpor elektron untuk proses biokimia meliputi jalur metabolisme.
Mediator flavin dipercaya dapat mendegradasi senyawa azoaromatik untuk
penghantaran obat di lokasi tertentu ke kolon. Contoh prodrugnya yaitu Sulfasalazine,
ipsalazin, balsalazine dan olsalazine.
Jawab:
Jawab :
• Pengobatan rifampisin meningkatkan kadar P-gp usus 3,5 ± 2,1 kali lipat, yang
berhubungan dengan AUC (Area di bawah kurva konsentrasi-waktu obat
plasma) setelah digoxin yang diberikan secara oral tetapi tidak berpengaruh
setelah pemberian digoxin intravena.
Kesimpulan :
• Perbedaan antara pemberian secara oral dengan i.v dapat dipengaruhi dari
proses farmakokinetiknya yang melibatkan ADME. Pada pemberian oral
diperlukan absorbsi terlebih dahulu sebelum mencapai sistemiknya. bersihan
digoksin tampaknya melibatkan transport yang diperantarai oleh
P-glikoprotein (goodman gilman,Vol. 2)
Food Effects
Dengan adanya makanan akan menstimulasi sekresi dari garam empedu. Garam
empedu merupakan surfaktan yang dapat meningkatkan biovailabilitas obat yang
sukar larut dalam air dengan meningkatkan laju disolusi dan/atau kelarutan.
Peningkatan laju disolusi dapat dicapai dengan :
- Pengurangan rintangan energy interfisial antara obat padat dan medium
disolusi
- Peningkatan solubilitas melalui solubilisasi miselar
Danazol adalah obat yang sukar larut dalam air. Danazol termasuk obat yang
bersifat merangsang mukosa lambung dan untuk menguranginya harus digunakan
pada waktu d.c atau setelah makan. Danazol dapat diserap 2-4 kali lebih banyak bila
diminum dengan makanan (yang kaya akan lemak) atau susu. Pemakaian bersamaan
dengan waktu makan dapat memperkecil efek metabolisme tahap pertama, makanan
dapat menunda absorbsi dan akan meningkatkan AUC serta konsentrasi dalam serum
hingga 25%, waktu konsentrasi plasma puncak lebih lama dengan begitu
biovailabilitasnya akan lebih baik.
Jawab :
Greiner Bernd, et al. 2002. The role of intestinal P-glycoprotein in the interaction of
digoxin and rifampin. American Society for Clinical Investigation. The Journal
of Clinical Investigation. 1999 Jul 15; 104(2): 147–153. Diakses dari laman
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC408477/ pada tanggal 28
Maret 2020.
Goodman dan Gilman, 2007, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, Vol.2, 48:
1247-1253, Diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB,
Penerbit Buku Kedokteran.
Stockley, I.H. (2008). Stockley’s Drug Interaction. Edisi kedelapan. Great Britain:
Pharmaceutical Press.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2015, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan
dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Ketujuh, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta
Jain A., et al. 2006. Azo chemistry and its potential for colonic delivery. Pubmed.
23(5) : 394-400